Pitiriasis Versikolor
Oleh :
1210311025
Preseptor :
PADANG
2017
BAB 1
PENDAHULUAN
Pitiriasis versikolor atau sering disebut sebagai panu merupakan infeksi kulit
superficial kronik yang disebabkan oleh ragi genus Malassezia1 yang dianggap sebagai flora
normal tubuh dan biasanya banyak pada daerah kulit yang kaya akan sebum.2 Penyakit
Pitiriasis versicolor adalah infeksi Malassezia yang paling umum didistribusikan diseluruh
dunia. Spesies yang paling sering ditemukan pada Pitiriasis versicolor adalah Malassezia
furfur dan Malassezia sympodialis.1 Kharakteristik klinis penyakit ini ditandai dengan lesi
yang berbatas tegas berwarna hipopigmentasi atau hiperpigmentasi sehingga disebut
versikolor.3
Penyakit ini biasa didapatkan di daerah beriklim sedang dan lebih sering lagi pada
daerah beriklim tropis.1,3 Tidak terdapat perbedaan prevalensi antara pria dan wanita, namun
terdapat kerentanan terkait usia.1 Usia 13-24 tahun paling sering ditemukan penyakit ini.4
Penyakit ini merupakan infeksi jamur superficial yang paling sering ditemukan dengan
prevalensi mencapai 50% di daerah panas dan lembab.4 Penyakit ini berhubungan dengan
keadaan sosial ekonomi penduduk yang rendah, kurangnya kebersihan perseorangan, dan
keadaan lain seperti iklim tropis yang panas, berkeringat banyak, dan lembab.4
Pengobatan penyakit ini dapat dilakukan dengan medikamentosa yang sederhana
seperti dengan sampo selenium sulfide3 atau dengan pemberian antijamur topikal.1,3 Namun,
pengobatan penyakit ini juga membutuhkan kepatuhan pasien untuk menghindari faktor-
faktor predisposisi munculnya infeksi jamur.1 Selain itu, pitiriasis versikolor cenderung untuk
kambuh sehingga memerlukan pengobatan berulang. Pasien juga harus memahami bahwa lesi
hipopigmentasi membutuhkan waktu yang lama untuk repigmentasi sehingga kondisi yang
bertahan lama tersebut diharapkan tidak dianggap sebagai sebuah kegagalan terapi.3
Banyaknya kasus pitiriasis versikolor dan besarnya peranan dokter layanan primer
dalam penanganan kasus ini membuat penulis tertarik mengangkatkan topik pitiriasis
versikolor sebagai bahan makalah laporan kasus kali ini.
1.2 Tujuan Penulisan
Laporan kasus ini bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan dan pemahaman
mengenai penegakkan diagnosis kasus pitiriasis versikolor beserta penatalaksanaannya.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Pitiriasis versikolor adalah infeksi kulit superfisial kronik, disebabkan oleh ragi genus
Malassezia, umumnya tidak memberikan gejala subjektif, ditandai oleh area atau
depigmentasi atau diskolorasi berskuama halus, tersebar diskret atau konfluen terutama pada
badan bagian atas.1
2.2 Epidemiologi
Insiden pitiriasis versikolor sama pada semua ras, tetapi erupsi lebih sering muncul
pada individu kulit hitam akibat perubahan yang dihasilkan oleh pigmentasi kulit.2 Tidak ada
perbedaan pada jenis kelamin.2 Pitiriasis versikolor lebih banyak pada orang dewasa dan
dewasa muda, karena kelenjar sebasea, produksi lipid, lebih aktif.1,2
2.3 Etiologi
Terdapat dua bentuk infeksi kutan yang disebabkan oleh Malassezia, yaitu: (1)
pityriasis versicolor dan (2) pityrosporum folliculitis.2 Selain itu, Malassezia juga berperan
pada penyakit kulit lainnya, seperti dermatitis seboroik, dermatitis atopik dan psoriasis.2
2.4 Patogenesis
Malassezia yang semula berbentuk ragi saprofit akan berubah menjadi bentuk miselia
yang menyebabkan kelainan kulit pitiriasis versikolor.2 Faktor predisposisi yang diduga dapat
menyebabkan perubahan tersebut berupa suhu, kelembapan lingkungan yang tinggi, tekanan
CO2 tinggi permukaan kulit akibat oklusi, faktor genetik, hiperhidrosis, kondisi imunosupresif
dan malnutrisi.1,2 Jamur ini hanya dapat berkembang pada daerah kulit yang mempunyai
kelenjar sebasea dan tidak pernah didapatkan pada telapak kaki atau telapak tangan karena
tidak mempunyai kelenjar tersebut.7
Enzim lipase berperan dalam metabolisme asam lemak seperti arakidonat atau asam
vasenic.2 Hasil metabolismenya berupa asam azeleat dan pityriacitrin.1,2 Asam azeleat
merupakan asam dikarboksilat yang menghambat aksi tirosinase pada jalur pembentukan
melanin.1,2Pityriacitrin merupakan senyawa kuning yang mengabsorbsi sinar ultraviolet.2 Hal
ini mengakibatkan terjadinya hipopigmentasi pada kulit yang terkena.2 Hipopigmentasi dapat
terjadi selama berbulan-bulan, kadang-kadang bertahun-tahun.1,2
2.5 Gambaran Klinis
Gambaran khas pitiriasis versikolor adalah makula berbatas tegas (berbentuk oval
atau lonjong), terdiri dari berbagai ukuran, berskuama halus (pitiriasiformis) dan menyebar
pada badan, terutama badan bagian atas, leher, perut dan ekstremitas sisi proksimal.1,2
Kadang ditemukan pada wajah dan kulit kepala, dapat juga ditemukan pada aksila, lipat paha
dan genitalia.1,2 Warna makula bervariasi dari putih, merah muda, coklat kemerahan atau
coklat kekuningan. Variasi warna lesi pada penyakit ini tergantung pada pigmen normal kulit
penderita, paparan sinar matahari, dan lamanya penyakit. Kadang-kadang warna lesi sulit
dilihat, tetapi skuamanya dapat dilihat dengan pemeriksaan goresan pada permukaan lesi
dengan kuret atau kuku jari tangan (coup dangle of besnier). 1,2
Umumnya tidak disertai
gejala subjektif, hanya berupa keluhan kosmetik, meskipun kadang ada pruritus ringan.1,2
2.6 Diagnosis
Dugaan diagnosis pitiriasis versikolor jika ditemukan gambaran klinis adanya lesi di
daerah predileksi berupa makula berbatas tegas berwarna putih, kemerahan, sampai dengan
hitam yang berskuama halus.1,2
Pemeriksaan dengan lampu Wood untuk melihat fluoresensi kuning keemasan akan
membantu diagnosis klinis.1,2 Konfirmasi diagnosis dengan didapatkannya hasil positif pada
pemeriksaan mikologis kerokan kulit.1,2
Beberapa kelainan dengan klinis yang mirip dan perlu dibedakan dari pitiriasis
versikolor antara lain pitiriasis alba, pitiriasis rosea, dermatitis seboroik, eritrasma, vitiligo,
morbus Hansen tipe tuberkuloid dan tinea. Perbedaan karakteristik perlu dicermai dan
pemeriksaan penunjang yang sesuai dapat membantu untuk menegakkan atau menyingkirkan
diagnosis lainnya.1
Sebagai obat topikal dapat digunakan antara lain selenium sulfida bentuk sampo 1,8%
atau bentuk losio 2,5% yang dioleskan tiap hari selama 15-30 menit dan kemudian dibilas.1
Aplikasi yang dibiarkan sepanjang malam dengan frekuensi dua kali seminggu juga dapat
digunakan, namun ada kemungkinan terjadi reaksi iritasi.1 Pengolesan dianjurkan di seluruh
badan kecuali kepala dan genitalia.1 Ketokonazol 2% bentuk sampo juga dapat digunakan
serupa dengan sampo selenium sulfid.1 Alternatif lain adalah solusio natrium hiposulfit 20%,
solusio propilen glikol 50%.1 Untuk lesi terbatas, berbagai krim derivat seperti mikonazol,
klotrimazol, isokonazol, ekonazol dapat digunakan; demikian pula krim tolsiklat tolnaftat,
siklopiroksolamin dan haloprogin.1 Obat topikal sebaiknya diteruskan 2 minggu setelah hasil
pemeriksaan dengan lampu Wood dan pemeriksaan mikologis langsung kerokan negatif.1
Obat sistemik diperlukan pada lesi luas, kekambuhan dan gagal dengan terapi topikal,
antara lain dengan ketokonazol 200 mg/hari selama 5-10 hari atau trakonazol 200 mg/hari
selama 5-7 hari.1
Ketokonazol telah digunakan sebagai obat antijamur selama lebih dari 30 tahun,
Resistensi in vitro ketokonazol pada M. furfur baru-baru ini dilaporkan sebanyak 25%.5
Penelitian yang dilakukan oleh Gobbato (2015) menunjukkan keunggulan dapaconazol
daripada ketokonazol. Dengan demikian, penggunaan dapaconazol tosylate dapat dijadikan
pengobatan potensial yang baru untuk pitiriasis versikolor.5
2.9 Prognosis
Prognosis baik jika pengobatan dilakukan secara tekun dan konsisten, serta faktor
predisposisi dapat dihindari.1 Lesi hipopigmentasi dapat bertahan sampai beberapa bulan
setelah jamur negatif.1
BAB 3
ILUSTRASI KASUS
Nama : Tn. RA
Umur : 23 tahun
Agama : Islam
Pendidikan : SMA
Suku : Minang
3.2 Anamnesis
Seorang pasien laki-laki usia 23 tahun datang ke poliklinik kulit kelamin RSUP Dr. M.Djamil
Padang pada tanggal 12 Juli 2017, dengan:
Bercak-bercak putih dengan sisik putih halus yang semakin meluas pada kedua lengan, dada
dan perut sejak 3 bulan yang lalu tanpa disertai gatal
3.2.2 Riwayat Penyakit Sekarang
Bercak-bercak putih dengan sisik putih halus pada kedua lengan, dada dan perut sejak 3
bulan yang lalu. Bercak pertama kali muncul di kedua lengan bawah sejak 2 tahun yang
lalu berukuran sebesar uang koin yang kemudian bertambah besar dan banyak. Bercak
semakin meluas ke kedua lengan atas, dada dan perut.
Bercak terasa sedikit gatal ketika pasien berkeringat
Pasien memiliki kebiasaan olahraga futsal sebanyak 2 kali seminggu, tidak segera
mengganti pakaian setelah berolahraga dan menunggu pakaian kering di badan, memakai
kaos dalam (dua lapis pakaian) dan pakaian yang bersifat tidak menyerap keringat, serta
mandi seringkali hanya sekali sehari
Pasien tinggal di rumah dengan ukuran kamar 3 x 4 dan memiliki ventilasi yang cukup
Pasien mengatakan bahwa pasien makan teratur, tetapi sering bergadang, dan kurang tidur
karena memikirkan dan menyelesaikan skripsi
Riwayat hilangnya sensasi raba, sentuh, dan nyeri pada bercak tidak ada.
Pasien sudah pernah mengobati keluhan bercak putih dengan obat Kalpanax cair dan
cream yang dibeli sendiri di apotek. Pasien pernah menggunakan obat tersebut selama
sebulan tetapi dengan waktu pemakaian yang tidak teratur, hanya ketika pasien ingat.
Obat dioleskan sendiri dengan tangan pasien ke tempat lesi. Terakhir obat digunakan
ketika 2 bulan lalu. pasien tidak merasakan adanya perbaikan pada bercak putihnya.
Pasien belum pernah menderita penyakit dengan bercak putih seperti ini sebelumnya.
Tidak ada keluarga yang menderita penyakit dengan bercak putih seperti ini.
Kesadaran : Komposmentis
Nadi : 88 x/menit
Nafas : 19x/menit
Suhu :36,7C
Distribusi : Regional
Ukuran : Lentikular-plakat
Makula hipopigmentasi di
kanan dada
Makula hipopigmentasi di
3.4 Resume
Pasien laki-laki usia 23 tahun, datang dengan keluhan bercak putih yang semakin
meluas sejak tiga bulan yang lalu. Bercak pertama kali terlihat di daerah kedua lengan bawah
dan terus meluas sampai ke kedua lengan atas, dada dan perut sisi lateral. Keluhan pertama
kali muncul pada dua tahun yang lalu. Pasien memiliki kebiasaan tidak segera mengganti
pakaian setelah berolahraga futsal dan membiarkan pakaian tersebut kering di badan,
memakai pakaian berlapis (kaos dalam) dan tidak menyerap keringat, serta seringkali mandi
hanya sekali sehari. Pasien pernah mencoba mengobati penyakitnya 2 bulan lalu dengan
membeli sendiri obat Kalpanax cair dan cream ke apotik, menggunakannya selama kurang
lebih satu bulan tetapi dengan waktu pemakaian seingatnya saja. Pasien tidak merasakan ada
perbaikan pada penyakitnya kemudian menghentikan pengobatan.
Pada pemeriksaan fisik ditemukan pasien tidak tampak sakit, tanda vital dalam batas
normal, status generalisata dalam batas normal. Pada pemeriksaan dermatologi ditemukan
lesi pada kedua lengan, dada dan perut sisi lateral dengan bentuk tidak khas,susunan diskret
dan konfluens, ukuran lentikular-plakat, batas tegas tidak tegas, berupa makula
hipopigmentasi dengan skuama putih halus diatasnya.
3.5 Diagnosis
- vitiligo
3.6.1 Mikologi
Kerokan kulit dengan KOH : gambaran kumpulan hifa pendek dengan sel ragi
Gambaran kekuningan
Pitiriasis Versikolor
3.8 Penatalaksanaan
- Edukasi kepada pasien bahwa penyakit ini bukan penyakit menular melainkan disebabkan
oleh jamur yang tumbuh akibat faktor-faktor tertentu seperti kelembaban yang tinggi,
imunosupresi, faktor genetik, dan malnutrisi.
- Anjurkan untuk patuh dan teratur dalam menggunakan obat dan berobat sampai tuntas
3.9 Prognosis
S1dd tab 1
S uc
BAB IV
DISKUSI
Seorang pasien laki-laki usia 23 tahun datang dengan keluhan bercak putih dengan
sisik putih halus yang semakin bertambah sejak tiga bulan yang lalu. Bercak awalnya terlihat
di kedua lengan bawah dan terus meluas sampai ke kedua lengan atas, dada dan perut sisi
lateral. Keluhan pertama kali muncul pada dua tahun yang lalu. Pasien memiliki kebiasaan
tidak segera mengganti pakaian setelah berolahraga futsal dan membiarkan pakaian tersebut
kering di badan, memakai pakaian berlapis (kaos dalam) dan tidak menyerap keringat, serta
seringkali mandi hanya sekali sehari. Selain itu, pasien juga sesekali mengeluhkan gatal
terutama saat berkeringat.
Pemeriksaan mikologi yang dilakukan berupa pemeriksaan woods lamp dan kerokan
KOH 20%. Hasil yang didapatkan sesuai dengan pitiriasis versikolor yakni fluoresensi
kekuningan pada pemeriksaan woods lamp dan gambaran hifa pendek dan sel ragi bulat
pada pemeriksaan KOH. Setelah dipastikan bahwa pasien menderita pitiriasis versikolor
maka diberikanlah tata laksana yang tepat pada pasien.