PERIOPERATIF
PADA NY ‘ R ‘ DENGAN TINDAKAN
OPERASI SECTIO CAESAREA
DENGAN PRE EKLAMSI DI KAMAR
BEDAH SILOAM HOSPITAL LIPPO
VILLAGEE
OLEH
NI KADEK SUARTINI
LATAR BELAKANG
Salah satu komplikasi persalinan yang mempunyai tingkat kematian maternal dan perinatal
yang tinggi adalah preeklamsi dan eklamsi. Menurut Depkes RI (2007), di Indonesia
penyebab utama kematian ibu di samping perdarahan (45%) dan infeksi (15%), merupakan
preeklamsi atau eklamsi dengan angka kejadiannya sebesar (13%). Resiko relative
terjadinya bayi lahir mati pada ibu dengan preeklamsi adalah 5,65 kali lebih besar
dibandingkan dengan ibu tanpa preeklamsi. Di banding negara maju dan negara asia
lainnya, Indonesia termasuk yang tinggi angka kematian perinatalnya. Mengingat hal
tersebut diatas maka preeklamsi dan eklamsi masih yang menyebabkan angka kematian
ibu dan janin tinggi sehingga salah satu kebijakan nasional untuk meminimalkan angka
kematian ibu dan bayinya adalah dengan terus meningkatkan pelayanan kesehatan yang
berkualitas dengan terdapatnya staf kesehatan yang ahli dalam menangani persalinan serta
mengetahui berbagai indikasi kehamilan yang dapat mengancam nyawa ibu dan bayinya.
salah satu cara alternative dalam menangani preeklamsi yaitu dengan tindakan operatif
sectio caesaria
Tujuan umum
Untuk mengetahui asuhan keperawatan pada pasien perioperatif pada kasus sectio caesarea
Tujuan khusus
1.Melakukan pengkajian keperawatan pada pasien dengan preoperatif, intaoperatif dan postoperatif sectio
caesarea
2.Melakukan analisa data pada pasien preoperatif, intaoperatif dan postoperatif sectio caesarea
3.Menetapkan prencanaan keperawatan pada pasien dengan tindakan operasi sectio caesarea
4.Melaksanakan tidakan keperawatan pada pasien dengan intraoperasi sectio caesaria
5.Mengetahui instrumen yang dipakai dalam tindakan sectio caesarea
6.Megetahui langkah- lagkah operasi sectio caesaria
7.Melakukan evaluasi tindakan keperawatan
Ruang Lingkup
Makalah ini hanya membahas mengenai pengertian sectio caesaria , etiologi , patofisiologi ,
manifestasi klinis, pemeriksaan penunjang, penatalaksanaan medis, indikasi dan
kontraindikasi sectio caesaria, anatomi dan fisiologi reproduksi wanita
Manfaat
Manfaat Penulisan
Bagi Rumah Sakit
Dapat menjadi salah satu refrensi penelitian terhadap asuhan keperawatan pada pasien sectio
caesaria
Bagi Perawat
Merupakan salah satu referensi pengetahuan kepada teman sejawat mengenai penanganan
yang baik dan benar pada pasien dengan operasi sectio caesarea
PENGERTIAN
Sectio casarea adalah suatu persalinan buatan,dimana janin dilahirkan melalui suatu insisi pada dinding perut
dan dinding rahim dengan syarat rahim dalam keadaan utuh serta janin diatas 500 gr (Wiknjosastro 2010)
Bedah sesar/Sectio Sesarea adalah proses persalinan buatan dengan melalui pembedahan dimana irisan
dilakukan di perut ibu (laparatomi) dan rahim (histerotomi) untuk mengeluarkan bayi beserta plasenta dan
selaput ketuban secara transabdominal. Bedah caesar umumnya dilakukan ketika proses persalinan normal
melalui vagina tidak memungkinkan karena berisiko kepada komplikasi medis lainnya (Leveno, 2009)
ETIOLOGI
Manifestasi klinik yang muncul pada penderita Pre Eklamsi Berat menurut Bobak ( 2004 )
adalah
Pre Eklamsi Ringan
Bila tekanan sistolik > 140 mmHg kenaikan 30 mmHg diatas tekanan biasa, tekanan
distolik 90 mmHg, kenaikann 40 mmHg diatas tekanan biasa, tekanan darah yang
meninggi ini sekurangnya diukur 2x dengan jarak 6 jam
Proteinuria sebesar 300 mg/dl dalam 25 jam atau > 1 gr/dl
Edema dependent, bengkak dimata, wajah, jari, bunyi pulmoner tidak terdengar
KLASIFIKASI PRE EKLAMSI
Eklamsia
Kejang – kejang / koma
Nyeri pada daerah frontal
Nyeri epigastrium
Penglihatan semakin kabur
Mual, muntah
TERAPI
Pencegahan
Strategi pencegahan yang dilakukan dalam menangani kehamilan adalah upaya
farmakologi dan non farmakologi, upaya non farmakologi adalah edukasi prenatal
dini sehingga tidak timbul kecemasan. Mengemukakan bahwa kecemasan adalah
situasi emosional yang muncul sebelum menghadapi situasi atau objek yang ditakuti
( Armfield ,Healton dalam aldina 2016) dan diet .Sedagkan terapi farmakologi
mencakup pemberian terapi aspirin dosis rendah dan antioksidan ( Cunningham .G
2013)
TERAPI
Perawatan
Perawatan selama kehamilan
Jika tekanan darah sistolik lebih dari 110 mmhg berikan obat antihipertensi sampai tekanan darah sistolik antara 90-
100 mmhg.
Perawatan persalinan
Pada pre eklamsi berat , persalinan harus terjadi dalam 24 jam sedangkan dalam eklamsi dalam 12 jam sejak gejala
eklamsi timbul .Jika terdapat gawat janin atau prsalinan tidak terjadi selama 12 jam eklamsi , dilakukan sectio
caesara ( Mustafa 2012)
Perawatan postpartum
Antikolvusan diteruskan sampai 2 jam post partum atau kejang terahir , truskan pemberian obat anti hipertensi jika
tekanan daran diastolik masih lebih dari 110 mmhg dan pemantauan urine ( Mustafa ,2017)
Pemerikasaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang
Meja operasi
Lampu operasi
Mesin anastesi dan
asesoris
Mesin diatermi ( ECU)
Meja instrumen
menggunakan roda
Troli konsumable
Tempat sampah
( kuning, hitam, hijau
Persiapan Consumable
SIGN IN
Perawat dan dokter anastesi atau operator melakukan konfirmasi ulang dengan pasien terkait dengan nama
pasien (Ny.R), nomor MR (309590), prosedur yang akan dilakukan tindakan(sectio caesarea), inform
concent bedah (+), inform consent anastesi (+), riwayat alergi (-), pemberian site marking (-),
TIME OUT
Perawat menyatakan time out dimulai kemudian melakukan konfirmasi dengan dokter operator terkait
dengan identitas pasien sambil cek gelang pasien (√), prosedur tindakan dengan mengecek inform consent
bedah dan anastesi (√), sisi prosedur dengan mengecek site marking dan insisi marking (x), foto yang
diviewer (x), posisi pasien selama prosedur (√), alergi obat (X), pemberian antibiotik (√).kemungkinan
kehilangan darah sudah disiapkan darah 1 kolf
SURGICAL SAFETY CHEKLIST
SIGN OUT
Perawat scrub mengkonfirmasi jumlah instrumen, kassa dan jarum lengkap sesuai dengan pemakaian awal.
Tidak ada masalah terhadap alat atau instrumen intra prosedur. Tidak menggunakan label spesimen, tidak
ada permasalahan dengan perawatan selama operasi, serta dokter anestesi tidak menggunakan perhatian
khusus untuk pemulihan dan penatalaksanaan pasien. Setelah selesai operasi pasien dipindahkan ke RR.
LANGKAH-LANGKAH PROSEDUR
TINDAKAN
Pasien tiba ditransfer area diantar oleh perawat IPD. Melakukan handover antar
perawat IPD dan perawat RR.
Tahap I persiapan di kamar operasi
Pasien berada pada posisi supain
Dilakukan pemasangan mandset dan saturasi
Persiapan pasien untuk dilakukan spinal anastesi dengan posisi miring seperti posisi udang.
Pemasangan armboad dan buh pada pasien.
Pasien dipasang kateter ureter.
Pasang pad diatermi dipaha kanan dengan power autput cutting 30 dan coagulasi 30
Cuci area opessrasi chlorexidine 4%
Desinfeksi dengan bethadine 10%
Drapping area operasi dengan abdominal pack
LANGKAH-LANGKAH PROSEDUR
TINDAKAN
Tahap II insisi kulitBerikan pinset cirugis pada operator dan asisten untuk mengecek obat
anastesi sudah bekerja atau belum.
Inssi kutis menggunakan blade 10, lanjutkan dengan menggunakan diatermi sampai dengan
fasia.
Gunting fasia menggunakan gunting mayo dan klem dengan kocher pada sisi atas dan bawah
Buka otot sampai terlihat peritoneum.
Setelah peritonium terbuka, dokter operator akan memasukkan hak blas dan menarik ke arah
bawah agar leher uterus terlihat jelas.
Insisi dinding uterus dengan blade 10
Pecahkan ketuban dengan pinset sirugis
Setelah bayi lahir, berikan lapsponge untuk membantu membuka jalan napas pada bayi.
Kemudian klem tali pusat menggunakan 2 arteri klem lalu gunting mayo.
Lalu ambil sampel darah, masukkan kedalam syringe 5 ml
Kemudian plasenta dilahirkan, tampung di tray plasenta.
LANGKAH-LANGKAH PROSEDUR TINDAKAN
Tahap III
Berikan dokter operator sponge holder 4 untuk menjepit uterus
Bersihkan perdarahan uterus dengan lapsponge
Jahit uterus dengan benang multifilamen absorb no 1
Berikan dokter operator klem arteri untuk menjepit peritonium, lalu dicek ulang perdarahan
dengan depper (raytex yang dijepit dengan sponge holder)
Jahit peritonium dengan benang monofilamen absorb 2-0, bantu dengan pinset anatomis ,
sebelum peritonium tertutup hitung kassa dan alat tentang kelengkapan pemakaian
Jahit otot dengan benang monofilamen absorb 2-0 dibantu dengan pinset anatomi
Cek perdarahan dan bebaskan dengan diatermi monopolar
LANGKAH-LANGKAH PROSEDUR TINDAKAN
Tahap IV
Jahit fascia dengan benang multifilamen absorb no 1,bantu dengan pinset sirugis
Cek perdarahan dan bebaskan dengan diatermi lalu dokter akan melakukan cuci-cuci dengan Nacl
0,9% 100 ml
Jahit subkutis dengan sisa benang monofilamen absorb 2-0
Jahit kulit dengan benang monofilamen absorb 4-0
Bersihkan luka operasi, tutup dengan kassa dan tegaderm pad
Bersihkan vagina dari sisa perdarahan uterus dengan kassa dan kain yang sudah dibasahi dengan air
Rapikan pasien
Pasien dipindahkan ke RR
ASUHAN KEPERAWATAN
Diagnosa Keperawatan
Pre operasi
Cemas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan dan hospitalisasi
Intra operasi
Resiko cedera luka bakar berhubungan dengan pemakaian alat ECU
Resiko pendarahan berhubungan dengan proses pembedahan
Post operasi
Nyeri akut brhubungan dengan agen injuri fisik
Penanganan instrumen
Dekontaminasi
Dekontamiasi adalah proses untuk mengurangi
jumlah pencemaran mikroorganisme atau substasi
lain yang berbahaya sehigga aman untuk proses
lebih lajut termasuk pembersihan sampai proses
sterilisasi dengan menggunakan larutan enzimatik
Pasien dengan inisial Ny”R’’ 36 tahun dilakukan prosedur tindakan operasi section caesarea di Siloam Hospital Lippo
Village dengan diagnosa G2P1A0 hamil 39 minggu dengan preeklamsi ringan. Masuk rumah sakit pada tanggal 25
Februari 2020 .
Pre eklamsi merupakan penyakit dengan tanda-tanda hipertensi, edema dan protein urine yang timbul karna kehamilan ,
penyakit ini umumnya terjadi dalam triwulan ke 3 kehamilan ( wiknjosastro,2009).pada kasus ny “R” dengan keluhan
tensi tinggi sejak dua minggu terahir ,bengkak dikaki dan tangan yang dirasakan sejak umur kehamilan tujuh bulan ,
dari pengkajian tanda-tanda vital terukur tensi 150/90 mmhg dan hasil laboratorium urine protein +1. sebelum pasien
naik ke ruang operasi tensi 170/100 mmhg terukur jam 05.00. ny “R” mengatakan merasa cemas terhadap tindakan
operasi karna belum pernah mengalami sebelumnya . (Armfield,healton dalam adlina 2016) mengemukakan bahwa
kecemasan adalah situasi emosional yang muncul sebelum menghadapi situasi atau objek yang ditakuti , rasa cemas
saat akan menjalani prosedur operasi section caesarea
Pemeriksaan penunjang dalam kasus section caesarea dengan kasus preeklamsi ringan antra lain laboratorium terdapat
protein urine +1 , hasil cardiootocografi normal ,sehingga teori dan kasus sesuai dari hasil pengkajian kasus , diagnosa
yang didapat dari tindakan Ny”R”
Diagnosa keperawatan
Pre operatif
Ansietas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan dan hospitalisasi
Intra operatif
Resiko cedera luka bakar berhubungan dengan pemakaian alat ECU
Resiko pendarahan berhubungan dengan proses operasi
Post operatif
Nyeri akut berhubungan dengan agen injuri fisik
Kesimpulan
Pre eklamsi merupakan penyakit dengan tanda-tanda hipertensi ,edema dan protein urine yang timbul
karna kehamilan , penyakit ini umumnya terjadi dalam triwulan ke 3 kehamilan. Hal ini memerlukan
penanganan medis khusus dalam menangani pre eklamsi adalah dengan tindakan pemberian diet,
terapi dan operasi section caesarea sehingga tidak terjadi hal-hal yang fatal, cara persalinan buatan
buatan dimana janin dilahirkan melalui suatu insisi pada dinding perut dan dinding Rahim dengan syarat
Rahim dalam keadaan utuh serta berat janin diatas 500 gr . Ny “R” mendapat diagnose G2P1A0 hamil
39 minggu dengan pre eklamsi ringan dilakukan tindakan section caesarea yaitu pengeluaran janin
melelui insisi dinding perut dan dinding Rahim ,setelah bayi lahir dinding perut dan dinding Rahim
disatukan kembali melalui proses heting.
Saran
Bagi penulis meningkatkan pengetahuan tentang pre eklamsi dan tindakan operasi section
caesarea untuk meningkatkan kualitas dan dan pemberian asuhan keperawatan