Anda di halaman 1dari 6

PTIRIASIS ALBA

1. Definisi
Bentuk dermatititis yang tidak spesifik dan belum diketahui penyebabnya, ditandai
dengan adanya bercak kemerahan dan skuama halus yang akan menghilang serta meninggalkan
area yang depigmentasi. 10,11,12

2. Epidemiologi
Penyakit ini dapat mengenai semua usia namun paling sering pada anak- anak yang
berumur 3-16 tahun (30-40%) dengan 90% insiden terjadi pada anak < 12 tahun. Pitiriasis alba
mengenai pria dan wanita dengan jumlah yang sama banyak. Pitiriasis alba dapat mengenai
semua ras. Sebuah penelitian menyebutkan bahwa insidensi penyakit ini sedikit lebih tinggi pada
ras kulit putih. Namun, penyakit ini akan tampak lebih nyata dan lebih mengganggu pada pasien
dengan kulit hitam.13

Pitiriasis alba bukan penyakit yang dipengaruhi oleh musim, namun kulit yang bersisik
seringkali memburuk pada cuaca yang dingin. Akan tetapi, paparan dengan sinar matahari akan
membuat lesi tampak lebih jelas sepanjang musim panas. Penyakit ini lebih sering ditemui pada
pasien dengan riwayat atopi.13

3. Etiologi
Sampai saat ini belum ditemukan adanya etiologi yang definitif walaupun beberapa
usaha telah dilakukan untuk menemukan adanya mikroorganisme pada lesi kulit. Namun
dikatakan juga biasanya pitiriasis alba seringkali didapat pada kulit yang sangat kering yang
dipicu oleh lingkungan yang dingin. 
Pitriasis alba juga telah diketahui sebagai suatu manifestasi dari dermatitis
atopik. Penelitian terakhir mengenai etiologi pitriasis alba yang dilakukan pada tahun 1992,
dimana Abdallah menyimpulkan Staphylococcus aureus merupakan elemen penting dalam
menimbulkan manifestasi klinis penyakit ini. Dia menemukan bakteri ini ada pada 34% dalam
plak pitriasis alba dan 64% pada rongga hidung pasien yang sama dan pada kelompok kontrol
presentasinya secara berurutan 4% dan 10%. Faktor lingkungan sepertinya sangat berpengaruh
walaupun mungkin bukan berupa agen etiologis langsung, paling tidak dapat memperburuk atau
memperbaiki lesi. 10,11,12

4. Patogenesis
Dalam penelitian pada 9 pasien dengan pitiriasis alba yang luas, ditemukan densitas dari
melanosit yang normal berkurang pada daerah lesi tanpa adanya aktivitas sitoplasmik.
Melanosom cenderung lebih sedikit dan lebih kecil namun pola distribusi dalam keratinosit
normal. Hipopigmentasi utamanya diakibatkan oleh berkurangnya jumlah melanosit aktif dan
penurunan jumlah dan ukuran dari melanosomes pada daerah lesi kulit. Transfer melanosom di
keratinosit secara umum tidak terganggu. Gambaran histologis kurang spesifik. Hiperkeratosis
dan parakeratosis tidak selalu ada dan sepertinya tidak berperan penting dalam patogenesis dari
hipomelanosis. Beragam derajat jumlah edema dan sekret lemak intrasitoplasmik dapat terlihat.
10,11,12

5. Gambaran Klinis
Gambaran klinis pada penyakit ini adalah dengan munculnya lesi berbentuk bulat, oval
ataupun plakat yang tidak teratur. Bercak umumnya multipel dengan jumlah berkisar antara 4-20
buah dengan diameter sekitar ½ sampai 2 cm. Warna lesi tersebut dapat berubah bergantung
dengan stadiumnya. Pada pitiriasis alba terdapat 3 stadium, yaitu:13

 Stadium eritema yang berskuama


Pada stadium eritema, lesi akan tampak berwarna merah disertai dengan sisik-sisik halus
yang kadang sering disalah tafsirkan sebagai psoriasis. Stadium ini umumnya hanya ringan
sehingga seringkali tidak disadari oleh pasien sehingga pasien umunya datang berobat ketika lesi
sudah berubah warna menjadi putih.

 Stadium hipokromic dengan skuama


Pada stadium ini pasien umumnya mengeluhkan adanya bercak berwarna putih yang
bersisik halus. Pasien biasanya akan berobat dengan keluhan mengganggu kosmetik saja karena
tidak adanya rasa gatal maupun nyeri.

 Stadium hipokromic halus tanpa skuama


Apabila lesi masih menetap maka skuama akan menghilang dan hanya meninggalkan
daerah depigmentasi yang seringkali terlihat sebagai leukoderma.
Lesi umumnya timbul di muka (50-60%) dan paling sering di pipi, sekitar mulut,
dagu, serta dahi. Lesi juga dapat dijumpai di ekstremitas dan badan namun sangat jarang.
Lesi juga muncul secara simetris di bokong, paha atas, punggung, dan ekstensor lengan. 13
Lesi pada pitiriasis alba umumnya bilateral dan mengenai daerah wajah, lengan, atau
leher.13

6. Histopatologi

Perubahan histopatologik hanya dijumpai adanya akantosis ringan, spongiosis dengan


hiper- keratosis sedang dan perakeratosis setempat. Tidak adanya pgimen disebabkan
karena efek penyaringan sinar oleh stratum komeum yang menebal atau kemampuan sel
epidermal meng- angkut granula pigmen melanin berkurang. Pada pemeriksaan
mikroskop elektron ter- lihat penurunan jumlah serta berkurangnya ukuran melanosome.

7. Diagnosis

Berdasarkan umur, skuama halus dan distribusi lesi. Diagnosis banding ialah
vitiligo, pada fase eritema sering diduga psoriasis

8. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang yang sering dilakukan adalah :
1. Pemeriksaan potassium hidroksida (KOH)
Pemeriksaan ini dapat menyingkirkan pitiriasis versikolor, tinea fasialis atau tinea korporis
2. Pemeriksaan histopatologi dari biopsi kulit
Pemeriksaan histopatologis dari biopsi kulit tidak banyak membantu karena tidak
patognomonik untuk menegakkan diagnosis. Pada pemeriksaan histopatologis didapatkan :
adanya akantosis ringan, spongiosis dengan hiperkeratosis dan parakeratosis setempat,
pigmentasi melanin yang irreguler pada lapisan basal kulit. Kadang ditemukan pula kelenjar
sebum yang atrofi.10,11,12
Tidak ditemui gambaran histopatologi yang khas untuk penyakit ini. Perubahan
histopatologik yang dijumpai berupa akantosis ringan, spongiosis dengan hyperkeratosis sedang
dan parakeratosis setempat. Pada lesi ditemukan pengurangan jumlah dan ukuran melanosom.
Tidak adanya pigmen disebabkan karena efek penyaringan sinar oleh stratum korneum yang
menebal atau karena kemampuan sel epidermal mengangkut granula pigmen melanin
berkurang.13

3. Pemeriksaan mikroskop elektron

9. Penatalaksanaan

Pitiriasis alba umumnya adalah penyakit yang dapat sembuh spontan tanpa perlunya
terapi. Penatalaksanaan pitiriasis alba pada dasarnya terdiri dari perawatan kulit yang baik dan
edukasi terhadap pasien dan keluarganya bahwa penyakit yang dideritanya tidak berbahaya dan
penyakit ini dapat sembuh sendiri secara spontan.13

Terapi yang dapat diberikan pada pasien adalah pemberian kortikosteroid topical yang
lemah (hidrokortison) atau krim emolien yang dapat berguna untuk mengurangi eritem,
menghilangkan skuama, serta mengurangi rasa gatal (bila ada). Kortikosteroid topikal lemah
dipilih untuk digunakan karena sangat aman digunakan pada anak-anak. Meskipun demikian,
penggunaan jangka panjang pada daerah wajah tidak disarankan. Penggunaan kortikosteroid
superpoten dapat mengakibatkan gangguan metabolik dan mengganggu pertumbuhan pada anak,
terutama pada usia dibawah 2 tahun dengan penggunaan pada permukaan tubuh secara luas.
Steroid poten juga dapat mengakibatkan atrofi pada kulit. Oleh karena itu steroid poten
sebaiknya tidak digunakan pada daerah wajah. Hidrokortison topikal tersedia dalam bentuk krim
dan salep. Keduanya dapat ditoleransi dengan baik, tetapi salep mungkin lebih efektif pada
pasien dengan skuama yang lebih signifikan. 13

Terapi lain yang juga dapat digunakan adalah tacrolimus salep 0,1% atau pimecrolimus
krim 1%. Walaupun tacrolimus salep dapat digunakan untuk mengobati pasien dengan pitiriasis
alba dan sangat aman pada anak kecil, obat ini jarang digunakan dikarenakan harganya yang
cukup tinggi. Preparat tar juga dapat digunakan pada lesi kronik.13

Disamping penggunaan obat-obat tersebut, pasien sebaiknya melindungi diri dari sinar
matahari dengan menggunakan topi, pakaian tertutup, dan pelindung sinar matahari (sun block).
Walaupun lesi pada pitiriasis alba tidak dipengaruhi oleh sinar matahari, pemaparan kulit pada
sinar matahari yang berlebihan dapat menyebabkan bertambah gelapnya kulit disekitar lesi yang
akhirnya mengakibatkan memburuknya penampilan penderita.13
Pada kasus dimana terjadi pitiriasis alba yang luas, pasien sebaiknya dirujuk pada
spesialis dermatologi untuk pertimbangan pemberian psoralen oral dan UVA photochemotherapy
(PUVA). Akan tetapi, terapi dengan PUVA memiliki beberapa resiko yang tidak diinginkan dan
sangat jarang diperlukan.13

lihat penurunan jumlah serta berkurangnya ukuran melanosom.10,11,12

10. Prognosis
Pitiriasis alba memiliki prognosis yang baik. Depigmentasi yang terjadi tidak permanen
dan biasanya sembuh spontan dalam beberapa bulan sampai beberapa tahun. Durasi gejala
berbeda pada setiap individu. Pengobatan dapat mempersingkat durasi lesi sampai beberapa
minggu. 10,11,12
Penyakit ini tidak menular dan bersifat ‘self-limiting’ tanpa perlu terapi untuk
penyembuhan dan repigmentasinya. Lesi pada pitiriasis alba biasanya menetap selama beberapa
minggu sampai beberapa tahun. Seringkali memudar dan hilang sepenuhnya pada masa dewasa.13

DAFTAR PUSTAKA

10. Jurnal Anak Perempuan Berusia 14 Tahun dengan Lupus Eritematosus Sistemik dengan
Nefritis dan Hipertensi Grade I. 2018. Tiffany Putri Alamanda, A. Taruna, Yusuf Aulia
Rahman. Fakultas Kedokteran, Universitas Lampung Bagian Ilmu Penyakit Dalam,
Rumah Sakit Umum Daerah Abdoel Moeloek.
11. Handoko RP. 2011. Skabies. Dalam: Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Edisi Ke-6.
Badan Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta, Indonesia, hal. 122-
125.
12. Ortonne JP, Bahadoran P, dkk. Hypomelanosis dan Hypermelanosis. Dalam : Freedberg
IM, Eisen AZ, Wolff K, dkk, editor. Fitzpatrick’s Dermatology in General Medicine.
Sixth edition. Mc Graw-Hill. New York. 2003:836-862.
13. Achyar RY. Kelainan-kelainan hipopigmentasi dan vitiligo. Dalam: Simposium Kelainan
Pigmentasi Kulit dan Penanggulangannya. PADVI Cabang Jakarta Raya 1988: 46-59.

Anda mungkin juga menyukai