Anda di halaman 1dari 5

Standar Penanganan Kegawatan Obstetri dan Neonatal (9 Standar)

2  Standar 16 Penanganan perdarahan dalam Kehamilan Trimester III


Bidan mengenali secara tepat tanda dan gejala perdarahan pada kehamilan serta melakukan
pertolongan pertama dan merujuknya.

3  Syarat: Bidan harus trampil untuk: Tersedianya alat / bahan


Mengetahui penyebab,tanda-tanda dan penanganan perdarahan pada awal dan akhir
kehamilanPertolongan pertama pada gawat darurat termasuk pemberian cairan IVMengetahui
tanda-tanda dan penanganan syok, termasuk syok septicTersedianya alat / bahanTersedianya
antibiotikaPenggunaan KMS ibu hamil / kartu ibu

4  Proses:Memastikan dan merujuk ibu hamil yang mengalami perdarahan dari jalan lahirBerikan
penyuluhan dan nasehat tentang bahaya perdarahan dari jalan lahir sebelum bayi lahir kepada ibu
dan suami / keluarganya pada setiap kunjunganNasehat ibu hamil, suaminya atau kelurganya untuk
memanggil bidan bilaterjadi perdarahan atau nyeri hebat didaerah perut kapanpun dalam
kehamilanLakukan penilaian keadaan umum ibu dan perkirakan usia kehamilanJANGAN lakukan
periksaan dalam

5  Beri cairan intravena NaCL atau Ringer laktat,Infus diberikan dengan tetesan cepat sesuai
dengan kondisi ibuBila terlihat gejala atau tanda syok pada ibu, segera rujuk ke rumah sakitBuat
catatan lengkapDampingi ibu hamil yang dirujuk ke rumah sakit dan mintalah keluarga yang akan
menyumbangkan darahnya untuk ikut sertaMengikuti langkah-langkah untuk merujuk

6  Standar 17 Penangana Kegawatan pada Eklamsia


Bidan mengenali secara tepat tanda dan gejala eklamsia yang mengancam,serta merujuk dan atau
memberikan pertolongan pertama.

7  Syarat:Bidan mampu :Mengenal tanda dan gejala preekamsia dan eklamsia


mengancam.Mendeteksi dan memberikan pertologan pertama pada preeklamsia berat dan
eklamsia.Tersedianya tensimeter dan alat untuk pemberian cairan IV yang berfungsi.Adanya obat-
obatan yang dibutuhkan, misalnya Magnesium Sulfat.Adanya sarana pencatatan, seperti: KMS ibu
hamil / kartu ibu.

8  Proses:Selalu waspada terhadap gejala dan tanda eklamsia mengancam, yaitu: edema, nyeri
kepala hebat, mengantuk, gangguan penglihatan, nyeri ulu hati, mual dan muntah.Catat tekanan
darah ibu, segera periksa adanya gejala dan tanda preeklamsia atau eklamsia mengancam. Gejala
atau tanda eklamsia mengancam (yaitu peningkatan tekanan darah tiba-tiba, hipertensi, penurunan
jumlah air seni dengan warna yang menjadi gelap, edema berat atau edema yang mendadak pada
wajah atau panggul belakang, atau proteinuria) memerlukan penanganan yang cepat karena besar
kemungkinan terjadi eklamsia. Kecepatan bertindak sangat penting.Cari pertolongan segera untuk
mengatur rujukan ibu ke RS. Jelaskan dengan tenang dan secepatnya kepada ibu jika sadar dan
atau keluarganya tentang apa yang terjadi.Baringkan ibu pada posisi miring ke kiri.Berikan cairan IV
dengan tetesan lambat dan catat semua cairan yang masuk maupun yang keluar.

9  Lanjutan…ProsesJika terjadi kejang, letakkan ibu di lantai dan jauhkan dari benda yang dapat
melukainya. Jika ada kesempatan, letakkan benda yang dibungkus dengan kain lembut diantara gigi
ibu.Jika terjadi kejang berikan MgSO4 sesuai dengan pedoman.Bila ibu mengalami koma, pastikan
posisi ibu dibaringkan miring ke kiri, dengan kepala sedikit ditengadahkan agar jalan nafas tetap
terbuka.Catat semua obat yang telah di berikan, keadaan ibu termasuk tekanan darahnya setiap 10
menit.Bawa segera ibu ke RS setelah serangan kejang berhenti. Dampingi ibu dalam perjalanan dan
berikan obat-obatan lagi jika perlu.

10  Standar 18 Penanganan kegawatan pada partus lama/ macet


Bidan mengenali secara tepat tanda dan gejala partus lama/macet serta melakukan penanganan
yang memadai dan tepat waktu atau merujuknya.

11  Syarat:Bidan mampu :Menggunakan partograf dan catatan persalinan.Periksa dalam secara


baik.Mengenali hal-hal yang menyebabkan partus lama.Adanya alat atau bahan yang diperlukan
untuk persalinan, misalnya sabun, air bersih dan handuk bersih untuk mencuci tangan.Adanya
antibiotika, cairan infuse dan peralatan untuk pemberian cairan IV, kateter karet steril, gunting steril
untuk episiotomi yang befungsi dengan baik.Adanya partograf dan catatan persalinan / kartu ibu.

12  Proses:Memantau dan mencatat secara berkala keadaan ibu dan janin, his dan kemajuan
persalinan pada partograf dan catatan persalinan.Jika terdapat penyimpangan dalam kemajuan
persalinan (misalnya garis waspada pada partograf tercapai, his terlalu kuat/cepat/lemah sekali, nadi
melemah dan cepat, atau DJJ menjadi cepat/tidak teratur/lambat), maka lakukan palpasi uterus
dengan teliti untuk mendeteksi gejala-gejala dan tanda lingkaran retraksi patologis/lingkaran
Bandl.Mintalah ibu BAK apabila kandung kencingnya penuh. Pakailah kateter bila ibu tidak bisa
kencing.

15  Standar 19 Persalinan dengan Forsep Rendah


Tujuan: membantu ibu untuk mempercepat persalinan pada kala II lama dengan menggunakan
forsep.Pernyataan Standar: bidan mengenali kapan diperlukan ekstraksi forsep rendah,
menggunakan forsep secara benar dan menolong persalinan secara aman bagi ibu dan bayinya.

16  Syarat:Bidan terampil dalam menolong kelahiran bayi dengan menggunakan forsep letak
rendah.Tersedianya alat atau bahan yang diperlukan, yaitu sabun, air bersih, handuk bersih dan
sarun tangan yang bersih.Tersedianya peralatan forsep yag steril dan befungsi.Penggunaan
partograf atau catatan persalinan.

17  Proses: Pastikan bahwa memang perlu dilakukan forsep letak rendah


Siapkan peralatan forsep yang sudah disterilkan.Mintalah ibu untuk BAK jika kandung kencingnya
penuh. Jika tidak bisa lakukan kateterisasi dengan teknik aseptic.Baringkan ibu pada posisi litotomi
dan bersihkan daerah genitalia dengan air bersih.Cuci tangan dengan sabun, air bersih dan
keringkan dengan handuk bersih.Periksa semua peralatan apakah berfungsi, terutama kedua
bagian forsep dapat terkunci dengan baik.

18  Lanjutan… ProsesDengan teknik aseptic, lakukan pemeriksaan dalam untuk kemudian


memasukkan forsep kiri mengikuti tangan kiri yang melindungi dinding vagina, sampai forsep berada
di samping kepala bayi.Masukkan forsep kanan mengikuti tangan kanan yang melindungi dinding
vagina.Kunci kedua bagian forsep, tanpa paksaan.Lakukan episiotomi jika perlu (tunggu hingga
kepala meregangkan perineum untuk melakukannya).Ketika forsep sudah terkunci, tunggu his
berikutnya lalu selama his berlangsung lakukan traksi ke arah bawah sampai kepala tampak keluar.
Lakukan traksi kearah atas dengan mantap dan minta ibu untuk membantu dengan meneran bila
ada his.Lepaskan forsep bila kepala sudah lahir.

21  Standar 20 Persalinan dengan Penggunaan Vakum Ekstraktor


Tujuan: untuk mempercepat persalinan pada keadaan tertentu dengan menggunakan vakum
ekstraktor.Pernyataan Standar: bidan mengenali kapan diperlukan ekstraksi vakum, melakukannya
secara benar dalam memberikan pertolongan persalinan dengan memastikan keamanannya bagi
ibu dan janin/bayinya.

22  Syarat:Bidan terlatih dalam pertolongan persalinan dengan menggunakan ekstraksi


vakum.Tersedianya alat/bahan yang diperlukan, seperti sabun, air bersih dan handuk bersih; vakum
ekstraktor, termasuk mangkuknya yang berfungsi dengan baik.Adanya sarana pencatatan, yaitu
partograf dan catatan persalinan ibu/kartu ibu.

23  Proses: Pastikan bahwa ekstraksi vakum memang perlu dilakukan


Siapkan semua peralatan dan hubungkan satu dengan yang lainnya dan pastikan bahwa tabung
vakum terhubung dengan baik dan katup pengaman berfungsi dengan baik.Cuci tangan dengan
sabun, air bersih dan keringkan dengan handuk bersih.Baringkan ibu pada posisi litotomi dan
lakukan pembersihan genitalia dengan air bersih.Mintalah ibu untuk BAK jika kandung kencingnya
penuh. Jika tidak bisa, lakukan kateterisasi dengan teknik aseptic.Dengan teknik aseptic lakukan
pemeriksaan dalam dengan hati-hati untuk mengukur pembukaan serviks dan menilai apakah
ketuban sudah pecah.

24  Lanjutan……ProsesJika pembukaan serviks > 7 cm, letakkan mangkuk yang tepat ukurannya
pada puncak kepala bayi. Periksa agar mangkuk tidak menjepit serviks/dinding vagina.Mulailah
menghisap sesuai dengan petunjuk penggunaan alat. Caranya bisa berbeda-beda tergantung dari
jenis vakum ekstraktor. Naikkan tekanan perlahan-lahan, lalu pastikan mangkuk sudah mantap di
kepala bayi sebelum mulai menarik.Periksa kembali apakah dinding vagina dan serviks bebas dari
mangkuk penghisap.Pada his berikutnya, naikkan hisapan lebih lanjut, tapi jangan sampai melebihi
tekanan maksimum yaitu 600 mmHg.Lakukan tarikan pelan tapi mantap. Jaga tarikan pada sudut 90
dari mangkuk penghisap. Bila pada tarikan mangkuk lepas atau belum lahir setelah 15 menit atau 3x
tarikan tidak berhasil, segera dirujuk.Mintalah ibu meneran bila ada his seperti pada persalinan
normal

25  Lanjutan…..ProsesBila his berhenti, maka tarikan harus di hentikan. Tunggu sampai ada his lagi
dan lakukan lagi penarikan dengan cara seperti sebelumnya.Jelaskan dengan hati-hati dan sopan
kepada ibu apa yang dilakukan. Usahakan agar ibu tetap tenang dan bernafas dengan normal. Ibu
membantu dengan meneran bila ada his.Bila kepala sudah turun di perineum, lakukan tarikan
kearah horizontal lalu ke atas.Lakukan episiotomi bila dasar panggul sudah sangat teregang. Jika
perlu, episiotomi hanya dilakukan bila kepala sudah meregangkan perineum.Bila kepala sudah lahir,
pelan-pelan turunkan tekanan vakum ekstraktor, lalu lanjutkan dengan pertolongan persalinan
seperti biasa.Setelah bayi lahir, periksa dengan teliti dinding vagina terhadap robekan/perlukaan.
Gunakan cahaya lampu yang terang.

26  Lanjutan….ProsesJika perlu jahit robekan dengan menggunakan peralatan dan handscoon


steril.Periksa bayi dengan teliti terhadap luka/trauma akibat mangkuk penghisap. Jelaskan pada ibu
dan suami /keluarganya bahwa pembengkakan pada kepala bayi yang ditimbulkan oleh mangkuk
adalah normal dan akan menghilang dalam jam.Perhatikan apakah ibu dapat BAK dengan normal
sesudah melahirkan dan apakah tidak ada kerusakan pada uretra/leher kandung kencing.Jika terjadi
retensi urin atau tanda dan gejala terjadi fistula, maka pasang kateter lunak dan segera rujuk ibu ke
RS.Amati kemungkinan terjadinya hematoma sesudah persalinan.Buat pecatatan yang akurat.

28  Standar 21 Penanganan Retensio Plasenta


Tujuan: mengenali dan melakukan tindakan yang tepat ketika terjadi retensio plasenta total atau
parsial.Pernyataan standar: bidan mampu mengenali retensio plasenta,dan memberikan
pertolongan pertama,termasuk plasenta manual dan penanganan perdarahan,sesuai dengan
kebutuhan.

29  Syarat: Bidan telah terlatih dalam :


- Fisiologi dan manajemen aktif kala III,termasuk penegangan tali pusat terkendali- Pengendalian
dan penanganan perdaraha,termasuk pemberian oksitosika,cairan IV dan plasenta
manualTersedianya alat atau bahan penting seperti sabun,air bersih,handuk bersih,cairan IV,infus
set dan sarung tangan panjang yang sterilAdanya partograf dan catatan persalinan atau kartu ibu

30  Proses:Amati adanya gejala dan tanda retensio plasenta(perdarahan yang terjadi sebelum
plasenta lahir lengkap,sedangkan uterus tidakberkontraksi,merupakan salah satu tanda retensio
plasenta)Bila plasenta tidak lahir dalam 30 menit sesudah bayi lahir,atau bila terjadi perdarahan
sementara plasenta belum lahir,maka berikan oksitosin 10 unit IM.Bisa juga menggunakan
penegangan tali pusat terkendali.Jika dengan tindakan tersebut plasenta belum lahir dan tidak ada
perdarahan, sementara tempat rujukan tidak terlalu jauh, bawalah ibu ketempat rujukan tersebut.Bila
terjadi perdarahan,maka plasenta harus segera dilahirkan secara manual.Berikan cairan IV : NaCl
atau RL secara guyur untuk mengganti cairan yang hilang dan pertahankan nadi dan tekanan
darah.Siapkan peralatan untuk melakukan teknik manualBaringkan ibu terlentang dengan lutut
ditekuk dan kedua kaki ditempat tidur

31  Lanjutan….ProsesJelaskan kepada ibu apa yang akan dilakukan dan jika ada berikan diazepam
10mgCuci tangan dengan sabun,air bersih dan handuk bersih,gunakan sarung tangan
sterilMasukkan tangan kanan ddengan hati-hati.Jaga agar jari-jari tetap merapat dan
melengkung,mengikuti tali pusat sampai mencapai plasentaKetika tangan kanan sudah mencapai
plasenta,letakkan tangan kiri diatas fundus agar uterus tidak naik. Dengan tangan kanan yang
berada didalam uterus carilah tepi plasenta terlepas,telapak tangan kanan menghadap keatas lalu
lakukan gerakan mengikis kesamping untuk melepaskan plasenta dari dinding uterusBila plasenta
sudah terlepas dengan lengkap,keluarkan plasenta dengan hati-hati dan perlahanBila plasenta
sudah lahir,segera lakukan masase uterusagar terjadi kontraksi dan dan pengeluaran bekuan darah
secara bersamaan

32  Lanjutan….ProsesPeriksa plasenta dan selaputnya.Jika tak lengkapperiksa lagi cavum uteri dan
keluarkan potongan plasenta yang tertinggal.Periksa robekan terhadap vagina.Jahit robekan,bila
perlu.Bersihkan ibu agar merasa nyamanJika ragu plasenta sudah keluar semua atau jika
perdarahan tidak terkendali,maka rujuk ibu kerumah sakit dengan segeraBuat pencatatan yang
akurat

33  Standar 22 Penanganan Perdarahan Post Partum Primer


Bidan mampu mengenali perdarahan yang berlebihan dalam 24 jam pertama setelah persalinan
(perdarahan postpartum primer)Bidan segera melakukan pertolongan pertama untuk mengendalikan
perdarahan.

34  Syarat:Bidan terlatih dalam menangani postpartum,termasuk pemberian obat oksitosika dan


cairan IV,kompresi uterus bimanual dan kompresi aortaTersedianya alat atau bahan yang
diperlukan,misalnya,klaim arteri,benang jahit steril,infus set,cairan IV,dalam keadaan siap.Adanya
obat oksitosika dan tempat penyimpananya.Adanya sarana pencatatan:kartu ibu.

35  Proses:Periksa gejala dan tanda perdarahan postpartum primer,perdarahan dari vagina


sesudah bayi lahir yang lebih dari 500 ml,atau perdarahan seberapapun dengan gejala dan tanda-
tanda syok ,di anggap sebagai perdarahan postpartum.keadaan ini perlu segera di rujuk ke rumah
sakit.Bila plasenta sudah lahir tapi perdarahan masih berlangsung,lakukan palpasi fundus.Jika
uterus tidak berkontraksi dengan baik lakukan masase pada uterus agar terjadi kontraksi dan
pengeluaran gumpalan darah.pastikan bahwa kandung kemih kosong atau minta ibu berkemih jika
kandung kemihnya penuh.jika sulit pasanglah kateter,bila uterus tidak berkontraksi.lakukan
kompresi bimanual.Bila bidan didampingi oleh tenG kesehatan lain,lakukan pemberian metal
ergometin 0,5 Mg IM dilanjutkan dengan pemasangan infus ringer laktat yang sudah ditambah
oksitosin 10 IU,tetesan cepat .Bila bidan bekerja sendiri atau tidak didampingi tenaga kesehatan
lain, evaluasi kontraksi uterus dalam 5 menit setelah dilakukan kompresi bimanual.Bila uterus belum
berkontraksi ajarkan kelurga untuk melakukan kompresi bimanual eksterna sambil bidan
memberikan injeksi 0,5 Mg metal ergometrin IM, dilanjutkan dengan pemasangan infus ringer laktat
yang sudah ditambahkan dengan 10 IU oksitosin tetesan cepat.

36  Lanjutan…..ProsesJika uterus berkontraksi dengan baik,perdarahan mumngkin berasal dari


plasentaatau selaput ketuban yang tidak lahir secara lengkap.periksa lagi plasenta dan
selaputnya.jika tidak lengkap lakukan plasenta manual seperti standar 21.bila plasenta dan selaput
ketuban lengkap,perdarahan mumngkin berasal dari serviks,vagina atau perinium.Jika uterus tetap
tidak berkontraksi setelah penatalaksanaan di atas ,lakukan rujukan segera.Monitor nadi,respirasi
dan tensi secara teratur,pasang infus sesuai ketentuan.Jika terdapat gejala tannda-tanda
syok,berikan infus cairan sesuai ketentuan.Bila perdarahan tetap berlangsung dan kontraksi uterus
tidak ada,maka kemungkinan terjadi ruptur uteri.hal ini juga memerlukan rujukan ke rumah sakit.

37  Lanjutan…ProsesBila kompresi uterus tidak berhasil ,cobalah kompresi aorta.cara ini dilakukan
dalam keadaan darurat,sementara penyebab perdarahan sedang dicari.Perkirakan jumlah darah
yang keluar dan cek denyut nadi dengan teratur,respirasi dan tekanan darah.Buat catatan yang
akurat.Jika syok tidak dapat di perbaiki,maka segera rujuk.keterlambatan akan bahaya.Jika
perdarahan berhasil dikendalikan,ibu harus diobservasi ketatuntuk gejala dan tanda infeksi

38  Standar 23 Penanganan Perdarahan Post Partum Sekunder


Bidan mampu mengenali secara tepat dan dini tanda serta gejala perdarahan postpartum
penyelamatan jiwa ibu dan sekunder,dan melakukan pertolongan pertama untuk merujuknya.

39  Syarat:Bidan terlatih dalam memberikan perawatan nifas,termasuk pengenalan dan


penanganan bila terjadi postpartum sekunder.Tersedia alat/bahan saperti sabun,air bersih,handuk
bersih,dll.Obat oksitosika dan tempat penyimpanan yang memadaiAdanya pencatatan pelayanan
nifas ibu

40  Proses:Periksa gejala dan tanda perdarahan postpartum sekunder.perdarahan dari vagina atau
lokhia berlebihan pada 24 jam-42 hari sesudah persalinan dianggap sebagai perdarahan postpartum
sekunder,dan memerlukaan pemerikssan dan pengobatan segera.pantau dengan hati-hati ibu yang
beresiko mengalami perdarahan postpartum sekunder paling sedikit selama 10 hari,Pertama
terhadap tanda-tanda awalnya.ibu yang beresiko adalah ibu yang mengalami:- Pengeluaran
plasenta dan selaputnya tidak lengkap- Persalinan lama- Persalinan dengan komplikasi atau dengan
menggunakan alat- Terbukanya luka setelah bedah besar- Terbukanya luka setelah episiotomi
41  Lanjutan…ProsesBerikan antibiotika,misalnya ampisilin 1 gr peroral dan metronidazol 500 mg
peroral setiap 6 jam.Bila kondisi ibu memburuk pasang infus dan rujuk .Jelaskan dengan hati-hati
kepada ibu dan keluarganya tentang apa yang terjadiRujuk ibu bersama bayinya dan anggota
keluarganya yg dapat menjadi donor darah ,jika di perlukan ,ke rumah sakit.Observasi dan cek
tanda-tanda vital secara teratur,catat dengan teliti dan akurat perdarahan:kapan mulainya dan
berapa banyak darah yang sudah keluar.Berikan suplemen zat besi selama 90 hari kepada ibu yg
mengalami perdarahan postpartum sekunder iniBuat catatan yang akurat

48  Standar 25 Penanganan Asfeksia Neonatorum


Bidan mampu mengenali dengan tepat bayi baru lahir dengan asfiksia, serta melakukan resusitasi
secepatnya ; mengusahakan bantuan medis yang diperlukan dan memberikan perawatan lanjutan.

49  Syarat: Bidan terlatih untuk :


- Memulai pernafasan pada bayi baru lahir- Menggunakan skor APGAR- Resusitasi pada bayi baru
lahirTersedia ruang hangat yang bebas asap untuk ruang persalinanTersedia alat/bahan yang
diperlukan, seperti sabun, air bersih, handuk bersih untuk cuci tangan, handuk hangat atau kain
lembut untuk mengeringkan bayi, penghisap lender, jam dan thermometer dalam keadaan
baikTersedia alat resusitasi dalam keadaan baikAdanya sarana pencatatan atau kartu ibu

50  Proses:Melakukan tindakan resusitasi secepatnya jika bayi lahir tidak menangis, atau
lemah/tidak ada tanda-tanda pernafasan atau skor APGAR 7 atau kurang.Segera keringkan bayi
dengan handuk hangat atau kain kering. Keringkan kepala dan wajah secara hati- hati. (pengeringan
mungkin merangsang bayi untuk bernafas, tapi yang lebih penting adalah bahwa pengeringan dapat
mencegah kehilangan panas melalaui penguapan).Bersihkan jalan nafas dengan hati-hati, gunakan
penghisap lendir untuk membersihkan jalan nafas.

51  Lanjutan…ProsesJika belum bernafas baringkan bayi telentang pada permukaan datar,


lehernya diganjal kain atau handuk yang digulung. (pastikan bahwa bayi tetap terselimuti dan
lingkungannya hangat untuk menghindari hipotermia)Bersihkan saluran nafas kembali dengan
penghisap lendir dan berikan bantuan pernafasan dengan Ambu bag dan masker. Bila tak tersedia
alat tersebut, lakukan bantuan pernafasan dari mulut ke mulut dan hidung. (penelitian menunjukkan
8-10 nafas per menit cukup untuk menjaga oksigenasi)Jika tetap tidak ada perbaikan dalam 5 menit,
segera rujuk.

52  Lanjutan…ProsesPeriksa nadi, jika tidak teraba, lakukan resusitasi cardio-pulmoner dengan


perbandingan 3 tekanan dan 1 nafas. Lanjutkan sampai bayi bernafas spontan atau selama 30
mennit.Lakukan tekanan pada jantung dengan cara meletakkan kedua jari tepat dibawah garis
putting bayi, ditengah dada (di prosessus xipoideus). Dengan jari-jari lurus tekan dada sedalam cm,
dengan kecepatan sekitar denyut per menit.Lanjutkan resusitasi cardio-pulmoner sampai tiba
ditempat rujukan, atau sampai keadaan bayi membaik, atau selama 30 menit. (membaiknya bayi
ditandai dengan warna merah muda, menangis atau bernafas spontan)

53  Lanjutan…ProsesSetelah bayi bernafas normal, periksa suhu. Jika di bawah 36o C, atau
punggung sangat dingin, lakukan penghangatan yang memadai, ikuti standar 13. (penelitian
menunjukkan, bahwa jika tidak terdapat alat-alat, kontak kulit ibu-bayi akan sangat membantu
menghangatkan bayi. Hal ini dilakukan dengan mendekapkan bayi kepada ibunya rapat ke dada,
agar kulit ibu bersentuhan dengan kulit bayi lalu selimuti ibu yang sedang mendekap
bayinya)Perhatikan warna kulit bayi, pernafasan dan nadi bayi selama 2 jam. Jika kondisinya
memburuk, rujuk ke fasilitas rujukan terdekat dengan tetap melakukan penghangatan.Pada bayi
yang memerlukan resusitasi, perhatikan tanda/gejala yang mungkin timbul sebagai akibat buruk.
Biasanya terjadi dalam 1 minggu, dan dapat berupa kejang.Anjurkan ibu, suami/keluarga agar
memperhatikan bayinya dengan baik-baik. Jika ada tanda-tanda sakit atau kejang, bayi harus
segera dirujuk ke RS.

54  Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai