KEGAWATDARURATAN
OBSTETRI DAN NEONATAL
Pengertian Standar Pelayanan Kebidanan
a.Tujuan
Mengenali dan melakukan tindakan secara cepat dan tepat perdarahan dalam
trimester III kehamilan.
b.Pernyataan standar
Bidan mengenali secara tepat tanda dan gejala perdarahan pada kehamilan,
serta melakukan pertolongan pertama dan merujuknya.
c.Hasil
1)Ibu yang mengalami perdarahan pada trimester III kehamilan segera
mendapat pertolongan yang cepat dan tepat.
2)Kematian ibu atau janin akibat perdarahan dalam kehamilan dan perdarahan
antepartum berkurang.
3)Meningkatnya pemanfaatan bidan untuk konsultasi pada keadaan gawat
darurat.
d.Prasyarat
1. Tujuan
Untuk mempercepat persalinan pada keadaan tertentu dengan
menggunakan vakum ekstraktor.
2. Pernyataan standar
Bidan mengenali kapan diperlukan ekstraksi vakum, melakukannya
secara benar dalam memberikan pertolongan persalinan dengan
memastikan keamanannya bagi ibu dan janin / bayinya.
3. Hasil
Penurunan kesakitan / kematian ibu/ bayi akibat persalinan lama. Ibu
mendapatkan penanganan darurat obstetri yang cepat dan tepat.
Extraksi vakum dapat dilakukan dengan aman.
d. Prasyarat
Kebijakan yang dilakukan untuk indikasi penggunaan vakum ekstraktor oleh
bidan.
Bidan dipanggil jika ibu mulai mulas / ketuban pecah.
Bidan berlatih dan terampil dalam pertolongan persalinan dengan menggunakan
ekstraksi vakum.
Tersedianya alat untuk pertolongan persalinan DTT termasuk beberapa sarung
tangan DTT / steril.
Tersedianya alat / perlengkapan yang diperlukan, seperti sabun, air bersih, handuk
bersih.
Vakum ekstraktor dalam keadaan bersih dan berfungsi dengan baik, mangkuk dan
tabung yang akan masuk ke dalam vagina harus steril.
Peralatan resusitasi bayi baru lahir harus tersedia dan dalam keadaan baik.
Adanya sarana pencatatan, yaitu partograf dan catatan persalinan / kartu ibu.
Ibu, suami dan keluarga diberi tahu tindakan yang akan dilakukan ( Informed
Consent atau persetujuan tindakan medik ).
e. Proses
Bidan harus:
Pastikan bahwa ekstraksi vakum memang perlu dilakukan, sesuai dengan protokol
yang ditentukan.
Indikasi Penggunaan Vakum Ekstraktor
Bila ada gejala / tanda gawat janin dan pembukaan serviks lengkap, kepala sudah dasar
panggul.
Bila tidak mungkin merujuk dan adanya gejala / tanda persalinan lama, sementara kepala bayi
sudah 2/5 di dalam panggul.
Bila ada gawat ibu (misalnya : preeklamsia berat, persalinan kala dua memanjang),
terpenuhinya persyaratan penggunaan vakum ekstraktor, dan tidak mungkin dirujuk.
Bila kala dua lama dan janin baru meninggal (tidak mungkin dilakukan bila janin sudah
mengalami maserasi).
Operator haruslah tampil, kompeten dan terlatih dalam prosedur ini.
Siapkan semua peralatan dan hubungan satu dengan yang lain. Pastikan bahwa tabung vakum
terhubung dengan baik dan katup pengaman berfungsi dengan baik.
Cuci tangan dengan sabun, gunakan sarung tangan steril / DTT.
Mintalah ibu untuk BAK, jika kandung kencingnya penuh. Jika tidak bisa lakukan kateterisasi
dengan teknik aseptik.
Baringkan ibu pada posisi litotomi. Bersihkan daerah genital dengan air matang.
Dengan teknik aseptik, lakukan periksa dalam dengan hati – hati untuk mengukur pembukaan
serviks dan menilai apakah ketuban sudah pecah. Ketuban harus dipecahkan bila belum pecah,
sebelum mangkuk penghisap dipasang. Pastikan bahwa serviks sudah membuka penuh dan
bahwa bayi tidak lebih dari 2/5 di atas simfisis pubis.
Pilih mangkuk penyedot paling besar yang sesuai dengan ukuran. Tempatkan mangkuk
dengan hati – hati di atas kepala janin. Pastikan bahwa mangkuk tidak di atas sutura
atau fontanel.
Periksa pemasangan mangkuk penyedot untuk memastikan bahwa tidak ada bagian
serviks atau dinding vagina yang terjepit di antara mangkuk dan kepala bayi.
Mulailah menghisap, sesuai dengan petunjuk penggunaan alat. Naikkan tekanan dengan
perlahan, lalu pastikan mangkok sudah mantap di kepala bayi sebelum mulai menarik.
Periksa kembali apakah dinding vagina dan serviks bebas dari mangkuk penghisap.
Pada his berikutnya, naikkan hisapan lebih lanjut. Jangan pernah melebihi tekanan
maksimum 600 mmHg.
Lakukan tarikan pelan tapi mantap. Jaga tarikan pada sudut 90 dari mangkuk
penghisap.
Bila pada dua kali tarikan mangkuk lepas atau bayi belum lahir setelah 30 menit atau 3
kali tarikan tidak terjadi penurunan kepala, segera dirujuk.
Mintalah ibu meneran bila ada his, seperti pada persalinan normal.
Periksa detak jantung janin diantara kontraksi.
Bila his berhenti bidan harus menghentikan tarikan. Tunggu sampai ada his lagi dan
lakukan lagi penarikan dengan cara seperti di atas.
Jelaskan dengan hati-hati dan ramah kepada ibu apa yang dilakukan,
usahakan agar ia tenang dan bernapas dengan normal, membantu dengan
meneran bila ada his.
Bila kepala sudah turun di perineum, lakukan tarikan ke arah horizontal lalu
ke atas.
Lakukan episiotomi bila dasar panggul sudah sangat teregang. Jika perlu,
episiotomi hanya dilakukan bila kepala sudah meregangkan perineum.
Bila kepala sudah lahir, pelan-pelan turunkan tekanan vakum ekstrator, lalu
lanjutkan dengan pertolongan persalinan seperti biasa.
Segera setelah bayi lahir, lakukan perawatan segera pada bayi baru lahir,
mulai resusitasi bayi jika diperlukan.
Setelah bayi lahir dan plasenta dilahirkan dengan penatalaksanaan aktif kala
tiga periksa dengan teliti dinding vagina terhadap robekan / perlukaan
gunakan cahaya lampu yang terang.
Jika perlu, jahit robekan dengan menggunakan peralatan dan sarung tangan
steril / DTT.
Periksa bayi dengan teliti terhadap luka / trauma akibat
mangkuk penghisap, jelaskan pada ibu dan suami / keluarganya
bahwa pembengkakan pada kepala bayi yang ditimbulkan oleh
mangkok adalah normal dan akan menghilang dalam 12 -24
jam.
Perhatikan apakah ibu dapat BAK dengan normal sesudah
melahirkan dan apakah tidak ada kerusakan pada uretra atau
leher kandung kemih.
Jika terjadi retensi urine atau ada tanda dan gejala terjadinya
fistula maka pasang kateter karet dan segera rujuk ibu ke rumah
sakit.
Amati kemungkinan terjadinya hematoma sesudah persalinan.
Buat pencatatan yang seksama dan lengkap pada partograf.
f. Ingat
Jangan gunakan vakum ekstraktor untuk memutar posisi
bayi. Tarikan pertama membantu untuk menemukan arah
tarikan yang tepat.
Jangan teruskan menarik diantara kontraksi dan meneran.
Jangan teruskan jika tidak ada penurunan bayi pada setiap
tarikan, segera rujuk ibu.
Jangan teruskan jika terjadi gawat janin, hentikan dan rujuk
ibu
Standar 20: penanganan kegawatdaruratan
retensio plasenta
a.. Tujuan
Mengenali dan melakukan tindakan yang tepat ketika terjadi retencio
plasenta total / parsial.
b. Pernyataan standar
Bidan mampu mengenali retensio plasenta dan memberikan pertolongan
pertama, termasuk plasenta manual dan penanganan perdarahan sesuai
dengan kebutuhan.
c. Hasil
Penurunan kejadian perdarahan hebat akibat retensio plasenta.
Ibu dengan retensio plasenta mendapatkan penanganan yang cepat dan
tepat.
Penyelamatan ibu dengan retensio plasenta meningkat.
d. Prasyarat
Bidan telah terlatih dan terlampil dalam:
Fisiologi dan manajemen aktif kala III
Pengendalian dan penangan perdarahan, termasuk pemberian
oksitoksika, cairan IV dan plasenta manual.
Tersedianya pralatan dan perlengkapan penting.
Tersedia obat – obat antibiotik dan oksitoksika.
Adanya partograf dan catatan persalianan atau kartu ibu.
Ibu, suami dan keluarga diberitahu tindakan yang akan
dilakukan.
Sistem rujukan yang efektif, termasuk bank darah berjalan
dengan baik, untuk ibu yang mengalami perdarahan paska
persalinan sekunder
e. Proses
Bidan harus:
Melaksanakan penatalaksanaan aktif persalinan kala III pada semua ibu yang
melahirkan melalui pervagina.
Amati adanya gejala dan tanda retensio plasenta.
Bila plasenta tidak lahir dalam 15 menit sesudah bayi lahir, ulangi penatalaksanaan
aktif persalinan kala III dengan memberikan oksitoksin 10 IU IM dan teruskan
penegangan tali puasat terkendali dengan hati – hati. Teruskan melakukan
penatalaksaan aktif persalinan kala III 15 menit atau lebih, dan jika placenta masih
belum lahir, lakukan penegangan tali pusat terkendali untuk terakhir kalinya. Jika
plasenta masih tetap belum lahir dan ibu tidak mengalami perdarahan hebat rujuk
segera ke rumah sakit atau ke puskesmas terdekat.
Bila terjadi perdarahan maka plasenta harus segera dilahirkan secara manual. Bila
tidak berhasil rujuk segera.
Berikan cairan IV : NaCl 0,9 % atau RL dengan tetesan cepat jarum berlubang besar
untuk mengganti cairan yang hilang sampai nadi dan tekanan darah membaik atau
kembali normal.
Siapkan peralatan untuk melakukan teknik manual, yang harus dilakukan secara
septik.
Baringkan ibu telentang dengan posisi lutut ditekuk dan ke dua kaki di tempat tidur.
Jelaskan pada ibu apa yang akan dilakukan dan jika ada berikan diazepan 10 mg IM.
Cuci tangan sampai ke bagian siku dengan sabun, air bersih yang mengalir dan handuk bersih, gunakan
sarung tangan bersih / DTT.
Masukkan tangan kanan dengan hati – hati. Jaga agar jari – jari tetap rapat dan melengkung mengikuti tali
pusat sampai mencapai placenta.
Ketika tangan kanan sudah mencapai plasenta, letakkan tangan kiri diatas fundus agar uterus tidak naik.
Dengan tangan kanan yang berada di dalam uterus carilah tepi plasenta yang terlepas, telapak tangan
kanan menghadap ke atas lalu lakukan gerakan mengikis kesamping untuk melepaskan plasenta dari
dinding uterus.
Bila plasenta sudah terlepas dengan lengkap, keluarkan plasenta dengan hati-hati dan perlahan.
Bila plasenta sudah lahir, segera melakukan masase uterus bila tidak ada kontraksi.
Periksa plasenta dan selaputnya. Jika tak lengkap, periksa lagi cavum uteri dan keluarkan potongan
plasenta yang tertinggal.
Periksa robekan terhadap vagina jahit robekan bila perlu.
Bersihkan ibu bila merasa nyaman.
Jika tidak yakin placenta sudah keluar semua atau jika perdarahan tidak terkendali, maka rujuk ibu
kerumah sakit dengan segera.
Buat pencatatan yang akurat.
f,. Ingat
Sesudah persalinan dengan tindakan placenta manual, ibu
memerlukan antibiotik berspektrum luas ( ampicilin 1gr
secara IV ) kemudian diikuti 500 mg per oral setiap 6 jam
dan mentronidazol 500 mg per oral setiap 6 jam selama 5
hari.
Lakukan test sensitivitas sebelum memberikan suntikan
ampisilin.