PROBLEM
Seorang wanita 40 tahun datang ke Poli kulit kelamin RS PKU Jogja dengan
A. ANAMNESA
Keluhan Utama:
Terdapat bercak-bercak putih yang gatal di tangan kanan dan badan.
Riwayat Penyakit Sekarang:
Sejak 2 minggu yang lalu, tampak adanya bercak putih bersisik halus yang
disertai dengan gatal di tangan kanan dan badan. Gatal dikeluhkan semakin
memberat ketika berkeringat. Bercak putih awalnya hanya satu di lengan atas
sebesar biji jagung, tetapi akhirnya menyebar hingga badan. Rasa kebas di bercak
(-), riwayat trauma (-), riwayat pengobatan sebelumnya (-)
Riwayat Penyakit Dahulu:
Riwayat keluhan serupa : (-)
Asma : (-)
Alergi makanan/obat/tumbuhan : (-)
Riwayat penyakit kulit lain : (-)
Riwayat Penyakit Keluarga:
Riwayat keluhan serupa : (+)
Asma : (-)
Alergi makanan/obat/tumbuhan : (-)
Riwayat penyakit kulit lain : (-)
Riwayat Higiene
Pasien mandi dua kali sehari dengan air PDAM dan memakai sabun mandi
batang. Pasien mengganti pakaian satu kali sehari, dan tidak mengganti pakaian
saat berkeringat
B. PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan umum : baik
Kesadaran : compos mentis
Tanda vital : TD: 110/80 mmHg, Suhu: 37oC, Nadi: 80 x/menit,
RR: 20 x/menit
Pemeriksaan dermatologi:
II. HIPOTESIS
Diagnosis Banding : 1. Pityriasis Versicolor
2. Pityriasis Alba
3. Vitiligo
Diagnosis : Pityriasis Versicolor
Vitiligo adalah kelainan pigmentasi yang didapat pada kulit dan membrane mukosa,
yang ditandai dengan makula hipopigmentasi dengan batas yang
tegasdengan pathogenesis yang kompleks. Makula hipopigmentasi pada vitiligo yang
khas berupa bercak putih seperti putih apur, bergaris tengah beberapa millimeter
sampai sentimeter, berbentuk bulat/lonjong dengan tepi berbatas tegas dan kulit pada
tempat tersebut normal dan tidak terdapat skuama. Distribusi vitiligo pada daerah
yang terpajan (muka, dada bagian atas, dorsum manus), daerah intertriginosa (aksila,
lipat paha), daerah orifisium ( sekitar mulut, hidung, mata, rectum), pada ekstensor
permukaan tulang yang meninjol ( jari-jari, lutut, siku). Pada pemeriksaan dengan
lampu Wood macula amelanotik pada vitiligo tampak putih berkilau. Ada 3 teori
yang mengemukakan pathogenesis dari vitiligo:
1. Hipotesis autoimun
Menyatakan bahwa melanosit yang terpilih dihancurkan oleh limfosit tertentu
yang telah diaktifkan. Namun, mekanisme pengaktifan limfosit tersebut belum
diketahui secara pasti. Teori ini juga berdasarkan adanya temuan klinis terhadap
hubungan antara vitiligo terhadap gangguan autoimun. Autoantibodi organ
spesifik untuk tiroid, sel parietal lambung, dan jaringan adrenal lebih sering
ditemukan pada serum pasien dengan vitiligo dibandingkan dengan populasi
umum. Antibodi terhadap melanosit orang normal dapat di deteksi dengan
menggunakan tes immunoprecipitation spesifik yangmemiliki pengaruh sitolisis.
Didapati profil sel-T yang abnormal padapasien vitiligodengan penurunan sel T-
helper.
2. Hipotesis neurogenik
Didasarkan pada interaksi dari melanosit dan sel saraf. Hipotesis ini menyatakan
bahwa adanya pelepasan mediator kimiawi tertentu yang berasal dari akhiransaraf
yang akan menyebabkan menurunnya produksi melanin. Namun, studi baru pada
penanda neuropeptida dan saraf pada vitiligo menunjukkan bahwa neuropeptida Y
mungkin memiliki peran dalam proses terjadinya vitiligo.
3. Hipotesis autositotoksik
Menyatakan bahwa melanosit dihancurkan oleh zat-zat beracun yang dibentuk
sebagai bagian dari biosintesis melanin yang alami. Penghancuran ini merupakan
mekanisme proteksi alami untuk menyingkirkan prekursor melanin yang beracun.
Hipotesis ini berdasarkan temuan klinis dari vitiligo dan penelitan eksperimen
terhadap depigmentasi kulit oleh senyawa kimia yang memilik efek mematikan
pada fungsi melanosit. Senyawa ini juga dapat menghasilkan leukoderma yang dibedakan
dengan vitiligo idiopatik.
F.2 Pityriasis Alba
Pitiriasis Alba sering dijumpai pada anak berumur 3-16 tahun (30-40%).
Wanita dan pria sama banyak. Lesi berbentuk bulat atau oval. Pada mulanya lesi
berwarna merah muda atau sesuai warna kulit dengan skuama halus di atasnya.
Setelah eritema menghilang lesi yang dijumpai hanya hipopigmentasi dengan
skuama halus. Pada stadium ini penderita datang berobat terutama pada orang
dengan kulit berwarna. Bercak biasanya multiple. Pada anak-anak, lokasi kelainan
pada muka, tersering di sekitar mulut, dagu, pipi, serta dahi. Lesi dapat dijumpai
pada ekstremitas dan badan. Lesi umumnya asimtomatik tetapi dapat juga terasa
gatal dan panas.
Pada pemeriksaan histopatologi tidak ditemukan melanin di stratum basal
dan terdapat hyperkeratosis dan parakeratosis. Kelainan ini dapat dibedakan dari
vitiligo dengan adanya batas yang tidak tegas dan lesi yang tidak amelanotik.
Kelainan hipopigmentasi ini dapat terjadi akibat perubahan-perubahan pasca
inflamasi dan efek penghambatan sinar ultra violet oleh epidermis yang
mengalami hyperkeratosis dan parakeratosis.
G. Pengobatan
Pengobatan Pityriasis versicolor dapat diterapi secara topikal maupun sistemik.
Tingginya angka kekambuhan merupakan masalah, dimana mencapai 60% pada tahun
pertama dan 80% setelah tahun kedua. Oleh sebab itu diperlukan terapi, profilaksis untuk
mencegah rekurensi:
1. Pengobatan Topikal
Pengobatan harus dilakukan secara menyeluruh, tekun dan konsisten. Obat yang
dapat digunakan ialah :
a) Selenium sulfida 1,8% dalam bentuk shampoo 2-3 kali seminggu. Obat
digosokkan pada lesi dan didiamkan selama 15-30 menit sebelum mandi.
b) Turunan azol, misalnya : mikozanol, klotrimazol, isokonazol dan ekonazol dalam
bentuk topikal
c) Sulfur presipitatum dalam bedak kocok 4-20%
d) Larutan Natrium Tiosulfas 25%, dioleskan 2 kali sehari sehabis mandi selama 2
minggu.
2. Pengobatan Sistemik
Pengobatan sistemik diberikan pada kasus Pityriasis versicolor yang luas atau jika
pemakaian obat topikal tidak berhasil. Obat yang dapat diberikan adalah :
a) Ketoconazole
Dosis: 200 mg per hari selama 10 hari.
b) Fluconazole
Dosis: dosis tunggal 150-300 mg selama 2 minggu.
c) Itraconazole
Dosis: 200 mg per hari selama 7 hari.
Pityriasis versicolor cenderung untuk kambuh, sehingga pengobatan harus diulangi.
Daerah hipopigmentasi perlu waktu yang lama untuk repigmentasi, dan kedaan yang
bertahan lama ini janganlah dianggap sebagai suatu kegagalan pengobatan.
H. Pencegahan
Untuk mencegah terjadinya Pityriasis versicolor dapat disarankan pemakaian 50%
propilen glikol dalam air untuk pencegahan kekambuhan. Pada daerah endemik dapat
disarankan pemakaian ketokonazol 200 mg/hari selama 3 bulan atau itrakonazol 200 mg
sekali sebulan atau pemakaian sampo selenium sulfid sekali seminggu. Untuk mencegah
timbulnya kekambuhan, perlu diberikan pengobatan pencegahan, misalnya sekali dalam
seminggu, sebulan dan seterusnya. Warna kulit akan pulih kembali bila tidak terjadi
reinfeksi. Pajanan terhadap sinar matahari dan kalau perlu obat fototoksik dapat dipakai
dengan hati-hati, misalnya oleum bergamot atau metoksalen untuk memulihkan warna
kulit tersebut.
I. Prognosis
Prognosisnya baik dalam hal kesembuhan bila pengobataan dilakukan
menyeluruh, tekun dan konsisten. Pengobatan harus di teruskan 2 minggu setelah
fluoresensi negatif dengan pemeriksaan lampu Wood dan sediaan langsung negatif.
DAFTAR PUSTAKA
1. Fitzpatrick TB, Johnson RA, Wolff K, Suurmond D. Color atlas & synopsis of clinical
dermatology. Fourth edition. Mc Graw-Hill: New York.
2. http://emedicine.medscape.com/article/1091575-treatment
3. http://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/tinea-versicolor/basics/symptoms/con-
20024674?_ga=1.164460799.1394624433.1412497991
4. http://www.google.com/url?
sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=1&cad=rja&uact=8&ved=0CB0QFjAA&url=
http%3A%2F%2Frepository.usu.ac.id%2Fbitstream
%2F123456789%2F35346%2F4%2FChapter%2520ll.pdf&ei=UB8xVPqlEtGVuAT4-
YHwBw&usg=AFQjCNEArseCd5Y80Y-
U1iPjL2dsqlL4xw&sig2=ghWlwwRcy1ga1Au4wVCi-A&bvm=bv.76802529,d.c2E