Anda di halaman 1dari 4

STANDAR PELAYANAN MEDISPERDARAHAN

BIDAN POST PARTUM PRIMER


PRAKREK
No Dokumen : No Revisi : Halaman :
MANDIRI
440/ -SOP/BPM/I/2021 00 1/1
Tanggal Tanggal : Penanggung Jawab BPM

SOP Ati Nuryati, Amd .Keb

1. Pengertian Standar pelayanan medis perdarahan post partum primer adalah mengambil tindakan
pertolongan kegawatdaruratan yang tepat pada ibu yang mengalami perdarahan post
partum primer/atonia uteri.
2. Tujuan Sebagai Acuan penerapan langkah-langkah untuk melakukan standar pelayanan medis
perdarahan post partum primer
3. Kebijakan BPM Tentang Kebijakan Pelayanan Klinis 2020
4. Referensi a. Buku Acuan pertolongan pertama dan gawat darurat Obstetri dan Neonatal,
Departemen Kesehatan Republik Indonesia,2008.
b. Standar Operasional Prosedur (Sop) Puskesmas Mampu Poned Kabupaten Bogor
Tahun 2014 Dinas Kesehatan Kabupaten Bogor 2014
5. Langkah- a. Periksa gejala dan tanda perdarahan post partum primer.
langkah b. Segera setelah placenta dan selaput ketuban dilahirkan, lakukan masase uterus supaya
berkontraksi, untuk mengeluarkan gumpalan darah, sambil melakukan masase fundus
uteri periksa plasenta dan selaput ketuban untuk memastikan plasenta utuh dan
lengkap.
c. Selalu mencuci tangan dengan sabun dan air bersih yang mengalir sebelum
memeberikan perawatan.
Gunakan sarung tangan DTT/ steril untuk semua pemeriksaan dalam, dan gunakan
sarung tangan bersih kapan pun menangani benda yang terkontaminasi oleh darah
dan cairan tubuh.
d. Jika perdarahan terus terjadi dan uterus teraba berkontraksi baik :
 Berikan 10 unit oksitosin IM
 Jika kandung kemih ibu di palpasi, dengan menggunakan teknik aseptic, pasang
kateter kekandung kemih.
 Periksa laserasi pada perineum, vagina dan serviks dengan seksama
menggunakan lampu yang terang.
Jika sumber perdarahan sudah diidentifikasi, klem dengan force parteri dan jahit
laserasi dengan mengggunakan anastesi local menggunakan teknik aseptic.
e. Jika uterus mengalami atonia uteri, atau perdarahan terus terjadi :
 Berikan 10 unit oksitosin IM
 Lakukan masase uterus untuk mengeluarkan gumpalan darah. Periksa lagi
apakah placenta utuh dengan teknik aseptic, menggunakan sarung tangan DTT/
steril, usap vagina dan ostium serviks untuk menghilangkan jaringan placenta
atau selaput ketuban yang tertinggal.
 Jika kandung kemih ibu bias dipalpasi, gunakan teknik aseptic untuk memasang
kateter kedalam kandung kemih.
 Gunakan sarung tangan DTT/ steril, lakukan kompres bimanual internal
maksimal 5 menit atau hingga perdarahan bias dikendalikan dan uterus bias
berkontraksi dengan baik.
 Anjurkan keluarga untuk memulai mempersiapkan kemungkinan rujukan.
 Jika perdarahan dapat dikendalikan dan uterus dapat berkontraksi dengan baik :
 Teruskan kompresi bimanual selama 1-2 menit atau lebih.
 Keluarkan tangan dari vagina secara hati-hati.
 Pantau kala 4 persalinan dengan seksama, termasuk sering melakukan
masase uterus untuk memeriksa atonia uteri, mengamati perdarahan dari
vagina, tekanan darah, dan nadi.
 Jika perdarahan tidak terkendali dan uterus tidak berkontraksi dalam waktu 5
menit setelah dimulainya kompresi bimanual pada uterus
 Instruksikan salah satu anggota keluarga untuk melakukan kompresi
bimanual eksternal
 Keluarkan tangan dari vagina secara hati-hati
 Jika tidak ada tanda hipertensi pada ibu ,berikan methergin 0,2 mg IM.
 Mulai IV Ringer Laktat 500 cc 20 unit oksitosin menggunakan jarum
berukuran besar (16 atau 18 G) dengan teknik aseptic.
 Berikan 500 cc pertama secepat mungkin dan teruskan dengan IV Ringer
Laktat 20 unit oksitosika yang kedua.
 Jika uterus tetap atoni dan atau/perdarahan terus berlangsung.
 Ulangi kompresi bimanual internal
 Jika uterus berkontraksi ,lepaskan tangan anda perlahan-lahan dan pantau
pantau kala IV persalinan dengan cermat.
 Jika uterus tidak berkontraksi, rujuk segera ketempat dimana operasi bias
dilakukan.
 Damping ibu ketempat rujukan. Teruskan infuse IV dengan kecepatan 500
cc/jam hingga ibu mendapatkan 1,5lt kemudian teruskan dengan kecepatan
hingga 125 cc.
f. Jika ibu menunjukan tanda dan gejala syok rujuk segera dan melakukan tindakan
berikut ini :
 jika IV belum diberikan, mulai berikan dengan instruksi seperti tercantum diatas
 pantauan dengan cermat tanda-tanda vital ibu setiap 15 menit pada saat
perjalanan ketempat rujukan.
 Berikan ibu dengan posisi miring agar jalan pernafasan ibu tetap terbuka dan
meminimal kan risiko aspirasi jika ibu munyah.
 Selimuti ibu, jaga ibu tetap hangat, tapi jangan membuati bukepanasan.
 Jika mungkin, naik kan kakinya untuk meningkatkan darah yang kembali ke
jantung.
g. Bila perdarahan tetap berlangsung kontraksi uterus tetap tidak ada maka
kemungkinan terjadinya rupture uteri. Hal ini juga memerlukan rujukan segera
kerumah sakit
h. Bila kompresi bimanual pada uterus tidak berhasil, cobalah kompresi aorta. Cara ini
dilakukan pada keadaan darurat,sementara penyebab perdarahan sedang terjadi.
i. Perkirakan seakurat mungkin jumlah kehilangan darah.
j. Buat catatan dengan seksama tentang semua penilaian, semua tindakan yang
dilakukan dan semua pengobatan yang diberikan. Termasuk saat pencatatan.
k. Jika syok tidak dapat diperbaiki, maka segera rujuk keterlambatan akan berbahaya.
l. Jika perdarahan berhasil dikendalikan, ibu harus diamati dengan ketat untuk gejala
dan tanda infeksi.
Berikan anti biotica jika terjadi tanda-tanda infeksi.
Gejala dan Tanda Syok Berat
1. Nadi lemah dan cepat (110 kali/menit atau lebih)
2. Tekanan darah sangat rendah : tekanan sistolok< 90 mmHg
3. Nafas cepat (Frekuensi pernafasan 30 kali/ menit atau lebih )
4. Air seni kurang dari 30cc
5. Bingung, gelisah, atau pingsan
6. Berkeringat atau kulit menjadi dingin, basah
7. Pucat

Kompresi Bimanual Uterus (dari DAL)


1. Cuci tangan dengan sabun dan air bersih, lalu keringkan dengan handuk bersih.
Gunakan sarung tangan panjang yang steril/ DTT
2. Letakkan tangan kiri seperti di atas(menekan fundus uteri dari luar )
3. Masukkkan tangan kanan dengan hati-hati kedalam vagina buat kepalan tinju.
4. Kedua tangan didekatkan dan secara bersama-sama menekan uterus.
5. Lakukan tindakan ini sampai diperoleh pertolongan lebih lanjut, bila diperlukan.
Prinsipnya adalah menekan uterus dengan cara manual agar terjadi hemostatis.

Kompresi Manual pada Aorta


Kompresi manual pada aorta hanya dilakukan pada perdarahan hebat dan jika kompresi
luar serta tidak efektif.
 Kompresi manual pada aorta alternative untuk kompresi manual. Kompresi
hanya boleh dilakukan pada keadaan darurat sementara penyebab perdarahan
sedang di cari.
 Berikut ini adalah langkah-langkah kompresi manual pada aorta :
- Lakukan tekanan kearah bawah dengan kepalan tangan langsung melalui
dinding perut atas aorta abdominal.
- Titik kompresi adalah tepat diatas pusar dan sedikit kearah kiri
- Pulsasi aorta bias dirasakan dengan mudah melalui dinding abdominal
anterior pada periode postpartum segera.
- Dengan tangan yang lain, palpasi pulpa sifemoralis untuk memeriksa
kekuatan kompresi
- Jika pulsasi bias diraba selama kompresi, tekanan yang digunakan tidak
cukup kuat
- Jika pulsasi femoralis tidak dapat dipalpasi, tekanan yang digunakan sudah
cukkup.
- Teruskan kompresi hingga perdarahan bias dikendalikan.
- Jika kompresi aorta tidak menghentikan perdarahan bersiaplah untuk
membawa ibu ketempat rujukan dengan segera.
Ingat !
 Perdarahan sedikit mungkin menimbulkan syok pada ibu yang menderita anemia
beratebu pada kehilangan darah 350-560 cc/ menit, jika uterus nya tidak berkontraksi
setelah kelahiran plasenta.
 Ibu dapat meninggal karena perdarahan postpartum dalam waktu 1 jam setelah
melahirkan. Karena itu penilaian dan penatalaksanaan yang cermat selama persalinan
kala III dan IV sangat penting
 Perdarahan postpartum dan episiotomy atau laserasi mungkin terjadi bersamaan
dengan atonia uteri, selain nilai keduanya bila terjadi perdarahan post partum.
 Syok harus segera diatasi dan cairan yang hilang harus diganti.
 Sedapat mungkin ibu dirujuk dengan anggota keluarganya yang akan menjadi donor
darah.
 Berikan suplementasi zat besi setelah perdarahan.
 Perdarahan dapat terjadi kapan saja sesudah bayi lahir.
 Ruptue uteri dapat terjadi dalam persalinan tanpa tampak adanyan perdarahan keluar
Jangan panic dalam menghadapi perdarahan postpartum.
6. Unit PONED, RS PONEK
Terkait

Anda mungkin juga menyukai