Anda di halaman 1dari 15

BAB II

TINJAUAN TEORI

2.1 TINEA VERSIKOLOR

2.1.1 DEFINISI

Tinea verrsikolor adalah infeksi jamur superfisial pada lapisan tanduk kulit yang disebabkan
oleh malassezia furfur atau pityrosporum orbiculare. Infeksi ini bersifat menahun, ringan, dan
biasanya tanpa peradangan. Pitiriasis versikolor mengenai muka, leher, badan, lengan atas, dan
ketiak, paha, dan lipatan paha.

2.1.2 ETIOLOGI

Penyebab penyakit ini adalah malassezia furfur, yang dengan pemeriksaan morfologin dan
imunofloresensi indirek ternyata indentik dengan pityrosporum orbiculare.(Madani A, 2000).
Prevalensi Pityriasis versicolor lebih tinggi (50%) di daerah tropis yang bersuhu hangat dan
lembab. (Radiono, 2001)

Beberapa penelitian pada kulit normal dan kulit yang terdapat lesi khususnya kulit yang
dicurigai malassezia beberapa percobaan ada yang menggunakan mikroskopis dan kultur,
karena teknik sampling yang berbeda-beda maka sangat sedikit sekali yang bisa dibandingkan.
Beberapa peneliti menemukan bahwa M. globosa adalah spesies yang paling sering ditemukan
pada pitiriasis versikolor, tetapi para peneliti lain menemukan bahwa M. furfur dan M.
sympodialis adalah spesies predominan dan M. sympodialis sering ditemukan pada kulit normal

2.1.3 PATOFISIOLOGI

Pityriasis Versikolor disebabkan oleh organisme dimorfik, lipofilik yaitu Malassezia furfur,
yang dibiakkan hanya pada media kaya asam lemak rantai C12-C14.Pityrosporon orbiculare,
pityrosporon ovale, dan Malassezia furfur merupakan sinonim dari M. Furfur. M. Furfur
merupakan flora normal kutaneus manusia., dan ditemukan pada 18% bayi dan 90-100%
dewasa.
Pada pasien dengan stadium klinis jamur tersebut dapat ditemukan dalam bentuk spora dan
dalam bentuk filamen (hifa). Faktor-faktor yang menyebabkan berkembang menjadi parasit
sebagai berikut:

1. Endogen: kulit berminyak, hiperhidrosis, genetika, imunodefisiensi, sindrom Cushing,


malnutrisi
2. Eksogen: kelembaban dan suhu tinggi, higiene, oklusi pakaian, penggunaan emolien yang
berminyak
Beberapa faktor menyumbang peranan penting dalam perkembangan dan manifestasi klinik
dari Pityriasis versikolor. Lemak kulit memiliki pengaruh, pityrosporum merupakan jamur yang
lipofilik dan bergantung kepada lemak sehingga memiliki kaitan erat dengan dengan trigliserida
dan asam lemak yang diproduksi oleh kelenjar sebasea. Ketergantungan terhadap lemak
menjelaskan bahwa pitiriasis versikolor memiliki predileksi pada kulit secara fisiologik kaya
akan kelenjar sebasea, dan tidak muncul pada tangan dan tapak kaki. Pitiriasis versikolor jarang
pada anak-anak dan orang tua karena kulit mereka rendah akan konsentrasi lemak, berbeda
dengan orang muda. Sekresi keringat, pada daerah tropikal endemik pityriasis versikolor, suhu
akan mengakibatkan peningkatan sekresi keringat yang mempengaruhi komposis lapisan lemak
kulit dan berhubungan dengan inisiasi pitiriasis versikolor. Faktor hormonal, dilaporkan bahwa
kasus pitiryasis versikolor meningkat pada iatrogenik Cushing’s syndrome yang diakibatkan
perubahan-perubahan stratum kulit, juga pada kehamilan dan akne vulgaris.

Proses depigmentasi kulit pada pityriasis versikolor bersifat subyektif yang dipengaruhi oleh
beberapa faktor, ras, paparan matahari, inflamasi kulit dan efek langsung Pityrosporum pada
melanocytes. Studi histologi, menunjukkan kehadiran sejumlah melanocytes pada daerah noda
lesi degeneratif dari pitiriasis versikolor.Hal ini memberikan petunjuk terjadinya penurunan
produksi melanin, penghambatan transfer melanin pada keratinocytes, kedua hal tersebut
menimbulkan kekurangan melanin pada kulit. Pendapat lain bahwa lesi hipopigmentasi terjadi
karena mekanisme penyaringan sinar matahari oleh jamur, sehingga lesi kulit menjadi lebih
terang dibanding dengan kulit sekitar lesi yang lebih gelap. Namun pendapat ini kurang tepat
untuk menjelaskan hipopigmentasi pada pityriasis versikolor karena beberapa kasus
hipopigmentasi pada pitiriasis versikolor tanpa terpapar oleh sinar matahari.
2.1.4 MANIFESTASI KLINIK

Kelainan kulit pityriasis versikolor sangat superfisial dan tersering ditemukan di badan. Lesi
kulit berupa bercak putih sampai coklat, merah, dan hitam. Di atas lesi terdapat sisik halus.

Bentuk lesi tidak teratur, dapat berbatas tegas atau difusi. Sering didapatkan lesi bentuk
folikular atau lebih besar, atau bentuk numular yang meluas membentuk plakat. Kadan-kadang
di jumpai bentuk campuran, yaitu folikular dengan numular, folikular dengan pelakat ataupun
folikular, atau numular dan pelakat.

Pada umumnya, pityriasis versikolor tidak memberikan keluhan pada penderita, paparan
sinar matahari, dan lamanya penyakit. Kadang-kadang warna lesi sulit di lihat, tetapi
skuamanya dapat dilihat dengan pemeriksaan goresan pada permukaan lesi dengan kuret atau
kuku jari tangan (coup d’angle dari beisner).

Kelainan kulit Pityriasis versicolor sangat superfisial dan ditemukan terutama di badan.
Kelainan ini terlihat sebagai bercak-bercak berwarna-warni, bentuk tidak teratur sampai teratur,
batas jelas sampai difus.Bercak-bercak tersebut berfluoresensi bila dilihat dengan lampu Wood.
Bentuk papulo-vesikular dapat terlihat walaupun jarang. Kelainan biasanya asimtomatik
sehingga adakalanya penderita tidak mengetahui bahwa ia berpenyakit tersebut. (Budimulja,
2002)

Kadang-kadang penderita dapat merasakan gatal ringan, yang merupakan alasan berobat.
Pseudoakromia, akibat tidak terkena sinar matahari atau kemungkinan pengaruh toksis jamur
terhadap pembentukan pigmen, sering dikeluhkan penderita.(Budimulja, 2002).Penderita pada
umumnya hanya mengeluhkan adanya bercak/makula berwarna putih (hipopigmentasi) atau
kecoklatan (hiperpigmentasi) dengan rasa gatal ringan yang umumnya muncul saat
berkeringat(Radiono, 2001).

Bentuk lesi tidak teratur dapat berbatas tegas atau difus.Sering didapatkan lesi bentuk
folikular atau lebih besar, atau bentuk numular yang meluas membentuk plakat.Kadang-kadang
dijumpai bentuk campuran, yaitu folikular dengan numular, folikular dengan plakat ataupun
folikular, atau numular dan plakat. (Madani A, 2000)

Pada kulit yang terang, lesi berupa makula cokelat muda dengan skuama halus di
permukaan, terutama terdapat di badan dan lengan atas.Kelainan ini biasanya bersifat
asimtomatik, hanya berupa gangguan kosmetik.Pada kulit gelap, penampakan yang khas berupa
bercak-bercak hipopigmentasi.Hilangnya pigmen diduga ada hubungannya dengan produksi
asam azelaik oleh ragi, yang menghambat tironase dan dengan demikian mengganggu produksi
melanin.Inilah sebabnya mengapa lesi berwarna cokelat pada kulit yang pucat tidak
diketahui.Variasi warna yang tergantung pada warna kulit aslinya merupakan sebab mengapa
penyakit tersebut dinamakan ‘Versicolor’. (Graham-Brown, 2005)

2.1.5 CARA PENULARAN

Sebagian besar kasus Pityriasis versicolor terjadi karena aktivasi Malassezia furfur pada
tubuh penderita sendiri (autothocus flora), walaupun dilaporkan pula adanya penularan dari
individu lain. Kondisi patogen terjadi bila terdapat perubahan keseimbangan hubungan antara
hospes dengan ragi sebagai flora normal kulit. Dalam kondisi tertentu Malassezia furfur akan
berkembang ke bentuk miselial, dan bersifat lebih patogenik. Keadaan yang mempengaruhi
keseimbangan antara hospes dengan ragi tersebut diduga adalah faktor lingkungan atau faktor
individual.Faktor lingkungan diantaranya adalah lingkungan mikro pada kulit, misalnya
kelembaban kulit. Sedangkan faktor individual antara lain adanya kecenderungan genetik, atau
adanya penyakit yang mendasari misalnya sindrom Cushing atau malnutrisi. (Radiono, 2001)

2.1.6 PATOGENESIS

Pityriasis versicolor timbul bila Malassezia furfur berubah bentuk menjadi bentuk miselia
karena adanya faktor predisposisi, baik eksogen maupun endogen.(Partogi, 2008)
1. Faktor eksogen meliputi suhu, kelembaban udara dan keringat,(Budimulja, 2001). Hal ini
merupakan penyebab sehingga Pityriasis versicolor banyak di jumpai di daerah tropis dan pada
musim panas di daerah subtropis. Faktor eksogen lain adalah penutupan kulit oleh pakaian atau
kosmetik dimana akan mengakibatkan peningkatan konsentrasi CO2,mikroflora dan pH.
(Partogi, 2008)
2. Sedangkan faktor endogen meliputi malnutrisi, dermatitis seboroik,sindrom cushing,
terapi imunosupresan, hiperhidrosis, dan riwayat keluarga yang positif. Disamping itu bisa juga
karena Diabetes Melitus, pemakaian steroid jangka panjang, kehamilan, dan penyakit – penyakit
berat lainnya yang dapat mempermudah timbulnya Pityriasis versicolor. (Partogi, 2008)
Patogenesis dari makula hipopigmentasi oleh terhambatnya sinar matahari yang masuk ke
dalam lapisan kulit akan mengganggu proses pembentukan melanin, adanya toksin yang
langsung menghambat pembentukan melanin, dan adanya asam azeleat yang dihasilkan oleh
Pityrosporum dari asam lemak dalam serum yang merupakan inhibitor kompetitf dari tirosinase.
(Partogi, 2008).

2.1.7 PENATALAKSANAAN

Dalam pengobatan pitiriasis versikolor, diperlukan penanganan yang menyeluruh, tekun,


dan konsisten. Bermacam-macam sampo yang dapat dipakai (sampo selenium sulfida 2,5%).
Larutan tiosulfida natrikus 25%, propilen glikol 50%, turunan imidazol, haloprogin,
siklopiroksolamin dan naftifin HCI. Cara aplikasi tergantung padan obat dan bentuk yang
dipakai.

Berbagai bentuk sampo dapat digosokan ke seluruh tubuh 1-1,5 jam sebelum mandi, selama
10 hari sampai 2 minggu. Berbagai solusio di oleskan 2 kali sehari selama 2 minggu bentuk
salep maupun krim biasanya kurang serasi, oleh karrena pemakaianya meliputi seluruh tubuh
sehingga mahal harganya.

Ketokonazol 200 mg per hari selama 10 hari dapat dipertimbangan untuk kasus yang
sulit. Demikian juga intrakonazol 100 mg per hari semala 2 minggu dapat bermanfaat, namun
reaksi obat ini agak terlambat dan penyembuhan justru terjadi 1-2 minggu setelah obat di
hentikan. Yang menjadi masalah adalah kekambuhan dan bercak hipopingmentasi
pascainflementasi. Pityrosforum orbiculare merupakan flora normal kulit sehingga sering
timbul reinfeksi sedangkan bercak hipopigmentasi pascainflamsi terjadi karena asam azeleat
yang dikeluarkan p. Orbiculare menghambat pembentukan melanin.

Untuk mencegah timbulnya kekambuhan, perlu diberikan pengobatan pencegahan, misalnya


sekali dalam seminggu, sebulan, dan setrusnya. Warna kulit akan pulih kembali bila tidak
terjadi reinfeksi. Pajanan terhadap sinar matahari dan kalau perlu obat pototoksik dapat dipakai
dengan hati-hati, misalnya oleum bergamot atau metoksalen untuk memuluhkan warna kulit
tersebut.

1. Pengobatan Topikal
2. Pengobatan harus dilakukan secara menyeluruh, tekun dan konsisten. Obat yang dapat
digunakan ialah :
a. Selenium sulfida 1,8% dalam bentuk shampoo 2-3 kali seminggu. Obat digosokkan pada
lesi dan didiamkan selama 15-30 menit sebelum mandi
b.Salisil spiritus 10%
c. Turunan azol, misalnya : mikozanol, klotrimazol, isokonazol dan ekonazol dalam bentuk
topikal
d.Sulfur presipitatum dalam bedak kocok 4-20%
e. Larutan Natrium Tiosulfas 25%, dioleskan 2 kali sehari sehabis mandi selama 2 minggu.
(Partogi, 2008)
3. Pengobatan Sistemik
Pengobatan sistemik diberikan pada kasus Pityriasis versicolor yang luas atau jika
pemakaian obat topikal tidak berhasil. Obat yang dapat diberikanadalah :
a. Ketoconazole
Dosis: 200 mg per hari selama 10 hari
b. FluconazoleDosis: dosis tunggal 150-300 mg setiap minggu
c. Itraconazole
Dosis: 100 mg per hari selama 2 minggu. (Madani A, 2000)

4. Terapi hipopigmentasi (Leukoderma)

a. Liquor carbonas detergent 5%, salep pagi/malam


b. Krim kortikosteroid menengah pagi dan malam
c. Jemur di matahari ±10 menit antara jam 10.00-15.00 (Murtiastutik,2009)
d. Pityriasis versicolor cenderung untuk kambuh, sehingga pengobatan harusdiulangi.
Daerah hipopigmentasi perlu Waktu yang lama untuk repigmentasi, dankedaan yang bertahan
lama ini janganlah dianggap sebagai suatu kegagalanpengobatan. (Graham-Brown, 2005)
BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN

Asuhan keperawatan (askep) pada klien gangguan integumen, seperti kusta, skabies, tinea
(jamur) umumnya belum ada rencana asuhan keperawatan khusus dan belum banyak ditemukan
pada buku ajar. Beberapa askep integumen yang sudah baku dan dapat kita temukan pada
beberapa literatur antara lain adalah askep luka baker dan askep psoriasis. Sehingga askep kulit
abnormal dapat digunakan sebagai acuan dalam menyusun rencana keperawatan pada klien
yang mengalami gangguan integumen, tentunya disesuaikan dengan data yang ditemukan pada
pengkajian.

3.1 PENGKAJIAN
Riwayat kesehatan dan observasi langsung memberikan infomasi mengenai persepsi klien
terhadap dermatosis, bagaimana kelainan kulit dimulai?, apa pemicu?, apa yang meredakan atau
mengurangi gejala?, termasuk masalah fisik/emosional yang dialami klien?. Pengkajian fisik
harus dilakukan secara lengkap.

3.2 RENCANA KEPERAWATAN


a. Risiko kerusakan integritas kulit berhubungan dengan perubahan fungsi barier kulit.
b. Nyeri dan rasa gatal berhubungan dengan lesi kulit.
c. Gangguan pola tidur berhubungan dengan pruritus.
d. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan penampakan kulit yang tidak bagus.
e. Kurang pengetahuan tentang program terapi berhubungan dengan inadekuat informasi.

3.3 TUJUAN INTERVENSI/IMPLEMENTASI


Tujuan askep dermatosis adalah terpeliharanya integritas kulit, meredakan gangguan rasa
nyaman: nyeri, tercapainya tidur yang nyenyak, berkembangnya sikap penerimaan terhadap diri,
diperolehnya pengetahuan tentang perawatan kulit dan tidak adanya komplikasi.
a. Resiko kerusakan integritas kulit berhubungan dengan perubahan fungsi barier kulit.
1. Lindungi kulit yang sehat dari kemungkinan maserasi (hidrasi stratum korneum yg
berlebihan) ketika memasang balutan basah.
Rasional: Maserasi pada kulit yang sehat dapat menyebabkan pecahnya kulit dan
perluasan kelainan primer.
2. Hilangkan kelembaban dari kulit dengan penutupan dan menghindari friksi.
Rasional: Friksi dan maserasi memainkan peranan yang penting dalam proses
terjadinya sebagian penyakit kulit.
3. Jaga agar terhindar dari cidera termal akibat penggunaan kompres hangat dengan
suhu terllalu tinggi & akibat cedera panas yg tidak terasa (bantalan pemanas,
radiator).
Rasional: Penderita dermatosis dapat mengalami penurunan sensitivitas terhadap
panas.
4. Nasihati klien untuk menggunakan kosmetik dan preparat tabir surya.
Rasional: Banyak masalah kosmetik pada hakekatnya semua kelainan malignitas
kulit dapat dikaitkan dengan kerusakan kulit kronik.
Kriteria keberhasilan implementasi.
a. Mempertahakan integritas kulit.
b. Tidak ada maserasi.
c. Tidak ada tanda-tanda cidera termal.
d. Tidak ada infeksi.
e. Memberikan obat topikal yang diprogramkan.
f. Menggunakan obat yang diresepkan sesuai jadual.

b. Nyeri dan rasa gatal berhubungan dengan lesi kulit.


1. Temukan penyebab nyeri/gatal
Rasional: Membantu mengidentifikasi tindakan yang tepat untuk memberikan
kenyamanan.
2. Catat hasil observasi secara rinci.
Rasional: Deskripsi yang akurat tentang erupsi kulit diperlukan untuk diagnosis
dan pengobatan.
3. Antisipasi reaksi alergi (dapatkan riwayat obat).
Rasional: Ruam menyeluruh terutama dengan awaitan yang mendadak dapat
menunjukkan reaksi alergi obat.
4. Pertahankan kelembaban (+/- 60%), gunakan alat pelembab.
Rasional: Kelembaban yang rendah, kulit akan kehilangan air.
5. Pertahankan lingkungan dingin.
Rasional: Kesejukan mengurangi gatal.
6. Gunakan sabun ringan (dove)/sabun yang dibuat untuk kulit yang sensitif
Rasional: Upaya ini mencakup tidak adanya detergen, zat pewarna.
7. Lepaskan kelebihan pakaian/peralatan di tempat tidur
Rasional: Meningkatkan lingkungan yang sejuk.
8. Cuci linen tempat tidur dan pakaian dengan sabun.
Rasional: Sabun yang “keras” dapat menimbulkan iritasi.
9. Hentikan pemajanan berulang terhadap detergen, pembersih dan pelarut.
Rasional: Setiap subtansi yang menghilangkan air, lipid, protein dari epidermis
Akan mengubah fungsi barier kulit
10. Kompres hangat/dingin.
Rasional: Pengisatan air yang bertahap dari kasa akan menyejukkan kulit dan
meredakan pruritus.
11. Mengatasi kekeringan (serosis).
Rasional: Kulit yang kering meimbulkan dermatitis: redish, gatal.lepuh, eksudat.
12. Mengoleskan lotion dan krim kulit segera setelah mandi.
Rasional: Hidrasi yang cukup pada stratum korneum mencegah gangguan lapisan
barier kulit.
13. Menjaga agar kuku selalu terpangkas (pendek).
Rasional: Mengurangi kerusakan kulit akibat garukan
14. Menggunakan terapi topikal.
Rasional: Membantu meredakan gejala.
15. Membantu klien menerima terapi yang lama.
Rasional: Koping biasanya meningkatkan kenyamanan.
16. Nasihati klien untuk menghindari pemakaian salep /lotion yang dibeli tanpa resep
Dokter.
Rasional: Masalah klien dapat disebabkan oleh iritasi/sensitif karena pengobatan sendiri
Kriteria keberhasilan implementasi.
a. Mencapai peredaan gangguan rasa nyaman: nyeri/gatal.
b.Mengutarakan dengan kata-kata bahwa gatal telah reda.
c. Memperllihatkan tidak adanya gejala ekskoriasi kulit karena garukan.
d. Mematuhi terapi yang diprogramkan.
e. Pertahankan keadekuatan hidrasi dan lubrikasi kulit.
f. Menunjukkan kulit utuh dan penampilan kulit yang sehat .

c. Gangguan pola tidur berhubungan dengan pruritus.


1. Nasihati klien untuk menjaga kamar tidur agar tetap memiliki ventilasi dan
kelembaban yang baik.
Rasional: Udara yang kering membuat kulit terasa gatal, lingkungan yang nyaman
meningkatkan relaksasi.
2. Menjaga agar kulit selalu lembab.
Rasional: Tindakan ini mencegah kehilangan air, kulit yang kering dan gatal
biasanya tidak dapat disembuhkan tetapi bisa dikendalikan.
3. Mandi hanya diperlukan, gunakan sabun lembut, oleskan krim setelah mandi.
Rasional: memelihara kelembaban kulit
4. Menjaga jadual tidur yg teratur.
5. Menghindari minuman yang mengandung kafein menjelang tidur.
Rasional: kafein memiliki efek puncak 2-4 jam setelah dikonsumsi.
6. Melaksanakan gerak badan secara teratur.
Rasional: memberikan efek menguntungkan bila dilaksanakan di sore hari.
7. Mengerjakan hal ritual menjelang tidur.
Rasional: Memudahkan peralihan dari keadaan terjaga ke keadaan tertidur.
Kriteria Keberhasilan Implementasi
a. Mencapai tidur yang nyenyak.
b. Melaporkan gatal mereda.
c. Mempertahankan kondisi lingkungan yang tepat.
d. Menghindari konsumsi kafein.
e. Mengenali tindakan untuk meningkatkan tidur.
f. Mengenali pola istirahat/tidur yang memuaskan.

d. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan penampakan kulit yang tidak bagus.
1. Kaji adanya gangguan citra diri (menghindari kontak mata,ucapan merendahkan
diri sendiri.
Rasional: Gangguan citra diri akan menyertai setiap penyakit/keadaan yang
tampak nyata bagi klien, kesan orang terhadap dirinya berpengaruh terhadap
konsep diri.
2. Identifikasi stadium psikososial terhadap perkembangan.
Rasional: Terdapat hubungan antara stadium perkembangan, citra diri dan reaksi
serta pemahaman klien terhadap kondisi kulitnya.
3. Berikan kesempatan pengungkapan perasaan.
Rasional: klien membutuhkan pengalaman didengarkan dan dipahami.
4. Nilai rasa keprihatinan dan ketakutan klien, bantu klien yang cemas
mengembangkan kemampuan untuk menilai diri dan mengenali masalahnya.
Rasional: Memberikan kesempatan pada petugas untuk menetralkan kecemasan
yang tidak perlu terjadi dan memulihkan realitas situasi, ketakutan merusak
adaptasi klien .
5. Dukung upaya klien untuk memperbaiki citra diri , spt merias, merapikan.
Rasional: membantu meningkatkan penerimaan diri dan sosialisasi.
6. Mendorong sosialisasi dengan orang lain.
Rasional: membantu meningkatkan penerimaan diri dan sosialisasi.
Kriteria Keberhasilan Implementasi
a. Mengembangkan peningkatan kemauan untuk menerima keadaan diri.
b. Mengikuti dan turut berpartisipasi dalam tindakan perawatan diri.
c. Melaporkan perasaan dalam pengendalian situasi.
d. Menguatkan kembali dukungan positif dari diri sendiri.
e. Mengutarakan perhatian terhadap diri sendiri yang lebih sehat.
f. Tampak tidak meprihatinkan kondisi.
g. Menggunakan teknik penyembunyian kekurangan dan menekankan teknik untuk
meningkatkan penampilanKurang pengetahuan tentang program terapi

e. Kurang pengetahuan tentang program terapi berhubungan dengan inadekuat


informasi.
1. Kaji apakah klien memahami dan salah mengerti tentang penyakitnya.
Rasional: memberikan data dasar untuk mengembangkan rencana penyuluhan
2. Jaga agar klien mendapatkan informasi yang benar, memperbaiki kesalahan
konsepsi/informasi.
Rasional: Klien harus memiliki perasaan bahwa sesuatu dapat mereka perbuat,
kebanyakan klien merasakan manfaat.
3. Peragakan penerapan terapi seperti, kompres basah, obat topikal.
Rasional: memungkinkan klien memperoleh cara yang tepat untuk melakukan
terapi.
4. Nasihati klien agar kulit teap lembab dan fleksibel dengan tindakan hidrasi dan
pengolesan krim serta losion kulit.
Rasional: stratum korneum memerlukan air agar tetap fleksibel. Pengolesan
krim/lotion akan melembabkan kulit dan mencegah kulit tidak kering, kasar, retak
dan bersisik.
5. Dorong klien untuk mendapatkan nutrisi yang sehat.
Rasional: penampakan kulit mencerminkan kesehatan umum seseorang,
perubahan pada kulit menandakan status nutrisi yang abnormal.
Kriteria Keberhasilan Implementasi
a. Memiliki pemahaman terhadap perawatan kulit.
b. Mengikuti terapi dan dapat menjelaskan alasan terapi.
c. Melaksanakan mandi, pembersihan dan balutan basah sesuai program.
d. Menggunakan obat topikal dengan tepat.
e. Memahami pentingnya nutrisi untuk kesehatan kulit Mencegah Infeksi
BAB IV

PENUTUP

4.1 KESIMPULAN

Tinea versikolor merupakan suatu infeksi yang agak sering terjadi (terutama pada dewasa
muda), yang disebabkan oleh jamur Pytirosporum orbiculare.
Pitiriasis versikolor lebih sering terjadi di daerah tropis dan mempunyai kelembabab
tinggi. Pitiriasis versiklor, atau tinea versikolor, atau panu termasuk mikosis superfisialis yang
sering dijumpai.
Diagnosis dapat ditegakkan berdasarkan atas gambaran klinis, pemeriksaan fluoresensi, lesi
kulit dengan lampu Wood, dan sedian langsung.
Obat ini digunakan jika lesi sulit disembuhkan atau luas. Ketokonazol dapat
dipertibangkan dengan dosis 1 kali 200 mg sehari selama 10 hari.
Obat-obat lain ialah salisil spiritus 10%; derivat-derivat azol, misalnya mikonazol,
krotrimazol, isokonazol, dan ekonazol; sulfur presipitatum dalam bedak kocok 4-20%; toksiklat;
tolnaftat, dan haloprogin. Larutan tiosulfas natrikus 25% dapat pula digunakan; dioleskan sehari
2 kali sehabis mandi selama 2 minggu, tetapi obat ini berbau tidak enak.

4.2 SARAN

Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu penulis
sangat mengharapkan saran dan kritik yang sifatnya membangun agar dalam pembuatan
makalah selanjutnya bias lebih baik lagi, atas perhatiannya penulis ucapkan terimakasih.

Anda mungkin juga menyukai