BAB II
RUANG LINGKUP
BAB III
TATA LAKSANA
b. Tatalaksana Khusus
1. Atonia Uteri
Lakukan pemijatan uterus
Pastikan plasenta lahir lengkap
Berikan 20-40 unit oksitosin dalam 1000 ml larutan NaCl 0,9% atau RL
dengan kecepatan 60 tetes/menit dan 10 unit IM.
Bila tidak tersedia oksitosin atau bila perdarahan tidak berhenti,
berikan ergometrin 0,2 mg IM tau IV (lambat), dapat diikuti pemberian
0,2 mg IM setelah 15 menit dan pemberian 0,2 mg IM/IV (lambat)
setiap 4 jam bial diperlukan. Jangan diberikan lebih dari 5 dosis (1 mg)
Jika perdarahan berlanjut, berikan 1 gr asam traneksamat IV (bolus
selama 1 menit, dapat diulang setelah 30 menit)
Lakukan kompresi bimanual internal (KBI) selama 5 menit
Bila perdarahan tidak berhenti, segera rujuk ke Rumah Sakit
2. Robekan Jalan Lahir
i. Ruptura Perineum dan Robekan Dinding Vagina
Lakukan eksplorasi untk mengidentifikasi sumber perdarahan
Lakukan irigasi pada tempat luka dan bersihkan dengan antiseptik
Hentikan sumber perdarahan dengan klem kemudian ikat dengan
benang yang dapat diserap
ii. Robekan Serviks
Paling sering terjadi pada bagian lateral bawah kiri dan kanan dari
porsio
Jepitkan klem ovum pada lokasi perdarahan
Jahitan dilakukan secara kontinyu mulai dari ujung atas robekan
kemudian ke arah luar sehingga semua robekan dapat dijahit
Bila perdarahan masih berlanjut, berikan 1 gr asam traneksamat IV
(bolus selama 1 menit), dapat duilang setelah 30 menit
3. Retensio Plasenta
Berikan 20-40 unit oksitosin dalam 1000 ml larutan NaCl 0,9% atau RL
dengan kecepatan 60 tetes/ menit dan 10 Unit IM. Lanjutkan infus
oksitosin 20 unit dalam 1000 ml larutan NaCl 0,9% atau RL dengan
kecepatan 40 tetes/menit hingga perdarahan berhenti
Lakukan tarikan tali pusat terkendali
Bila tarikan tali pusat terkendali tidak berhasil, lakukan plasenta
manual secara hati-hati
Berikan antibiotik profilaksis
Bila terjadi komplikasi perdarahan hebat atau infeksi, segera rujuk ke
Rumah Sakit
4. Sisa Plasenta
Berikan 20-40 unit oksitosin dalam 1000 ml larutan NaCl 0,9% atau RL
dengan kecepatan 60 tetes/ menit dan 10 Unit IM. Lanjutkan infus
oksitosin 20 unit dalam 1000 ml larutan NaCl 0,9% atau RL dengan
kecepatan 40 tetes/menit hingga perdarahan berhenti
Lakukan eksplorasi digital (bila serviks terbuka) dan keluarkan bekuan
darah dan jaringan
Berikan antibiotik profilaksis
Jika perdarahan berlanjut, tatalaksana seperti kasus atonia uteri
2. Ketuban Pecah Dini
a. Definisi
Ketuban pecah dini adalah keadaan pecahnya selaput ketuban sebelum
persalinan atau dimulainya tanda inpartu
b. Diagnosis
Anamnesis: didapatkan penderita merasa keluar cairan yang banyak
secara tiba-tiba.
Pemeriksaan Inspekulo: adanya cairan yang keluar dari serviks atau
menggenang di forniks posterior. Jika tidak ada, gerakkan sedikit bagian
terbawah janin atau minta ibu untuk mengedan/ batuk
Pemeriksaan dalam: sebaiknya tidak dilakukan kecuali akan dilakukan
penanganan aktif (melahirkan bayi ) karena dapat mengurangi latensi dan
meningkatkan kemungkinan infeksi
Pastikan cairan yang keluar adalah cairan amnion dengan memperhatikan
bau yang khas dan melakukan tes hidrazin yaitu melihat apakah kertas
lakmus berubah dari merah menjadi biru
Pastikan tidak ada tanda-tanda in partu
c. Tatalaksana
Dilakukan observasi selama 8 jam, bila tidak ada tanda-tanda persalinan,
maka segera rujuk ke Rumah Sakit
3. Preeklamsia dan Eklamsia
a. Diagnosis
Preeklamsia Ringan
i. Tekanan darah ≥ 140/90 mmHg pada usia kehamilan > 20 minggu
ii. Tes urin menunjukkan adanya proteinuria 1+
Preeklamsia Berat
i. Tekanan darah > 160/110 mmHg pada usia kehamilan > 20 minggu
ii. Tes Urin menunjukkan adanya proteinuria ≥ 2 +
iii. Atau disertai keterlibatan organ lain:
Trombositopenia (< 100.000) , hemolisis mikroangiopati
Peningkatan SGOT/SGPT, nyeri abdomen kuadran kanan atas
Sakit kepala, skotoma penglihatan
Pertumbuhan janin terhambat, oligohidramnion
Edema paru dan/ atau gagal jantung kongestif
Oligouria (< 500 ml/ 24 jam), kreatinin 1,2 mg/dl
Eklamsia
i. Kejang umum dan/ atau koma
ii. Ada tanda dan gejala preeklamsia
iii. Tidak ada kemungkinan penyebab lain (misalnya epilepsi,
perdarahan subarakhnoid dan meningitis)
b. Tatalaksana
Ibu hamil dengan preeklamsia harus segera dirujuk ke rumah sakit
Bila terjadi kejang, perhatikan jalan napas, pernapasan (oksigen) dan
sirkulasi (cairan intravena)
MgSO4 diberikan kepada ibu preeklamsia (sebagai pencegahan kejang)
dan ibu dengan eklamsia (sebagai tatalaksana kejang)
Pada kondisi dimana MgSO4 tidak dapat diberikan seluruhnya, berikan
dosis awal (loading dose) lalu rujuk ibu segera ke rumah sakit
Cara pemberian MgSO4
i. Cara Pemberian Dosis Awal (loading dose)
Ambil 4 gr larutan MgSO4 (10 ml larutan MgSO4 40%) dan
larutkan dengan 10 ml akuades
Berikan larutan tersebut secara perlahan IV selama 20 menit
Jika akses intravena sulit, berikan masing-masing 5 gr MgSO4
(12,5 ml larutan MgSO4 40%) IM di bokong kiri dan kanan
ii. Cara Pemberian Dosis Rumatan
Ambil 6 gr MgSO4 (15 ml larutan MgSO4 40%) dan larutkan
dalam 500 ml larutan Ringer Laktat, berikan secara IV dengan
kecepatan 28 tetes/ menit selama 6 jam dan diulang hingga 24
jam setelah persalinan atau kejang berakhir (bila eklamsia)
Syarat pemberian MgSO4
i. Tersedia Ca Glukonas 10%
ii. Ada refleks patella
iii. Jumlah urin minimal 0,5 ml/ kgBB/ jam
Lakukan pemeriksaan fisik tiap jam meliputi tekanan darah, frekuensi
nadi, frekuensi pernapasan, refleks patella dan jumlah urin
Segera hentikan pemberian MgSO4 bila:
i. frekuensi pernapasan < 16 x/menit dan/atau
ii. tidak didapatkan refleks tendon patella dan/atau
iii. terdapat oligouria
Jika terjadi depresi pernapasan, berikan CaGlukonas 1 gr IV (10 ml
larutan 10%) bolus dalam 10 menit
4. Persalinan Lama
a. Definisi
Waktu persalinan yang memanjang karena kemajuan persalinanyang
terhambat.Persalinan lama memiliki definisi berbeda sesuai dengan fase
kehamilan
b. Diagnosa
Distosia pada kala I fase aktif:
Bila grafik pembukaan serviks pada partograf berada diantara garis
waspada dan garis bertindak, atau sudah memotong garis bertindak
Fase ekspulsi (kala II) memanjang:
Bila tidak ada kemajuan penurunan bagian terendah janin pada persalinan
kala II dengan batasan waktu maksimal 2 jam untuk nulipara dan 1 jam
untuk multipara
c. Tatalaksana
Pantau tanda-tanda gawat janin
Segera rujuk ibu ke rumah sakit
5. Distosia Bahu
a. Definisi
Distosia bahu adalah suatu keadaan dimana setelah kepala dilahirkan, bahu
anterior tidak dapat lewat di bawah simfisis pubis. Kondisi ini merupakan
kegawatdaruratan obstetri karena bayi dapat meninggal jika tidak segera
dilahirkan.
b. Diagnosis
Tanda distosia bahu yang harus diamati penolong persalianan adalah:
Kesulitan melahirkan wajah dan dagu
Kepala bayi tetap melekat erat di vulva atau bahkan tertarik kembali (turtle
sign)
Kegagalan paksi luar kepala bayi
Kegagalan turunnya bahu
c. Tatalaksana
Minta tolong tenaga kesehatan lain untuk menolong persalinan
Posisikan ibu berbaringterlentang
Lakukan tindakan episiotomiyang
luaspadajalanlahiribuuntukmengurangiobstruksijaringanlunakdanmemberikan
ruangan yang cukupuntuktindakan
Lakukan manuver McRobert
Dalam posisi ibu berbaring telentang, mintalah ia untuk menekuk kedua
tungkainya dan mendekatkan lututnya sejauh mungkin ke arah dadanya.
Mintalah 2 orang asisten untuk menekan fleksi kedua lutut ibu ke arah dada
Minta salah seorang asisten untuk melakukan tekanan secara simultan ke
arah lateral bawah pada daerah suprasimfisis untuk membantu persalinan
bahu
Lakukan tarikan yang mantap dan terus menerus ke arah aksial (searah
tulang punggung janin ) pada kepala janin untuk menggerakkan bahu depan
di bawah simfisis pubis
Bila penanganan bahu tidak berhasil, rujuk segera ke rumah sakit