Disusun oleh :
Mochamad Alif Arsyidi Rachmat 2315012
Deaninta Seyna Widjaya 2315014
Salsabila Hasmin 2315016
Nadya Utari Jumawan 2315024
Imanuel Gawi Mesang 2315005
Jessica Kirsten 2315028
Nataliana Samantha Gracia Marpaung 2315032
Shafira Fadila Utami 2315037
Yemima Elshantika Sy 2315041
Definisi
Perdarahan yang terjadi setelah janin lahir, yaitu > 500 cc pada
persalinan pervaginam atau lebih dari 1000 cc pada persalinan
per abdominam.
Dibagi menjadi :
● Perdarahan pascasalin dini (primer) → Jika terjadi dalam 24
jam pertama.
● Perdarahan pascasalin lambat (sekunder) → Jika terjadi
lebih dari 24 jam.
KSM/Dep Obstetri & Ginekologi RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung. Panduan Praktik Klinik Obstetri dan Ginekologi. Edisi 2. Bandung. 2018
Etiologi
- Tonus
- Atonia uteri
- Trauma
4T - Laserasi jalan lahir
- Tissue
- Sisa plasenta
- Thrombin (<1%)
- Gangguan pembekuan darah/koagulopati
KSM/Dep Obstetri & Ginekologi RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung. Panduan Praktik Klinik Obstetri dan
Ginekologi. Edisi 2. Bandung. 2018
Epidemiologi
Perdarahan postpartum dilaporkan menyebabkan 140.000 kematian
terkait kehamilan setiap tahunnya.
Oyelese Y, Ananth CV. (2010). Postpartum Hemorrhage: Epidemiology, Risk Factors, and Causes. Clinical
Obstetrics and Gynecology, 53(1), 147–156
Faktor Risiko
FR Prenatal
● Perdarahan sebelum persalinan
● Solusio plasenta
● Plasenta previa
● Kehamilan ganda
● Preeklampsia
● Khorioamnionitis
● Hidramnion
● IUFD
● Anemia (Hb <5,8)
● Multipara
● Mioma dalam kehamilan
● Gangguan faktor pembekuan
● Riwayat perdarahan sebelumnya
● Obesitas
Faktor Risiko
FR Persalinan pervaginam FR persalinan SC :
● Kala tiga yang memanjang ● Insisi uterus klasik
● Episiotomi ● Amnionitis
● Distosia ● Preeklamsia
● Laserasi jaringan lunak ● Persalinan abnormal
● Induksi / augmentasi ● Anestesia umum
persalinan dengan oksitosin ● Partus preterm dan postterm
● Persalinan dengan alat bantu
(forceps dan vacuum)
● Sisa plasenta dan bayi besar
(>4000 gr)
Klasifikasi
Berdasarkan saat terjadinya,
● PPP primer → terjadi dalam 24 jam pertama setelah
persalinan dan biasanya disebabkan oleh atonia
uteri, robekan jalan lahir, dan sisa sebagian
plasenta.
● PPP sekunder → 24 jam hingga 12 minggu setelah
persalinan, biasanya disebabkan oleh sisa plasenta.
PERMENKES RI NO 5 THN 2014 TENTANG PANDUAN PRAKTIK KLINIS BAGI DOKTER DI FASILITAS PELAYANAN
KESEHATAN PRIMER
Patogenesis
Patofisiologi
Gejala Klinis
Gejala dan Tanda Kemungkinan Penyebab
PERMENKES 2014
Gejala Klinis
- Perdarahan segera intraabdominal atau Ruptur Uteri
pervaginam
- Nyeri perut hebat
- Kontraksi yang hilang
Farmakologi:
● Berikan 20-40 unitoksitosin dalam 1000 ml larutan NaCl 0,9%/Ringer Laktat dengan
kecepatan 60 tetes/menit dan 10 unit IM.
● Lanjutkan infus oksitosin 20 unit dalam 1000 ml larutan NaCl 0,9%/Ringer Laktat dengan
kecepatan 40 tetes/menit hingga perdarahan berhenti.
● Bila tidak tersedia oksitosin atau bila perdarahan tidak berhenti, berikan ergometrin 0,2
mg IM atau IV (lambat), dapat diikuti pemberian 0,2 mg IM setelah 15 menit, dan
pemberian 0,2 mg IM/IV (lambat) setiap 4 jam bila diperlukan. → JANGAN BERIKAN LEBIH
DARI 5 DOSIS (1 mg)
● Jika perdarahan berlanjut, berikan 1 g asam traneksamat IV (bolus selama 1 menit, dapat
diulang setelah 30 menit).
11. Kemenkes. Buku Saku Pelayanan Kesehatan Ibu di Fasilitas Kesehatan Dasar dan Rujukan. Bab V Tata Laksana Perdarahan
Pasca Salin. 2013. hal. 130-148
Pencegahan
Tenaga Kesehatan
- Memberi penyuluhan pada masyarakat
tentang faktor risiko penyebab perdarahan
post-partum antara lain: umur, paritas,
anemia, persalinan lama
Pencegahan
Bagi masyarakat
- Ibu tidak hamil pada usia terlalu muda atau terlalu
tua
- Memeriksa kehamilan secara rutin
- Memperhatikan menu seimbang dan minum tablet
tambah darah agar tidak anemia
- Menganjurkan ibu untuk melahirkan di pelayanan
kesehatan
- Menganjurkan PUS (Pasangan Usia Subur) untuk ikut
program KB
Komplikasi
● Syok hipovolemik
● Iskemik organ → hepar, ginjal, otak jantung
● Infeksi
● Sheehan syndrome
● Kematian ibu
https://www.ncbi.nlm.nih.g
ov/books/NBK499988/
Prognosis
Prognosis umumnya dubia ad bonam, tergantung dari perdarahan (lama
perdarahan dan jumlah darah yang hilang dan kecepatan & efektivitas
penatalaksanaan.
Retained Placenta and Postpartum Hemorrhage: A Case Report and Review of Literature
Retained placenta after vaginal delivery: risk factors and management
Gejala Retensio Plasenta
1. Demam
2. Menggigil
4. Perdarahan hebat
Sisa Placenta
Retensio Placenta
Serviks hanya dapat dilalui
Serviks terbuka
instrumen
Trauma Perinei
Kerusakan apapun yang terjadi pada genitalia feminina saat persalinan
(ruptur perineum & ruptur vagina), yang biasanya terjadi saat persalinan
spontan atau dengan alat / tindakan.
Ruptur Perineum
Robekan yang terjadi ketika bayi lahir, baik secara spontan maupun
dengan alat atau tindakan, sering terjadi pada garis tengah namun
dapat meluas jika kepala janin lahir terlalu cepat
Faktor Janin
● Berat badan bayi 3500 gram - 4000 gram 4,2%
● Distorsia bahu
● Posisi Occipo-posterior
Faktor Intrapartum
● Persalinan dengan bantuan alat (forceps, vacum)
● Persalinan kala 2 yang berlangsung lama (>60 menit)
● Persalinan dalam posisi lithotomy atau deep squating
Klasifikasi
Derajat Robekan
Penatalaksanaan
1. Derajat I
Bila hanya luka lecet, tidak perlu penjahitan. Tidak usah menjahit ruptur derajat I
yang tidak mengalami perdarahan dan mendekat dengan baik.
Penjahitan robekan perineum derajat I dapat dilakukan hanya dengan memakai
catgut yang dijahitkan secara jelujur (continuous suture) atau dengan cara angka
delapan (figure of eight).
2. Derajat II
Ratakan terlebih dahulu pinggiran robekan yang bergerigi, dengan cara
mengklem masing-masing sisi kanan dan kirinya lalu dilakukan pengguntingan
untuk meratakannya. Selanjutnya dilakukan penjahitan luka robekan.
3. Derajat III dan IV :
Dirujuk ke fasilitas pelayanan kesehatan yang memiliki dokter spesialis obstetric
dan ginekologi.
Ruptura Uterina
● Peristiwa terjadinya robekan pada uterus baik
itu lengkap dari tiga lapisan maupun tidak
lengkap yang terjadi selama proses lahiran
normal dikarenakan kontraksi / regangan
berlebihan pada segmen bawah rahim.
Diagnosis dikonfirmasi dengan laparotomi
Penatalaksanaan
● Koagulopati bawaan
dan koagulopati yang
didapat
Merupakan kelainan ● Koagulasi Intravaskular
proses pembekuan Diseminata (DIC)
darah
● Hipofibrinogenemia
● Emboli Cairan Ketuban
(AFE)
Etiologi….
1. Koagulopati bawaan dan koagulopati yang didapat
3. Hipofibrinogenemia
● Perdarahan meluas
● Mudah memar
● Terdapat darah dalam urin atau tinja
● Kemerahan dan bengkak
Komplikasi
● Perdarahan berlebihan
● Trombosis
● Stroke
● Cardiac Arrest
● Shock
Penatalaksanaan
Penatalaksanaan
Lakukan tranfusi darah
● Fresh Frozen Plasma (FFP)
○ Faktor koagulasi, (-)trombosit, eritrosit, leukosit
○ Fibrinogen, albumin, protein C, protein S, antitrombin, inhibitor jalur
faktor jaringan.
○ Mengoreksi koagulopati - memasok protein plasma
○ Dosis - 10 - 20 mL / kg (4 - 6 U dewasa)
● Pada banyak kasus kehilangan darah yang akut, koagulopati dapat dicegah
jika volume darah dipulihkan segera
● Tangani kemungkinan penyebab (solusio plasenta, eklampsia)
● Siapkan rujukan ke fasilitas pelayanan kesehatan sekunder
TERIMAKASIH