Anda di halaman 1dari 6

PENANGANAN PERDARAHAN

POST PARTUM PRIMER


No. Dokumen No. Revisi Halaman
034/SPO/RSDM- 00 1 dari 6
Kep/KB/2019

STANDAR Tanggal terbit Ditetapkan Oleh


PROSEDUR 08 April 2019 Direktur RSD Madani
OPERASIONAL
(SPO)

dr. Mulyadi, Sp.BP


NIP. 19751011 200501 1 005
Pengertian Merupakan pertolongan untuk perdarahan yang berlebih dalam 2 – 24
jam pertama setelah persalinan.
Tujuan Mengenali dan mengambil tindakan pertolongan kegawat daruratan
yang tepat pada ibu yang mengalami perdarahan post partum primer.
Kebijakan
Alat a. Sarung tangan steril
b. Spuit 2,5 cc
c. Alat pelindung diri (masker,kacamata,handscoon, sepatu boot,
apron)
d. Obat emergency
e. Obat-obatan anti perdarahan (Methergin inj 0,2 mg, Oksitosin inj)
f. Tampon
g. Jarum besar no. 16/18 G
h. Antibiotika
i. Ringer Laktat
j. Set transfusi
k. Tensimeter
Prosedur 1. Periksa tanda dan gejala perdarahan post partum primer.
Perdarahan dari vagina sesudah bayi lahir lebih dari 500 cc atau
perdarahan berapapun dengan gejala dan tanda-tanda syok,
dianggap sebagai perdarahan post partum.
2. Setelah plasenta dan selaput ketuban dilahirkan, lakukan
massage supaya uterus berkontraksi (selama maksimal 15 detik)
untuk mengeluarkan gumpalan darah. Sambil melakukan
massage fundus uteri, periksa plasenta dan selaput ketuban untuk
memastikan plasenta utuh dan lengkap.
3. Selalu mencuci tangan dengan sabun dan air bersih yang
mengalir sebelum memberikan perawatan.
4. Jika perdarahan terus terjadi dan uterus teraba berkontraksi
dengan baik :
a. Berikan 10 UI Oksitonin/Syntocinon IM
Jika kandung kemih ibu penuh, lakukan pemasangan kateter
dengan tindakan aseptik.
b. Periksa adanya laserasi jalan lahir dengan seksama
menggunakan lampu yang terang.
Jika sumber perdarahan sudah diidentifikasi, klem dengan
forsep arteri dan jahit laserasi dengan menggunakan anestesi
lokal (lidokain 1 %) menggunakan teknik aseptik
5. Jika uterus mangalami atonia, atau perdarahan terus terjadi :
a. Berikan 10 UI oksitonin IM
b. Lakukan massage uterus untuk mengeluarkan gumpalan
darah. Periksa lagi apakah plasenta utuh dengan tehnik
aseptik, menggunakan sarung tangan steril, eksplore vagina
dan ostium serviks untuk menghilangkan jaringan plasenta
atau selaput ketuban yang tertinggal
c. Jika kandung kemih penuh maka pasang kateter
d. Gunakan sarung tangan steril, lakukan kompresi bimanual
internal maksimal 5 menit atau hingga perdarahan bisa
dikendalikan dan uterus berkontraksi dengan baik
e. Jika perdarahan dapat dikendalikan dan uterus berkontraksi
baik :
- teruskan kompresi bimanual selama 1-2 menit atau
lebih
- keluarkan tangan dari vagina dengan hati-hati
- pantau kala IV persalinan dengan seksama, termasuk
sering melakukan massage uterus untuk memeriksa
atoni, mengamati perdarahan, tekanan darah dan
nadi
f. Jika perdarahan tidak terkendali dan uterus tidak
berkontraksi dalam waktu 5 menit :
- jika tidak ada tanda hipertensi pada ibu, berikan
metergin 0,2 mg IM
- mulai intravena dengan RL 500 cc + 2 UI
oksitonin/syntocinon dengan tehnik aseptik. Berikan
500 cc pertama secepat mungkin, dan teruskan
dengan RL +20 UI oksitonin kedua
- jika uterus tetap atoni dan atau perdarahan terus
berlangsung maka ulangi kompresi bimanual interna
- jika uterus berkontraksi, lepaskan tangan perlahan-
lahan dan pantau kala IV persalinan dengan cermat
- jika uterus tidak berkontraksi kemungkinan tindakan
bedah
6. Jika ibu menunjukkan tanda dan gejala syok maka lakukan
tindakan berikut ini :
a. Jika infus belum diberikan, mulai berikan dengan instruksi
seperti tercantum pada point (f).
Pantau dengan cermat tanda-tanda vital ibu (nadi, tekanan
darah, pernafasan ) setiap 15 menit.
b. Selimut ibu, jaga tetap hangat, tapi jangan membuat
kepanasan.
c. Jika mungkin, naikkan kakinya untuk meningkatkan darah
yang kembali ke jantung.
7. Bila perdarahan tetap berlangsung dan kontraksi uterus tetap
tidak ada, maka kemungkinan terjadi ruptura uteri. (syok cepat
terjadi sebanding darah yang nampak keluar, abdomen teraba
keras dan fundus mulai naik) perlu tindakan bedah.
8. Bila kompresi bimanual pada uterus tidak berhasil, cobalah
kompresi aorta. Cara ini dilakukan pada keadaan darurat.
9. Perkiraan jumlah darah yang keluar dan cek dengan teratur
denyut nadi, pernafasan dan tekanan darah.
10. Buat catatan yang seksama tentang semua penilaian, semua
tindakan yang dilakukan dan semua pengobatan yang diberikan.
11. Jika perdarahan berhasil dikendalikan, ibu harus diamati dengan
ketat dengan gejala dan tanda infeksi. Berikan antibiotik
(berspektrum luas) jika terjadi tanda-tanda infeksi sesuai intruksi
dokter.

Tanda dan Gejala Syok Berat :


a. Nadi lemah dan cepat (110 x / menit atau lebih)
b. Tekanan darah sangat rendah : tekanan sistolik < 90 mmHg
c. Nafas cepat (frekuensi pernafasan 30x/menit atau lebih)
d. Urine < 30 ml/jam
e. Bingung, gelisah, atau pingsan
f. Berkeringat atau kulit menjadi dingin dan basah
g. Pucat

Kompresi Bimanual Uterus :


a. Cuci tangan dengan sabun dan air bersih yang mengalir, lalu
keringkan dengan handuk bersih
b. Gunakan sarung tangan panjang steril
c. Letakkan tangan kiri seperti di atas (menekan fundus uteri dari
luar)
d. Masukkan tangan ke kanan dengan hati-hati ke dalam vagina dan
buat kepalan tinju
e. Kedua tangan didekatkan dan secara bersama-sama menekan
uterus
f. Lakukan tindakan ini sampai diperoleh pertolongan lebih lanjut
bila diperlukan

Kompresi Manual Pada Aorta


1. Kompresi manual adalah alternatif untuk kompresi
bimanual.Kompresi hanya boleh dilakukan pada keadaan darurat
sementara penyebab perdarahan sedang dicari.
2. Berikut ini adalah langkah-langkah kompresi manual pada
aorta :
a. Lakukan tekanan ke arah bawah dengan kepalan tangan
langsung melalui dinding perut ke atas aorta bimanual
b. Titik kompresi adalah tepat di atas pusar dan sedikit ke arah
kiri.
c. Palpasi aorta bisa dirasakan dengan mudah melalui dinding
abdominal anterior pada periode post partum segera.
3. Dengan tangan yang lain :
a. Jika pulsasi bisa diraba selama kompresi tekanan yang
digunakan tidak cukup kuat.
b. Jika pulsasi femoralis tidak dapat di palpasi, tekanan yang
digunakan cukup.
c. Teruskan kompresi hingga perdarahan bisa dikendalikan.
d. Jika kompresi aorta tidak menghentikan perdarahan,
bersiaplah untuk tindakan bedah.

INGAT :
1. Perdarahan sedikit mungkin menimbulkan syok pada pasien
dengan anemia berat.
2. Pasien dapat kehilangan darah 350 – 560 cc permenit jika
uterusnya tidak berkontraksi setelah kelahiran plasenta.
3. Pasien dapat meninggal karena perdarahan post partum dalam
waktu 1 jam setelah melahirkan, karena itu penilaian dan
penatalaksanaan yang cermat setelah persalinan kala III dan IV
sangat penting.
4. Perdarahan sedikit demi sedikit dan terus menerus atau
perdarahan tiba-tiba adalah keadaan darurat, melakukan tindakan
dini dan proaktif.
5. Perdarahan post partum dari episiotomi atau laserasi mungkin
terjadi bersamaan dengan atoni uteri – selalu nilai keduanya bila
terjadi perdarahan post partum.
6. Syok harus segera diatasi dan cairan yang hilang harus diganti.
7. Berikan suplemen zat besi setelah perdarahan.
8. Perdarahan dapat terjadi kapan saja sesudah bayi lahir.
9. Ruptur uteri dapat terjadi dalam persalinan tanpa tampak adanya
perdarahan luar.
Unit Terkait - VK
- RI Kebidanan
- OK

Anda mungkin juga menyukai