PENDAHULUAN
1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
2.2 Epidemiologi
Pitiriasis versikolor disebabkan oleh Malassezia spp., ragi ini bersifat lipofilik
yang merupakan flora normal pada kulit. Jamur ini bersifat dimorfik, bentuk dapat
berubah menjadi hifa. Dahulu ragi ini digolongkan sebagai genus Pityrosporum
2
(terdiri atas Pityrosporum ovale dan Pityrosporum orbiculare), tetapi kemudian
mengalami reklasifikasi sebagai genus Malassezia.
2.4 Patogenesis
Malassezia spp. Yang semula berbentuk ragi saprofit akan berubah menjadi
bentuk miselia yang menyebabkan kelainan kulit pitriasis versikolor. Kondisi atau
faktor predisposisi yang diduga dapat menyebabkan perubahan tersebut berupa
suhu, kelembaban lingkungan yang tinggi, dan tegaangan CO2 tinggi permukaan
kulit akibat oklusi, faktor genetik, hiperhodrosis, kondisi imunosupresif, dan
malnutrisi.
3
2.5 Gambaran klinis
Lesi pada pitiriasis versikolor terutama terdapat pada badan bagian atas,
leher, dan perut, ektremitas sisi proksimal. Kadang ditemukan pada wajah dan
skalp; dapat juga ditemukan pada aksila, lipat paha, genitalia. Lesi berupa makula
berbatas tegas, dapat hipopigmentasi, hiperpigmentasi dan kadang eritematosa,
terdiri atas berbagai ukuran, dan berskuama halus (pitirisiformis). Umumnya tidak
disetai gejala subjektif, hanya berupa keluhan kosmetis, meskipun kadang ada
pruritus ringan.
4
dengan merekatkan selotip. Pemeriksaan KOH 20% dan dapat ditambahkan
sedikit tinta biru hitam untuk memperjelas gambaran elemen jamur.
2.7 Diagnosis
5
Preparat sediaan dibuat dari kerokan skuama pada lesi yang diletakkan
pada objek glass yang ditetesi dengan larutan KOH 20% sebanyak 1-2
tetes, kemudian ditutup dengan gelas penutup dan didiamkan selama 15-20
menit agar epitel kulit melarut. Setelah sediaan siap, kemudian
dilaksanakan pemeriksaan menggunakan mikroskop cahaya dengan
pembesaran 10x10, dilanjutkan pembesaran 10x40. Pemeriksaan
menggunakan KOH 10-20% ditemukan hifapendek tebal 2-5μ dan
bersepta, dikelilingi spora berukuran 1-2μ gambaran ini khas sphageti and
meatball atau banana and grapes.
Beberapa kelainan dengan klinis yang mirip dan perlu dibedakan dari
pitiriasis versikolor, antara lain pitiriasis alba, eritrasma, vitiligo, dermatitis
seboroik, pitiriasis rosea, morbus Hansen tipe tuberkuloid, dan tinea. Perbedaan
karakteristik klinis perlu dicermati, dan pemeriksaan penunjang yang sesuai dapat
membantu untuk mengakkan atau menyingkirkan diagnosis.
2.9 Tatalaksana
a. Topikal
Obat topikal dapat digunakan antara lain selenium sulfide bentuk sampo
1,8% atau bentuk losio 2,5% yang dioleskan tiap hari selama 15-30 menit dan
kemudian dibilas. Aplikasi yang dibiarkan sepanjang malam dengan frekuensi
2 kali seminggu juga dapat digunakan, dengan perhatian akan kemungkinan
reaksi iritasi. Pengolesan dianjurkan diseluruh badan selain kepala dan
genitalia. Ketokonazol 2% bentuk sampo juga dapat digunakan serupa dengan
6
sampo selenium sulfid. Alternatif lain adalah solusio natrium hiposulfit 20%,
solusio propilen glikol 50%. Untuk lesi terbatas, berbagai krim derivat azol
misalnya mikonazol, klotrimazol, isokonazol, ekonazol dapat digunakan;
demikian pula krim tolsiklat, tolnaftat, siklopiroksolamin, dan haloprogin.
Obat topikal sebaiknya diteruskan 2 minggu setelah hasil pemeriksaan
mikologis langsung kerokan kulit negatif.
b. Sistemik
Obat sistemik dipertimbangkan pada lesi luas, kambuhan, dan gagal
dengan terapi topikal, antara lain dengan ketokonazol 200 mg/hari selama 5-
10 hari atau itrakonazol 200 mg/hari selama 5-7 hari.
Perdoskin 2017 :
Topikal
7
Khusus wajah dan genital digunakan vehikulum solutio
atau golongan azol topikal (mikazol cream 2 kali/hari)
2.10 Prognosis
Prognosis baik jika pengobatan dilakukan secara tekun dan konsisten, serta
faktor presdisposisi dapat dihindari. Lesi hipopigmentasi dapat bertahan sampai
beberapa bulan setelah jamur negatif, hal ini perlu dijelakan pada pasien.
8
BAB III
ILUSTRASI KASUS
ANAMNESIS
KELUHAN UTAMA : (Aloanamnesis) tampak bercak putih pada wajah
sejak 1 tahun yang lalu
9
RIWAYAT PENGOBATAN :
Pasien diobati dengan obat yang dibeli oleh ayah pasien diapotik yaitu salep
bicoral dan obat minum mojorel selama 3 hari dan mengaku tidak ada perubahan
RIWAYAT KEBIASAAN :
Pasien sering berkeringat dan mengaku mandi 2 kali sehari dan jarang bermain
diluar rumah. Pasien juga mengaku tidak pernah menggunakan handuk/pakaian
yang sama secara bergantian dengan keluraga
STATUS GENERALIS
Keadaanumum :-
Kesadaran : Komposmentis
Tanda vital :-
Tekanandarah :-
Nadi :-
Nafas :-
Suhu :-
Keadaangizi :-
Pemeriksaan thorax :-
Pemeriksaan abdomen :-
STATUS DERMATOLOGIS
Lokasi : Regio fasialis
Distribusi : Mutiple
Bentuk : Bulat, oval, dan tidak teratur
Susunan : Tidak teratur
Batas : Sirkumskrip
Ukuran : Miliar-Lentikular
Efloresensi : Makula hipopigmentasi berskuama halus
10
KELAINAN SELAPUT/MUKOSA : -
KELAINAN MATA :-
KELAINAN KUKU :-
KELAINAN RAMBUT :-
KELAINAN KGB :-
TERAPI
UMUM:
- Menjaga kebersihan tubuh
- Mandi ketika berkeringat
- Tidak mengunakan handuk atau pakaain secara bergantian dengan orang
lain
- Menjaga kebersihan rumah
KHUSUS
- Cream ketokonazole 2% 2 kali oles perhari selama 2-3 minggu.
PROGNOSIS
11
QUO AD SANAM :Bonam
QUO AD VITAM : Bonam
QUO AD FUNGSIONAM : Bonam
QUO AD KOSMETIKUM : Bonam
RESUME
Pasien datang ke poliklinik penyakit kulit dan kelamin dengan keluhan bercak
putih diwajah sejak 1 tahun yang lalu. Bercak putih muncul tiba tiba dan disadari
oleh ibu pasien bercak putih tidak gatal. Kelurga pasien tidak mengalami hal yang
sama. Ayah pasien mengaku mengobati anaknya dengan obat yang dibeli diapotik
dan sudah digunakan selama 3 hari tapi tidak ada perubahan. Pasien mengaku
sering berkeringat dan mandi 2 kali sehari.
BAB IV
PEMBAHASAN
Lesi pada pitiriasis versikolor terutama terdapat pada badan bagian atas,
leher, dan perut, ektremitas sisi proksimal. Kadang ditemukan pada wajah dan
skalp; dapat juga ditemukan pada aksila, lipat paha, genitalia. Lesi berupa makula
berbatas tegas, dapat hipopigmentasi, hiperpigmentasi dan kadang eritematosa,
12
terdiri atas berbagai ukuran, dan berskuama halus (pitirisiformis). Umumnya tidak
disetai gejala subjektif, hanya berupa keluhan kosmetis, meskipun kadang ada
pruritus ringan. Sesaui dengan kasus diatas pasien mengeluhkan bercak keputihan
pada wajah tanpa rasa gatal untuk lebih memastikan sebaiknya dilakukan
pemeriksaan KOH 20%
BAB V
KESIMPULAN
13
konfluen, dan terutama terdapat pada bagian atas. Kadang ditemukan pada wajah
dan skalp; dapat juga ditemukan pada aksila, lipat paha, genitalia. Lesi berupa
makula berbatas tegas, dapat hipopigmentasi, hiperpigmentasi dan kadang
eritematosa, terdiri atas berbagai ukuran, dan berskuama halus (pitirisiformis).
Umumnya tidak disetai gejala subjektif, hanya berupa keluhan kosmetis,
meskipun kadang ada pruritus ringan. Prognosis baik jika pengobatan dilakukan
secara tekun dan konsisten, serta faktor presdisposisi dapat dihindari. Lesi
hipopigmentasi dapat bertahan sampai beberapa bulan setelah jamur negatif, hal
ini perlu dijelakan pada pasien.
DAFTAR PUSTAKA
1. Buku Ajar Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin Edisi 7, Cetakan Keepat.
Tahun 2017. Penerbit : Badan Penerbit FKUI.
14
2. Panduan Praktik Klinis. Bagi Dokter Spesialis Kulit dan Kelamin di
Indonesia.2017 : Perhimpunan Dokter Spesialis Kulit dan Kelamin
Indonesia (PERDOSKIN).
3. Fitzpatrick’s Dermatology in General Medicine Eight Edition Volume
1 & 2. Tahun 2012. Penerbit : Mc Grow Hill.
15