Anda di halaman 1dari 11

STATUS PASIEN

BAGIAN ILMU KESEHATAN KULIT DAN KELAMIN

RSUD UNDATA PALU

I. IDENTITAS PASIEN
1. Nama pasien : Tn. H
2. Umur : 61 tahun
3. Jenis kelamin : laki-laki
4. Alamat : Jl. Jati
5. Pekerjaan : Pensiunan PNS
6. Tanggal pemeriksaan : 4 juni 2016
7. Ruangan : PoliklinikKesehatanKulit&KelaminUndata

II. ANAMNESIS
1. Keluhan utama:
Gatal dan tonjolan-tonjolan kecil yang banyak pada kedua
tungkai bawah.
2. Riwayat penyakit sekarang:
Pasien datang ke poliklinik kulit dan kelamin dengan keluhan gatal
dan munculnnya tonjolan-tonjolan kecil yang banyak pada kedua
tungkai bawah. Tonjolan-tonjolan tersebut berwarna coklat
kehitaman sebesar kepala jarum pentul. Keluhan tersebut dirasakan
sejak 10 tahun yang lalu. Awalnya kulit pasien terasa sangat gatal
sehingga sering digaruk, kemudian timbul tonjolan-tonjolan kecil
berwarna kulit yang makin lama makin bertambah banyak dan
gatal yang lama kelamaan berwarna coklat kehitaman serta luka
bekas garukan pasien. Rasa gatal dirasakan terutama saat tidak
beraktivitas, tidak ada rasa nyeri dan panas pada kulit. Pasien
mengaku tidak mengalami demam sebelumnya.

1
3. Riwayat penyakit dahulu:
Keluhan yang sama dirasakan sejak 10 tahun yang lalu yang
hilang timbul. Pasien sering kontrol di Poli klinik kesehatan
kulit dan kelamin
Riwayat hipertensi (-), Diabetes mellitus (-), kolesterol (-)
Riwayat alergi terhadap obat maupun makanan (-)
4. Riwaya penyakit keluarga:
Tidak ada keluarga pasien yang menderita keluhan yang sama
(-)
Riwayat asma atau penyakit alergi lainnya dalam keluarga (-)

III. PEMERIKSAAN FISIK


Status Generalis
1. Keadaan umum : Baik
2. Status gizi : Baik
3. Kesadaran : Kompos mentis

Tanda-tanda Vital
1. Tekanan darah : 150/90 mmHg
2. Nadi : 124 x / menit
3. Respirasi : 18 x / menit
4. Suhu : 35,6o C

Status Dermatologis

Ujud kelainan kulit :

Terdapat papul-papul hiperpigmentasi


ukuran milier berbentuk seperti
kubah, diskrit maupun konfluens,
berskuama pitiriasiformis dan
terdapat ulkus

2
Lokalisasi

1. Kepala : tidak terdapat ujud kelainan kulit


2. Leher : tidak terdapat ujud kelainan kulit
3. Dada : tidak terdapat ujud kelainan kulit
4. Punggung : tidak terdapat ujud kelainan kulit
5. Perut : tidak terdapat ujud kelainan kulit
6. Selangkangan : tidak terdapat ujud kelainan kulit
7. Ekstremitas atas : tidak terdapat ujud kelainan kulit
8. Ekstremitas bawah :
Pada kedua tungkai bawah nampak adanya
papul-papul hiperpigmentasi ukuran
milier berbentuk seperti kubah,
diskrit maupun konfluens, berskuama
pitiriasiformis dan terdapat ulkus

3
IV. GAMBAR

Gambar 1. Lesi Pada Kedua Tungkai Bawah


Nampak adanya papul-papul hiperpigmentasi ukuran milier berbentuk seperti kubah,
diskrit maupun konfluens, berskuama pitiriasiformis dan terdapat ulkus

V. ANJURAN PEMERIKSAAN PENUNJANG


Pemeriksaan histopatologi

4
VI. RESUME
Pasien laki-laki usia 61 tahun datang ke poliklinik kulit dan kelamin
dengan keluhan gatal dan munculnnya tonjolan-tonjolan kecil yang
banyak pada kedua tungkai bawah. Tonjolan-tonjolan tersebut
berwarna coklat kehitaman sebesar kepala jarum pentul. Keluhan
tersebut dirasakan sejak 10 tahun yang lalu. Awalnya kulit pasien
terasa sangat gatal sehingga sering digaruk, kemudian timbul tonjolan-
tonjolan kecil berwarna kulit yang makin lama makin bertambah
banyak dan gatal yang lama kelamaan berwarna coklat kehitaman
serta luka bekas garukan pasien. Rasa gatal dirasakan terutama saat
tidak beraktivitas, rasa nyeri dan panas pada kulit. (-), demam (-).
Pasien sering kontrol dengan keluhannya yang hilang timbul tersebut.
Riwayat alergi obat maupun makanan (-)
Dari hasil pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umum pasien
baik, tekanan darah 150/90 mmHg, nadi 124 x / menit, Respirasi
18x/menit, Suhu 35,6o C.
Hasil pemeriksaan kulit tampak papul-papul hiperpigmentasi
berbentuk seperti kubah, diskrit maupun konfluen s,
berskuama pitiriasiformis dan terdapat ulkus .

VII. DIAGNOSIS KERJA


Liken amiloidosis

VIII. DIAGNOSIS BANDING


1. Liken planus
2. Liken simpleks kronikus

IX. PENATALAKSANAAN
Non Medikamentosa
Menjaga kebersihan kulit dengan mandi menggunakan sabun 2x
sehari

5
Menghindari menggaruk dan menggosok kulit
Medikamentosa
Sistemik: Cetrizine tablet 10 mg 1x1
Topikal: Inerson cream 15 g 2x1

X. PROGNOSIS
Qua ed vitam : bonam
Qua ed fungsionam : dubia ad bonam
Qua ed sanationam : dubia ad bonam
Qua ed cosmeticam : dubia ad bonam

6
PEMBAHASAN

Amiloidosis kutis merupakan penyakit metabolik yang dapat dijumpai


dalam beberapa fase kehidupan. Amiloidosis diklasifikasikan menjadi tiga yaitu:
(1) amiloidosis sistemik primer, (2) amiloidosi sistemik sekunder, dan (3)
amiloidosis kulit lokal. Liken amiloidosis termasuk dalam amiloidosis kulit lokal.1

Pada amiloidosis protein a m i l o i d t e r d e p o s i t p a d a l a p i s a n d e r m i s


k u l i t . S e b u a h p r o t e i n a m i l o i d m e m i l i k i bentuk tak larut yang khas
yang disebabkan oleh perubahan struktur sekunder protein.2
Liken amiloidosis yaitu penyakit kulit akibat penumpukan amiloid di kulit
yang sebelumnya normal tanpa ada gejala sistemik disertai gejala pruritus, dengan
bentuk papul 2-3 mm berwarna coklat, konsistensi kenyal sampai keras, dan
berbentuk kerucut (kubah). Bentuk lain adalah makula, berbatas tegas, dan
berwarna coklat keabu-abuan ataupun bentuk nodular.1,3

Liken amiloidosis merupakan bentuk tersering dari amiloidosis kutaneus


lokalisata dan tidak berhubungan dengan amiloidosis sistemik. Penyakit ini relatif
jarang dijumpai.2
Amiloidosis agak jarang dijumpai dan bentuk liken Amiloidosis
merupakan kasus terbanyak terdapat di Amerika Selatan dan Asia. penyakit ini
terlihat pada umur pertengahan 50-60 tahun, sporadik. Sering terjadi pada
keturunan cina dan lebihsering terjadi pada laki-laki. 2
Amiloidosis termasuk kedalam kelompok penyakit konformasional karena
agregasi protein patologis terjadi karena penurunan stabilitas pelipatan (folding)
protein dan kecenderungan dari protein untuk membentuk lebih dari satu
konformasi. Telah ditemukan 21 protein penyebab terjadinya penyakit
amiloidosis. Protein-protein ini memiliki struktur dan fungsi yang berbeda tetapi
dapat membuat fibril amiloid yang sama secara morfologi.4
Pembentukan protein amiloid terjadi karena kesalahan pada proses pelipatan
(folding) protein. Hal ini dapat terjadi dalam beberapa cara. Cara yang pertama
adalah dengan pergantian satu asam amino di dalam rantai protein tersebut. Cara

7
yang kedua adalah dengan remodeling proteolitik dari protein prekursor yang
telah ada. Cara yang ketiga adalah protein memiliki kecenderungan untuk
membentuk konformasi patologis yang sejalan dengan penuaan. Ketiga
mekanisme diatas dapat berhubungan satu sama lain atau bertindak secara
independen.4

Gejala khas liken amiloidosis khas dengan adanya papula seperti


kubah, berwarna seperti kulit sampai coklat, kecil, diskrit, skuama
halus dapat likenoid, sebagian bergerombol seperti plak moniliformis, dan
jika berkelompok mirip seperti liken simpleks kronikus. Disertai dengan
keluhan gatal paroksisimal, gatal pada betis lebih hebat. papula likenoid ini
kemungkinan merupakan hasil dari rasa gatal dan garukan yang dilakukan oleh
penderita.1,2
Lokalisasi lesi terutama dijumpai di kulit daerah tulang kering.
Selain itu, dapat juga dijumpai di daerah paha, pergelangan tangan, lengan bawah
ekstensor dan bagian belakang punggung.1,2
Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik
mengenai gejala khas penyakit ini disertai konfirmasi pemerikasaan
histopatologik sebagai pemeriksaan penunjang. Gambaran histopatologis akan
tampak massa amiloid pada papilla dermis; epidermis akantosis,
hiperkeratosis, dan hiperpigmentasi pada bagian basal.1
Penatalaksanaan liken amiloidosis yaitu:
1) Umum: 5,6
menghindari garukan dan menggososk kulit yang terkena
Diet rendah protein khusus
5,6
2) Topikal:
Steroid topical intralesi bermanfaat jika digabungkan dengan modalitas
pengobatan lainnya. Dilaporkan perbaikan pada likena miloidosis
menggunakan pengobatan dengan salep tacrolimuss 0,1% topical.

8
Menthol dalam kombinasi dengan agen lainnya (misalnyaantihistamin)
telah digunakan dengan sukses untuk meringankan pruritus yang
terkait dengan liken amiloidosis.
Anti inflamasi topikal, dimethyl-sulfoksida membantu meringankan
gejala, namun tidak banyak berefek terhadap ruamyang sudah
berupa papul. Campuran 50% dalam air, diberikan secara topikal
pada area yang terkena dan subepidermal mengalamifibrosis.
3) Sistemik5,6
Tujuan pengobatan sistemik dari liken amiloidosis untuk mengurangi
morbiditas. Oleh karena timbul gatal sebagai pemicu untuk terjadinya
amiloid, modalitas pengobatan diarahkan untuk meredakan pruritus.
Antihistamin yang menenangkan telah ditemukan dan menjadicukup efektif,
contoh:
Chlorpheniramine maleat (chlor-trimeton)
Dosis dewasa: 4 mg per oral/4-6 jam; tidak melebihi 24 mg/hari.
Anak-anak: tidak direkomendasikan usia kurang dari 6 tahun
Usia 6-12 tahun: 2 mg per oral setiap 4-6 jam; tidak melebihi 12 mg/hari
Diphenhydramine (Benadryl) disebabkan
Dosis dewasa 25-50 mg per oral 3-4 kali perhari
Anak-anak: kurang dari 10 kg tidak dianjurkan
>10 kg: 12,5-25 mg per oral 3-4 kali sehari atau 5mg/kgBB/hari peroral
dibagi dalam 3-4 dosis; tidak melebihi 300 mg per hari
4) Penanganan Bedah
Pembedahan dilakukan untuk pemindahan deposit amiloid,
termasuk diantaranya melaluilaser vaporization, dermabrasi, dan eksisi pada
lesi individual. bagaimanapun, baik lesi dan pruritus biasanya kembali
kambuh setelah terapi ini. 5
Cryosurgery adalah teknik pembedahan yang sudah dikenal
untuk memproduksi efek destruksi pada jaringan kulit, menurut kedalaman
beku,sehingga menghasilkan destruksi deposit amiloid pada dermis
superfisial pada liken amiloidosis. Cryosurgery dengan teknik

9
penyemprotan terbuka nitrogen cair selama 2 sesi, masing-masing 15 detik,
efek beku yang dihasilkan membuat resolusi komplit dari pruritus dan
juga pembersihan deposit amiloid pada papilla dermis. Satu -
satunya efek samping adalah post-inflammatory hypopigmentation
(PIH) pada lokasi terapi.5,6

Prognosis penyakit ini bersifat kambuhan, setelah diobati maka lesi dan
pruritus dapat kambuh kembali dalam jangka waktu tertentu.7

10
DAFTAR PUSTAKA

1. Siregar RS,. Atlas Berwarna Saripati Penyakit Kulit Edisi III. EGC: Jakarta.
2014
2. Khenezian, S. Lichen Amyloidosis. Dalam :
http://emedicine.medscape.comarticle/1102672-overview [accessed 5 juni
2016].
3. Djuanda A, Hamzah M, Aisah S., Dermatitis: Liken Simpleks Kronik. Ilmu
Penyakit Kulit dan Kelamin. Balai Penerbit FKUI. Jakarta. 2003: 145-136.
4. Merlini GM, Bellotti V. Molecular Mechanism of Amyloidosis. N Eng J
Med. 2003; 349: 583-96.
5. Sezer et al. Succesful Treatment of Lichen Amyloidosis with
Cyrosurgery. Dalam Gulhane Typ Dergisi 2006; 48: 112-114
6. Amyloidosis, dalam: http://dermnetnz.org/systemic/amyloidosis.html [Accessed 5 juni
2016]
7. Moschella SL, Pillsbury DM, Hurley HJ. Amyloidosis. In : Moschellas
Dermatology. 3rd ed. Philadelphia: WB Saunders Co. 1985 : 1481-87.

11

Anda mungkin juga menyukai