Anda di halaman 1dari 29

Kegawatdaruratan ObGyn

Dr.Kristian Ratu,SpOG
Menentukan kasus gawat darurat obstetri

1. Perdarahan: bercak – merembes – profus – syok

2. Hipertensi dan pre eklampsia/ eklampsia: sakit


kepala/pusing - bengkak/edema - pandangan kabur
- kejang – koma

3. Persalinan macet

4. Infeksi dan sepsis: keluar cairan pervaginam bau –


cairan ketuban kental, hijau – demam - syok
Perdarahan dalam obstetri

DEFINISI: perdarahan dalam kehamilan, persalinan,


nifas
 Penilaian: 1. tentukan syok/tidak
2. tentukan kehamilan /persalinan/ nifas
3. tentukan usia kehamilan/kala
persalinan/ nifas dini atau lanjut
4. tentukan Dx berdasarkan pem obstetri

 Perdarahan pada kehamilan < 20 minggu : Abortus,


KET, Mola Hidatidosa

 Perdarahan pada kehamilan > 20 minggu : plasenta


previa, solutio plasenta
 Perdarahan pada persalinan (kala 1-3): plasenta previa,
solutio plasenta, ruptura uteri, perlukaan jalan lahir

 Perdarahan pada persalinan (kala 4) : atonia uteri,


perlukaan jalan lahir, sisa plasenta, ruptura uteri

 Perdarahan pada nifas dini(<24 jam): perlukaan jalan


lahir, sisa plasenta, atonia uteri

 Perdarahan pada nifas lanjut(>24 jam) : sisa plasenta,


infeksi (sub involusio uteri)
Perdarahan Antepartum
Perdarahan di trimester 1 ± 20-25%, setengah darinya
akan berakhir dengan abortus spontan

Implantasi bleeding: perdarahan minimal, lamanya


sekitar 2 minggu dari konsepsi

Abortus spontan: < 20minggu uk, 20-25%, 60-80%


akibat abnormal kromosom, portio tertutup

Missed abortion : kematian fetus sebelum 20 minggu


kehamilan
Incomplete abortion: sebagian sisa kehamilan masih
melekat ke dinding rahim, portio terbuka

Kehamilan ektopik: implantasi di luar endometrium


uterus

Mola: perubahan trofoblastik plasenta


Pasien dengan perdarahan harus di periksa
portio/cervix terbuka atau tertutup

Perdarahan sedikit/minimal, tidak


nyeriimplantation bleeding, abortus iminen

Perdarahan hebat, keluar jaringan, nyeri perut


bawah abortus incomplete atau complete

Perdarahan sedikit,nyeri perut sedang sampai berat,


perdarahan intraperitoneal (bila ruptur tuba;
hipotensi, pucat, lemah) dan peritonitisKET
Evaluasi dan Diagnosis

Pemeriksan dalam/ VT dan tes kehamilan


Cross match dan DL
USG
Abortus iminen didiagnosa jika perdarahan berasal dari
cervix yg tertutup

Abortus komplit jika sudah keluar jaringan dan cervix


tertutup, perdarahan minimal dan ukuran uterus kembali
ke ukuran normal

Mola hidatidosa : perdarahan per vaginam, uterus


membesar melebihi usia kehamilan, serum beta HCG
>100.000 mIU/mL, USG “snowstorm”
Tatalaksana
Pasang infus (grojog 500cc-1000cc bila hipotensi)
kemudian lanjut 28tpm

Oksigen 4 lpm nasal canul

Pasang kateter

Injeksi asam traneksamat 1000mg

Rujuk ke sekunder
Perdarahan setelah UK 20 minggu; solutio plasenta,
plasenta previa

Solutio plasenta; lepasnya plasenta prematur, dengan


faktor resikonya pada gemelli, polihidramnion, pre
eklampsia-eklampsia, multipara, trauma.

Plasenta previa; implantasi plasenta menutupi


sebagian atau seluruh ostium uteri internum. Fc
resiko: usia tua, multipara, multiple gestasi, bekas SC
Solutio plasenta; perdarahan dan nyeri abdomen
hebat, ada kontraksi (hipertonus), fetal distres
Plasenta previa; perdarahan merah segar, tanpa nyeri,
20% ada kontraksi, sering tanpa fetal distres,
malpresentasi. Terdeteksi dengan USG.
 TATALAKSANA:
Pasang infus (grojog 500cc-1000cc bila hipotensi)
kemudian lanjut 28tpm
Oksigen 4 lpm nasal canul
Pasang kateter
Injeksi asam traneksamat 1000mg
Rujuk ke sekunder
Perdarahan post partum
Perdarahan pasca persalinan ≥ 500 mL

Insidensi 4-6 % setelah persalinan pervaginam, 6-8%


setelah SC

Klasifikasi: HPP dini, HPP lanjut

HPP dini (≤ 24 jam post partum) biasanya ok atonia uteri,


sisa plasenta, laserasi cervix dan perineum, ruptur uteri,
inversi uterus, koagulopati.

HPP lanjut (≥ 24 jam tetapi kurang dari 6 minggu post


partum) bisanya ok sisa plasenta, infeksi (endometritis),
koagulopati.
Anamnesa
Wanita post partum menunjukan gejala setelah
kehilangan darah 20%, gejalanya; perdarahan, lemah,
limbung, keringat dingin, menggigil

Fc resiko prenatal: solutio, plasenta previa,gemelli,


preeklampsia, korioamnionitis, hidramnion, iufd,
anemia, multipara, mioma dlmkehamilan, obesitas,
riwayat perdarahan sebelumnya

Fc resiko saat pervaginam: kala 2-3 lama, episiotomi,


distosia, laserasi jalan lahir, persalinan dengan
bantuan alat (forsep, vakum), sisa plasenta, bayi besar
(≥ 4000gram), induksi persalinan dengan oksitosin.
Pemeriksaan fisik dan penunjang sederhana
Nilai tanda syok: pucat, akral dingin, nadi cepat dan
lemah, tekanan darah rendah.

Nilai tanda vital: nadi>100x/menit, tekanan darah


sistolik < 90mmHg, respirasi hiperpnea, suhu tubuh

Px obstetri: kontraksi lembek, uterus masih tinggi, VT


utk menilai robekan cervix,robekan vagina

Px penunjang: DL, Gol darah, waktu perdarahn.


Diagnosis
Gejala dan tanda Penyebab yg harus di
pikirkan

-Perdarahan segera setelah anak lahir Atonia Uteri


- Uterus tdk berkontraksi dan lembek

-perdarahan segera setelah anak lahir Robekan Jalan Lahir


-darah segar yg mengalir segera setelah bayi lahir

Plasenta belum lahir setelah 30 menit Retensio Plasenta

-Plasenta atau sebagian selaput tidak lengkap Sisa Plasenta


-Perdarahan dapat muncul 7-14 hari post partum disertai
sub involusio uteri

_perdarahan intra abdomen dan atau pervaginam, nyeri Ruptura Uteri


perut hebat, kontraksi uterus hilang

Fundus tdk teraba, lumen vagina terisi massa, nyeri Inversio Uteri
ringan atau berat

Perdarahan tidak berhenti, encer, tdk ada gumplan Gangguan Pembekuan Darah
darah, ada fc predisposisi: sol plasenta, iufd, eklampsia
Tatalaksana Awal
Panggil bantuan, kerja sama tim, simultan
ABC: pernapasan, jalan napas, sirkulasi
Bila temukan syok, lakukan penanganan syok
KEPALA: cek kesadaran, pastikan jalan napas bebas, berikan
oksigen
LENGAN: periksa TD dan Nadi, pasang infus, ambil darah
(DL, gol darah, crossmatch), resusitasi cairan, berikan obat
uterotonika
UTERUS: kosongkan kandung kemih, masase uterus,
lahirkan plasenta dgn lengkap, jika atonia lakukan kompresi
bimanual, tentukan penyebab perdarahan
Berikan oksigen, pasang infus dgn kanul besar ukuran 16-18
dengan cairan RL atau NaCl 0,9%
Perkiraan Jumlah cairan infus pengganti kehilangan darah
TD NADI Perfusi Volume Perkiraan Cairan infus
Sistolik Akral perdaraha kehilangan kristaloid (2-
n (%) darah (mL) 3x jlh
kehilangan
darah)

120 80x/mnt hangat < 10 % < 500mL ---------

100 100x/mnt pucat ± 15% 900mL 2000-3000mL

< 90 >120x/mnt dingin ±30% 1800mL 3500-5500


mL

<60-70 >140/mnt Basah ± 50% 3000 mL 6000-9000


hingga tak mL
teraba
Lakukan pengawasan VS (tensi, nadi, respirasi)

Periksa kontraksi uterus, nyeri tekan, tinggi fundus

Periksa jalan lahir dan area perineum utk lihat


perdarahan dan laserasi (robekan servix dan vagina)

Periksa kelengkapan plasenta dan selaput ketuban

Pasang foley kateter utk pantau produksi urin di


bandingkan dengan cairan masuk (“produksi urin
normal 0,5-1 mL/kgBB/jam atau sekitar 30 mL per jam)

Jika kadar Hb < 8 g/dl rujuk ke sekunder


Atonia Uteri
Pemijatan uterus
Pastikan plasenta lahir lengkap
Berikan oksitosin 20-40 unit dalam 1000cc RL atau
NaCl dengan kecepatan 40 tpm di tambah 10 unit IM
Lanjutkan infus oksitosin 20 unit dalam RL atau NaCl
1000cc hingga perdarahan berhenti. Catatan: jangan
berikan > 3 liter larutan iv yg mengandung oksitosin,
jangan brikan metergin pada pasien dengan
hipertensi, penderita sakit jantung dan penyakit
pembuluh darah perifer
Oksi tidak ada atau perdarahan tidak berhenti berikan
metergin 0,2mg IM/IV lambat setiap empat jam bila
perlu. (jangan lebih dari lima dosis (1 mg)
Berikan asam traneksamat 1000mg iV kemudian
lanjut 3x500mg
Pasang kondom kateter atau KBI
Siapkan rujukan segera ke sekunder sebagai antisipasi
jika perdarahan tidak berhenti
Robekan Jalan Lahir
Tata laksana ruptur perineum dan robekan dinding
vagina:
1. Lakukan explorasi utk identifikasi sumber
perdarahan
2. Irigasi pada luka dan berikan antiseptik
3. Hentikan perdaraan dengan klem kemudian ikat
dengan benang yg mudah di serap
4. Lakukan penjahitan
5. Berikan asam traneksamat 1000mg bolus iv selama
satu menit (dapat di ulang setelah 30 menit)
Robekan servix
Paling sering pada bagian lateral bawah kiri dan atau
kanan dari portio
Siapkan rujukan ke sekunder segera
Retensio Plasenta
Berikan 20-40 iu oksitosin dalam 1000mL larutan
NaCl 0,9% atau RL dengan kecepatan tetesan 60 tetes
per menit + 10 iu oksitosin IM
lanjutkan infus 1000mL RL atau NaCl + 20 unit
oksitosin dengan kecepatan 40 tpm hingga
perdarahan berhenti
Lakukan ptt, bila tidak berhasil lakukan plasenta
manual secara hati2
Berika antibiotik profilakssis dosis tunggal (ampisilin
2g IV DAN metronidazol 500 mg IV
Persiapan rujukan ke sekunder atau tersier bila
perdarahan hebat dan infeksi
Sisa Plasenta
Berikan 20-40 iu oksitosin dalam 1000mL larutan NaCl
0,9% atau RL dengan kecepatan tetesan 60 tetes per
menit + 10 iu oksitosin IM
lanjutkan infus 1000mL RL atau NaCl + 20 unit
oksitosin dengan kecepatan 40 tpm hingga perdarahan
berhenti
Lakukan explorasi digital (bila serviks terbuka) dan
keluarkan bekuan darah dan jaringan. Bila cerviks hanya
dapat di lalui instrumen, lakukan aspirasi vakum manual
atau kuretase
Berika antibiotik profilakssis dosis tunggal (ampisilin 2g
IV DAN metronidazol 500 mg IV
Jika perdarahan tetap berlanjut, tatalaksana seperti
atonia uteri
Ruptur Perineum
Etiologi dan factor resiko:
1. Kepala janin terlalu cepat lahir
2. Persalinan tidak di pimpin sebagaimana mestinya
3. Sebelumnya banyak jaringan parut perineum
4. Pada persalinan dengan distosia bahu
5. Partus pevaginam dengan tindakan/instrumen
6. Peningkatan usia
7. Nulipara
8. Makrosomia
9. Malpresentasi
Pem fisik:
1. Robekan perineum
2. Perdarahan tg bersifat arterial atau yg bersifat merembes
3. Colok dubur utk menilai derajat robekan perineum

Kriteria RP:
4. Derajat 1: hanya pada mukosa vagina
5. Derajat 2: mukosa + otot perinea transversalis
6. Derajat 3: a.robekan < 50% sfingter ani eksterna
b. robekan >50% sfingter ani eksterna
c. robekan meliputi sfingter ani interna
4. Derajat 4: robekan sampai mukosa rektum
Tatalaksana :
Menjaga agar kepala janin tidak melalui dengan cepat
Kepala janin yg akan lahir jangan ditahan terlampau
kuat dan lama krn akan menyebabkan asfiksai dan
perdarahan intracranial, melemahkan otot dasar
panggul krn teregang terlalu lama
Antibiotik dosis tunggal sefalosporin generasi 2 atau 3
sebelum hecting
Derajat 1: bila hanya luka lecet ataupun tanpa
perdarahan aktif, tidak perlu di jahit. Bila aktif di jahit
jelujur atau cara angka 8 (figure of eight)
Derajat 2: pinggir robekan tidak beraturan di rapikan
dahulu, baru di lakukan hecting

Derajat 3-4: rujuk ke sekunder

KIE: jaga perineum selalu bersih dan kering, hindari


prnggunaan obat tradisional pada perineum, kontrol 3
hari setelah pulang atau maksimal seminggu setelah
pulang utk memeriksa penyembuhan luka. Ibu harus
kembali lebih awal jika demam atau mengeluarkan
cairan berbau busuk dari daerah luka.
Terima kasih
Atas perhatiannya

Anda mungkin juga menyukai