Anda di halaman 1dari 4

PENANGANAN PERDARAHAN Ditetapkan : UPTD Puskesmas

PASCA SALIN Sipayung

No. Dokumen : ……/SOP/PKM/I/2021 Kepala

No.Revisi : 000
SOP
UPTD PUSKESMAS Tanggal Terbit : 10/01/2021
SIPAYUNG MUHAMMAD ZUHDI, SKM
Halaman : 1/4 NIP: 19870319 200604 1 002

Perdarahan postpartum primer adalah perdarahan yang berlebihan,


>500ml terjadi dalam 24 jam postpartum, sementara perdarahan pasca
1. Pengertian
salin sekunder adalah perdarahan pervaginam yang lebih banyak dari
normal antara 24 jam hingga 12 minggu setelah persalinan.
2. Tujuan Sebagai acuan penerapan langkah-langkah dalam melaksanakan
penanganan perdarahan postpartum primer.
3. Kebijakan Mengacu pada standar operasional asuhan kebidanan
PMK No. 28 Tahun 2017 Tentang izin dan penyelenggaraan praktik
4. Referensi
Bidan
5. Prosedur a. Persiapan Penanganan Pendarahan Post Partum Primer
1) Bidan terampil dalam penanganan perdarahan postpartum primer.
2) Menyiapkan ruang sehingga siap digunakan untuk melakukan
penanganan perdarahan postpartum primer, tempat tidur, lampu
yang cukup terang.
3) Menyiapkan alat dalam keadaan steril (Sarung tangan, Klem arteri,
Heating set, Set infuse dengan abbocath 18 G, Spuit sekali pakai,
Kateter urine).
4) Menyiapkan obat antibiotika dan oksitosika (oksitosin dan
metergin).
5) Menyiapkan alat tulis, kartu ibu dan partograf.
6) Menyiapkan sistem rujukan.
b. Pelaksanaan Penanganan Pendarahan Post Partum Primer
1) Petugas memeriksa gejala dan tanda perdarahan postpartum
primer. Perdarahan dari vagina sesudah bayi lahir yang lebih dari
500 cc, atau perdarahan seberapapun dengan gejala dan tanda dan
gejala syok, dianggap sebagai perdarahan postpartum. Keadaan ini
perlu rujukan segera kerumah sakit.
2) Melakukan masase fundus uteri, segera setelah plasenta dan
selaput ketuban lahir agar berkontraksi untuk mengeluarkan
gumpalan darah. Sambil melakukan masase, periksa kelengkapan
plasenta.
3) Mencuci tangan dengan sabun dan air bersih yang mengalir
sebelum melakukan tindakan. Gunakan sarung tangan DTT/ steril
untuk semua periksa dalam, dan gunakan sarung tangan bersih
kapanpun saat menangani benda yang terkontaminasi oleh darah
dan cairan tubuh.
4) Melakukan pengawasan perdarahan, jika perdarahan terus terjadi
dan uterus berkontraksi baik:
a) Berikan 10 unit oksitosin IM
b) Jika kandung kemih penuh, dengan menggunakan teknik
aseptik, pasang kateter ke dalam kandung kemih, keluarkan
urine.
c) Periksa laserasi pada perineum, vagina dan serviks dengan
seksama menggunakan lampu terang. Jika sumber perdarahan
sudah teridentifikasi, jahit laserasi dengan menggunakan
anestesi lidocain 1%.
5) Melakukan pengawasasn perdarahan, jika uterus mengalami
atonia, atau perdarahan terus terjadi:
a) Beri 10 unit oksitosin IM
b) Lakukan masase uterus untuk mengeluarkan gumpalan darah.
Periksa lagi apakah plasenta utuh dengan teknik aseptik,
menggunakn sarungtangan DTT/ steril, usap vagina dan ostium
seviks untuk menghilangkan jaringan plasenta atau selaput
ketuban yang tertinggal
c) Jika kandung kemih bisa dipalpasi, dengan menggunaknan
teknik aseptik, pasang kateter ke dalam kandung kemih.
d) Gunakan sarung tangan DTT/ steril, lakukan kompresi
bimanual internal maksimal 5 menit atau hingga perdarahan
bisa dikendalikan dan uterus berkontraksi dengan baik.
e) Anjurkan keluarga untuk mulai mempersiapkan kemungkinan
rujukan
f) Jika perdarahan dapat dikendalikan dan uterus berkontraksi
dengan baik :
i. Teruskan kompresi bimanual selama 1-2 menit atau lebih.
ii. Keluarkan tangan dari vagina dengan hati-hati
6) Pantau kala IV persalinan dengan seksama, termasuk sering
melakukan masase uterus untuk memeriksa atoni, mengamati
perdarahan dari vagina, tekanan darah, dan nadi
a) Jika perdarahan tidak terkendali dan uterus tidak berkontraksi

2/4
dalam waktu 5 menit setelah dimulainya kompresi bimanual
pada uterus :
i. Instruksikan salah satu anggota keluarga untuk melakukan
kompresi bimanual eksternal
ii. Keluarkan tangan dari vagina dengan hati-hati
iii. Jika tidak ada tanda hipertensi pada ibu berikan metergin
0,2 mg IM.
iv. Mulai pasang infuse RL 500 cc + 20 unit oksitosin
menggunakan jarum 18 G.
v. Berikan 500 cc pertama secepat mungkin,dan teruskan
dengan cairan yang kedua
vi. Jika uterus tetap atoni dan atau perdarahan terus
berlangsung, Ulangi KBE
vii. Jika uterus berkontraksi, lepaskan tangan perlahan-lahan
dan pantau kala IV dengan cermat
viii. Jika uterus tidak berkontraksi, rujuk segera dimana tempat
operasi bisa dilakukan.
ix. Dampingi ibu ke tempat rujukan. Teruskan infuse
dengankecepatan 500 cc/ jam hingga 1,5 liter. Kemudian
lanjutkan dengan 125 cc/ jam.
b) Jika ibu menunjukkan tanda dan gejala syok, segera rujuk ibu
c) Jika perdarahan tetap berlangsung dan kontraksi uterus tetap
tidak ada, maka kemungkinan terjadi rupture uteri (syok terjadi
tidak sebanding dengan jumlah perdarahan yang nampak
keluar, abdomen teraba keras, fundus mulai naik) segera
lakukan rujukan.
d) Jika KB tidak berhasil, lakukan kompresi aorta.
e) Perkirakan jumlah darah yang keluar dan pantau TTV.
f) Buat dokumentasi denagn seksama tentang semua penilaian,
tindakan dan terapi yang telah diberikan.
g) Jika syok tidak dapat diperbaiki, segera lakukan rujukan.
h) Jika perdarahan telah berhasil dikendalikan, ibu harus
mendapatpengawasan dengan ketat.
c. Evaluasi Penanganan Pendarahan Post Partum Primer
1) Memeriksa apakah semua struktur dalam standar terpenuhi
2) Memeriksa apakah semua prosedur telah dilaksanakan
3) Memeriksa apakah semua proses telah dilaksanakan.
4) Menanyakan kepada ibu, ada tidaknya keluhan

3/4
5) Memastikan perdarahan bisa dihentikan
6) Setiap rujukan ditindaklanjuti oleh bidan
6. Diagram alir
7. Unit terkait
8. Dokumen terkait

9. Rekaman histori perubahan

Tgl mulai
No Isi perubahan
diberlakukan

4/4

Anda mungkin juga menyukai