Anda di halaman 1dari 8

Panduan penanganankasus-kasuspenyulitpersalinanmerupakan acuan bagi

petugas pelayanankesehatanbaikbidanmaupundokter dalam memberikan pelayanan


persalinan yang disertaidenganpenyulitPanduaninimerupakan salah satu bentuk
penerapan standar pelayanan dalam meningkatkan mutu layanan kesehatan di fasilitas
pelayanan kesehatan tingkat primer.

BAB II

RUANG LINGKUP

Beberapa jenis kasus persalinan yang mempunyai risiko terjadinya komplikasi,


dapat didiagosis dan dilakukan penatalaksanaan awal di fasilitas pelayanan kesehatan
tingkat primer adalah sebagai berikut:

KASUS PERSALINAN DENGAN PENYULIT OBSTETRI:


1. Perdarahan Pasca Persalinan
2. Preeklamsia dan Eklamsia
3. Ketuban Pecah Dini
4. Persalinan Lama
5. Distosia Bahu

BAB III

TATA LAKSANA

1. Perdarahan Pasca Persalinan


a. Definisi
Perdarahan pasca persalinan primer terjadi dalam 24 jam pertama setelah
persalinan, sementara perdarahan pasca persalinan sekunder adalah
perdarahan pervaginan yang lebih banyak dari normal antara 24 jan hingga 12
minggu setelah persalinan.
b. Diagnosis
Perdarahan pasca persalinan adalah perdarahan ≥ 500 ml setelah bayi lahir atau
yang berpotensi mempengaruhi hemodinamika ibu
c. Tatalaksana
a. Tatalaksana Umum
 Nilai sirkulasi, jalan napas dan pernapasan pasien
 Bila menemukan tanda-tanda syok, lakukan penatalaksanaan syok
 Berikan oksigen
 Pasang infus intravena dengan kanul berukuran besar (16 atau 18) dan
mulai pemberian cairan kristaloid (NaCl 0,9% atau Ringer Laktat)
 Lakukan pengawasan tekanan darah, nadi dan pernapasan ibu
 Periksa kondisi abdomen: kontraksi uterus, nyeri tekan, parut luka dan
tinggi fundus uteri
 Periksa jalan lahir dan area perineum untuk melihat perdarahan dan
laserasi
 Periksa kelengkapan plasenta dan selaput ketuban
 Pasang kateter Foley untuk memantau volume urin dibandingkan dengan
jumlah cairan yang masuk (CATATAN: produksi urin normal 0,5-1
ml/kgBB/jam atau sekitar 30 ml/ jam)
 Tentukan penyebab dari perdarahannya dan lakukan tatalaksana spesifik
sesuai penyebab

TABEL PENYEBAB PERDARAHAN PASCA PERSALINAN


Kemungkinan Penyebab Gejala dan Tanda
Atonia Uteri  Perdarahan segera setelah anak lhir
 Uterus tidk berkontraksi atau lembek
Retensio plasenta  Plasenta belum dilahirkan dalam 30
menit setelah kelahiran bayi
Sisa plasenta  Plasenta atau sebagian selaput tidak
lengkap
 Perdarahan dapat muncul 6-10 hari
pasca persalinan disertai subinvolusi
uterus
Robekan jalan lahir  Perdarahan segera
 Darah segar yang mengalir segera
setelah bayi lahir
Ruptur uteri  Perdarahan segera (perdarahan
intraabdominal dan/ atau pervaginam)
 Nyeri perut yang hebat
 Kontraksi yang hilang
Inversio uteri  Fundus uteri tidak teraba pada palpasi
abdomen
 Lumen vagina terisi massa
 Nyeri ringan atau berat
Gangguan Pembekuan  Perdarahan tidak berhenti, encer, tidak
Darah terlihat gumpalan darah
 Terdapat faktor predisposisi: solusio
plasenta, IUFD, eklamsi, emboli air
ketuban

b. Tatalaksana Khusus
1. Atonia Uteri
 Lakukan pemijatan uterus
 Pastikan plasenta lahir lengkap
 Berikan 20-40 unit oksitosin dalam 1000 ml larutan NaCl 0,9% atau RL
dengan kecepatan 60 tetes/menit dan 10 unit IM.
 Bila tidak tersedia oksitosin atau bila perdarahan tidak berhenti,
berikan ergometrin 0,2 mg IM tau IV (lambat), dapat diikuti pemberian
0,2 mg IM setelah 15 menit dan pemberian 0,2 mg IM/IV (lambat)
setiap 4 jam bial diperlukan. Jangan diberikan lebih dari 5 dosis (1 mg)
 Jika perdarahan berlanjut, berikan 1 gr asam traneksamat IV (bolus
selama 1 menit, dapat diulang setelah 30 menit)
 Lakukan kompresi bimanual internal (KBI) selama 5 menit
 Bila perdarahan tidak berhenti, segera rujuk ke Rumah Sakit
2. Robekan Jalan Lahir
i. Ruptura Perineum dan Robekan Dinding Vagina
 Lakukan eksplorasi untk mengidentifikasi sumber perdarahan
 Lakukan irigasi pada tempat luka dan bersihkan dengan antiseptik
 Hentikan sumber perdarahan dengan klem kemudian ikat dengan
benang yang dapat diserap
ii. Robekan Serviks
 Paling sering terjadi pada bagian lateral bawah kiri dan kanan dari
porsio
 Jepitkan klem ovum pada lokasi perdarahan
 Jahitan dilakukan secara kontinyu mulai dari ujung atas robekan
kemudian ke arah luar sehingga semua robekan dapat dijahit
 Bila perdarahan masih berlanjut, berikan 1 gr asam traneksamat IV
(bolus selama 1 menit), dapat duilang setelah 30 menit
3. Retensio Plasenta
 Berikan 20-40 unit oksitosin dalam 1000 ml larutan NaCl 0,9% atau RL
dengan kecepatan 60 tetes/ menit dan 10 Unit IM. Lanjutkan infus
oksitosin 20 unit dalam 1000 ml larutan NaCl 0,9% atau RL dengan
kecepatan 40 tetes/menit hingga perdarahan berhenti
 Lakukan tarikan tali pusat terkendali
 Bila tarikan tali pusat terkendali tidak berhasil, lakukan plasenta
manual secara hati-hati
 Berikan antibiotik profilaksis
 Bila terjadi komplikasi perdarahan hebat atau infeksi, segera rujuk ke
Rumah Sakit
4. Sisa Plasenta
 Berikan 20-40 unit oksitosin dalam 1000 ml larutan NaCl 0,9% atau RL
dengan kecepatan 60 tetes/ menit dan 10 Unit IM. Lanjutkan infus
oksitosin 20 unit dalam 1000 ml larutan NaCl 0,9% atau RL dengan
kecepatan 40 tetes/menit hingga perdarahan berhenti
 Lakukan eksplorasi digital (bila serviks terbuka) dan keluarkan bekuan
darah dan jaringan
 Berikan antibiotik profilaksis
 Jika perdarahan berlanjut, tatalaksana seperti kasus atonia uteri
2. Ketuban Pecah Dini
a. Definisi
Ketuban pecah dini adalah keadaan pecahnya selaput ketuban sebelum
persalinan atau dimulainya tanda inpartu
b. Diagnosis
 Anamnesis: didapatkan penderita merasa keluar cairan yang banyak
secara tiba-tiba.
 Pemeriksaan Inspekulo: adanya cairan yang keluar dari serviks atau
menggenang di forniks posterior. Jika tidak ada, gerakkan sedikit bagian
terbawah janin atau minta ibu untuk mengedan/ batuk
 Pemeriksaan dalam: sebaiknya tidak dilakukan kecuali akan dilakukan
penanganan aktif (melahirkan bayi ) karena dapat mengurangi latensi dan
meningkatkan kemungkinan infeksi
 Pastikan cairan yang keluar adalah cairan amnion dengan memperhatikan
bau yang khas dan melakukan tes hidrazin yaitu melihat apakah kertas
lakmus berubah dari merah menjadi biru
 Pastikan tidak ada tanda-tanda in partu
c. Tatalaksana
 Dilakukan observasi selama 8 jam, bila tidak ada tanda-tanda persalinan,
maka segera rujuk ke Rumah Sakit
3. Preeklamsia dan Eklamsia
a. Diagnosis
 Preeklamsia Ringan
i. Tekanan darah ≥ 140/90 mmHg pada usia kehamilan > 20 minggu
ii. Tes urin menunjukkan adanya proteinuria 1+
 Preeklamsia Berat
i. Tekanan darah > 160/110 mmHg pada usia kehamilan > 20 minggu
ii. Tes Urin menunjukkan adanya proteinuria ≥ 2 +
iii. Atau disertai keterlibatan organ lain:
 Trombositopenia (< 100.000) , hemolisis mikroangiopati
 Peningkatan SGOT/SGPT, nyeri abdomen kuadran kanan atas
 Sakit kepala, skotoma penglihatan
 Pertumbuhan janin terhambat, oligohidramnion
 Edema paru dan/ atau gagal jantung kongestif
 Oligouria (< 500 ml/ 24 jam), kreatinin 1,2 mg/dl
 Eklamsia
i. Kejang umum dan/ atau koma
ii. Ada tanda dan gejala preeklamsia
iii. Tidak ada kemungkinan penyebab lain (misalnya epilepsi,
perdarahan subarakhnoid dan meningitis)
b. Tatalaksana
 Ibu hamil dengan preeklamsia harus segera dirujuk ke rumah sakit
 Bila terjadi kejang, perhatikan jalan napas, pernapasan (oksigen) dan
sirkulasi (cairan intravena)
 MgSO4 diberikan kepada ibu preeklamsia (sebagai pencegahan kejang)
dan ibu dengan eklamsia (sebagai tatalaksana kejang)
 Pada kondisi dimana MgSO4 tidak dapat diberikan seluruhnya, berikan
dosis awal (loading dose) lalu rujuk ibu segera ke rumah sakit
 Cara pemberian MgSO4
i. Cara Pemberian Dosis Awal (loading dose)
 Ambil 4 gr larutan MgSO4 (10 ml larutan MgSO4 40%) dan
larutkan dengan 10 ml akuades
 Berikan larutan tersebut secara perlahan IV selama 20 menit
 Jika akses intravena sulit, berikan masing-masing 5 gr MgSO4
(12,5 ml larutan MgSO4 40%) IM di bokong kiri dan kanan
ii. Cara Pemberian Dosis Rumatan
 Ambil 6 gr MgSO4 (15 ml larutan MgSO4 40%) dan larutkan
dalam 500 ml larutan Ringer Laktat, berikan secara IV dengan
kecepatan 28 tetes/ menit selama 6 jam dan diulang hingga 24
jam setelah persalinan atau kejang berakhir (bila eklamsia)
 Syarat pemberian MgSO4
i. Tersedia Ca Glukonas 10%
ii. Ada refleks patella
iii. Jumlah urin minimal 0,5 ml/ kgBB/ jam
 Lakukan pemeriksaan fisik tiap jam meliputi tekanan darah, frekuensi
nadi, frekuensi pernapasan, refleks patella dan jumlah urin
 Segera hentikan pemberian MgSO4 bila:
i. frekuensi pernapasan < 16 x/menit dan/atau
ii. tidak didapatkan refleks tendon patella dan/atau
iii. terdapat oligouria
 Jika terjadi depresi pernapasan, berikan CaGlukonas 1 gr IV (10 ml
larutan 10%) bolus dalam 10 menit
4. Persalinan Lama
a. Definisi
Waktu persalinan yang memanjang karena kemajuan persalinanyang
terhambat.Persalinan lama memiliki definisi berbeda sesuai dengan fase
kehamilan
b. Diagnosa
 Distosia pada kala I fase aktif:
Bila grafik pembukaan serviks pada partograf berada diantara garis
waspada dan garis bertindak, atau sudah memotong garis bertindak
 Fase ekspulsi (kala II) memanjang:
Bila tidak ada kemajuan penurunan bagian terendah janin pada persalinan
kala II dengan batasan waktu maksimal 2 jam untuk nulipara dan 1 jam
untuk multipara
c. Tatalaksana
 Pantau tanda-tanda gawat janin
 Segera rujuk ibu ke rumah sakit
5. Distosia Bahu
a. Definisi
Distosia bahu adalah suatu keadaan dimana setelah kepala dilahirkan, bahu
anterior tidak dapat lewat di bawah simfisis pubis. Kondisi ini merupakan
kegawatdaruratan obstetri karena bayi dapat meninggal jika tidak segera
dilahirkan.
b. Diagnosis
Tanda distosia bahu yang harus diamati penolong persalianan adalah:
 Kesulitan melahirkan wajah dan dagu
 Kepala bayi tetap melekat erat di vulva atau bahkan tertarik kembali (turtle
sign)
 Kegagalan paksi luar kepala bayi
 Kegagalan turunnya bahu
c. Tatalaksana
 Minta tolong tenaga kesehatan lain untuk menolong persalinan
 Posisikan ibu berbaringterlentang
 Lakukan tindakan episiotomiyang
luaspadajalanlahiribuuntukmengurangiobstruksijaringanlunakdanmemberikan
ruangan yang cukupuntuktindakan
 Lakukan manuver McRobert
Dalam posisi ibu berbaring telentang, mintalah ia untuk menekuk kedua
tungkainya dan mendekatkan lututnya sejauh mungkin ke arah dadanya.
Mintalah 2 orang asisten untuk menekan fleksi kedua lutut ibu ke arah dada
 Minta salah seorang asisten untuk melakukan tekanan secara simultan ke
arah lateral bawah pada daerah suprasimfisis untuk membantu persalinan
bahu
 Lakukan tarikan yang mantap dan terus menerus ke arah aksial (searah
tulang punggung janin ) pada kepala janin untuk menggerakkan bahu depan
di bawah simfisis pubis
 Bila penanganan bahu tidak berhasil, rujuk segera ke rumah sakit

Anda mungkin juga menyukai