1. Pengertian Standar pelayanan medis perdarahan post partum primer adalah mengambil tindakan
pertolongan kegawatdaruratan yang tepat pada ibu yang mengalami perdarahan post
partum primer/atonia uteri.
2. Tujuan Sebagai Acuan penerapan langkah-langkah untuk melakukan standar pelayanan medis
perdarahan post partum primer
3. Kebijakan BPM Tentang Kebijakan Pelayanan Klinis 2020
4. Referensi a. Buku Acuan pertolongan pertama dan gawat darurat Obstetri dan Neonatal,
Departemen Kesehatan Republik Indonesia,2008.
b. Standar Operasional Prosedur (Sop) Puskesmas Mampu Poned Kabupaten Bogor
Tahun 2014 Dinas Kesehatan Kabupaten Bogor 2014
5. Langkah- a. Periksa gejala dan tanda perdarahan post partum primer.
langkah b. Segera setelah placenta dan selaput ketuban dilahirkan, lakukan masase uterus supaya
berkontraksi, untuk mengeluarkan gumpalan darah, sambil melakukan masase fundus
uteri periksa plasenta dan selaput ketuban untuk memastikan plasenta utuh dan
lengkap.
c. Selalu mencuci tangan dengan sabun dan air bersih yang mengalir sebelum
memeberikan perawatan.
Gunakan sarung tangan DTT/ steril untuk semua pemeriksaan dalam, dan gunakan
sarung tangan bersih kapan pun menangani benda yang terkontaminasi oleh darah
dan cairan tubuh.
d. Jika perdarahan terus terjadi dan uterus teraba berkontraksi baik :
Berikan 10 unit oksitosin IM
Jika kandung kemih ibu di palpasi, dengan menggunakan teknik aseptic, pasang
kateter kekandung kemih.
Periksa laserasi pada perineum, vagina dan serviks dengan seksama
menggunakan lampu yang terang.
Jika sumber perdarahan sudah diidentifikasi, klem dengan force parteri dan jahit
laserasi dengan mengggunakan anastesi local menggunakan teknik aseptic.
e. Jika uterus mengalami atonia uteri, atau perdarahan terus terjadi :
Berikan 10 unit oksitosin IM
Lakukan masase uterus untuk mengeluarkan gumpalan darah. Periksa lagi
apakah placenta utuh dengan teknik aseptic, menggunakan sarung tangan DTT/
steril, usap vagina dan ostium serviks untuk menghilangkan jaringan placenta
atau selaput ketuban yang tertinggal.
Jika kandung kemih ibu bias dipalpasi, gunakan teknik aseptic untuk memasang
kateter kedalam kandung kemih.
Gunakan sarung tangan DTT/ steril, lakukan kompres bimanual internal
maksimal 5 menit atau hingga perdarahan bias dikendalikan dan uterus bias
berkontraksi dengan baik.
Anjurkan keluarga untuk memulai mempersiapkan kemungkinan rujukan.
Jika perdarahan dapat dikendalikan dan uterus dapat berkontraksi dengan baik :
Teruskan kompresi bimanual selama 1-2 menit atau lebih.
Keluarkan tangan dari vagina secara hati-hati.
Pantau kala 4 persalinan dengan seksama, termasuk sering melakukan
masase uterus untuk memeriksa atonia uteri, mengamati perdarahan dari
vagina, tekanan darah, dan nadi.
Jika perdarahan tidak terkendali dan uterus tidak berkontraksi dalam waktu 5
menit setelah dimulainya kompresi bimanual pada uterus
Instruksikan salah satu anggota keluarga untuk melakukan kompresi
bimanual eksternal
Keluarkan tangan dari vagina secara hati-hati
Jika tidak ada tanda hipertensi pada ibu ,berikan methergin 0,2 mg IM.
Mulai IV Ringer Laktat 500 cc 20 unit oksitosin menggunakan jarum
berukuran besar (16 atau 18 G) dengan teknik aseptic.
Berikan 500 cc pertama secepat mungkin dan teruskan dengan IV Ringer
Laktat 20 unit oksitosika yang kedua.
Jika uterus tetap atoni dan atau/perdarahan terus berlangsung.
Ulangi kompresi bimanual internal
Jika uterus berkontraksi ,lepaskan tangan anda perlahan-lahan dan pantau
pantau kala IV persalinan dengan cermat.
Jika uterus tidak berkontraksi, rujuk segera ketempat dimana operasi bias
dilakukan.
Damping ibu ketempat rujukan. Teruskan infuse IV dengan kecepatan 500
cc/jam hingga ibu mendapatkan 1,5lt kemudian teruskan dengan kecepatan
hingga 125 cc.
f. Jika ibu menunjukan tanda dan gejala syok rujuk segera dan melakukan tindakan
berikut ini :
jika IV belum diberikan, mulai berikan dengan instruksi seperti tercantum diatas
pantauan dengan cermat tanda-tanda vital ibu setiap 15 menit pada saat
perjalanan ketempat rujukan.
Berikan ibu dengan posisi miring agar jalan pernafasan ibu tetap terbuka dan
meminimal kan risiko aspirasi jika ibu munyah.
Selimuti ibu, jaga ibu tetap hangat, tapi jangan membuati bukepanasan.
Jika mungkin, naik kan kakinya untuk meningkatkan darah yang kembali ke
jantung.
g. Bila perdarahan tetap berlangsung kontraksi uterus tetap tidak ada maka
kemungkinan terjadinya rupture uteri. Hal ini juga memerlukan rujukan segera
kerumah sakit
h. Bila kompresi bimanual pada uterus tidak berhasil, cobalah kompresi aorta. Cara ini
dilakukan pada keadaan darurat,sementara penyebab perdarahan sedang terjadi.
i. Perkirakan seakurat mungkin jumlah kehilangan darah.
j. Buat catatan dengan seksama tentang semua penilaian, semua tindakan yang
dilakukan dan semua pengobatan yang diberikan. Termasuk saat pencatatan.
k. Jika syok tidak dapat diperbaiki, maka segera rujuk keterlambatan akan berbahaya.
l. Jika perdarahan berhasil dikendalikan, ibu harus diamati dengan ketat untuk gejala
dan tanda infeksi.
Berikan anti biotica jika terjadi tanda-tanda infeksi.
Gejala dan Tanda Syok Berat
1. Nadi lemah dan cepat (110 kali/menit atau lebih)
2. Tekanan darah sangat rendah : tekanan sistolok< 90 mmHg
3. Nafas cepat (Frekuensi pernafasan 30 kali/ menit atau lebih )
4. Air seni kurang dari 30cc
5. Bingung, gelisah, atau pingsan
6. Berkeringat atau kulit menjadi dingin, basah
7. Pucat