Anda di halaman 1dari 218

PREEKLAMSI BERAT DAN EKLAMPSI

NO. DOKUMEN NO. REVISI HALAMAN


MDGs/001/RSUD- - 1/3
PS/II/2016
Ditetapkan Direktur
STANDAR Tanggal Terbit RSUD Dr. M. Zein Painan
PROSEDUR
OPERASIONAL 02 Pebruari 2016
Drg. H. Busril, MPH
NIP. 19740227 200212 1004
Preeklamsi berat adalah kehamilan >20 minggu dengan tekanan darah
PENGERTIAN
≥160/110mmHg dengan proteinuria 2gr/24jam atau ≥+2 dipstick
Eklamsi adalah kejang pada wanita hamil dengan preeklamsi yang penyebab
kejangnya tidak disebabkan oleh penyebab lain
1. Penurunkan angka kematian ibu (AKI) dan angka kematian bayi (AKB)
TUJUAN
akibat preeklamsi berat (PEB) dan eklamsi
2. Mampu mengatasi keadaan gawat darurat pada preeklamsi dan eklamsi
- Undang undang nomor 36 tahun 2009 tentang kesehatan
KEBIJAKAN
- Undang undang nomor 29 tahun 2004 tentang praktik kedokteran
- Undang undang nomor 8 tahun 1999 tentang perlindungan konsumen
- Kebijakan Direktur RSUD Dr. Muhammad Zein Painan Nomor :
800/ /RSUD-2016 Tentang Pelayanan Rumah Sakit Sayang Ibu dan
Bayi RSUD Dr. Muhammad Zein Painan
BIDAN JAGA IGD:
PROSEDUR
1. Menerima dan menganamnese pasien dengan cepat dan tepat
2. Memeriksa tanda – tanda vital
3. Pemeriksaan kehamilan (inspeksi, palpasi, auskultasi, dan VT bila perlu)
sesuai dengan keadaan pasien
BILA PASIEN KEJANG:
1. Pasang infus RL dan drip MgSO4 (SM40%) 6gr 20tpm, MgSO4 20%
4gr IV pelan – pelan (5menit)
2. Berikan oksigen 4 -6 liter/menit
3. Pasang Dower Catheter (DC)
4. Isap lendir dengan suction
5. Cek darah lengkap dan protein urine

1
PREEKLAMSI BERAT DAN EKLAMPSI

NO. DOKUMEN NO. REVISI HALAMAN


MDGs/001/RSUD- - 2/3
PS/II/2016

6. Kolaborasi dengan dr. UGD/dr. Obgyn untuk pemberian terapi dan


PROSEDUR tindakan selanjutnya
7. Lindungi pasien agar tidak terjadi trauma (ikat tidak terlalu kuat)
8. Baringkan pasien pada posisi miring kiri untuk mencegah
terjadinya asfiksia. Bila perlu tindakan operasi maka siapkan pasien
untuk tindakan operasi
9. Kolaborasi dengan bidan kamar persalinan (VK) untuk perawatan
selanjutnya
10. Pindahkan pasien ke kamar bersalin dengan menggunakan tempat tidur
dan O2 bila perlu sesuai kondisi pasien
BIDAN KAMAR BERSALIN:
1. Menerima pasien dari IGD dan merawat pasien ini di ruang khusus
2. Merawat dan memberikan terapi lanjutan dari IGD sesuai hasil
kolaborasi bidan IGD dengan dr. Obgyn
3. Memonitor dan mencatat cairan masuk dan keluar serta
mengobservasitanda – tanda vital pasien
4. Setelah 2 jam pemberian dosis awal SM 40%, lakukan pemeriksaan
obstetric (periksa luar dan periksa dalam), tentukan nilai Bishop, dan
kolaborasi dengan dr. Obgyn jaga
Bila nilai Bishop 8, serviks matang, lakukan amniotomi dan induksi
persalinan/akselerasi persalinan dengan 10tpm, dinaikkan 5 tetes setiap
10 menit sampai maksimal 40 tpm/his adekuat
5. Memonitor kemajuan persalinan dengan menggunakan partograf
6. Bila diperlukan tindakan operasi maka persiapkan pasien untuk
tindakan operasi seperti; permintaan izin tindakan medis (ITM) dan
izin tindakan Bedah (ITB), permintaan darah ke PMI, dan
menghubungi petugas kamar operasi

2
PREEKLAMSI BERAT DAN EKLAMPSI

NO. DOKUMEN NO. REVISI HALAMAN


MDGs/001/RSUD- - 3/3
PS/II/2016

BIDAN RUANG NIFAS:


1. Menerima pasien dari UGD, kamar bersalin dan kamar operasi
PROSEDUR
2. Memberikan perawatan lanjutan pasien post partum dan pasien post SC
3. Memberikan terapi pada pasien post partum maupun post SC sesuai
advis dokter yang tertulis pada status pasien
4. Berkolaborasi dengan dr. Obgyn pada kasus gawat darurat yang terjadi
di ruang nifas
Membuat perincian biaya perawatan selama pasien dirawat.
DOKTER OBGYN:
1. Melakukan informed concent pada keluarga pasien tentang tindakan
yang akan dilakukan serta resiko tindakan tersebut
2. Melaksanakan tindakan medik operasi
3. Bertanggung jawab terhadap penanganan kasus tersebut
4. Konsultasi dengan konsulen terkait
5. Membuat resume saat pasien pulang atau meninggal

1. IGD
UNIT TERKAIT
2. Instalasi Rawat Jalan
3. Instalasi Rawat Inap
4. Kamar Bersalin
5. Kamar Operasi
6. Ruang nifas

3
PENANGANAN HIPERTENSI DALAM KEHAMILAN

NO. DOKUMEN NO. REVISI HALAMAN


MDGs/002/RSUD- - 1/2
PS/II/2016
Ditetapkan Direktur
STANDAR Tanggal Terbit RSUD Dr. M. Zein Painan
PROSEDUR
OPERASIONAL 02 Pebruari 2016
Drg. H. Busril, MPH
NIP. 19740227 200212 1004
Hipertensi dalam Kehamilan adalah tekanan darah ≥140 / 90 mmHg
PENGERTIAN
sejak 5 bulan kehamilan
1. Menurunkan angka kematian ibu (AKI) akibat hipertensi dalam
TUJUAN
kehamilan (HDK)
2. Mampu mengatasi keadaan gawat darurat pada HDK maupun
preeklamsi dan eklamsi
- Undang undang nomor 36 tahun 2009 tentang kesehatan
KEBIJAKAN
- Undang undang nomor 29 tahun 2004 tentang praktik kedokteran
- Undang undang nomor 8 tahun 1999 tentang perlindungan konsumen
- Kebijakan Direktur RSUD Dr. Muhammad Zein Painan Nomor :
800/ /RSUD-2016 Tentang Pelayanan Rumah Sakit Sayang Ibu
dan Bayi RSUD Dr. Muhammad Zein Painan
BIDAN JAGA UGD:
PROSEDUR
Penanganan Umum:
1. Jika pasien tidak sadar (kejang)
 Minta tolong segera mobilisasi semua tenaga yang ada dan
siapkan fasilitas gawat darurat
 Segera lakukan penilaian terhadap keadaan umum dan tanda
vital sambil mencari riwayat penyakit sekarang dan dahulu
kepada keluarga

4
PENANGANAN HIPERTENSI DALAM KEHAMILAN

NO. DOKUMEN NO. REVISI HALAMAN


MDGs/002/RSUD- - 2/2
PS/II/2016
2. Jika pasien tidak bernapas / napas dangkal
 Periksa dan bebaskan jalan napas
 Jika tidak bernapas, mulai ventilasi dengan masker dan balon
 Intubasi jika perlu
 Jika pasien bernapas berikan oksigen 4 – 6L/m

Penanganan Khusus Hipertensi Dalam Kehamilan Tanpa Protein


PROSEDUR
Urine
1. Jika pasien datang ke IGD kebidanan pada hari dan jam kerja, maka
pasien langsung disarankan ke poli klinik spesialis Obstetri dan
Gynekologi. Tetapi bila pasien datang pada hari sabtu, minggu / hari
Pasienditangani dulu oleh dr. jaga IGD kemudian pasien dan keluarga
diberi resep dan penjelasan tentang penyakit / kondisi pasien,
selanjutnya pasien dipulangkan dan kembali ke poli spesialis
keesokan harinya

1. IGD
UNIT TERKAIT
2. Instalasi Rawat Jalan
3. MR
4. Loket keuangan

5
PENANGANAN PRE EKLAMSI RINGAN

NO. DOKUMEN NO. REVISI HALAMAN


MDGs/003/RSUD- 1/2
PS/II/2016

STANDAR Tanggal Terbit Ditetapkan Direktur


PROSEDUR RSUD Dr. M. Zein Painan
OPERASIONAL 02 Pebruari 2016

Drg. H. Busril, MPH


NIP. 19740227 200212 1004
Preeklamsi Ringan adalah keadaan dimana dijumpainya tekanan darah
PENGERTIAN
≥140 / 90 mmHg disertai proteinuria kurang dari 3g/24jam
1. Menurunkan angka kematian ibu dan bayi (AKI dan AKB) akibat
TUJUAN
preeklamsi (PE)
2 .Mampu mengatasi keadaan gawat pada pasien preeklamsi sehingga
tidak terjadi preeklamsi berat / eklamsi
Kebijakan Direktur RSUD Dr. Muhammad Zein Painan Nomor :
KEBIJAKAN
800/ /RSUD-2016 Tentang Pelayanan Rumah Sakit Sayang Ibu dan
Bayi RSUD Dr. Muhammad Zein Paina

BIDAN JAGA UGD:


PROSEDUR
Jika Usia Kehamilan <37minggu
1. Jika pasien datang ke IGD kebidanan pada hari dan jam kerja, maka
pasien langsung disarankan ke poli klinik spesialis Obstetri dan
Gynekologi (rawat jalan)
2. Tetapi bila pasien datang pada hari minggu/hari libur, pasien
ditangani dulu oleh dr. jaga IGD
3. Pantau tekanan darah, reflek, dan DJJ
4. Berikan konseling kepada pasien dan keluarga tentang tanda – tanda
bahaya preeklamsi dan eklamsi
5. Anjurkan lebih banyak istirahat
6. Tidak perlu diberikan obat–obatan dan perbanyak makan sayur dan
buah
7. Kemudian pasien dipulangkan dan dianjurkan kembali ke spesialis
Obgyn keesokan harinya

6
PENANGANAN PRE EKLAMSI RINGAN

NO. DOKUMEN NO. REVISI HALAMAN


MDGs/003/RSUD- - 2/3
PS/II/2016

8. Tetapi jika pasien tidak memungkinkan untuk dirawat jalan, maka


PROSEDUR bidan IGD cukup berkolaborasi dengan dr. jaga IGD selanjutnya
pasien dirawat di ruang bersalin
9. Bila perlu pasang infuse sesuai advis dr. IGD
10. Petugas IGD mengantar pasien ke ruangan bersalin

BIDAN KAMAR BERSALIN


1. Menerima dan melanjutkan perawatan pasien per dari IGD sesuai hasil
kolaborasi bidan dengan dr. IGD
2. Pantau tensi pasien setiap 8 – 12jam, cek protein urine setiap hari
3. Menerima dan melanjutkan perawatan pasien per dari IGD sesuai hasil
kolaborasi bidan dengan dr. IGD
4. Pantau tekanan darah pasien setiap 8 – 12jam, cek protein urine setiap
hari
5. Tidak perlu diberikan obat – obatan
6. Tidak perlu diberi diuretik kecuali terdapat oedem paru, dekompensasi
kordis dan gagal ginjal
7. Jika tekanan darah diastole normal, kolaborasi dengan dr. Obgyn
untuk memulangkan pasien
8. Beri konseling kepada pasien dan keluarga pasien tentang bahaya
preeklamsi / eklamsi
9. Anjurkan pasien untuk control 2x seminggu di poli/puskesmas untuk
memantau tekanan darah
10. Jika tidak ada tanda–tanda perbaikan, kolaborasi dengandr. Obgyn
untuk penanganan dan observasi kesehatan janin selanjutnya
11. Jika terdapat tanda–tanda pertumbuhan janin terganggu, kolaborasi
dengan dr. Obgyn untuk pertimbangkan terminasi kehamilan
12. Jika pertumbuhan janin baik, tetapi tidak ada tanda perbaikan pada ibu,
lanjutkan perawatan sampai kehamilan aterm

7
PENANGANAN PRE EKLAMSI RINGAN

NO. DOKUMEN NO. REVISI HALAMAN


MDGs/003/RSUD- - 3/3
PS/II/2016
PROSEDUR Jika Usia Kehamilan >37minggu
1. Jika serviks matang, kolaborasi dengan dr. Obgyn untuk tindakan
terminasi kehamilan, pecahkan ketuban dan induksi persalinan
dengan oksitosin/prostaglandin sesuai SPO
2. Jika serviks belum matang, kolaborasi dengan dr.Obgyn untuk
tindakan terminasi kehamilan dengan SC

1. IGD
UNIT TERKAIT
2. Instalasi Rawat Jalan
3. MR
4. Kamar Bersalin

8
ABORTUS

NO. DOKUMEN NO. REVISI HALAMAN


MDGs/004/RSUD- - 1/3
PS/II/2016
Ditetapkan Direktur
STANDAR Tanggal Terbit RSUD Dr. M. Zein Painan
PROSEDUR
OPERASIONAL 04 Pebruari 2016
Drg. H. Busril, MPH
NIP. 19740227 200212 1004
Abortus adalah semua kehamilan yang berakhir sebelum periode
PENGERTIAN
viabilitas janin (sebelum berat janin 500gr) atau kehamilan kurang dari
20minggu lengkap dari hari pertama hari terakhir

TUJUAN 1. Menurunkan angka kematian ibu akibat abortus


2. Mengatasi keadaan gawatdarurat pada abortus dengan syok
Kebijakan Direktur RSUD Dr. Muhammad Zein Painan Nomor :
KEBIJAKAN
800/ /RSUD-2016 Tentang Pelayanan Rumah Sakit Sayang Ibu dan
Bayi RSUD Dr. Muhammad Zein Painan

BIDAN JAGA UGD:


1. Menerima dan menganamnese pasien dengan cepat dan tepat
PROSEDUR 2. Lakukan pemeriksaan klinik (periksa tanda vital, palpasi, jika
terdapat nyeri tekan waspadai adanya KET)
3. Anjurkan pasien untuk tidak melakukan aktifitas fisik berlebihan atau
hubungan seksual
4. Observasi 4 – 8jam
5. Jika perdarahan berhenti, lakukan asuhan antenatal seperti biasa
6. Jika perdarahan berlanjut pasang infus RL dan kolaborasi dengan dr.
UGD untuk pemberian drip duvadilan 3ampul 30tpm
7. Bila keadaan membaik, kolaborasi dengan bidan kamar bersalin
untuk perawatan selanjutnya
8. Pindahkan pasien ke kamar bersalin dengan menggunakan tempat
tidur/kursi roda sesuai keadaan pasien

9
ABORTUS

NO. DOKUMEN NO. REVISI HALAMAN


MDGs/004/RSUD- - 2/3
PS/II/2016

DOKTER JAGA IGD


PROSEDUR 1. Melakukan pemeriksaan terhadap pasien
2. Memberikan terapi
Bila perlu berkolaborasi dengan dr. Obgyn untuk tindakan selanjutnya
BIDAN KAMAR BERSALIN
1. Menerima pasien dari IGD
Merawat dan memberikan terapi lanjutan dari IGD sesuai hasil
kolaborasi bidan IGD dengan dr.Obgyn
2. Memonitor dan mencatat cairan masuk dan keluar serta mengukur,
mencatat dan mengobservasi tanda vital pasien
3. Bila keadaan umum baik, dan perdarahan sedikit pasien dipuasakan
dan kolaborasi dengan dr.Obgyn jaga untuk tindakan kuret keesokan
harinya
4. Membuat persetujuan tindakan medik untuk tindakan kuret
5. Bila ada tanda septic/syok, KET segera kolaborasi dengan dr.Obgyn
jaga untuk tindakan lebih lanjut
6. Bila pasien anemia (Hb <10gr%), buatkan surat pengantar dan contoh
darah ke PMI
BIDAN RUANG NIFAS
1. Menerima pasien post kuret dari kamar bersalin
2. Memberikan perawatan lanjutan pasien post kuret
3. Memberikan terapi pada pasien post kuret sesuai advis dr.Obgyn yang
tertulis pada status pasien
4. Merawat pasien dengan abortus septic sebelum melakukan kuret
5. Berkolaborasi dengan dr.Obgyn jaga pada kasus gawat darurat di
ruangan nifas
6. Membuat perincian biaya perawatan selama pasien dirawat
7. Membuat kartu kontrol dan jelaskan kapan pasien harus kontrol

10
ABORTUS

NO. DOKUMEN NO. REVISI HALAMAN


MDGs/004/RSUD- - 3/3
PS/II/2016

DOKTER OBGYN
PROSEDUR 1. Melakukan informed concent pada keluarga pasien tentang tindakan
yang akan dilakukan serta resiko tindakan tersebut
2. Melaksanakan tindakan medik kuretase
3. Bertanggung jawab terhadap penanganan kasus tersebut
4. Membuat resume saat pasien pulang atau meninggal

1. IGD
UNIT TERKAIT
2. Instalasi rawat jalan
3. Instalasi rawat inap
4. Kamar bersalin
5. Ruang Nifas

11
INDUKSI DAN AKSELERASI PERSALINAN

NO. DOKUMEN NO. REVISI HALAMAN


MDGs/005/RSUD- - 1/2
PS/II/2016
Ditetapkan Direktur
STANDAR Tanggal Terbit RSUD Dr. M. Zein Painan
PROSEDUR
OPERASIONAL 04 Pebruari 2016
Drg. H. Busril, MPH
NIP. 19740227 200212 1004
Induksi persalinan adalah upaya melahirkan bayi demi manfaat yang
PENGERTIAN
lebih baik dibandingkan melanjutkan kehamilan.
TUJUAN 1. Menurunkan angka kematian ibu (AKI) dan angka kematian bayi
(AKB)
2. Untuk mencapai his 3 – 5 x dalam 10 menit, lamanya > 40 detik atau
his yang adekuat
3. Agar terjadinya persalinan atas indikasi waktu
4. Mencegah terjadinya persallinan lama
Kebijakan Direktur RSUD Dr. Muhammad Zein Painan Nomor :
KEBIJAKAN
800/ /RSUD-2016 Tentang Pelayanan Rumah Sakit Sayang Ibu dan
Bayi RSUD Dr. Muhammad Zein Painan
PROSEDUR 1. Kaji ulang indikasi
2. Periksa DJJ teratur dan tidak ada gawat janin
3. Lakukan pemeriksaan dalam dengan menggunakan sarung tangan
DTT untuk menentukan nilai Bishop
4. Catat hasil pemeriksaan pada lembar SOAP bidan, lakukan
amniotomi
5. Bila setelah 1jam amniotomi, his / proses persalinan tetap tidak
terjadi, kolaborasi dengan dr. Obgyn untuk tindakan induksi
persalinan sesuai advis dr. Obgyn (Oksitosin 10 IU dalam cairan RL
20 tpm, atau Oksitosin 5 IU dalam cairan RL dengan tetesan
bertingkat mulai dari 12 tpm kemudian dinaikkan 4 tpm setiap 15
menit sampai tetesan maksimal 40 tpm

12
INDUKSI DAN AKSELERASI PERSALINAN

NO. DOKUMEN NO. REVISI HALAMAN


MDGs/005/RSUD- - 2/2
PS/II/2016
6. Observasi ketat DJJ setiap 15–30 menit selama induksi berlangsung,
jika terjadi gawat janin (DJJ <100x/m atau >160x/m) berikan oksigen
PROSEDUR sebanyak 4-5 L/m dan posisi ibu miring ke kiri
7. Jika tetap gawat janin, hentikan induksi dan segera kolaborasi dengan
dr. Obgyn jaga untuk tindakan selanjutnya (SC)
8. Jika DJJ normal (stabil), lakukan evaluasi setiap 4 jam dan catat pada
lembar partograf, dan SOAP bidan. Pantau kemajuan persalinan
sesuai partograf bila perlu kolaborasi dengan dr. Obgyn bila terjadi
gawat darurat
9. Bila persalinan tidak terjadi dalam waktu 18 jam, berikan antibiotik
cefotaxime / ceftriaxone 1 gr IV pasang dower catheter (DC)
10. Jika pasien akan dilakukan SC segera siapkan ITM, ITB, darah,
cukur rambut kemaluan, cek laboratorium darah lengkap, dan
kolaborasi dengan kamar operasi dan ruang nifas

1. IGD
UNIT TERKAIT
2. Rawat Inap KB
3. Kamar Operasi
4. Unit Transfusi Darah (UTDRS)
5. Laboratorium
6. Medikal Rekord

13
ABORTUS IMMINENS

NO. DOKUMEN NO. REVISI HALAMAN


MDGs/006/RSUD- - 1/2
PS/II/2016
Ditetapkan Direktur
STANDAR Tanggal Terbit RSUD Dr. M. Zein Painan
PROSEDUR
OPERASIONAL 04 Pebruari 2016
Drg. H. Busril, MPH
NIP. 19740227 200212 1004
Abortus Iminens adalah keadaan dimana perdarahan berasal dari
PENGERTIAN
intrauterine sebelum umur kehamilan 20 minggu, dengan atau tanpa kolik
uterus, tanpa pengeluaran hasil konsepsi dan tanpa dilatasi serviks
1. Menurunkan angka kematian ibu akibat abortus
TUJUAN
2. Mengatasi keadaan gawatdarurat pada abortus dengan syok
Kebijakan Direktur RSUD Dr. Muhammad Zein Painan Nomor : 800/
KEBIJAKAN
/RSUD-2016 Tentang Pelayanan Rumah Sakit Sayang Ibu dan Bayi
RSUD Dr. Muhammad Zein Painan

BIDAN JAGA UGD:


PROSEDUR
1. Menerima dan menganamnese pasien dengan cepat dan tepat
2. Lakukan pemeriksaan klinik (periksa tanda vital, palpasi, jika terdapat
nyeri tekan waspadai adanya KET)
3. Anjurkan pasien untuk tidak melakukan aktifitas fisik berlebihan atau
hubungan seksual
4. Observasi 4 – 8jam
5. Jika perdarahan berhenti, lakukan asuhan antenatal seperti biasa
6. Jika perdarahan berlanjut pasang infus RL dan kolaborasi dengan dr.
UGD untuk pemberian drip duvadilan 3ampul 30 tpm
7. Bila keadaan membaik, kolaborasi dengan bidan kamar bersalin untuk
perawatan selanjutnya
8. Pindahkan pasien ke kamar bersalin dengan menggunakan tempat
tidur/kursi roda sesuai keadaan pasien

14
ABORTUS IMMINENS

NO. DOKUMEN NO. REVISI HALAMAN


MDGs/006/RSUD- - 2/2
PS/II/2016
DOKTER JAGA IGD
PROSEDUR
1. Melakukan pemeriksaan terhadap pasien
2. Memberikan terapi
3. Bila perlu berkolaborasi dengan dr. Obgyn untuk tindakan selanjutnya

BIDAN RUANG BERSALIN


1. Menerima pasien dari IGD
2. Merawat dan memberikan terapi lanjutan dari IGD sesuai dengan hasil
kolaborasi bidan IGD dengan dr. Jaga IGD
3. Memonitor dan mencatat cairan yang masuk dan keluar serta
mengukur, mencatat dan mengobservasi tanda vital pasien
4. Bila perdarahan berlanjut, nilai kondisi janin dengan USG, dan
kolaborasi dengan dr. Obgyn bila diperlukan tindakan kuretase
5. Membuat persetujuan tindakan medic untuk tindakan kuretase
6. Bila ada tanda septik/syok, KET segera kolaborasi dengan dr. obgyn
jaga untuk tindakan lebih lanjut

DOKTER OBGYN
1. Melakukan informed concent pada keluarga pasien tentang tindakan
yang akan dilakukan
2. Melakukan tindakan medik kuretase
3. Bertanggungjawab terhadap penanganan kasus tersebut
4. Membuat resume saat pasien pulang atau meninggal

1. IGD
UNIT TERKAIT
2. Instalasi rawat jalan
3. Instalasi rawat inap
4. Kamar bersalin
5. Ruang nifas

15
PENANGANAN PLASENTA PREVIA

NO. DOKUMEN NO. REVISI HALAMAN


MDGs/007/RSUD- - 1/2
PS/II/2016
Ditetapkan Direktur
STANDAR Tanggal Terbit RSUD Dr. M. Zein Painan
PROSEDUR
OPERASIONAL 04 Pebruari 2016
Drg. H. Busril, MPH
NIP. 19740227 200212 1004

Plasenta Previa adalah Implantasi plasenta pada segmen bawah uterus,


PENGERTIAN
lebih rendah dari bagian terbawah janin

1. Mencegah terjadinya syok karena HAP


TUJUAN
2. Menurunkan angka kematian ibu (AKI) akhibat HAP
Kebijakan Direktur RSUD Dr. Muhammad Zein Painan Nomor : 800/
KEBIJAKAN
/RSUD-2016 Tentang Pelayanan Rumah Sakit Sayang Ibu dan Bayi
RSUD Dr. Muhammad Zein Painan
1. Jika perdarahan aktif/ada tanda-tanda syok, segera atasi syoknya
PROSEDUR
2. Pasang infuse RL bila perlu 2 jalur dengan menggunakan vena cateter
no. 18 dan blood transfusion, ambil sampel darah
3. Pantau secara ketat perdarahan dan denyut jantung janin (DJJ)
4. Posisikan ibu miring ke kiri
5. Beri oksigen 4 – 5 L/m
6. Cek laboratorium lengkap
7. Suruh keluarga mengurus darah ke PMI
8. Lakukan pemeriksaan umum dan khusus (palpasi), jangan lakukan
pemeriksaan dalam, kecuali diatas meja operasi
9. Pasang Dower Catheter (DC)
10. Cukur bulu kemaluan
11. Minta ITM keluarga (suami / orang tua kandung / saudara kandung /
pasien sendiri)
12. Kolaborasi dengan dr. IGD
13. Kolaborasi dengan dr. Obgyn untuk tindakan SC tanpa
memperhatikan usia kehamilan / prematuritas

16
PENANGANAN PLASENTA PREVIA

No. Dokumen No. Revisi Halaman :


MDGs/007/RSUD- 2/2
PS/II/2016
14. Kolaborasi dengan OK
PROSEDUR 15. Kolaborasi dengan petugas laboratorium
16. Kolaborasi dengan ruang nifas
17. Jika semua sudah siap untuk operasi, pasien diantar ke OK oleh
petugas perter / petugas IGD
18. Jika perdarahan sedikit dan berhenti, dan bayi hidup tetapi belum
aterm, pertimbangkan untuk terapi ekspektatif sampai persalinan
atau perdarahan banyak dan aktif
19. Rawat inap, dan pindahkan pasien ke ruang perawatan (kamar
bersalin/ ruang nifas)

1. IGD
UNIT TERKAIT 2. MR
3. OK
4. Laboratorium
5. Ruang nifas

17
MOLA HIDATIDOSA
No. Dokumen No. Revisi Halaman :
MDGs/008/RSUD- ½
PS/II/2016
Ditetapkan
STANDAR Tanggal Terbit Direktur RSUD Dr. Muhammad Zein Painan
PROSEDUR
OPERASIONAL 06 Pebruari 2016

drg. H. Busril, MPH


NIP. 19740227 200212 1 004
PENGERTIAN Mola Hidatidosa adalah suatu proliferasi sel trofoblas yang berasal dari
kehamilan
TUJUAN 1. Mencegah komplikasi akibat mola hidatidosa
2. Segera melakukan evakuasi kavum uteri dari jaringan mola hidatidosa
3. Menurunkan angka kematian ibu (AKI) akibat mola hidatidosa
KEBIJAKAN Kebijakan Direktur RSUD Dr. Muhammad Zein Painan Nomor : 800/
RSUD-2016 Tentang Pelayanan Rumah Sakit Sayang Ibu dan Bayi
RSUD Dr. Muhammad Zein Painan
PROSEDUR BIDAN IGD
1. Segera lakukan penilaian klinik, bila pasien perdarahan dan syok,
segera lakukan penanganan syok
2. Pasang infus RL, sekalian ambil sampel darah
3. Cek laboratorium lengkap
4. Buat pengantar permintaan darah ke PMI
5. Berkolaborasi dengan dr. Jaga IGD dan tegakkan diagnosa mola
hidatidosa
6. Keluarga diminta untuk mengurus MR dan rawat inap
7. Dokter jaga IGD berkolaborasi dengan dr. Obgyn
8. Kolaborasi dengan bidan kamar bersalin
9. Jika keadaan baien baik, antar pasien ke kamar bersalin
BRANGKAR
1. Antar pasien ke kamar bersalin dalam keadaan sudah terpasang infus
RL dan O2 jika diperlukan

18
MOLA HIDATIDOSA

No. Dokumen No. Revisi Halaman : 2/2


MDGs/008/RSUD-PS/
II/2016

DOKTER IGD
PROSEDUR 1. Berkolaborasi dengan dr. Obgyn jaga
2. Menjelaskan tentang keadaan pasien dan tindakan yang akan
dilakukan
3. Memberikan terapi sesuai hasil kolaborasi dengan dr. Obgyn
4. Menandatangani formulir rawat inap

DOKTER OBGYN JAGA


Memberikan terapi dan tindakan selanjutnya bagi pasien tersebut

BIDAN KAMAR BERSALIN


1. Menerima pasien dari IGD
2. Melanjutkan terapi dan perawatan sesuai dengan hasil kolaborasi
dokter / bidan IGD dengan dr. Obgyn
3. Memantau dan mengevaluasi keadaan umum pasien dan membuat
SOAP di lembar SOAP bidan
4. Meminta ITM
5. Berkolaborasi dengan dr. Obgyn untuk tindakan kuretase
6. Bila diperlukan tindkaan evakuasi segera, siapkan pasien untuk
tindakan evakuasi mola
1. Bila keadaan umum pasien baik, perispaka untuk tindakan evakuasi
untuk keesokan hari
UNIT TERKAIT 1. IGD
2. MR
3. Kamar bersalin

19
EPISIOTOMI

No. Dokumen No. Revisi Halaman :


MDGs/009/RSUD- 1/1
PS/II/2016
Ditetapkan
STANDAR Tanggal Terbit Direktur RSUD Dr. Muhammad Zein Painan
PROSEDUR
OPERASIONAL
08 Pebruari 2016

drg. H. Busril, MPH


NIP. 19740227 200212 1 004
PENGERTIAN Episiotomi adalah insisi dari perineum untuk memudahkan persalinan
dan mencegah rupturnya perineum totalis
TUJUAN 1. Mempercepat Kala II
2. Mencegah bayi asfiksia
3. Membuat panduan dan standar dalam melakukan tindakan episiotomy
KEBIJAKAN Kebijakan Direktur RSUD Dr. Muhammad Zein Painan Nomor : 800/
RSUD-2016 Tentang Pelayanan Rumah Sakit Sayang Ibu dan Bayi
RSUD Dr. Muhammad Zein Painan
PROSEDUR 1. Episiotomi dilakukan bila perineum telah tipis atau kepala bayi
tampak sekitar 3 – 4 cm
2. Meletakkan kedua jari diantara kepala bayi dan perineum dengan
menggunakan sarung tangan steril
3. Gunakan gunting dan buat sayatan 3 – 4 cm mediolateral
4. Jaga perineum dengan tangan pada saat kepala bayi lahir agar insisi
tidak meluas
UNIT TERKAIT 1. IGD
2. MR
3. Kamar bersalin
4. Ruang nifas

20
PERSALINAN SUNGSANG

No. Dokumen No. Revisi Halaman :


MDGs/010/RSUD- 1/3
PS/II/2016
Ditetapkan
STANDAR Tanggal Terbit Direktur RSUD Dr. Muhammad Zein Painan
PROSEDUR
OPERASIONAL 08 Pebruari 2016

drg. H. Busril, MPH


NIP. 19740227 200212 1 004
PENGERTIAN Sungsang adalah janin dengan presentasi bokong, bokong kaki, atau
kaki
TUJUAN 1. Membuat panduan dan standar pertolongan persalinan sungsang
2. Agar dapat menolong pasien dengan letak sungsang dengan cepat
dan tepat sesuai standar
3. Menurunkan angka kematian ibu (AKI) dan angka kematian bayi
(AKB)

KEBIJAKAN Kebijakan Direktur RSUD Dr. Muhammad Zein Painan Nomor : 800/
RSUD-2016 Tentang Pelayanan Rumah Sakit Sayang Ibu dan Bayi
RSUD Dr. Muhammad Zein Painan
PROSEDUR BIDAN IGD / VK
1. Lakukan pemeriksaan umum dan khusus
2. Kaji ulang indikasi (pastikan janin letak sungsang)
3. Bila perlu pasang infus
4. Persiapan sebelum tindakan : untuk pasien, penolong (Operator dan
asisten), dan alat resusitasi bayi, jika terjadi asfiksia pada bayi
5. Pencegahan infeksi sebelum tindakan
6. Lakukan semua prosedur dengan halus
7. Melahirkan bokong dan kaki
8. Jika bokong telah mencapai vagina dan pembukaan lengkap suruh
ibu untuk mengedan bersamaan dengan his
9. Jika perineum sangat kaku, lakukan episiotomi
10. Biarkan bokong turun sampai scapula kelihatan

21
PERSALINAN SUNGSANG

No. Dokumen NO. REVISI HALAMAN


MDGs/010/RSUD- - 2/3
PS/II/2016

11. Pegang bokong dengan hati – hati jangan lakukan penarikan


PROSEDUR 12. Jika kaki tidak lahir spontan, lahirkan satu kaki dengan jalan : tekan
belakang lutut, pegang tumit dan lahirkan kaki. Ulangi untuk
melahirkan kaki yang lain
13. Pegang pinggul bayi , tetapi jangan ditarik dan lahirkan bagian lengan
dengan teknik Bracht
14. Melahirkan lengan:
 Jika lengan berada di dada bayi:
 Biarkan lengan lahir spontan satu demi satu, jika perlu berikan
bantuan
 Jika lengan pertama lahir, angkat bokong ke arah perut ibu agar
lengan kedua lahir
 Jika lengan tidak lahir spontan, tempatkan ½ jari di siku bayi dan
tekan agar tangan turun melewati muka bayi
 Jika lengan lurus ke atas kepala atau terjungkit di belakang kepala:
 Gunakan perasat Lovset dengan cara : setelah bokong dan kaki
lahir, pegang pinggul bayi dengan kedua tangan
 Putar bayi 180º sambil tarik kebawah dengan lengan bayi yang
terjungkit kearah penunjuk jari tangan yang terjungkit, sehingga
lengan posterior berada di bawah simphisis
 Bantu melahirkan dengan memasukkan ½ jari pada lengan atas
serta menarik lengan ke bawah melalui dada sehingga siku dalam
keadaan fleksi dan lengan depan lahir
 Untuk melahirkan lengan kedua, putar kembali 180ºke arah yang
berlawanan ke kanan / kiri sambil ditarik sehingga lengan belakang
menjadi lengan depan dan lahir di depan

22
PERSALINAN SUNGSANG

No. Dokumen No. Revisi Halaman :


MDGs/010/RSUD-PS/
II/2016 3 /3

 Jika badan bayi tidak dapat diputar:


PROSEDUR  Lahirkan bahu belakang / posterior lebih dahulu dengan jalan:
 Pegang pergelangan kaki dan angkat ke atas
 Lahirkan bahu belakang
 Lahirkan lengan dan tangan
 Pegang pergelangan kaki dan tarik ke bawah
 Lahirkan bahu dan lengan depan
15. Melahirkan kepala dengan cara Mauriceau
 Masukkan tangan kiri penolong ke dalam vagina
 Letakkan badan bayi di atas tangan kiri sehingga bayi seolah – olah
menunggang kuda
 Letakkan jari telunjuk dan jari manis kiri pada maksila bayi dan
jari tengan di dalam mulut bayi
 Jari kanan memegang / mencengkram tengkuk bayi dan jari tengah
mendorong oksipital sehinigga kepala menjadi fleksi
 Dengan koordinasi tangan kiri dan kanan secara hati – hati, tariklah
kepala bayi dengan memutar sesuai jalan lahir
16. Angkat badan bayi (posisi menunggang kuda) ke atas untuk
melahirkan mulut, hidung dan seluruh kepala

UNIT TERKAIT 1. IGD


2. MR
3. Kamar bersalin

23
PENANGANAN SOLUSIO PLASENTA

No. Dokumen No. Revisi Halaman :


MDGs/011/RSUD- ½
PS/II/2016
Ditetapkan
STANDAR Tanggal Terbit Direktur RSUD Dr. Muhammad Zein Painan
PROSEDUR
OPERASIONAL 10 Pebruari 2016
drg. H. Busril, MPH
NIP. 19740227 200212 1 004
PENGERTIAN Solusio Plasenta adalah keadaan dimana lepasnya plasenta dari tempat
implantasinya yang normal pada dinding uterus sebelum janin lahir
TUJUAN 1. Mencegah terjadinya syok karena solusio plasenta
2. Menurunkan angka kematian ibu (AKI) dan angka kematian bayi
(AKB) akibat solusio plasenta
KEBIJAKAN Kebijakan Direktur RSUD Dr. Muhammad Zein Painan Nomor : 800/
RSUD-2016 Tentang Pelayanan Rumah Sakit Sayang Ibu dan Bayi
RSUD Dr. Muhammad Zein Painan
PROSEDUR 1. Jika perdarahan aktif/ adanya tanda syok, segera atasi syoknya
2. Pasang infus RL bila perlu 2 jalur dengan menggunakan vena cateter
no. 18 dan blood transfusion, ambil sample darah
3. Pantau secara ketat perdarahan dan denyut jantung janin (DJJ)
4. Posisikan ibu miring ke kiri
5. Beri oksigen 4 – 5 L/m
6. Cek laboratorium lengkap dan uji pembekuan darah
7. Anjurkan keluarga untuk mengurus darah ke PMI untuk tranfusi darah
8. Lakukan pemeriksaan umum dan khusus (Palpasi), jangan lakukan
pemeriksaan dalam kecuali diatas meja operasi
9. Jika perdarahan hebat baik nyata/tersembunyi, lakukan persalinan
pervaginam segera
10. Jika pembukaan serviks belum lengkap, segera berkolaborasi dengan
dr. Obgyn untuk tindakan SC
11. Pasang Dower Catheter
12. Cukur bulu kemaluan
13. Minta ITM pada keluarga (suami / orang tua kandung / saudara
kandung / pasien sendiri)

24
PENANGANAN SOLUSIO PLASENTA
No. Dokumen No. Revisi Halaman : 2/2
MDGs/011/RSUD-
PS/II/2016

14. Kolaborasi dengan dr. IGD


PROSEDUR 15. Kolaborasi dengan OK
16. Kolaborasi dengan petugas laboratorium
17. Kolaborasi dengan ruang nifas
Jika semua sudah siap untuk operasi, pasien diantar ke OK oleh
petugas porter / petugas IGD
18. Jika perdarahan ringan / sedang dan keadaan umum ibu dan DJJ
bormal / tidak terdengar, pecahkan ketuban dan tunggu persalinan
pervaginam
19. Pindahkan pasien ke kamar bersalin
20. Atau jika his tidak adekuat, perbaikin dengan pemberian oksitosin
10IU dalam cairan RL 500ml sebanyak 20tpm
21. Jika DJJ abnormal (<100x/m atau >160x/m) dan tidak ada pembukaan
serviks, segera kolaborasi dengan dr. Obgyn untuk tindakan SC
UNIT TERKAIT 1. IGD
2. MR
3. OK
4. Laboratorium
5. Ruang nifas

25
KEHAMILAN EKTOPIK TERGANGGU (KET)

No. Dokumen No. Revisi Halaman :


MDGIS/012/RSUD-
PS/II/2016 1/2
Ditetapkan
STANDAR Tanggal Terbit Direktur RSUD Dr. Muhammad Zein Painan
PROSEDUR
OPERASIONAL 10 Pebruari 2016

drg. H. Busril, MPH


NIP. 19740227 200212 1 004
PENGERTIAN Kehamilan Ektopik Terganggu (KET) adalah kehamilan dengan gestasi
diluar kavum uteri, mencakup kehamilan di interstitial tuba, di kornu dan
di serviks
TUJUAN 1. Mencegah terjadinya syok karena KET
2. Menurunkan angka kematian ibu (AKI) akibat KET
KEBIJAKAN Kebijakan Direktur RSUD Dr. Muhammad Zein Painan Nomor : 800/
RSUD-2016 Tentang Pelayanan Rumah Sakit Sayang Ibu dan Bayi
RSUD Dr. Muhammad Zein Painan
PROSEDUR 1. Kenali dengan tepat tanda – tanda syok
2. Jelaskan pada keluarga tentang hasil pemeriksaan dan tindakan yang
akan dilakukan
3. Jika ada tanda – tanda syok, segera atasi syok
4. Pasang infus RL bila perlu 2 jalur dengan menggunakan vena cateter
no. 18 dan blood transfusion, ambil sample darah
5. Cek laboratorium lengkap dan ambil sample darah
6. Lakukan pemeriksaan umum dan khusus (palpasi, nyeri tekan (+)/ (-),
adanya nyeri goyang porsio / tidak
7. Pasang Dower Catheter
8. Cukur bulu kemaluan
9. Minta ITM pada keluarga (suami / orang tua kandung / saudara
kandung / pasien sendiri)
10. Kolaborasi dengan dr. IGD untuk pemeriksaan USG untuk diagnosa
pasti KET
11. Kolaborasi dengan dr. Obgyn untuk tindakan laparatomi

26
KEHAMILAN EKTOPIK TERGANGGU (KET)
No. Dokumen No. Revisi Halaman :
MDGs/012/RSUD-
PS/II/2016 2/2

12. Kolaborasi dengan OK


PROSEDUR 13. Kolaborasi dengan petugas laboratorium
14. Kolaborasi dengan instalasi farmasi
15. Kolaborasi dengan ruang nifas
16. Jika semua sudah siap untuk operasi, pasien di antar ke ruang OK
oleh petugas porter / petugas IGD

UNIT TERKAIT 1. IGD


2. MR
3. OK
4. Laboratorium
5. Ruang nifas

27
RUMAH SAKIT SAYANG IBU DAN BAYI

No. Dokumen No. Revisi Halaman :


MDGIS/013/RSUD- 1/2
PS/II/2016
Ditetapkan
STANDAR Tanggal Terbit Direktur RSUD Dr. Muhammad Zein Painan
PROSEDUR
OPERASIONAL 10 Pebruari 2016

drg. H. Busril, MPH


NIP. 19740227 200212 1 004
PENGERTIAN Rumah sakit sayang ibu dan bayi (RSSIB) adalah rumah sakit
pemerintah maupun swasta, umum maupun khusus yang telah
melaksanakan 10 langkah menuju perlindungan ibu dan bayi secara
terpadu dan paripurna
TUJUAN 1. Meningkatkan mutu pelayanan kesehatan ibu dan bayi secara terpadu
2. Menurunkan angka kematian ibu (AKI) dan angka kematian bayi
(AKB).
3. Melaksanakan dan mengembangkan standar pelayanan perlindungan
ibu dan bayi secara terpadu dan paripurna.
4. Meningkat kualitas pelayanan kesehatan ibu dan bayi
5. Meningkatkan kesiapan rumah sakit dalam melaksanakan fungsi
pelayanan obstetri dan neonatus termasuk pelayanan kegawat
daruratan (PONEK 24 jam)
6. Meningkatkan fungsi rumah sakit sebagai pusat rujukan pelayanan
kesehatan ibu dan bayi bagi sarana palayanan kesehatan lainnya.
7. Meningkatkan fungsi rumah sakit sebagai model dan Pembina teknik
dalam melaksanakan IMD, pemberian ASI eklusif.
8. Meningkatkan fungsi rumah sakit perawatan metode kangguru (PMK)
pada BBLR.
KEBIJAKAN Kebijakan Direktur RSUD Dr. Muhammad Zein Painan Nomor : 800/
RSUD-2016 Tentang Pelayanan Rumah Sakit Sayang Ibu dan Bayi
RSUD Dr. Muhammad Zein Painan
PROSEDUR 1. Ada kebijakan tertulis tentang menejemen yang mendukung pelayanan
kesehatan ibu dan bayi termasuk pemberian ASI eklusif dan perawatan
metode kangguru (PMK) untuk BBLR

28
RUMAH SAKIT SAYANG IBU DAN BAYI
No. Dokumen No. Revisi Halaman :
MDGs/013/RSUD-
PS/II/2016 2/2

2. Menyelenggarakan pelayanan antenatal dan konseling kesehatan


PROSEDUR maternal neonatal
3 .Menyelenggarakan persalinan aman & bersih, penanganan bayi baru
lahir (BBL) dengan insiasi menyusui dini (IMD), dan kontak kulit ibu
dan bayi
UNIT TERKAIT 1. IGD
2. MR
3. OK
4. Laboratorium
5. Ruang nifas

29
INISIASI MENYUSUI DINI

No. Dokumen No. Revisi Halaman :


MDGs/014/RSUD-PS/II/ 1/2
2016
Ditetapkan
Tanggal Terbit Direktur RSUD Dr. Muhammad Zein Painan
STANDAR
PROSEDUR 23 Pebruari 2016
OPERASIONAL drg. H. Busril, MPH
NIP. 19740227 200212 1 004
PENGERTIAN Inisiasi menyusi dini adalah segera menaruh bayi di dada ibunya, kontak
kulit dengan kulit (skin to skin contact) segera setelah lahir setidaknya 1
jam atau lebih sampai bayi menyusu sendiri
TUJUAN 1. Untuk menurunkan angka kematian bayi (AKB)
2. Memberi rasa kasih sayang antara ibu dan bayi.
3. Mencegah terjadinya hipotermi pada bayi
4. ASI lebih cepat keluar.
KEBIJAKAN Kebijakan Direktur RSUD Dr. Muhammad Zein Painan Nomor : 800/
/ /RSUD-2016 Tentang Pelayanan Rumah Sakit Sayang Ibu dan Bayi
RSUD Dr. Muhammad Zein Painan
PROSEDUR 1. Pasien post partumyang ibu dan bayinya sehat segera dilakukan
IMD
2. Keringkan bayi secepatnya kecuali tangannya biarkan lemak putih
alami (vernik) yang melindungi kulit baru bayi.
3. Bayi ditelungkupkan di atas dada atau perut ibu biarkan kulit ibu
dan bayi melekat minimal 1 jam atau setelah menyusu awal selesai,
selimuti bayi dan ibu bila perlu gunakan topi bayi.
4. Anjurkan pada suami atau keluarga agar mendampingi ibu selama
bayi menyusu dini
5. Setelah bayi selesai menyusu awal (1jam), bayiditimbang , diukur,
diberi identitas dan di cap kaki.
30

INISIASI MENYUSUI DINI

No. Dokumen No. Revisi Halaman : 2/2


MDGs/014/RSUD-PS/
II/2016
Pelaksanan IMD pada ibu yang SC:
1. 6 jam setelah operasi segera lakukan IMD atau bila keadaan ibu
sudah memungkinkan (kesadaran pasien komposmentis)
2. Usahakan suhu ruangan 20-25 C.
3. Caranya sama dengan diatas.
4. Usahakan pembiusan ibu bukan yang umum akan tetapi
pembiusan epidural
5. Jika inisiasi dini belum terjadi di kamar bersalin atau di kamar
operasi atau bayi harus dipindahkan sebelum 1 jam, maka bayi
tetap diletakkan di dada ibu ketika di pindah di kamar perawatan
dan menyusu dini dianjurkan di kamar perawatan/ kamar
pemulihan.
UNIT TERKAIT 1. IGD
2. Kamar operasi
3. Kamar bersalin
4. Ruang nifas
31

PERAWATAN METODE KANGGURU (PMK)

No. Dokumen No. Revisi Halaman :


MDGs/015/RSUD-PS/II/ 1/2
2016

Ditetapkan
STANDAR Tanggal Terbit Direktur RSUD Dr. Muhammad Zein Painan
PROSEDUR
OPERASIONAL 23 Pebruari 2016
drg. H. Busril, MPH
NIP. 19740227 200212 1 004
PENGERTIAN Perawatanmetode kangguru adalah metode perawatan BBLR seperti
bayi kangguru berada dalam kantung kangguru selama diperlukan
TUJUAN 1. Mencegah terjadinya hipotermi pada bayi dengan BBLR
2. Untuk menurunkan angka kematian bayi (AKB) akibat hipotermi
3. Suhu tubuh bayi, denyut jantung, frekuensi pernapasan bayi relatif
dalam batas normal
4. Sebagai pengganti incubator
5. ASI selalu tersedia dan mudah didapat sehingga meningkatkan
sistim imun bayi
6. Terjalin hubungan kasih sayang yang kuat antara ibu dan bayi..
KEBIJAKAN Kebijakan Direktur RSUD Dr. Muhammad Zein Painan Nomor : 800/ /
RSUD-2016 Tentang Pelayanan Rumah Sakit Sayang Ibu dan Bayi
RSUD Dr. Muhammad Zein Painan
PROSEDUR 1. Menyampaikan informasi kepada ibu dan keluarga mengapa bayi
perlu dirawat dengan metode kangguru.
2. Ibu pengganti / ibu membersihkan daerah dada dan perut dengan
cara mandi 2-3 kali sehari dan memotong kuku
3. Cuci tangan 6 langkah sesuai dengan standar prosedur operasional.
4. Pasang topi dan popok bayi, segera ganti popok bayi jika basah.
5. Ukur suhu bayi dengan termometer.
.

32

PERAWATAN METODE KANGGURU (PMK)

No. Dokumen No. Revisi Halaman : 2/2


MDGs/015/RSUD-PS/
II/2016

6. Baju kanguru pada Ibu. Pakaikan

.
7. Bayi dimasukkan posisi tegak di dada ibu (kontak kulit) seperti
kanguru.
Atur posisi bayi seperti gambar di bawah ini
33

PERAWATAN METODE KANGGURU (PMK)

No. Dokumen No. Revisi Halaman : 2/2


MDGs/015/RSUD-PS/
II/2016

8. Setelah mengatur posisi bayi, baju kanguru diikat dan bayi siap untuk
dibawa
34

MENYUSUI EKLUSIF

No. Dokumen No. Revisi Halaman :


MDGs/016/RSUD-PS/II/ 1/2
2016
Ditetapkan
Tanggal Terbit Direktur RSUD Dr. Muhammad Zein Painan
STANDAR
PROSEDUR 23 Pebruari 2016
OPERASIONAL drg. H. Busril, MPH
NIP. 19740227 200212 1 004
PENGERTIAN Menyusui eklusif adalah tidak memberi bayi makan atau minum lain
termasuk air putih selain ASI selama 6 bulan kecuali obat/vitamin
TUJUAN Mengurangi tingkat kesakitan dan kematian bayi akibat diare
KEBIJAKAN Kebijakan Direktur RSUD Dr. Muhammad Zein Painan Nomor : 800/ /
RSUD-2016 Tentang Pelayanan Rumah Sakit Sayang Ibu dan Bayi RSUD
Dr. Muhammad Zein Painan
PROSEDUR 1. Cuci tangan dengan air mengalir
2. Posisi ibu:
 Ibu duduk dengan nyaman, santai/rileks, menatap bayinya
dengan senang/bahagia
 Ibu memeluk bayi dengan mantap dan percaya diri.
 Ibu menunjukkan tanda-tanda bounding (keterikatan antara ibu
dan bayi)
 Ibu menyangga seluruh payudara dengan menaruh telapak
tangannya di dinding dada
3. Posisi bayi:
 Kepala dan badan bayi berada pada garis lurus
 Badan bayi di peluk dekat badan ibu
 Seluruh badan bayi ditopang
 Bayi dekat payudara
 Hidung bayi berhadapan dengan puting
4. Kemudian sentuh bibir bayi dengan menggunakan ujung telunjuk
untuk merangsang bayi membuka mulut
5. Setelah bayi membuka lebar mulutnya, masukkan putting ke dalam
mulut bayi.

35

MENYUSUI EKLUSIF

No. Dokumen No. Revisi Halaman : 2/2


MDGs/016/RSUD-PS/
II/2016
6. Amati cara bayi menyusu (pelekatan bayi), jika:
 Tampak lebih banyak areola di atas bibir
 Mulut bayi terbuka lebar
 Bibir bawah berputar keluar
 Dagu bayi menempel payudara
 Pipi bayi tampak membulat
7. Setelah puas/selesai menyusu, biasanya bayi tidur dan melepaskan
sendiri putting ibunya
UNIT TERKAIT 1. IGD
2. Rawat gabung
3. Perinatologi
36

PELAYANAN PASIEN GAWAT TIDAK DARURAT

No. Dokumen No. Revisi Halaman :


MDGs/017/RSUD-PS/II/
2016 1/2
Ditetapkan
STANDAR Tanggal Terbit Direktur RSUD Dr. Muhammad Zein
PROSEDUR Painan
OPERASIONAL 23 Pebruari 2016

drg. H. Busril, MPH


NIP. 19740227 200212 1 004
PENGERTIAN Pasien gawat tidak darurat adalah pasien yang penyakit/kondisi
kehamilanya tidak mengancam jiwa ibu dan bayinya
TUJUAN 1. Mempercepat pelayanan pasien-pasien gawat daruruat kebidanan
yang datang ke IGD kebidanan
2. Memperbaiki pencatatan kasus -kasus gawat darurat dan bukan gawat
darurat.
KEBIJAKAN Kebijakan Direktur RSUD Dr. Muhammad Zein Painan Nomor : 800/
RSUD-2016 Tentang Pelayanan Rumah Sakit Sayang Ibu dan Bayi
RSUD Dr. Muhammad Zein Painan
PROSEDUR Bidan IGD
1. Semua pasien yang datang ke IGD ditriase oleh dokter/bidan
jaga IGD, apakah masuk kasus gawat darurat atau bukan
2. Pasien tidak gawat tidak darurat yang datang pada jam kerja/jam
poliklinik, diarahkan ke poliklinik dokter spesialis.
3. Pada hari libur/minggu dan diluar jam poliklinik dan pasien tidak
gawat darurat, dapat dilayani dokter jaga IGD tetapi prioritas
terakhir
4. Pasien yang tidak gawat darurat yang sudah diperiksa dr. IGD
dan harus dirawat maka petugas menganjurkan keluarga pasien
ke medical record untuk mengambil status rawat inap dan
petugas IGD mengantar pasien keruangan

37

PELAYANAN PASIEN GAWAT TIDAK DARURAT

No. Dokumen No. Revisi Halaman :


MDGs/017/RSUD-PS/
II/2016 2/2

5. Bila pasien tidak perlu dirawat maka dr. IGD memberikan resep dan
menjelaskan mengenai penyakit/kondisi ibu dan bayi kepada
pasien/keluarga serta di anjurkan kontrol ke poliklinik
6. Pasien yang tidak gawat darurat yang sudah dilayani di IGD, dicatat
di regester, biaya administrasi di urus di kasir bila pasien umum,jika
pasien peserta jaminan sosial/askes harus melampirkan fotokopi
kartu askes/ syarat-syarat peserta jaminan sosial.
UNIT TERKAIT 1. IGD
2. Instalasi rawat jalan
3. Ruang Kebidanan
4. MR
38

PENANGANAN PASIEN TIDAK GAWAT TIDAK DARURAT

No. Dokumen No. Revisi Halaman :


MDGs/018/RSUD- 1/1
PS/II/2016
Ditetapkan
Tanggal Terbit Direktur RSUD Dr. Muhammad Zein Painan
STANDAR
PROSEDUR 25 Pebruari 2016
OPERASIONAL drg. H. Busril, MPH
NIP. 19740227 200212 1 004
Pasien tidak gawat dan tidak darurat adalah pasien tidak dalam
PENGERTIAN keadaan gawat dan tidak memerlukan tindakan darurat serta tidak
mengancam jiwa ibu dan bayinya.
Sebagai acuan dalam memberikan pelayanan
TUJUAN
Kebijakan Direktur RSUD Dr. Muhammad Zein Painan Nomor : 800/ /
KEBIJAKAN RSUD-2016 Tentang Pelayanan Rumah Sakit Sayang Ibu dan Bayi
RSUD Dr. Muhammad Zein Painan
1. Pasien masuk IGD
PROSEDUR 2. Petugas triase menyeleksi pasien
3. Pasien tidak dalam keadaan gawat, pada jam kerja setelah ditriase
oleh petugas IGD diriver ke poliklinik rawat jalan.
4. Jika pasien datang diluar jam kerja/hari libur pasien dilayani di
IGD dan diberi resep selama 1 hari kemudian pasien disarankan
untuk kembali ke poliklinik keesokan harinya.
1. MR
UNIT TERKAIT 2. Instalasi rawat jalan
3. Kasir
39

SYOK OBSTETRI

No. Dokumen No. Revisi Halaman :


MDGs/019/RSUD-PS/II/
2016 1/2
Ditetapkan
Tanggal Terbit Direktur RSUD Dr. Muhammad Zein Painan
STANDAR
PROSEDUR 25 Pebruari 2016
OPERASIONAL drg. H. Busril, MPH
NIP. 19740227 200212 1 004
Syok obstetri adalah kegagalan sistem sirkulasi dalam mempertahankan
PENGERTIAN aliran yang adekuat pada organ vital, sehingga timbul anoksia jaringan
sehingga dapat mengancan keselamatan jiwa pasien.
1. Mampu mengatasi keadaan gawat darurat pada syok
TUJUAN 2. Memperbaiki kondisi pasien,serta memperbaiki sirkulasi volume
cairan
3. Mengurangi angka kematian ibu akibat syok.
Kebijakan Direktur RSUD Dr. Muhammad Zein Painan Nomor : 800/ /
KEBIJAKAN RSUD-2016 Tentang Pelayanan Rumah Sakit Sayang Ibu dan Bayi
RSUD Dr. Muhammad Zein Painan
Bidan jaga/dr. Jaga IGD:
1. Lakukan pemeriksaan umum dan khusus
PROSEDUR 2. Kolaborasi dengan dr. jaga IGD / dr. obgyn jaga
3. Menstabilkan kondisi pasien:
 Pada kasus perdarahan 20-30 menit setelah penangangan awal,
kesadaran membaik, tekanan sistol meningkat,dan produksi
urine > 30ml / jam
 Pada kasus septik syok setelah 20 – 30 menit penanganan awal,
kesadaran membaik, pernapasan normal, orientasi pada
lingkungan baik dan urine > 30 ml / jam
4. Memperbaiki volume dan sirkulasi darah
5. Mencari penyebab syok dan memberi pengobatan yang efisien
6. Kolaborasi dengan bidan kamar bersalin / bidan ruang nifas
Brangkar:
Mengantar pasien dalam kondisi berinfus, Oksigen tetap dipasang bila
perlu didampingi perawat / bidan

40

SYOK OBSTETRI

No. Dokumen No. Revisi Halaman :


MDGs/019/RSUD-PS/
II/2016 2/2

Bidan kamar bersalin:


PROSEDUR 1. Menerima pasien dari IGD
2. Melanjutkan terapi sesuai hasil kolaborasi dr. jaga / bidan jaga
IGD dengan dr. obgyn.
3. Melakukan pemeriksaan obstetri lebih lanjut (jika dicurigai
plasenta previa jangan lakukan pemeriksaan dalam)
4. Membuat diagnosa obstetri dan segera berkolaborasi dengan dr.
obgyn jaga untuk tindak selanjutnya atau bila ada kasus gawat
darurat di ruangan
Bidan ruang nifas:
1. Melanjutkan perawatan pasien di ruangan sampai pasien
dinyatakan sembuh dan boleh pulang.
2. Membuat perincian biaya pasien pulang dan menyerahkannya ke
kasir
UNIT TERKAIT 1. IGD
2. Kamar bersalin
3. Ruang nifas
4. MR
5. Kasir
41

PENERIMAAN PASIEN GAWAT DARURAT

No. Dokumen No. Revisi Halaman :


MDGs/020/RSUD-PS/II/
2016 1/2
Ditetapkan
Tanggal Terbit Direktur RSUD Dr. Muhammad Zein Painan
STANDAR
PROSEDUR 25 Pebruari 2016
OPERASIONAL drg. H. Busril, MPH
NIP. 19740227 200212 1 004
Penerimaan pasien gawat darurat adalah suatu proses penerimaan
PENGERTIAN pasien gawat darurat kebidanan yang dilakukan dengan cepat dan tepat

Sebagai acuan untuk melayani pasien gawat darurat kebidanan pada saat
TUJUAN masuk IGD.

Kebijakan Direktur RSUD Dr. Muhammad Zein Painan Nomor : 800/ /


KEBIJAKAN RSUD-2016 Tentang Pelayanan Rumah Sakit Sayang Ibu dan Bayi
RSUD Dr. Muhammad Zein Painan

1. Penyediaan formulir rekam medik gawat darurat yang sudah


bernomor khusus yang bersatu dengan rekam medik.
PROSEDUR 2. Setelah pasien ditriage untuk masuk IGD dilakukan pemeriksaan
oleh dokter IGD
3. Pada pasien yang perlu dirawat menurut dr. jaga IGD tetapi tidak
gawat darurat pasien langsung masuk ruangan, dan diberi tindakan
sesuai SOP diruangan.
4. Pada pasien yang tak sadar / gawat darurat (eklamsi, syok, KET, tar
sadar/koma, sepsis) dilakukan Allo anamnese diberi tindakan sesuai
SOP dan dr. IGD/bidan berkolaborasi dulu dengan dr. obgyn/
spesialais lain setelah keadaan umum pasien stabil baru masuk
ruangan.
5. Tetapi jika sudah beberapa kali (>3x) dr. spesialisnya tidak bisa
dihubungi dan menurut dr. IGD kondisi pasien stabil bisa
dimasukkan ruangan maka pasien boleh di pindahkan keruangan dan
ruangan yang selanjutnya berkolaborasi dengan dr. spesialisnya
42

PENERIMAAN PASIEN GAWAT DARURAT

No. Dokumen No. Revisi Halaman :


MDGs/020/RSUD-PS/
II/2016 2/2

PROSEDUR 6. Catat identitas pasien pada formulir rekam medik.


7. Pembayaran dilakukan setelah semua pelayanan dilakukan.

UNIT TERKAIT 1. IGD


2. Kamar bersalin
3. Ruang nifas
4. MR
5. Kasir

43
PENANGANAN HPP KARENA SISA PLASENTA

No. Dokumen No. Revisi Halaman :


MDGs/021/RSUD-PS/II/
2016 1/3

Ditetapkan
Tanggal Terbit Direktur RSUD Dr. Muhammad Zein Painan
STANDAR
PROSEDUR 25 Pebruari 2016
OPERASIONAL drg. H. Busril, MPH
NIP. 19740227 200212 1 004

PENGERTIAN Perdarahan post partum perdarahan pervaginam yang melebihi 500cc


pasca persalinan (hemorhagia post partum/HPP) karena plasenta lahir
tidak lengkap (sisa plasenta)

1. Untuk menurunkan angka kematian ibu (AKI) akibat perdarahan


TUJUAN post partum
2. Mampu mengatasi keadaan gawat darurat pada HPP/sisa plasenta
3. Menstabilkan kondisi pasien, dan memberikan terapi yang optimal

KEBIJAKAN Kebijakan Direktur RSUD Dr. Muhammad Zein Painan Nomor : 800/ /
RSUD-2016 Tentang Pelayanan Rumah Sakit Sayang Ibu dan Bayi RSUD
Dr. Muhammad Zein Painan

PROSEDUR Bidan jaga IGD


1. Segera perbaiki keadaan umum pasien, pasang infus, evaluasi
cepat,jika terjadi syok lakukan penanganan syok
2. Periksa jumlah darah yang hilang
3. Cari sebab perdarahan
4. Jika kemungkinan karena sisa plasenta:
 Lakukan pemeriksaan dalam dengan menggunakan sarung tangan
panjang DTT
 Jika porsio masih terbuka, masukkan tangan ke dalam kavum uteri
dan raba bagian dalam uterus untuk mencari sisa plasenta,
 Ekplorasi manual uterus menggunakan teknik manual plasenta
 keluarkan sisa plasenta dengan menggunakan tangan
 Infus drip oksitosin 10 IU 30tpm

44
PENANGANAN HPP KARENA SISA PLASENTA

No. Dokumen NO. REVISI HALAMAN


MDGs/021/RSUD- -
PS/II/2016 2/3

5. Cek laboratorium HB dan BT CT, ambil contoh darah dan buatkan


PROSEDUR pengantar permintaan darah ke PMI
6. Keadaan umum membaik pindahkan pasien ke ruang perawatan (RN)
7. Jika porsio sudah menutup kolaborasi dengan dokter jaga IGD, bidan
kamar bersalin untuk memindahkan pasien ke kamar bersalin, untuk
persiapan kuret yang akan dilakukan oleh dr obgyn.

Dokter jaga IGD:


1. Memeriksa dan memberikan terapi pada pasien
2. Meminta informed concent
3. Berkolaborasi dengan dokter Obgyn jaga

Portir:
1. Mengantar pasien ke ruangan dalam kedaan terpasang infus, dan
oksigen bila perlu

Bidan kamar bersalin:


1. Menerima pasien dari IGD
2. Melanjutkan terapi dari IGD
3. Kolaborasi dengan dr. obgyn jika diperlukan tindakan kuret
4. Meminta ITM
5. Menyiapkan alat, obat dan pasien untuk tindakan kuret

45
PENANGANAN HPP KARENA SISA PLASENTA

No. Dokumen No. Revisi Halaman :


MDGs/021/RSUD-PS/
II/2016 3/3

PROSEDUR Bidan ruang nifas:


1. Menerima pasien dari IGD
2. Memberi perawatan dan terapi lanjutan dari IGD
3. Mengambil hasil lab, jika hb <8 gr% segera membuat permintaan
darah ke PMI untuk tranfusi darah.
4. Meminta persetujuan transfusi kepada keluarga/ pasien.
5. Membuat perincian biaya pasien selama dirawat.
6. Memberikan konseling kepada pasien sesuai kebutuhan pasien
Memberi kartu kontrol dan menjalaskan kapan pasien harus
kembali kontrol ke dokter

1. Rekam medis
UNIT TERKAIT 2. Kasir
3. Ruang rawat inap
4. IGD

46
KOMPRESI BIMANUAL INTERNA

No. Dokumen No. Revisi Halaman :


MDGs/022/RSUD-PS/II/ 1/2
2016
Ditetapkan
STANDAR Tanggal Terbit Direktur RSUD Dr. Muhammad Zein Painan
PROSEDUR
OPERASIONAL 25 Pebruari 2016
drg. H. Busril, MPH
NIP. 19740227 200212 1 004
Kompresi bimanual interna adalah suatu tindakan untuk mengontrol
PENGERTIAN dengan segera perdarahan post partum dengan menggunakan tangan
penolong
1. Untuk menghentikan perdarah post partum (HPP)
TUJUAN 2. Untuk menurunkan angka kematian ibu (AKI) akibat perdarahan
post partum
3. Mampu mengatasi keadaan gawat darurat pada HPP/atonia uteri
4. Memstabilkan kondisi pasien, dan memberikan penanganan yang
optimal
Kebijakan Direktur RSUD Dr. Muhammad Zein Painan Nomor : 800/ /
KEBIJAKAN RSUD-2016 Tentang Pelayanan Rumah Sakit Sayang Ibu dan Bayi RSUD
Dr. Muhammad Zein Painan

Dokter, bidan jaga IGD dan bidan kamar bersalin:


PROSEDUR 1. Kaji ulang indikasi
2. Beri dukungan moril
3. Minta ITM
4. Pasanga infus + oksitosin 10 IU 30tpm
5. Cegah infeksi sebelum tindakan
6. Masukkan tangan kedalam lumen vagina, ubah menjadi kepala, dan
letakkan dataran punggung jari telunjuk hingga mengelilingi porniks
anterior dan dorong segmen bawah uterus ke kranio-anterior.
7. Upayakan tangan luar mencakup bagian belakang korpus uteri
sebanyak mungkin.

47
KOMPRESI BIMANUAL INTERNA

No. Dokumen No. Revisi Halaman :


MDGs/022/RSUD-PS/
II/2016 2/2

8. Lakukan kompresi uterus dengan melekatkan telapak tangan luar


PROSEDUR dengan kepalan tangan dalam
9. Tetap berikan tekanan sampai perdarahan berhenti dan uterus
berkontraksi dengan baik.
10. Setelah uterus berkontraksi dengan baik lepaskan tangan secara
perlahan
11. Observasi KU pasien, jika baik pindahkan ke ruang perawatan.
12. Kolaborasi dengan bidan ruang nifas
Dokter jaga IGD:
1. Memeriksa dan memberikan terapi,dan menjelaskan kondisi
pasien pada keluarga
2. Meminta informed cocent
3. Berkolaborasi dengan dokter obgyn jaga
Portir:
1. Mengantar pasien ke ruangan dalam kedaan terpasang infus, dan
oksigen bila perlu
Bidan ruang nifas:
1. Menerima pasien dari IGD
2. Memberi perawatan dan terapi lanjutan dari IGD
3. Mengambil hasil lab, jika hb <8 gr% segera membuat permintaan
darah ke PMI untuk tranfusi darah.
4. Meminta persetujuan tranfusi kepada keluarga/ pasien.
5. Membuat perincian biaya pasien selama dirawat.
6. Memberikan konseling kepada pasien sesuai kebutuhan pasien
Memberi kartu kontrol dan menjalaskan kapan pasien harus kembali
kontrol ke dokter

UNIT TERKAIT 1. Ruang rawat inap


2. IGD

48
TINDAKAN EKTRAKSI VAKUM

No. Dokumen No. Revisi Halaman :


MDGs/023/RSUD-PS/II/
2016 1/4

Ditetapkan
STANDAR Tanggal Terbit Direktur RSUD Dr. Muhammad Zein Painan
PROSEDUR
OPERASIONAL 25 Pebruari 2016
drg. H. Busril, MPH
NIP. 19740227 200212 1 004
Tindakan vakum merupakan tindakan obstetrik yang bertujuan untuk
PENGERTIAN mempercepat kala II dengan sinergi tenaga mengedan ibu dan ektrasi pada
bayi.
1. Mempercepat kala II pada ibu yang sudah tidak mampu mengedan
TUJUAN 2. Menurunkan angka kesakitan ibu akibat infeksi dan kecacatan pada
kala II lama.
3. Menurunkan angka kematian bayi (AKB) akibat asfiksia karena kala
II lama
Kebijakan Direktur RSUD Dr. Muhammad Zein Painan Nomor : 800/ /
KEBIJAKAN RSUD-2016 Tentang Pelayanan Rumah Sakit Sayang Ibu dan Bayi RSUD
Dr. Muhammad Zein Painan

Bidan IGD
PROSEDUR 1. Kaji ulang indikasi
2. Beri dukungan moril
3. Pasang infus jika pasien belum diinfus
4. Ambil darah untuk cek HB, BTCT dan contoh darah untuk ke PMI.
5. Kolaborasi dengan dokter IGD dan obgyn
6. Kolaborasi dengan bidan kamar bersalin
7. Pindahkan pasien ke kamar bersalin dengan menggunakan bran-
cart
Dokter jaga IGD:
1. Memeriksa dan memberikan terapi,dan menjelaskan kondisi pasien
pada keluarga
2. Meminta informed cocent
3. berkolaborasi dengan dokter obgyn jaga

49
TINDAKAN EKTRAKSI VAKUM

No. Dokumen NO. REVISI HALAMAN


MDGs/023/RSUD- -
PS/II/2016 2/4

Portir:
PROSEDUR 1. Mengantar pasien ke ruangan dalam kedaan terpasang infus, dan
oksigen bila perlu

Bidan kamar bersalin


1. Menerima pasien dari IGD
2. Minta ITM
3. Siapkan pasien.:
 Siapkan ibu posisi litotomi
 Perut bawah dan lipatan paha dibersihkan dengan sabun.
 Pasang kain bersih di bawah bokong pasien
4. Siapkan alat vakum
5. Siapkan obat-obatan:
 Oksitosin/syntosinon
 Ergometrin/metergin 0,1mg
 Spuit 3ml 3 buah
 Lidokain
 Larutan antiseptik/betadin
6. Siapkan alat partus set heting set dan kateter
7. Siapkan lampu sorot
8. Suction bayi
9. Alat resusitasi bayi
10. Obat-obatan untuk bayi (neo-k, tetes mata, bicnat,epineprin,
antibiotik dll)

50
TINDAKAN EKTRAKSI VAKUM

No. Dokumen NO. REVISI HALAMAN


MDGs/023/RSUD- -
PS/II/2016 3/4

Dr. obsgyn:
PROSEDUR 1. Kaji ulang dengan syarat :
a. Presentasi belakang kepala
b. Janin cukup bulan
c. Pembukaan lengkap
d. Kepala di H. III-IV
2. Pencegahan infeksi
3. Periksa dalam untuk menilai posisi kepala bayi dengan meraba
sutura sagitalis dan ubun-ubun kecil/posterior.
4. Nilai apakah dioerlukan episiotomi, jika tidak perlu dilakukan
episiotomi
5. Pastikan tidak ada vagina/porsio yang terjepit
6. Pompa hingga tekanan skala 10 (silastik) atau negatif-0,2kg/cm2
(malmstrom) dan periksa aplikasi mangkuk, minta asisten
menurunkan takanan secara bertahap
7. Setelah 2menit naikkan hingga skala 60 (silastik) atau negatif – 0,6
kg/cm2 (Malmstrom), periksa aplikasi mangkuk tunggu 2 menit
lagi
8. Periksa apakah ada jaringan vagina yang terjepit jika ada turunkan
tekanan, dan lepaskan jaringan yang terjepit tsb
9. Setelah mencapai tekanan yang maksimal, lakukan traksi searah
dengan sumbu panggul dan tegak lurus dengan mangkok
10. Tarikan dilakukan pada puncak his, dengan mengikuti sumbu jalan
lahir, pada saat penarikan (pada puncak his) minta pasien untuk
meneran.
11. Tarikan bisa diulangi sampai 3X saja.
12. Lakukan pemeriksaan DJJ dan aplikasi mangkok diantara his.

51
TINDAKAN EKTRAKSI VAKUM

No. Dokumen No. Revisi Halaman :


MDGs/023/RSUD-PS/
II/2016 4/4

13. Saat oksiput sudah berada di bawah simpisis, lakukan tarikan


PROSEDUR kearah atas hingga lahirlah berturut-turut dahi, muka dan dagu.
Segera lepaskan mangkok vakum dengan membuka tekanan
negatif.
14. Selanjutnya lahirkan bayi dan plasenta seperti persalinan normal
15. Ekplorasi jalan lahir dan periksa robakan jalan lahir
16. Lakukan penjahitan jalan lahir
Bidan kamar bersalin
1. Observasi TTV, kontraksi uterus dan perdarahan
2. Seteleh 2 jam dan KU pasien baik pindahkan ke ruang perawatan.
3. Kolaborasi dengan bidan ruang nifas
Bidan ruang nifas:
1. Menerima pasien dari IGD
2. Memberi perawatan dan terapi lanjutan dari IGD
3. Mengambil hasil lab, jika hb < 10gr% segera membuat
permintaan darah ke PMI untuk tranfusi darah.
4. Meminta persetujuan tranfusi kepada keluarga/ pasien.
5. Membuat perincian biaya pasien selama dirawat.
6. Memberikan konseling kepada pasien sesuai kebutuhan pasien
Memberi kartu kontrol dan menjelaskan kapan pasien harus
kembali kontrol ke dokter

UNIT TERKAIT 1. Ruang rawat inap


2. IGD

51
TINDAKAN KURETASE

No. Dokumen No. Revisi Halaman :


MDGs/024/RSUD-PS/II/
2016 1/3

Ditetapkan
STANDAR Tanggal Terbit Direktur RSUD Dr. Muhammad Zein Painan
PROSEDUR
OPERASIONAL 25 Pebruari 2016
drg. H. Busril, MPH
NIP. 19740227 200212 1 004
Tindakan kuretase adalah proses pengeluaran dan pelepasan jaringan
PENGERTIAN yang melekat pada kavum uteri dengan melakukan infasi dan manipulasi
menggunakan alat kuret / AVM atau suction kedalam cavum uteri.
1. Mengeluarkan sisa konsepsi pada abortus inkompletus, sisa plasenta
TUJUAN 2. Pada hiperplasi/biopsi endometrium, untuk terapi perdarahan dan
pemeriksaan patologi anatomi

Kebijakan Direktur RSUD Dr. Muhammad Zein Painan Nomor : 800/ /


KEBIJAKAN RSUD-2016 Tentang Pelayanan Rumah Sakit Sayang Ibu dan Bayi RSUD
Dr. Muhammad Zein Painan

Bidan kamar bersalin :


PROSEDUR 1. Melakukan persiapan bila keadaan ibu baik pasien di suruh berkemih
dan vulva higiene
2. Baringkan pasien pada posisi litotomi
3. Pasang kain alas bokong dan penutup perut atas
4. Berikan anastesi sesuai advis dokter
5. Pasang tensi dan observasi pernapasan
6. Siapkan alat kuretase (AVM,Tang Kuretase kecil-sedang/suction,
tenakulum, spekulum cocor bebek/sim, Klem ovum/Fenster klem,
Cunam abortus, Tampon tang, Sonde uterus, Dilatator uterus (Bila
perlu) dan mangkok logam untuk jaringan

52
TINDAKAN EKTRAKSI VAKUM

No. Dokumen NO. REVISI HALAMAN


MDGs/024/RSUD- -
PS/II/2016 2/3

7. Alat-alat lain :
PROSEDUR  Lampu sorot, alat resusitasi(Ambu bag), oksigen
 Kain kasa 2-5 lembar
 Disposible 10 ml, 5ml, dan 3ml
 Obat-obatan : Analgetik tramadol, sedative,diazepam, anti
metoclorpamide, ketamin/ketalar, sulfas atropine
8. Dokter Obgyn :
 Gunakan masker apron, topi, dan baju tindakan
 Cuci tangan di air mengalir dengan menggunakan sabun
 Pasang sarung tangan DTT dan sepatu boat / alas kaki tertutup
 Beri tahu pasien bahwa tindakan akan dimulai
1. Bersihkan vulva, perineum dan 1/3 luar vagina dengan
antiseptik betadine
2. Pasang spekulum sim
3. Bersihkan servik dan dinding vagina menggunakan tampon
tang dengan larutan betadine, serta keluarkan gumpalan darah
sehingga tampak OUE
4. Jepit bibir atas servik dengan tenakulum pada posisi jam 1,
pegang tenakulum dengan tangan kiri
5. Keluarkan jaringan konsepsi dengan cunam abortus sebanyak-
banyaknya dengan memperhatikan kontraksi uterus
6. Dilanjutkan dengan tindakan uretase dengan sedok kuretase
yang di inginkan

53
TINDAKAN KURETASE

No. Dokumen No. Revisi Halaman :


MDGs/024/RSUD-PS/
II/2016 2/2

7. Setelah yakin bersih lakukan dekontaminasi alat dan cuci


PROSEDUR tangan
8. Pemantauan pasien pasca tindakan dan membuat laporan
rekam medik

1. Rekam medis
UNIT TERKAIT 2. Kasir
3. Ruang rawat inap
4. IGD

54
TINDAKAN PENJAHITAN PERINIUM TINGKAT III DAN IV

No. Dokumen No. Revisi Halaman :


MDGs/025/RSUD-PS/III/ 1/2
2016
Ditetapkan
STANDAR Tanggal Terbit Direktur RSUD Dr. Muhammad Zein Painan
PROSEDUR
OPERASIONAL 01 Maret 2016

drg. H. Busril, MPH


NIP. 19740227 200212 1 004

PENGERTIAN Robekan perinium dibagi atas IV Tingkat


1. Tingkat I : Robekan terjadi hanya pada selaput lendir vagina dengan
atau tanpa mengenai kulit perinium
2. Tingkat II : Robekan mengenai selaput lendir vagina dan otot
transversalis tetapi tidak mengenai otot sefinter ani
3. Tingkat III : Robekan mengenai perinium sampai dengan otot
sefinter ani
4. Tingkat IV : Robekan mengenai perenium sampai dengan oto
sefinter ani dan mukosa rectum

TUJUAN 1. Membuat panduan dan standar penanganan robekan perinium


dengan pencegahan infeksi
2. Robekan perinium tingkat I dan II dapat dilakukan oleh bidan
sedangkan robekan tingkat II dan IV dilakukan oleh dokter obgin

KEBIJAKAN Kebijakan Direktur RSUD Dr. Muhammad Zein Painan Nomor : 800/ /
RSUD-2016 Tentang Pelayanan Rumah Sakit Sayang Ibu dan Bayi RSUD
Dr. Muhammad Zein Painan

PROSEDUR Bidan IGD :


1. Lakukan pemeriksaan umum dan khusus
2. Periksa tingkat robekan perinium
3. Bila perlu pasang infus
4. Siapkan alat
5. Bila perlu gunakan anastesi lokal

55
TINDAKAN PENJAHITAN PERINIUM TINGKAT III DAN IV

No. Dokumen No. Revisi Halaman :


MDGs/024/RSUD-PS/
II/2016 2/2

6. Lakukan penjahitan robekan perinium tingkat I dan II caranya:


PROSEDUR  Lakukan desinfeksi dengan larutan antiseptic pada daerah
episiotomi
 Jahit mukosa vagina secara jelujur dengan catgut kromik 2-0
 Mulai kira-kira 1cm di atas puncak episiotomi sampai batas
vagina
 Jahit otot perineum dengan benang 2-0 secara interuptus.
 Jahit kulit secara interuptus atau subkutikuler dengan benang
2-0
7. Jika robekan perinium tingkat III dan IV kolaborasi dengan
dokter obgin untuk melakukan tindakan hecting perineum
Bidan ruang nifas :
1. Menerima pasien dari IGD
2. Melanjutkan perawatan dan terapi dari IGD sesuai advise dokter
3. Bila perlu transfusi darah
4. Memberikan konseling personal hygiene kepada pasien
5. Membuat perincian biaya pasien selama di rawat
Membuat kartu kontrol dan menjelaskan kepada pasien
kapan harus kontrol kembali ke dokter

1. Rekam medis
UNIT TERKAIT 2. Kasir
3. Ruang rawat inap
4. IGD

56
PLASENTA MANUAL

No. Dokumen No. Revisi Halaman :


MDGs/026/RSUD-PS/III/
2016 1/2

Ditetapkan
STANDAR Tanggal Terbit Direktur RSUD Dr. Muhammad Zein Painan
PROSEDUR
OPERASIONAL 01 Maret 2016
drg. H. Busril, MPH
NIP. 19740227 200212 1 004
PENGERTIAN Plasenta manual adalah prosedur pelepasan plasenta dari tempat
implantasinya pada dinding uterus dan mengeluarkannya dari kavum uteri
menggunakan tangan penolong.
TUJUAN 1 . Melahirkan plasenta
2 . Mencegah perdarahan pospartum
3 . Menurunkan angka kematian ibu
KEBIJAKAN Kebijakan Direktur RSUD Dr. Muhammad Zein Painan Nomor : 800/ /
RSUD-2016 Tentang Pelayanan Rumah Sakit Sayang Ibu dan Bayi RSUD
Dr. Muhammad Zein Painan

PROSEDUR 1. Kaji ulang indikasi


2. Persetujuan tindakan medik
3. Kolaborasi dengan dokter IGD/ dr. obgyn untuk pemberian sedaltif
dan analgetik (Pethidin dan diazepam IV )
4. Beri antibiotik
5. Pasang sarung tangan DTT
6. Jepit tali pusat dengan kokher dan tegangkan sejajar lantai
7. Masukkan tangan secara obstetrik dengan menelusuri bagian bawah
tali pusat
8. Tangan sebelah menelusuri tali pusat masuk ke dalam kavum uteri,
sementara itu tangan yang sebelah lagi menahan fundus uteri
sekaligus untuk mencegah inversio uteri
9. Dengan bagian lateral jari-jari tangan di cari insersi pinggir plasenta
10. Buka tangan obstretik menjadi seperti memberi salam, jari-jari
dirapatkan

57
PLASENTA MANUAL

No. Dokumen No. Revisi Halaman :


MDGs/026/RSUD-PS/
II/2016 2/2

11. Tentukan implantasi plasenta, temukan tepi plasena yang paling


PROSEDUR bawah.
12. Gerakkan tangan kanan ke kiri dan ke kanan sambil bergeser ke
kranial, sehingga semua permukaan plasenta dapat dilepaskan.
13. Jika plasenta tidak dapat dilepaskan, kemungkinan plasenta akreta
maka segera siapkan segera kolaborasi dengan dr. Obgyn untuk
persiapan laparatomi
14. Pegang plasenta dan keluarkan tangan bersama plasenta.
15. Pindahkan tangan luar ke supra simpisis untuk menahan uterus
saat plasenta dikeluarkan
16. Ekplorasi untuk memastikan tidak ada plasenta yang tersisa di
dalam uterus.
17. Beri oxitosin 10 IU dalam 500 ml cairan RL IV dan masase uterus
untuk merangsang kotraksi
18. Jika perdarahan masih banyak dan TD normal beri ergometrin
0,2mg IM, atau misoprostol 2 tab per rektal
19. Periksa apakah plasenta lengkap atau tidak, jika tidak lengkap
lakukan ekplorasi ke dalam kavum uteri.
20. Periksa dan perbaiki robekan jalan lahir.
21. Observasi ketat TTV, kontraksi uterus dan perdarahan cek HB bila
<8gr% berikan tranfusi darah
22. Catat semua tindakan pada lembar SOAP bidan
23. Kolaborasi dengan ruang nifas.
24. Pindahkan pasien ke ruangan nifas
1. Rekam medis
UNIT TERKAIT 2. Kasir
3. Ruang rawat inap
4. IGD

58
PERBAIKAN ROBEKAN SERVIKS

No. Dokumen No. Revisi Halaman :


MDGs/028/RSUD-PS/III/
2016 1/1

Ditetapkan
Tanggal Terbit Direktur RSUD Dr. Muhammad Zein Painan
STANDAR
PROSEDUR 01 Maret 2016
OPERASIONAL drg. H. Busril, MPH
NIP. 19740227 200212 1 004

Perbaikan robekan serviks adalah suatu tindakan penjahitan pada servik


PENGERTIAN yang ruptur
1. Mencegah perdarahan post partum yang disebabkan robekan serviks
TUJUAN 2. Menurunkan angka kematian ibu akibat HPP

Kebijakan Direktur RSUD Dr. Muhammad Zein Painan Nomor : 800/ /


KEBIJAKAN RSUD-2016 Tentang Pelayanan Rumah Sakit Sayang Ibu dan Bayi
RSUD Dr. Muhammad Zein Painan

1. Kaji ulang indikasi


PROSEDUR 2. Ijin tindakan medik
3. Jika perlu pasang infus
4. Siapkan alat
5. Pakai sarung tangan DTT
6. Buka servik dengan menggunakan spekulum sims
7. Asisten menahan fundus
8. Bibir serviks dijepit dengan klem ovum, pindahkan klem secara
bergantian searah jarum jam sehingga seluh serviks dapat diperiksa,
pada bagian serviks yang robek tinggal 2 klem di antara robekan
9. Jahit serviks dengan catgut kromic 0 secara jelujur mulai dari apeks
10. Jika sulit dicapai dan diikat apeks dapat di coba jepit dengan klem
ovum/klem ateri dan dibiarkan 4 jam, setelah 4jam klem dilepas
sebagian saja, 4 jam kemudian lepas seluruhnya.
11. Jika robekan meluas sampai melewati puncak vagina. Lakukan
laparatomi.
1. MR
UNIT TERKAIT 2. Ruang Nifas
3. IGD

59
PEMERIKSAAN GINEKOLOGI

No. Dokumen No. Revisi Halaman :


MDGs/028/RSUD-PS/III/
2016 1/3

Ditetapkan
STANDAR Tanggal Terbit Direktur RSUD Dr. Muhammad Zein Painan
PROSEDUR
OPERASIONAL 01 Maret 2016
drg. H. Busril, MPH
NIP. 19740227 200212 1 004

Pemeriksaan ginekologi adalah pemeriksaan yang dilakukan secara


PENGERTIAN bimanual untuk mengetahui organ ginetalia. Pemeriksaan ini lebih fokus
pada penampilan ginetalia eksterna, adneksa, parametrium, dan organ
dalam kavum pelvik
1. Untuk mengetahui bentuk, arah, besar dan konsisten uterus
TUJUAN 2. Untuk mengetahui keadaan adneksa dan perimetrium
3. Untuk mengetahui kehamilan intra atau ekstra uterin.
4. Konfirmasi adanya perdarahan pervaginam, infeksi, fluor albus,
kanker, tumor dll
Kebijakan Direktur RSUD Dr. Muhammad Zein Painan Nomor : 800/ /
KEBIJAKAN RSUD-2016 Tentang Pelayanan Rumah Sakit Sayang Ibu dan Bayi RSUD
Dr. Muhammad Zein Painan

1. Minta persetujuan tindakan medis


PROSEDUR 2. Jelaskan pada pasien dan keluarga tentang prosedur, tujuan
pemeriksaan, efek dari pemeriksaan (ada perasaan tidak nyaman,
tetapi tidak menimbulkan gangguan pada kandungan ibu)
3. Pastikan pasien dan keluarga mengerti dan menyetujui secara lisan
untuk dilakukan pemeriksaan.
4. Persiapan bahan dan alat
 Pasien di anjurkan untuk BAK, lepaskan pakaian dalam,
persilakan baring di meja ginekologi dengan posisi litotomi
 Kapas dan larutan antiseptik betadin
 Spekulum cocor bebek
 Lampu sorot

60
PEMERIKSAAN GINEKOLOGI

No. Dokumen NO. REVISI HALAMAN


MDGs/028/RSUD- -
PS/II/2016 2/3

 Sarung tangan steril/DTT


PROSEDUR  Apron
 Lap tangan/ handuk kering
5. Pemeriksaan
 Cuci tangan dengan air mengalir kemudian keringkan
 Pakai sarung tangan steril/DTT
 Pemeriksa duduk pada kursi yang telah tersedia
 Beri tahu pasien
 Usap vagina, vulva dan perineum menggunakan larutan
antiseptik
 Lakukan pemeriksaan secara inpeksi pada daerah vagina dan
perineum.
 Buka celah antara kedua labium mayor kanan dan kiri,
perhatikan muara uretra dan introitus vagina
 Raba dan telusuri kedua labium mayor kanan kiri menggunakan
jari telunjuk kiri, lalu masukkan spekulum secara hati-hati
dengan tangan kanan sejajar introitus vagina
 Setelah spekulum masuk ½, lalu putar 90 derajat sehingga
tangkainya kearah bawah lalu tekan pengungkit spekulum
hingga tampak lumen vagina dan serviks
 Perhatikan secara seksama apakah ada kelainan atau tidak
 Setelah periksa secara inspeksi selesai, keluarkan spekulum dan
remdam spekulum ke dalam larutan klorin 0,5 %
 Pemeriksa lalu berdiri kemudian lakukan pemeriksaan dengan
cara colok vagina dengan jari telunjuk dan tengah tangan kanan

61
PEMERIKSAAN GINEKOLOGI

No. Dokumen No. Revisi Halaman :


MDGs/028/RSUD-PS/
II/2016 3/3

 Tentukan besar, arah dan konsisten keadaan perimetrium dan


PROSEDUR tanda Hegar
 Tangan kiri menahan uterus di atas simpisis
 Lalu lepaskan tangan yang di dalam vagina dan tagan kiri
yang di atas simpisis
 Bersihkan vulva dengan larutan anti septik
 Beri tahu pasien bahwa pemeriksaan telah selesai
6. Pencegahan infeksi
 Kumpulkan dan rendam semua peralatan yang telah dipakai
ke dalam larutan klori 0,5% selama 10 menit
 Masukkan semua bahan habis pakai ke dalam tempat sampah
yang telah tersedia
 Masukkan tangan dan cuci kedalam larutan klorin, setelah itu
lepas dan rendam sarung tangan ke dalam larutan klorin
 Cuci tangan dengan menggunakan sabun dibawah air
mengalir dan keringkan dengan lap/handuk kering dan bersih
7. Jelaskan hasil pemeriksaan kepada pasien dan keluarga
8. Kolaborasi dengan dr. IGD/dr. Obgyn.
 Bila perlu kolaborasi dengan petugas laboraturium, VK, poli
obgyn dan ruang nifas

1. IGD
UNIT TERKAIT 2. MR
3. Poli rawat jalan
4. Laboratorium
5. Ruang Nifas
6. Kamar bersalin

62
PERSALINAN NORMAL

No. Dokumen No. Revisi Halaman :


MDGs/029/RSUD-PS/ 1/2
III/2016
Ditetapkan
STANDAR Tanggal Terbit Direktur RSUD Dr. Muhammad Zein Painan
PROSEDUR
OPERASIONAL 08 Maret 2016
drg. H. Busril, MPH
NIP. 19740227 200212 1 004
Persalinan normal adalah proses keluarnya bayi, plasenta dan selaput
PENGERTIAN ketuban dari rahim ibu pada usia kehamilan 37 atau lebih tanpa disertai
adanya penyulit.
1. Petugas/bidan RS mampu menyiapkan ruangan dan menolong
TUJUAN persalinan normal
2. Menyiapkan semua perlengkapan bahan, alat dan obat-obatan
yang esensial
3. Petugas/bidan mampu memberikan pelayanan asuhan sayang ibu
selama persalinan
4. Melakukan pencegahan infeksi
5. Menurunkan angka kematian ibu dan bayi (AKI & AKB)
SK Direktur Rumah Sakit Umum Daerah Dokter Soedarso Nomor 208
KEBIJAKAN Tahun 2014 Tentang Kebijakan Pelayanan Obstetri Neonatal Emergensi
Komprehensif (PONEK) di Rumah Sakit Umum Daerah Dokter
Soedarso
Bidan IGD
PROSEDUR 1. Melakukan anamnese singkat, dan pemeriksaan kehamilan pada
ibu hamil dengan tanda-tanda inpartu (inspeksi, palpasi, VT,dan
TTV)
2. Menjelaskan kepada pasien dan keluarga tentang hasil
pemeriksaan dan tindakan yang akan dilakukan.
3. Berkolaborasi dengan dr. jaga
4. Menganjurkan keluarga untuk mendaftarkan pasien mengambil
rawat inap di MR
5. Berkolaborasi dengan bidan/ petugas kamar bersalin, jika ada
tempat di kamar bersalin pasien diantarkan kekamar bersalin
oleh porter.

63
PERSALINAN NORMAL

No. Dokumen No. Revisi Halaman :


MDGs/028/RSUD-PS/
II/2016 2/2

Dr. IGD
PROSEDUR 1. Melakukan pemeriksaan fisik.
2. Memberi terapi
3. Menandatangani Formulir rawat inap
Portir/petugas IGD
1. Mengantar pasien ke kamar bersalin
Bidan kamar bersalin
1. Menerima pasien dari IGD
2. Meminta ITM
3. Memantau kemajuan persalinan serta mencatatnya di lembar
patograf dan di lembar SOAP bidan
4. Melakukan asuhan persalinan kala I
5. Berkolaborasi dengan dr. obgyn bila terjadi kasus gawat darurat
6. Melakukan pertolongan persalinan normal kala II, kala III dan
kala IV
7. Melakukan tindakan resusitasi bayi bari lahir.
8. Melakukan dekontaminasi alat, dan tempat partus
9. Membuat laporan persalinan dan SOAP
10. Memantau keadaan umum pasien paska salin selama 2 jam, jika
keadaan umum baik pasien di pindahkan ke ruang nifas

1. IGD
UNIT TERKAIT 2. MR
3. Ruang Nifas
4. Kamar bersalin

64
PERSALINAN DENGAN DISTENSI UTERUS

No. Dokumen No. Revisi Halaman :


MDGs/030/RSUD-PS/III/
2016 1/4

Ditetapkan
STANDAR Tanggal Terbit Direktur RSUD Dr. Muhammad Zein Painan
PROSEDUR
OPERASIONAL 01 Maret 2016
drg. H. Busril, MPH
NIP. 19740227 200212 1 004

Persalinan dengan distensi uterus adalah ibu bersalin dengan uterus yang
PENGERTIAN lebih besardari umur kehamilan
1. Menyiapkan semua perlengkapan bahan, alat dan obat-obatan yang
TUJUAN essensial
2. Petugas Petugas/bidan RS mampu menyiapkan ruangan dan menolong
persalinan /bidan mampu memberikan pelayanan asuhan sayang ibu
selama persalinan
3. Melakukan pencegahan infeksi
4. Menurunkan angka kematian ibu dan bayi (AKI & AKB), akibat HPP/
partus lama
Kebijakan Direktur RSUD Dr. Muhammad Zein Painan Nomor : 800/ /
KEBIJAKAN RSUD-2016 Tentang Pelayanan Rumah Sakit Sayang Ibu dan Bayi RSUD
Dr. Muhammad Zein Painan

Bidan IGD
PROSEDUR 1. Melakukan anamnese singkat, dan pemeriksaan kehamilan pada ibu
(palpasi, VT,dan TTV)
2. Menilai ibu dengan tanda-tanda inpartu dengan distensi uterus,
(inspeksi)
3. Menegakkan diagnosa kehamilan (pastikan penyebab distensi uterus)
4. Jika pada pemeriksaan di temukan janin ganda, cari tanda-tanda:
 Kepala janin teraba lebih kecil dibandingkan dengan ukuran
uterus

65
PERSALINAN DENGAN DISTENSI UTERUS

No. Dokumen NO. REVISI HALAMAN


MDGs/030/RSUD- -
PS/III/2016 2/4

 Besar uterus melebihi lamanya ammenorea


 Teraba 2 balotemen atau lebih
PROSEDUR
 Terdengar lebih dari satu denyut jantung bayi dengan
menggunakan doppler.
 Pada USG ditemukan 2 janin atau lebih.
5. Pasang infus RL, sekalian ambil contoh darah untuk pemeriksaan lab
& darah ke PMI
6. Berkolaborasi dengan dr. jaga
7. Menganjurkan keluarga untuk mendaftarkan pasien dan mengambil
status rawat inap di MR
8. Berkolaborasi dengan bidan/ petugas kamar bersalin, jika ada tempat
pasien diantarkan ke kamar bersalin oleh portir /petugas IGD
9. Jika VK tidak ada tempat pasien di obsevasi dan ditolong di IGD
10. Jika distensi disebabkan karena anak besar:
 Kolaborasi dengan dr. jaga/dr. Obgyn
 Catat semua advis dokter pada lembar SOAP bidan
 Pastikan tidak ada CPD, pindahkan pasien ke kamar bersalin
 untuk persalinan pervaginan di ruang bersalin secara APN.
 Jika CPD, siapkan SC, (pasang infus, RL, pasang dower kateter,
cukur, minta ijin medik, cek lab lengkap dan keluarga suruh urus
darah ke PMI)
 Kolaborasi dengan,petugas OK, petugas laboratorium dan bidan
RN.
 Pasien diantar ke kamar operasi oleh petugas IGD
11. Jika distensi disebabkan karena hidramion:
 Biarkan persalinan berlangsung dan gunakan patograf untuk
memantau kemajuan persalinan.

66
PERSALINAN DENGAN DISTENSI UTERUS

No. Dokumen NO. REVISI HALAMAN


MDGs/030/RSUD- -
PS/III/2016 3/4

 Jika ketuban pecah spontan, periksa apakah ada prolapsus tali


pusat?, jika ada dan persalinan tidak mungkin segera terjadi
PROSEDUR (pembukaan serviks blm lengkap) segera siapkan SC.

Dr. IGD
1. Melakukan pemeriksaan fisik.
2. Menjelaskan hasil pemeriksaan kepada keluarga & pasien dan
tindakan selanjutnya
3. Memberi terapi
4. Berkolaborasi dengan dr. spesialis
5. Menandatangani Formulir rawat inap
Portir/petugas IGD
1. Mengantar pasien ke kamar bersalin
Bidan kamar bersalin
1. Menerima pasien dari IGD
2. Membuat diagnosa, fase persalinan dan melakukan penatalaksaan fase
persalinan tersebut
3. Meminta ITM
4. Memantau kemajuan persalian serta mencatatnya di lembar patograf dan
di lembar SOAP, jika terjadi kelainan pada DJJ (gawat janin) pasien
dimiringkan ke kiri, beri oksigen 4-5L/mnt
5. Jika sampai 3x his DJJ tetap abnormal segara kolaborasi dengan dr. obgyn
6. Jika janin ganda:
a. Janin I
 Siapkan alat resusiitasi bayi
 Pastikan infus sudah terpasang dan dalam keadaan baik
 Periksa presentasi janin, jika presentasi kepala

67

PERSALINAN DENGAN DISTENSI UTERUS


No. Dokumen No. Revisi Halaman :
MDGs/030/RSUD-PS/
III/2016 4/4

 Jika ketuban belum pecah, pecahkan ketuban dengan setengah


PROSEDUR koher dengan hati-hati agar tidak terjadi penumbungan tali
pusat.
 Periksa DJJ, untuk menilai keadaan janin.
 Jika his tidak adekuat kolaborasi untuk tindakan induksi
persalinan
 Jika kemajuan persalinannya baik sesuai patograf
 Melakukan asuhan persalinan normal (APN)
b. Janin ke-2 atau berikutnya:
 Tentukan persentasi janin
 Jika presentasi bokong:
 Hitung taksiran BB janin, jika tidak lebih besar dari janin I
lakukan persalinan spontan.
 Berkolaborasi dengan dr. obgyn bila terjadi kasus gawat
darurat (his tidak kuat, gawat janin dll)
7. Melakukan pertolongan persalinan normal kala II, kala III dan kala
IV
8. Melakukan tindakan resusitasi bayi baru lahir.
9. Melakukan dekontaminasi alat, dan tempat partus
10. Membuat laporan persalinan dan SOAP
11. Mengobservasi pasien pasca salin selama 2 jam jika keadaan umum
baik pasien di pindahkan ke ruang nifas

1. IGD
UNIT TERKAIT 2. MR
3. OK
4. Ruang Nifas
5. Kamar bersalin

68

PERSALINAN DENGAN PARUT UTERUS


No. Dokumen No. Revisi Halaman :
MDGs/031/RSUD-PS/III/ 1/3
2016
Ditetapkan
STANDAR Tanggal Terbit Direktur RSUD Dr. Muhammad Zein Painan
PROSEDUR
OPERASIONAL 01 Maret 2016
drg. H. Busril, MPH
NIP. 19740227 200212 1 004

Persalinan dengan parut uterus adalah ibu bersalin dengan parut pada
PENGERTIAN uterus karena bekas SC, miomektomi atau ruptur uteri
1. Petugas/bidan rs mampu menganalisa dan memberikan tindakan
TUJUAN persalinan dengan parut uterus
2. Menyiapkan semua perlengkapan bahan, alat dan obat-obatan dan
pasien dengan parut uterus
3. Petugas/bidan mampu memberikan pelayanan asuhan sayang ibu
selama persalinan
4. Menurunkan angka kematian ibu dan bayi (AKI & AKB), akibat
ruptur uteri/perdarahan
Kebijakan Direktur RSUD Dr. Muhammad Zein Painan Nomor : 800/ /
KEBIJAKAN RSUD-2016 Tentang Pelayanan Rumah Sakit Sayang Ibu dan Bayi RSUD
Dr. Muhammad Zein Painan
Bidan IGD
PROSEDUR 1. Melakukan anamnese singkat, dan pemeriksaan kehamilan pada
ibu hamil dengan tanda-tanda inpartu dengan distensi uterus,
(inspeksi, palpasi, VT,dan TTV)
2. Pasang infus dan ambil contoh darah untuk pemeriksaan
laboratorium dan PMI, jika mungkin pasien dilakukan SC
3. Cari sebab terjadinya parut uterus (bekas SC, ruptur uteri, dll).
4. Lakukan penilaian untuk persalinan percobaan:
 Riwayat SC sebelumnya adalah insisi tranversa rendah
 Persentasi janin adalah persentasi verteks normal
 Jika diperlukan dapat dilakukan SC cito
5. Tetapi jika kriteria diatas tidak terpenuhi atau:
 Riwayat SC < 3 th
 SC 2x atau lebih

69

PERSALINAN DENGAN PARUT UTERUS


No. Dokumen NO. REVISI HALAMAN
MDGs/031/RSUD- -
PS/III/2016 2/3

 Indikasi SC yang lalu CPD


 Terdapat tanda-tanda CPD, ruptur uteri atau telah terjadi ruptur
PROSEDUR uteri
 Terjadi gawat janin
6. Segera kolaborasi dengan dr. obgyn untuk tindakan SC
7. Jelaskan pada pasien/keluarga tentang kondisi dan tindakan yang
akan dilakukan
8. Beri dukungan moril
9. Pasang DC, cukur, minta ITM/ITB, dan keluarga anjurkan untuk
urus darah ke PMI, pasien dipuasakan.
10. Kolaborasi dengan petugas OK, lab, dan RN
11. Jika OK, dr. obgyn dan pasien sudah siap pasien di antar ke OK oleh
porter/petugas
12. Selanjutnya setelah pasien selesai operasi pasien dijemput oleh
petugas ruang nipas dari OK ke RN.
Dr. IGD
1. Melakukan pemeriksaan fisik.
2. Memberi terapi
3. Kolaborasi dengan dr. spesialis
4. Menandatangani Formulir rawat inap
Portir/petugas IGD
1. Mengantar paien ke kamar bersalin/OK
Bidan kamar bersalin
1. Menerima pasien dari IGD
2. Membuat diagnosa, fase persalinandan melakukan penatalaksanaan
fase persalinan tersebut
3. Meminta ITM

70

PERSALINAN DENGAN PARUT UTERUS

No. Dokumen No. Revisi Halaman :


MDGs/031/RSUD-PS/
III/2016 3/ 3

4. Mengamati dan memantau kemajuan persalian serta mencatatnya di


PROSEDUR lembar patograf dan di lembar SOAP, jika terjadi kelainan pada
DJJ(gawat janin) pasien dimiringkan ke kiri, beri oksigen 4-5L/mnt
5. Jika sampai 3X his DJJ tetap abnormal segara kolaborasi dengan dr.
Obgyn
6. Melakukan pertolongan persalinan normal kala II, III dan IV
7. Melakukan tindakan resusitasi bayi bari lahir.
8. Melakukan dekontaminasi alat, dan tempat partus
9. Membuat laporan persalinan dan SOAP.
10. Mengobservasi pasien pasca salin selama 2 jam jika keadaan umum
baik pasien di pindahkan ke ruang nifas

1. IGD
UNIT TERKAIT 2. MR
3. OK
4. Ruang Nifas
5. Kamar bersalin

71

GAWAT JANIN DALAM PERSALINAN


No. Dokumen No. Revisi Halaman :
MDGs/032/RSUD-PS/III/ 1/4
2016
Ditetapkan
STANDAR Tanggal Terbit Direktur RSUD Dr. Muhammad Zein Painan
PROSEDUR
OPERASIONAL 01 Maret 2016
drg. H. Busril, MPH
NIP. 19740227 200212 1 004

Gawat janin adalah suatu keadaan dimana denyut jantung janin (DJJ) <100
PENGERTIAN x/mnt atau > 180 x/mnt atau air ketuban hijau kental pada letak kepala

1. Petugas/bidan RS mampu menganalisa dan memberikan tindakan


TUJUAN persalinan dengan gawat janin
2. Menyiapkan semua perlengkapan bahan, alat dan obat-obatan dan
pasien dengan gawat janin
3. Petugas/bidan mampu memberikan pelayanan asuhan sayang ibu
dan bayi selama proses persalinan
4. Menurunkan angka kematian bayi (AKB), akibat asfiksia
Kebijakan Direktur RSUD Dr. Muhammad Zein Painan Nomor : 800/ /
KEBIJAKAN RSUD-2016 Tentang Pelayanan Rumah Sakit Sayang Ibu dan Bayi RSUD
Dr. Muhammad Zein Painan
Bidan IGD
PROSEDUR 1. Pasien dimiringkan ke kiri
2. Berikan Oksigen 4-5 l/mnt
3. Jelaskan pada pasien/keluarga tentang kondisi dan tindakan yang
akan dilakukan
4. Beri dukungan moril
5. Cari penyebab terjadinya gawat janin
6. Jika disebabkan karena ibu demam, infeksi atau obat-obatan
kolaborasi dengan dr. jaga/obgyn untuk penanganan yang sesuai
7. Catat semua advis yang diberikan oleh dr. ke dalam lembar SOAP
bidan/lembar kuning IGD.

72

GAWAT JANIN DALAM PERSALINAN


No. Dokumen NO. REVISI HALAMAN
MDGs/032/RSUD- -
PS/III/2016 2/4

8. Jika sebab dari ibu tidak diketahui dan DJJ tetap abnormal dalam 3x
kontraksi, lakukan VT untuk mencari penyebab gawat gawat janin:
PROSEDUR  Jika terdapat perdarahan dengan nyeri yang hilang timbul atau
menetap, pikirkan kemungkinan terjadi solusio plasenta
 Jika terdapat tanda-tanda infeksi beri antibiotik (cefotaxime 1 gr
IV/ sesuai advis dokter.
 Jika tali pusat terdapat di bawah bagian terendah janin/vagina
lakukan penanganan prolapsus tali pusat.
9. Jika DJJ tetap abnormal atau terdapat tanda-tanda lain (ketuban
bercampur mekonium pada letak kapala), dan sudah ada pembukaan
serviks > 5cm rencanakan persalinan
10. pasien di pindahkan ke kamar bersalin dengan menggunakan
brancarr dan oksigen oleh porter/petugas IGD
11. Jika belum ada pembukan serviks, segara kolaborasi dengan dr.
obgyn untuk tindakan SC
12. Pasang DC, cukur, minta ITM/ITB, dan keluarga anjurkan untuk
urus darah ke PMI, pasien dipuasakan.
13. Kolaborasi dengan petugas OK, lab, dan RN
14. Jika OK, dr. obgyn dan pasien sudah siap pasien di antar ke OK oleh
portir/petugas
15. Selanjutnya setelah pasien selesai operasi pasien dijemput oleh
petugas ruang nifas dari OK ke RN.

Dr. IGD
1. Melakukan pemeriksaan fisik.
2. Memberi terapi
3. Kolaborasi dengan dr. spesialis
4. Menandatangani Formulir rawat inap
Portir/petugas IGD
1. Mengantar paien ke kamar bersalin/OK

73

GAWAT JANIN DALAM PERSALINAN


No. Dokumen NO. REVISI HALAMAN
MDGs/032/RSUD- -
PS/III/2016 3/4

Bidan kamar bersalin


1. Menerima pasien dari IGD
PROSEDUR 2. Membuat diagnose, fase persalinan dan melakukakan penetalaksaan
fase persalinan tersebut
3. Meminta ITM
4. Mengobservasi dan memantau kemajuan persalian serta mencatatnya di
lembar patograf dan di lembar SOAP, jika terjadi kelainan pada
DJJ(gawat janin) pasien dimiringkan ke kiri, beri oksigen 4-5L/mnt
5. Jika sampai 3 X his DJJ tetap abnormal segara kolaborasi dengan dr.
obgyn untuk tindakan selanjutnya
6. Jika terjadi kasus gawat darurat di ruangan/tidak ada kemajuan
persalinan sesuai lembar patograf (terletak pada garis bertindak)
7. Segera berkolaborasi dengan dr. obgyn.
8. Lakukan tindakan sesuai advis dr, seperti:
9. Jika partus pevaginam melakukan pertolongan persalianan normal kala
II, kala III dan kala IV
10. Jika pasien akan dilakukan SC :
 Siapkan pasien,
 Pasang infus,
 Pasang DC, cukur,
 Meminta ITM pada keluarga pasien, ambil contoh darah dan
 Menganjurkan keluarga untuk mengurus darah ke PMI
 Kolaborasi dengan petugas OK, petugas laboratorium dan petugas
RN
 Jika pasien, dokter, laboratorium dan OK sudah siap antarkan
pasien ke OK

74

GAWAT JANIN DALAM PERSALINAN


No. Dokumen No. Revisi Halaman :
MDGs/032/RSUD-PS/
III/2016 4/4

11. Jika janin lahir secara spontan


PROSEDUR 12. Melakukan tindakan resusitasi bayi baru lahir.
13. Melakukan dekontaminasi alat, dan tempat partus
14. Membuat laporan persalinan dan SOAP
15. Mengobservasi pasien pasca salin selama 2 jam jika keadaan umum
baik pasien di pindahkan ke ruang nifas

1. IGD
UNIT TERKAIT 2. MR
3. OK
4. Ruang Nifas
5. Kamar bersalin

75

PROLAPSUS TALI PUSAT


No. Dokumen No. Revisi Halaman :
MDGs/033/RSUD-PS/III/ 1/3
2016
Ditetapkan
STANDAR Tanggal Terbit Direktur RSUD Dr. Muhammad Zein
PROSEDUR Painan
OPERASIONAL 08 Maret 2016

drg. H. Busril, MPH


NIP. 19740227 200212 1 004
PENGERTIAN Prolapsus tali pusat adalah keadaan menumbungnya tali pusat di samping
atau melewati bagian bawah janin di jalan lahir setelah ketuban pecah
TUJUAN 1. Petugas/bidan rs mampu menganalisa dan memberikan tindakan
pada persalinan dengan prolapsus tali pusat
2. Menyiapkan semua perlengkapan alat, obat-obatan dan pasien
dengan prolapsus tali pusat.
3. Petugas/bidan mampu memberikan pelayanan asuhan sayang ibu
dan bayi selama proses persalinan
4. Menurunkan angka kematian bayi (AKB), prolapsus tali pusat
KEBIJAKAN Kebijakan Direktur RSUD Dr. Muhammad Zein Painan Nomor :
800/ / RSUD-2016 Tentang Pelayanan Rumah Sakit Sayang Ibu
dan Bayi RSUD Dr. Muhammad Zein Painan
PROSEDUR Bidan IGD/VK
1. Lakukan anamnesa
2. lakukan pemeriksaan umum dan khusus
3. Segera raba tali pusat
4. Jika tali pusat masih berdenyut, berarti janin masih hidup maka
segera lakukan:
 Berikan Oksigen 4-6 l/mnt melalui masker/ kanula nasal.
 Posisikan ibu trendelenburg
 Lakukan VT untuk menilai permukaan serviks dan tindakan
selanjutnya
 Jelaskan pada keluarga dan pasien tentang hasil pemeriksaan
dan tindakan yang akan dilakukan
 Beri dukungan moral

76

PROLAPSUS TALI PUSAT

No. Dokumen NO. REVISI HALAMAN


MDGs/033/RSUD- -
PS/III/2016 2/3
5. Jika ibu pada persalinan kala I:
 Pakai sarung tangan DTT, lalu masukkan tangan dalam vagina
PROSEDUR dorong ke atas bagian terendah janin sehingga tekanan pada tali
pusat dapat dikurangi.
 Tangan yg lain menahan bagian terndah di supra pubis dan
evaluasi keberhasilan reposisi tsb.
 Segera kolaborasi dengan dr. obgyn, petugas laboratorium dan
OK untuk tindakan SC.
 Siapkan pasien untuk tindakan operasi
6. Jika ibu pada persalinan kala II:
 Pada presentasi kepala, kolaborasi dengan dr. obgyn untuk
tindakan vakum.
 Jika presentasi bokong lakukan ekstraksi bokong/kaki.
 Jika letak lintang segera siapkan SC
 Siapkan alat dan segera resusitasi bayi baru lahir
7. Jelaskan pada pasien/keluarga tentang kondisi dan tindakan yang
akan dilakukan
8. Jika tali pusat tidak berdenyut berarti janintelah mati dan bukan
kasus gawat darurat lagi.
9. Catat semua advis yang diberikan oleh dr. dan tindakan yg dilakukan
ke dalam lembar SOAP bidan/lembar kuning IGD.
10. Kolaborasi dengan petugas OK, lab, dan RN
11. Jika OK, dr. obgyn dan pasien sudah siap pasien di antar ke OK oleh
porter/petugas
12. Selanjutnya setelah pasien selesai operasi pasien dijemput oleh
petugas ruang nifas dari OK ke RN.
13. Melakukan dekontaminasi alat, dan tempat partus
14. Membuat laporan persalinan dan SOAP.
15. Mengobservasi pasien pasca salin selama 2 jam jika KU baik pasien
di pindahkan ke ruang nifas

77

PROLAPSUS TALI PUSAT

No. Dokumen No. Revisi Halaman :


MDGs/033/RSUD-PS/
III/2016 3/3
Dr. IGD
PROSEDUR 1. Melakukan pemeriksaan fisik.
2. Memberi terapi
3. Kolaborasi dengan dr. spesialis
4. Menandatangani Formulir rawat inap

Portir/petugas IGD
1. Mengantar pasien ke kamar bersalin/OK

1. IGD
UNIT TERKAIT 2. MR
3. OK
4. Ruang Nifas
5. Kamar bersalin

78

AUDIT MATERNAL – PERINATAL

No. Dokumen No. Revisi Halaman :


MDGs/034/RSUD-PS/III/
2016 1/2

Ditetapkan
STANDAR Tanggal Terbit Direktur RSUD Dr. Muhammad Zein
PROSEDUR Painan
OPERASIONAL 08 Maret 2016

drg. H. Busril, MPH


NIP. 19740227 200212 1 004
PENGERTIAN Aktivitas terpadu secara terus menerus diantara para pemberi layanan
untuk mengevaluasi kasus-kasus yang dinilai bermasalah baik dari segi
pelayanan, pendidikan mampu penelitian.

TUJUAN Menyelenggarakan pertemuan Audit Maternal-Perinatal (AMP)


1. Untuk mengidentifikasi masalah yang menyebabkan Kematian
Maternal Perinatal
2. Menentukan apakah kematian Maternal dan Perinatal yang terjadi
sesungguhnya menyebabkan kematian yang seharusnya dapat
dicegah atau tidak
3. Memantau penerapan standar pelayanan medik dan keperawatan
4. Membuat rumusan usulan untuk memecahkan permasalahan
termasuk membuat rekomendasi ke pihak-pihak di luar SMF
Obgyn, SMF Anak dan unit-unit terkait, sehingga permasalahan
serupa tidak terulang lagi.
KEBIJAKAN Kebijakan Direktur RSUD Dr. Muhammad Zein Painan Nomor :
800/ / RSUD-2016 Tentang Pelayanan Rumah Sakit Sayang Ibu
dan Bayi RSUD Dr. Muhammad Zein Painan
PROSEDUR 1. Sekretaris AMP memilih kasus untuk dipresentasikan pada AMP.
Sekretaris AMP meminta persetujuan Ketua AMP, apabila tidak
disetujui maka Sekretaris AMP akan memilih kembali kasusnya
2. Apabila kasus yang diajukan Sekretaris AMP disetujui oleh ketua
maka dibuat laporan kasus dan dibuat undangan kepada staf,
bidan/perawat maternal dan perinatal

79

AUDIT MATERNAL – PERINATAL

No. Dokumen No. Revisi Halaman :


MDGs/034/RSUD-PS/
III/2016 2/2

3. Staff maternal dan perinatal sebagai moderator pertemua AMP.


PROSEDUR Moderator memimpin diskusi kasus yang diajukan. Petugas
sekretariat menyiapkan formulir AMP dan peralatan audio visual
4. Moderator menyimpulkan diskusi dan membuat rekomendasi untuk
kasus yang diajukan.
5. Pengelola Maternal dan Perinatal menindaklanjuti rekomendasi AMP

1. Kamar bersalin
UNIT TERKAIT 2. Perinatologi

80

TRANSPORTASI NEONATUS KE RAWAT GABUNG

No. Dokumen No. Revisi Halaman :


MDGs/035/RSUD-PS/ 1/2
III/2016
Ditetapkan
STANDAR Tanggal Terbit Direktur RSUD Dr. Muhammad Zein Painan
PROSEDUR
OPERASIONAL 08 Maret 2016
drg. H. Busril, MPH
NIP. 19740227 200212 1 004
Memindahkan neonatus/bayi baru lahir dari kamar bersalin, kamar
PENGERTIAN bersalin IGD untuk mengikuti ibu yang dirawat di ruang nifas atau ruang
perawatan lainnya, atau dari ruang observasi Perinatal ke ruang rawat
gabung (ruang nifas).

Perawatan neonatus/bayi baru lahir bersama ibunya untuk meningkatkan


TUJUAN pemberian ASI.
Kebijakan Direktur RSUD Dr. Muhammad Zein Painan Nomor : 800/ /
KEBIJAKAN RSUD-2016 Tentang Pelayanan Rumah Sakit Sayang Ibu dan Bayi RSUD
Dr. Muhammad Zein Painan

Petugas yang berwenang memberi instruksi pemindahan :


PROSEDUR 1. Bidan jaga kamar bersalin
2. Perawat perinatologi yang merawat neonatus di ruang observasi setelah
disetujui oleh DPJP di ruang Perinatal

Syarat Neonatus yang masuk ke ruang rawat gabung :


1. Berat lahir cukup (>2500 gr – 4000 gr)
2. Cukup bulan
3. Sesuai masa kehamilan
4. Lahir spontan
5. Nilai Apgar pada menit ke-2 >7
6. Keadaan umum baik
7. Tidak didapatan kelainan bawaan

81

TRANSPORTASI NEONATUS KE RAWAT GABUNG

No. Dokumen No. Revisi Halaman :


MDGs/035/RSUD-PS/
III/2016 2/2

Yang Menerima di rawat gabung :


PROSEDUR Bidan/ perawat ruang rawat gabung yang dinas jaga saat itu

Tata cara pemindahan :


1. Bidan/ perawat jaga senior sebelumnya memberitahu ruang rawat
gabung kalau ada neonatus yang akan dikirim ke ruang tersebut.
2. Menyiapkan surat-surat yang diperlukan, melengkapi rekam medis dan
data identitas neonatus sesuai prosedur.
3. Bayi diberi pakaian dan diantar oleh perawat/bidan/PRT dari ruang asal
bayi (ruang perinatal/ ruang bersalin) dengan menggunakan craddle
(kereta bayi).
4. Sesampainya di ruang rawat gabung bayi diserahkan ke bidan jaga
senior saat itu dengan diperiksa keadaan umumnya, identitas dan
catatan mediknya diberi tanda terima penyerahan bayi.

1. Ruang Maternal
UNIT TERKAIT 2. Ruang Perinatal
3. Ruang Nifas
4. IGD

82

TRANSPORTASI NEONATUS DARI INSTALASI GAWAT


DARURAT KE RUANGAN
No. Dokumen No. Revisi Halaman :
MDGs/036/RSUD-PS/III/ 1/2
2016
Ditetapkan
STANDAR Tanggal Terbit Direktur RSUD Dr. Muhammad Zein Painan
PROSEDUR
OPERASIONAL 80 Maret 2016
drg. H. Busril, MPH
NIP. 19740227 200212 1 004
Memindahkan neonatus/ bayi baru lahir dari Instalasi Gawat Darurat (IGD)
PENGERTIAN ke tempat perawatan yang sesuai dengan masalah neonatus tersebut.

Memindahkan neonatus/ bayi baru lahir dari Instalasi Gawat Darurat (IGD)
TUJUAN ke tempat perawatan yang sesuai dengan masalah neonatus tersebut dengan
kondisi sarana dan prasarana yang optimal.

KeKebijakan Direktur RSUD Dr. Muhammad Zein Painan Nomor : 800/ /


KEBIJAKAN RSUD-2016 Tentang Pelayanan Rumah Sakit Sayang Ibu dan Bayi RSUD Dr.
Muhammad Zein Painan
Petugas yang berwenang memberi instruksi pemindahan :
PROSEDUR 1. Dokter spesialias anak atau dokter jaga ruang Perinatal
2. Jika yang tersebut di atas tidak ada, ditentukan oleh dokter triage yang
bertugas jaga pada saat itu.

Tata cara pemindahan :


1. Sebelum mengirim atau memindahkan neonatus, petugas yang
berwenang atau perawat senior yang bertugas, memberi informasi
terlebih dahulu termasuk memberikan keterangan tujuan dan masalah
yang didapatkan saat itu ke ruangan yang dituju dengan telepon yang ada.
2. Menyiapkan surat-surat yang diperlukan, melengkapi rekam medis dan
data identitas neonatus sesuai prosedur

83

TRANSPORTASI NEONATUS DARI INSTALASI GAWAT


DARURAT KE RUANGAN

No. Dokumen No. Revisi Halaman :


MDGs/036/RSUD-PS/
III/2016 2/2

Tata laksana pemindahan :


PROSEDUR 1. Neonatus dalam keadaan stabil dan layak transport, termasuk dijaga
suhu tubuhnya untuk pencegahan hipotermia. Selama transportasi
dijaga keadaan umum, jalan nafas, oksigenisasi, dan masalah yang
dihadapi neonatus.
2. Peralatan medis
3. Perlengkapan peralatan medis yang dibutuhkan harus tersedia
lengkap yaitu peralatan resusitasi neonatus, tabung oksigen, isap
lendir dan inkubator transport.
4. Sarana transportasi
5. Menggunakan inkubator transport atau box bayi yang dilengkapi
dengan penghangat, dll yang diperlukan neonatus dalam perjalanan.
6. Petugas kesehatan
7. Petugas IGD mendampingi neonatus ke ruangan, disesuaikan dengan
masalah yang dihadapi neonatus. Saat transportasi masa petugas
pendamping :
a. Jika kondisi neonatus membutuhkan pengawasan ketat atau jika
tidak ada dokter jaga anak maka dokter triage yang bertugas saat
itu.
b. Diperlukan 2 perawat dengan minimal 1 perawat yang sudah
mahir dalam resusitasi neonatus
c. Jika diperlukan pemeriksaan radiologi sehubungan dengan
masalah neonatus tersebut, maka harus diyakinkan betul bahwa
kondisi neonatus tersebut dalam kondisi stabil dan manuver
radiologi yangakan dilakukan tidak adak menambah masalah pada
neonatus tersebut.
1. Ruang Perinatal
UNIT TERKAIT 2. Ruang Nifas
3. IGD

84

PELAYANAN RAWAT GABUNG PENUH

No. Dokumen No. Revisi Halaman :


MDGs/037/RSUD-PS/III/ 1/2
2016
Ditetapkan
STANDAR Tanggal Terbit Direktur RSUD Dr. Muhammad Zein Painan
PROSEDUR
OPERASIONAL 08 Maret 2016
drg. H. Busril, MPH
NIP. 19740227 200212 1 004
Merupakan satu cara perawatan di mana ibu dan bayi yang baru dilahirkan
PENGERTIAN tidak dipisahkan melainkan ditempatkan dalam satu ruangan bersama-
sama selama 24 jam penuh
Perawatan neonatus/bayi baru lahir bersama ibunya untuk meningkatkan
TUJUAN pemberian ASI.
KeKebijakan Direktur RSUD Dr. Muhammad Zein Painan Nomor : 800/ /
KEBIJAKAN RSUD-2016 Tentang Pelayanan Rumah Sakit Sayang Ibu dan Bayi RSUD
Dr. Muhammad Zein Painan

Syarat Neonatus yang mendapatkan pelayanan rawat gabung penuh :


PROSEDUR 1. Berat lahir cukup (>2500 gr)
2. Berat lahir besar >4000 gr tanpa hipoglikemi
3. Cukup bulan
4. Sesuai masa kehamilan atau lebih bulan tanpa komplikasi
5. Lahir spontan
6. Nilai Apgar pada menit ke-2 >7
7. Keadaan umum baik
8. Tidak didapatan kelainan bawaan
9. Persalinan SC yang ibunya sudah dapat merawat
10. Potensial terinfeksi (KPD >18 jam air ketuban keruh) tanpa tanda
infeksi

Tata Laksana :
5. Di Kamar bersalin
a. Minimal 30 menit setelah bayi lahir, bayi disusukan/ diletakkan ke
payudara ibunya walaupun ASI belum keluar, untuk memulai
mengisap payudara ibu agar merangsang pengeluaran ASI.

85

PELAYANAN RAWAT GABUNG PENUH

No. Dokumen No. Revisi Halaman :


MDGs/037/RSUD-PS/
III/2016 2/2

b. Memberikan penyuluhan mengenai ASI dan rawat gabung terutama


PROSEDUR bagi ibu-ibu yang belum pernah mendapatkan penyuluhan.
c. Menyelenggarakan rawat gabung kan bayi untuk ibu bayi yang
memenuhi kriteria. Sebelum ibu dan bayi dikirim ke ruang rawat
gabung, bayi diperiksa oleh dokter anak/dokter jaga ruang Perinatal
untuk memastikan bayi dalam keadaan sehat dan data ibu dan bayi
dicatat lengkap dibuku catatan medik.
2. Di ruang rawat gabung/ nifas
a. Bayi diletakkan dalam tempat tidur bayi di samping ibum sehingga
ibu mudah untuk menjangkaunya.
b. Bidan harus memperhatikan keadaan umum bayi dan dapat
mengenali tanda-tanda abnormal, kemudian melaporkannya kepada
Dokter Anak bila menemukannnya.
c. Ibu boleh meneteki sewaktu-waktu sesuai dengan keinginan bayi.
d. Bidan harus mengawasi agar bayi disusukan paling sedikit 8 kali
dalam 24 jam tanpa perlu penjadwalan (sesuai keinginan dan
kebutuhan bayi – on demand feeding). Setiap kali menyusukan bayi
harus mendapatkan sus dari kedua payudara secara bergantian

1. Ruang Perinatal
UNIT TERKAIT 2. Ruang Nifas
3. IGD

86

BAYI BARU LAHIR DARI RUANG TRANSPORTASI BERSALIN


KE RUANG PERINATAL
No. Dokumen No. Revisi Halaman :
MDGs/038/RSUD-PS/III/ 1/3
2016
Ditetapkan
STANDAR Tanggal Terbit Direktur RSUD Dr. Muhammad Zein
PROSEDUR Painan
OPERASIONAL 08 Maret 2016

drg. H. Busril, MPH


NIP. 19740227 200212 1 004
Memindahkan neonatus/ bayi baru lahir dari Ruang Bersalin ke Ruang
PENGERTIAN Perinatal sesuai dengan indikasi pasien.

Memindahkan neonatus/ bayi baru lahir dari Ruang Bersalin ke Ruang


TUJUAN Perinatal sesuai dengan indikasi/ masalah neonatus untuk mendapatkan
perawatan lanjutan yang lebih optimal

KeKebijakan Direktur RSUD Dr. Muhammad Zein Painan Nomor : 800/ /


KEBIJAKAN RSUD-2016 Tentang Pelayanan Rumah Sakit Sayang Ibu dan Bayi RSUD
Dr. Muhammad Zein Painan

Indikasi bayi baru lahir yang dirawat di ruang Neonatal :


PROSEDUR 1. Skor Apgar kurang dari 7 pada menit ke-5 atau mengalami prose
persalinan yang sulit
2. Berat lahir rendah (< 2500 gr)
3. Berat lahir besar (≥ 4000 gr)
4. Bayi kurang bulan (< 37 minggu)
5. Bayi dengan klinis sepsis segera setelah lahir (lahir sesak, letargis,
sianosis, pucat)
6. Persalinan vakum ekstraksi
7. Persalinan seksio sesaria yang ibunya belum dapat rawat gabung
8. Potensial terinfeksi (ketuban pecah >18 jam, air ketuban hijau)
9. Bayi dengan kelainan kongenital yang dikhawatirkan mengganggu
proses menyusui ( contoh : labiopalatoshisis )
10. Bayi dengan ibu hbsag ( + ), hiv atau tersangka hiv atau ibu yang
menderita penyakit menular lainnya

87

BAYI BARU LAHIR DARI RUANG TRANSPORTASI BERSALIN


KE RUANG PERINATAL
No. Dokumen NO. REVISI HALAMAN
MDGs/038/RSUD- -
PS/III/2016 2/3
11. Bayi dengan ibu yang mengalami eklampsi, perdarahan post partum
dan tidak memungkinkan untuk dilakukan rawat gabung
PROSEDUR 12. Ibu bayi menderita penyakit jiwa

Tata cara pemindahan :


1. Sebelum mengirim atau memindahkan neonatus, petugas yang
berwenang atau bidan senior yang bertugas, memberi informasi
terlebih dahulu termasuk memberikan keterangan tujuan dan masalah
yang didapatkan saat itu ke ruang Perinatal dengan telepon yang ada.
2. Menyiapkan surat-surat yang diperlukan, melengkapi rekam medis dan
data identitas neonatus sesuai prosedur.
3. Untuk bayi baru lahir yang dirawat di ruang Perinatal karena indikasi
dari ibu, maka bidan kamar bersalin harus menyertakan surat
keterangan dari dokter spesialis kandungan yang menyatakan bahwa
kondisi ibu tidak memungkinkan untuk dilakukan rawat gabung. Jika
dokter spesialis kandungan tidak ada maka yang membuat pernyataan
adalah dokter jaga IGD pada saat dinas itu.

Tata laksana pemindahan :


1. Neonatus dalam keadaan stabil dan layak transport, termasuk dijaga
suhu tubuhnya untuk pencegahan hipotermia. Selama transportasi dijaga
keadaan umum, jalan nafas, oksigenisasi, dan masalah yang
2. peralatan medis yang dibutuhkan harus tersedia lengkap yaitu dihadapi
neonatus.
3. Peralatan medis
Perlengkapan peralatan resusitasi neonatus, tabung oksigen, isap lendir
dan inkubator transport.
4. Sarana transportasi
Menggunakan inkubator transport atau box bayi yang dilengkapi dengan
penghangat, dll yang diperlukan neonatus dalam perjalanan.

88

BAYI BARU LAHIR DARI RUANG TRANSPORTASI BERSALIN


KE RUANG PERINATAL
No. Dokumen No. Revisi Halaman :
MDGs/038/RSUD-PS/
III/2016 3/3
3. Petugas kesehatan
PROSEDUR Petugas Ruang Bersalin mendampingi neonatus ke ruang Perinatal,
disesuaikan dengan masalah yang dihadapi neonatus. Saat transportasi
masa petugas pendamping :
a. Jika kondisi neonatus membutuhkan pengawasan ketat maka bidan
senior yang yang bertugas saat itu dengan didampingi oleh 1
bidan.
b. kondisi neonatus dalam keadaan baik maka bidan junior/PRT
dapat melakukan tindakan pemindahan bayi ke Ruang Perinatal

1. Ruang Perinatal
UNIT TERKAIT 2. Ruang Nifas
3. IGD

89

BEDAH SESAR EMERGENSI DI RSUD Dr.MUHAMMAD ZEIN

No. Dokumen No. Revisi Halaman :


MDGs/039/RSUD-PS/III/ 1/2
2016
Ditetapkan
STANDAR Tanggal Terbit Direktur RSUD Dr. Muhammad Zein Painan
PROSEDUR
OPERASIONAL
08 Maret 2016
drg. H. Busril, MPH
NIP. 19740227 200212 1 004
Penanganan / penatalaksanaan bedah sesar secara terpadu antara bagian
PENGERTIAN obgyn, IGD, Anastesi, ruang bersalin, ruang perinatal, dan patologi klinik.

Agar pelaksanaan bedah sesar dapat berjalan secara cepat dan tepat
TUJUAN
KeKebijakan Direktur RSUD Dr. Muhammad Zein Painan Nomor : 800/
KEBIJAKAN / RSUD-2016 Tentang Pelayanan Rumah Sakit Sayang Ibu dan Bayi
RSUD Dr. Muhammad Zein Painan

1. Pelayanan pasien harus cepat dan tepat


PROSEDUR 2. Indikasi dan kriteria pasien yang akan dilakukan bedah sesar
emergensi sesuai dengan diagnosa yang dilakukan oleh obgyn
3. Pasien yang akan dilakukan bedah sesar telah disiapkan
4. Pemeriksaan laboratorium rutin, BT, CT, GDS, ureum, creatinin,
HbsAg, anti HIV, dll dilakukan oleh patologi klinik (petugas
laboratorium), sebelum dilakukan tindakan bedah sesar sampel
diambil di ruangan.
5. Pemeriksaan EKG dilakukan sebelum operasi (bila perlu)
6. Konsultasi anastesi atas pasien dilakukan oleh bagian obgyn
7. Konsultasi perinatal atas pasien dilakukan oleh bagian perinatal
8. Transportasi pasien dari ruang bersalin ke OK IGD dilakukan oleh
bidan dan dokter ruang bersalin
9. Serah terima pasien dilakukan antara petugas kamar bersalin dengan
perawat kamar operasi IGD
10. Petugas OK IGD menyiapkan kamar operasi berikut peralatan medis
dan non medis yang akan dipergunakan

90

BEDAH SESAR EMERGENSI DI RSUD Dr.MUHAMMAD ZEIN

No. Dokumen No. Revisi Halaman :


MDGs/039/RSUD-PS/
III/2016 2/2

11. Pelaksanaan bedah sesar dilakukan oleh bagian obgyn setelah ada
PROSEDUR jawaban konsultasi dari anastesi
12. Bayi baru lahir menjadi tanggung jawab SMF Anak/Perinatal
13. Selama 24 jam pertama post bedah sesar pasien menjadi tanggung
jawab anastesi
14. Transportasi dari kamar OK IGD ke ruang perawat (RN) dilakukan
oleh petugas RN dan melihat kondisi pasien
15. Transportasi dari kamar OK IGD ke ruang perawatan lain (Kelas I, II
atau IRN/A), dilakukan oleh petugas sesuai pasien berasal.
16. Transportasi dari OK IGD ke ruang ICU/ICCU dilakukan oleh
petugas OK IGD didampingi oleh petugas sesuai pasien berasal dan
melihat kondisi pasien.
17. Waktu dibutuhkan mulai diagnosa ditegakkan dan keputusan
dilakukan bedah sesar tidak lebih dari 60 menit untuk pasien gawat
dan tidak lebih dari 120 menit untuk kriteria pasien emergensi tidak
gawat
18.Untuk pasien yang perlu optimalisasi dikerjakan setelah pasien
ditentukan layak operasi (tidak ada batasan, kecuali pasien life
saving)

1. Anastesi
UNIT TERKAIT 2. IGD
3. Ruang Kebidanan

91

DIABETES MELITUS GESTASIONAL (DMG)

No. Dokumen No. Revisi Halaman :


MDGs/040/RSUD-PS/III/ 1/2
2016
Ditetapkan
STANDAR Tanggal Terbit Direktur RSUD Dr. Muhammad Zein
PROSEDUR Painan
OPERASIONAL 08 Maret 2016

drg. H. Busril, MPH


NIP. 19740227 200212 1 004
Diabetes melitus Gestasional adalah kadar gula pada tes pembebanan 75
PENGERTIAN gram pada kehamilan 24-32 minggu antara 140-200 mg/dl

1. Mencegah komplikasi DMG pada ibu dan janin.


TUJUAN 2. Mengetahui penatalaksanaan DMG pada ibu dan bayi baru lahir
3. Menurunkan angka kematian ibu (AKI) dan angka kamtian bayi
(AKB).
KeKebijakan Direktur RSUD Dr. Muhammad Zein Painan Nomor :
KEBIJAKAN 800/ / RSUD-2016 Tentang Pelayanan Rumah Sakit Sayang Ibu dan
Bayi RSUD Dr. Muhammad Zein Painan

PROSEDUR BIDAN IGD


1. Melakukan anamnesa adanya faktor resiko Diabetes Melitus
Gestasional
2. Melakukan pemeriksaan kehamilan dan pemeriksaan laboratorium
darah glucose tolerans test
3. Menegakkan diagnose kebidanan
4. Berkolaborasi dengan dr. jaga IGD/dr. Obgyn sesuai diagnosa
kebidanan dan hasil pemeriksaan laboratorium glucose tolerans test
5. Berkolaborasi dengan bidan kamar bersalin sesuai hasil diagnosa
kebidanan dan hasil kolaborasi dengan dr. Obgyn serta berkolaborasi
dengan OK bila diperlukan tindakan operasi
6. Siapkan keluarga dan pasien bila diperlukan tindakan operasi
7. Berkolaborasi dengan petugas laboratorium untuk pemeriksaan darah
lengkap

92

DIABETES MELITUS GESTASIONAL (DMG)

No. Dokumen No. Revisi Halaman :


MDGs/040/RSUD-PS/
III/2016 2/2

BRANGKAR
PROSEDUR 1. Mengantar pasien ke kamar bersalin / OK

DOKTER IGD
1. Berkolaborasi dengan dr. Obgyn, SMF Internis dan SMF penyakit
anak
DOKTER OBGYN JAGA
1. Memberikan advis tentang terapi dan tindakan selanjutnya bagi
pasien tersebut

BIDAN KAMAR BERSALIN


1. Menerima pasien dari IGD
2. Melanjutkan terapi dan perawatan sesuai hasil kolaborasi
dokter/bidan IGD dengan dr. Obgyn
3. Mengobservasi dan mengevaluasi kemajuan persalinan
4. Menolong persalinan normal jika pasien rencana partus per vaginam
5. Siapkan alat resusitasi bayi jika ada resiko terjadi asfiksia pada bayi
6. Berkolaborasi dengan perawat perinatologi, jika terjadi asfiksia pada
bayi
7. Berkolaborasi dengan bidan ruang nifas dan OK bila diperlukan
tindakan operasi

1. IGD
UNIT TERKAIT 2. MR
3. Kamar bersalin
4. Ruang nifas

93

PROSEDUR TETAP PEMAKAIAN DOPLER

No. Dokumen No. Revisi Halaman :


MDGs/041/RSUD-PS/ 1/1
III/2016
Ditetapkan
STANDAR Tanggal Terbit Direktur RSUD Dr. Muhammad Zein Painan
PROSEDUR
OPERASIONAL 08 Maret 2016
drg. H. Busril, MPH
NIP. 19740227 200212 1 004
Mendengarkan bunyi jantung anak dengan mempergunakan doppler
PENGERTIAN
Untuk mendekteksi bunyi jantung anak
TUJUAN
Kebijakan Direktur RSUD Dr. Muhammad Zein Painan Nomor : 800/
KEBIJAKAN / RSUD-2016 Tentang Pelayanan Rumah Sakit Sayang Ibu dan Bayi
RSUD Dr. Muhammad Zein Painan

PROSEDUR  Doppler dihubungkan dengan listrik


 Pasien disuruh tidur dan dipalpasi
 Daerah punggung anak di beri jelly
 Doppler di on kan.
 Prop dinding doppler diletakkan pada perut punggung bayi ibu
dibagian punggung bayi terdengar seperti detak kaki kuda
 Prop doppler diangkat dan abdomen dilap dengan tissue
 Doppler di off kan
 Bekas jelly di abdomen dilap dengan tissue
1. Ruangan Kebidanan
UNIT TERKAIT 2. Poliklinik Kebidanan
3. Ruang Bersalin

94

ASUHAN PERAWATAN IBU NIFAS

No. Dokumen No. Revisi Halaman :


MDGs/042/RSUD-PS/ 1/1
III/2016
Ditetapkan
STANDAR Tanggal Terbit Direktur RSUD Dr. Muhammad Zein Painan
PROSEDUR
OPERASIONAL 08 Maret 2016
drg. H. Busril, MPH
NIP. 19740227 200212 1 004
PENGERTIAN Nifas adalah masa sesudah persalinan yang diperlukan untuk pulihnya
kembali alat kandungan yang lamanya ± 6 minggu
TUJUAN  Memulihkan kesehatan fisik dan kesehatan dan mental ibu nifas
 Memelihara kembali alat kandungan
KEBIJAKAN Kebijakan Direktur RSUD Dr. Muhammad Zein Painan Nomor : 800/ /
RSUD-2016 Tentang Pelayanan Rumah Sakit Sayang Ibu dan Bayi
RSUD Dr. Muhammad Zein Painan
PROSEDUR Umum:
- Ibu mengerti tentang wama nifas
- Ibu mengerti tentang perawatan nifas

Khusus
-  Ibu mampu menyebutkan tentang pengertian perawatan nifas
-  Ibu mampu menyebutkan tentang tujuan perawatan nifas
-  Ibu marnpu menyebutkan hal - hal yang perlu diperhatikan selama
perawatan nifas
-  Ibu mampu mengerjakan perawatan diri di rumah setelah pulang dan
RS menurut pernyataan ibu - ibu yang akan pulang

UNIT TERKAIT 1. Ruangan Kebidanan


2. Poliklinik Kebidanan

95

PEMERIKSAAN ANC
DI POLIKLINIK KEBIDANAN

No. Dokumen No. Revisi Halaman :


MDGs/043/RSUD-PS/ 1/1
III/2016
Ditetapkan
STANDAR Tanggal Terbit Direktur RSUD Dr. Muhammad Zein
PROSEDUR Painan
OPERASIONAL 08 Maret 2016

drg. H. Busril, MPH


NIP. 19740227 200212 1 004

PENGERTIAN Pemeriksaan pada ibu hamil yang datang berkunjung ke poliklinik


kebidanan untuk memeriksakan kehamilannya
Memberikan pelayanan kebidanan pada ibu hamil untuk pemantauan
TUJUAN dan pengawasan kesejahteraan Ibu dan anak minimal 4 kali selama
hamil
Kebijakan Direktur RSUD Dr. Muhammad Zein Painan Nomor : 800/ /
KEBIJAKAN RSUD-2016 Tentang Pelayanan Rumah Sakit Sayang Ibu dan Bayi
RSUD Dr. Muhammad Zein Painan

1. Ibu datang kepoli klinik dengan membawa medical record


PROSEDUR 2. Anamnesa
3. Pemeriksaan fisik
4. Pemeriksaan penunjang
• USG
• Labor
• Rontgen
5. Mendapatkan penyuluhan rentang
• Gizi Ibu hamil
• Personal hygiene
• Senam nifas
• Imunisasi
• Asi ekslusif
• Tanda-tanda bahaya pada ibu hanill TM I, II, III, IV
• Tanda-tanda persalinan
6. Pernberian obat kalau ada keluhan dan vitamin
7. Anjurkan kunjungan ulang

1. Ruangan Kebidanan
UNIT TERKAIT 2. Poliklinik Kebidanan

96

KETUBAN PECAH DINI

NO. DOKUMEN NO. REVISI HALAMAN


MDGs/078/RSUD-PS/ - 1/2
III/2016
Ditetapkan Direktur
STANDAR Tanggal Terbit RSUD Dr. M. Zein Painan
PROSEDUR
OPERASIONAL 18 Maret 2016
Drg. H. Busril, MPH
NIP. 19740227 200212 1004
Pecahnya ketuban tanpa diikuti tanda-tanda inpartu atau pecahnya
PENGERTIAN
ketuban sebelum pembukaan 4 cm.
Sebagai acuan penerapan langkah-langkah untuk menegakkan
TUJUAN
diagnosa dan penatalaksanaan ketuban pecah dini.
Kebijakan Direktur RSUD Dr. Muhammad Zein Painan Nomor :
KEBIJAKAN
800/ /RSUD-2016 Tentang Pelayanan Rumah Sakit Sayang Ibu
dan Bayi RSUD Dr. Muhammad Zein Painan
BIDAN JAGA IGD:
1. Semua pasien yang datang ke IGD ditriase oleh dokter/bidan jaga
PROSEDUR IGD, apakah masuk kasus gawat darurat atau bukan
2. Menerima dan menganamnese pasien dengan cepat dan tepat
3. Memeriksa tanda – tanda vital
4. Pemeriksaan kehamilan (inspeksi, palpasi, auskultasi, dan VT bila
perlu) sesuai dengan keadaan pasien
5. Anjurkan ibu untuk bedrest total
6. Berkolaborasi dengan dr. Jaga IGD dalam menegakkan diagnosa
7. Pasang infus RL sesuai dengan order dokter jaga IGD
8. Periksa laboratorium lengkap
9. Dokter jaga IGD berkolaborasi dengan dr. Obgyn

BRANGKAR
 Antar pasien ke kamar bersalin dalam keadaan sudah terpasang
infus RL dan O2 jika diperlukan

DOKTER IGD
1. Berkolaborasi dengan dr. Obgyn jaga
2. Menjelaskan tentang keadaan pasien dan tindakan yang akan
dilakukan
3. Memberikan terapi sesuai hasil kolaborasi dengan dr. Obgyn
4. Menandatangani formulir rawat inap

97

KETUBAN PECAH DINI

NO. DOKUMEN NO REVISI HALAMAN


MDGs/078/RSUD-PS/ 2/2
III/2016
DOKTER OBGYN JAGA
PROSEDUR 1. Memberikan advis tentang terapi dan tindakan selanjutnya bagi
pasien tersebut

Bidan kamar bersalin


1. Menerima pasien dari IGD
2. Menempatkan pasien diruangan sesuai order dokter
3. Memberikan perawatan dan terapi lanjutan dari IGD
4. Kehamilan preterm (˂ 37 mg ) berikan obat-obat tokolitik,
antibiotik dan sedative sesuai order dokter dan pada kehamilan
aterm lakukan order sesuai dengan order dokter
5. Membuat diagnosa, dan melakukan penatalaksaannya
6. Mengontrol denyut jantung janin secara intensive dan pengeluaran
pervaginam
7. Menentukan taksiran berat janin, jumlah janin, taksiran berat janin
atau adanya tanda-tanda gawat janin.
8. Membuat perincian biaya pasien selama dirawat.
9. Memberikan konseling kepada pasien sesuai kebutuhan pasien
10.Memberi kartu kontrol dan menjelaskan kapan pasien harus
kembali kontrol ke dokter
1. IGD
UNIT TERKAIT 2. Poli Kebidanan
3. Kebidanan
4. Kamar Operasi

98

99

PERSALINAN PRETERM

NO. DOKUMEN NO. REVISI HALAMAN


MDGs/079/RSUD-PS/ - 1/2
III/2016
Ditetapkan Direktur
STANDAR Tanggal Terbit RSUD Dr. M. Zein Painan
PROSEDUR
OPERASIONAL 18 Maret 2016
Drg. H. Busril, MPH
NIP. 19740227 200212 1004
Persalinan yang berlangsung pada usia kehamilan 28 minggu sampai ≤
PENGERTIAN
37 minggu dengan taksiran berat janin 1000-2500 gram
Sebagai acuan penerapan langkah-langkah untuk menegakkan diagnose,
TUJUAN
melaksanakan persalinan yang aman serta mempertahankan kehamilan
menjadi aterm (≥37 minggu ).
Kebijakan Direktur RSUD Dr. Muhammad Zein Painan Nomor :
KEBIJAKAN
800/ /RSUD-2016 Tentang Pelayanan Rumah Sakit Sayang Ibu dan
Bayi RSUD Dr. Muhammad Zein Painan

BIDAN JAGA IGD:


PROSEDUR 1. Semua pasien yang datang ke IGD ditriase oleh dokter/bidan jaga
IGD, apakah masuk kasus gawat darurat atau bukan
2. Menerima dan menganamnese pasien dengan cepat dan tepat
3. Memeriksa tanda – tanda vital
4. Pemeriksaan kehamilan (inspeksi, palpasi, auskultasi, dan VT bila
perlu) sesuai dengan keadaan pasien
5. Anjurkan ibu untuk bedrest total
6. Berkolaborasi dengan dr. Jaga IGD dalam menegakkan diagnosa
7. Pasang infus RL sesuai dengan order dokter jaga IGD
8. Periksa laboratorium lengkap
9. Dokter jaga IGD berkolaborasi dengan dr. Obgyn

BRANGKAR
1. Antar pasien ke kamar bersalin dalam keadaan sudah terpasang infus
RL dan O2 jika diperlukan

PERSALINAN PRETERM

NO. DOKUMEN NO REVISI HALAMAN


MDGs/079/RSUD-PS/ 2/2
III/2016
DOKTER IGD
PROSEDUR 1. Berkolaborasi dengan dr. Obgyn jaga
2. Menjelaskan tentang keadaan pasien dan tindakan yang akan
dilakukan
3. Memberikan terapi sesuai hasil kolaborasi dengan dr. Obgyn
4. Menandatangani formulir rawat inap

DOKTER OBGYN JAGA


1. Memberikan advis tentang terapi dan tindakan selanjutnya bagi
pasien tersebut

Bidan kamar bersalin


1. Menerima pasien dari IGD
2. Menempatkan pasien diruangan sesuai order dokter
3. Memberikan perawatan dan terapi lanjutan dari IGD
4. Berikan obat-obat tokolitik, antibiotik dan sedative sesuai order
dokter dan pada kehamilan aterm lakukan order sesuai dengan
order dokter
5. Membuat diagnosa, dan melakukan penatalaksaannya
6. Mengontrol denyut jantung janin secara intensive dan
pengeluaran pervaginam
7. Menentukan taksiran berat janin, jumlah janin, taksiran berat
janin atau adanya tanda-tanda gawat janin.
8. Jika terjadi persalinan ikut sertakan dokter Sp.A agar bayi bisa
mendapatkan perawatan intensif dan lakukan persalinan yang
aman dan terencana.
9. Membuat perincian biaya pasien selama dirawat.
10. Memberikan konseling kepada pasien sesuai kebutuhan pasien
11. Memberi kartu kontrol dan menjelaskan kapan pasien harus
kembali kontrol ke dokter
1. IGD
UNIT TERKAIT 2. Poli Kebidanan
3. Kebidanan
4. Kamar Operasi

100

PENANGANAN NEONATUS RESIKO TINGGI DENGAN BERAT


BADAN LAHIR RENDAH (BBLR)

NO. DOKUMEN NO. REVISI HALAMAN


MDGs/044/RSUD-PS/ - 1/2
III/2016
Ditetapkan Direktur
STANDAR Tanggal Terbit RSUD Dr. M. Zein Painan
PROSEDUR
OPERASIONAL 14 Maret 2016
Drg. H. Busril, MPH
NIP. 19740227 200212 1004
Bayi BBLR adalah bayi baru lahir dengan berat badan, kurang dari 2500
PENGERTIAN
gram.
Sebagai acuan dalam penanganan bayi BBLR sehingga menurunkan angka
TUJUAN
kematian perinatal
Kebijakan Direktur RSUD Dr. Muhammad Zein Painan Nomor :
KEBIJAKAN
800/ /RSUD-2016 Tentang Pelayanan Rumah Sakit Sayang Ibu dan
Bayi RSUD Dr. Muhammad Zein Painan
A.. Sebelum bayi lahir :
PROSEDUR
1. Siapkan alat resusitasi :
- Meja resusitasi (infant warmer)
- Alat suction, laryngoskop, ETT, plastik bersih.
- CPAP ( Continus Possitive Airway Pressure ), ambu bag
dengan PEEP Valve (Bila tidak ada CPAP)
- Obat - obatan.
- Sumber gas (udara tekan dan oksigen)
2. Resusitasi untuk bayi prematur dan cukup bulan berbeda dimana bayi
prematur memerlukan intervensi lebih cepat dan agresif dengan
perhatian utama pada usaha membuat bayi segera bernafas, stabilitas
suhu, pencegaahan hipoglikemia dan pemberian oksigen dengan
konsentrasi seminimal mungkin (pencegahan toksisitas oksigen)

B. Segera setelah bayi lahir


1 . Bersihkan jalan nafas, nilai APGAR.
Nilai usaha nafas bayi → bila bayi tidak bernafas atau detak
jantung < 100x/mnt, lakukan upaya membuka jalan nafas bayi
dengan memberikan ventilasi tekanan positife (CPAP) dengan
PEEP 5-7 mmHg dengan konsentrasi oksigen 21% (udara kamar).
Bila bayi membutuhkan tindakan resusitasi selengkapnya, ikuti
langkah-langkah resusitasi.

PENANGANAN NEONATUS RESIKO TINGGI DENGAN BERAT


BADAN LAHIR RENDAH (BBLR)
NO. DOKUMEN No. Revisi Halaman :
MDGs/044/RSUD-PS/
III/2016 2/2
2. Cegah hipotermia (pertahankan suhu bayi 36,5-37,5°C) dengan
PROSEDUR suhu ruangan ≥26°C dan bayi diletakkan dibawah infant warmer
dengan semua tindakan dilakukan dibawah infant warmer.
bila bayi ˂1500 gr, bungkus dengan plastik bersih yang sudah disiapkan.
3. Beri tetes mata/salep mata.
4. Berikan vit. K1/Neo K - 1 mg i.m (0,5 mg bila BB ˂1000 gr)
5. Pasang tanda pengenal ( gelang), untuk identifikasi.
6. Lakukan pemeriksaan gula darah.
7. Lakukan perawatan tali pusat.
8. Lakukan IMD bial ibu dan bayi stabil, reflek hisap dan reflek menelan
baik (bila BB ˃1800 gr).
9. Bila bayi stabil lakukan rawat gabung ( BB ˃1800 gr)

C. Diruangan rawat gabung


1. Lakukan pemeriksaan fisik dengan seksama /keseluruhan dan
peniln usia gestasi.
2. Nilai tanda-tanda vital terutama nafas dan suhu. Bila bayi tampak
sesak nafas/retraksi segera pasang CPAP (rawat perinatologi).
Pertahankan suhu 36,5-37,5°C.
3. Berikan ASI adekuat, bila reflek hisap dan telan belum baik, pasang
OGT (Oral Gastric Tube).
4. Awasi kemungkinan hiperbillirubinemia.

D. Indikasi rawatan :
1. BBLR ≤ 1800 gram
2. BBLR dengan penyakit penyerta lain seperti hipotermi, respiratory
dissies, dan lain lain.
3. BBLR tidak mau menyusu langsung dengan ibu

1. IGD
UNIT TERKAIT 2. Ruang Perinatalogi
3. Ruang Bersalin

PENANGANAN IKTERUS NEONATORUM

NO. DOKUMEN NO. REVISI HALAMAN


MDGs/045/RSUD-PS/ -
III/2016 1/3

Ditetapkan Direktur
STANDAR Tanggal Terbit RSUD Dr. M. Zein Painan
PROSEDUR
OPERASIONAL 14 Maret 2016
Drg. H. Busril, MPH
NIP. 19740227 200212 1004
Kadar bilirubin serum total ≥ 5 mg/dl (86 µmol/L). Ikterus atau jaundice
PENGERTIAN
adalah warna kuning pada kulit, konjungtiva dan mukosa akibat
penumpukan bilirubin tak terkonjugasi pada jaringan
Sebagai acuan dalam penanganan bayi baru lahir dengan ikterus
TUJUAN
neonatorum
Kebijakan Direktur RSUD Dr. Muhammad Zein Painan Nomor :
KEBIJAKAN
800/ /RSUD-2016 Tentang Pelayanan Rumah Sakit Sayang Ibu dan
Bayi RSUD Dr. Muhammad Zein Painan
ANAMNESIS
PROSEDUR
 Riwayat keluarga ikterus, anemia, splenektomi, sferositosis,
defisiensi glukosa 6-fosfat dehidrogenase (G6PD)
 Riwayat keluarga dengan penyakit hati,menandakan kemungkinan
galaktosemia,defisiensi alfa 1 antitripsin, penyakit gilbert, sindrom
Crigler –Najajr tipe I dan II atau fibrosis kistik.
 Riwayat saudara dengan ikterus atau anemia, mengarahkan pada
kemungkinan inkompatibilitas golongan darah atau breast-milk
jaundice
 Riwayat sakit selama kehamilan, menandakan kemungkinan infeksi
virus atau toksoplasma
 Riwayat obat-obatan yang dikonsumsi ibu, yang berpotensi
menggeser ikatan bilirubin dengan albumin (sulfonamida) atau
mengakibatkan hemolisis pada bayi dengan defisiensi G6PD
(sulfonamida,nitrofurantoin,antimalaria)

PENANGANAN IKTERUS NEONATORUM

NO. DOKUMEN NO. REVISI HALAMAN


MDGs/045/RSUD- -
PS/III/2016 2/3
 Riwayat persalinan traumatik yang berpotensi menyebabkan
perdarahan atau hemolisis. Bayi asfiksia dapat mengalami
PROSEDUR hiperbilirubinemia yang disebabkan ketidakmampuan hati
memetabolisme bilirubin atau akibat perdarahan intra kranial.
Keterlambatan klem tali pusat dapat menyebabkan polisitemia neonatal
dan peningkatan bilirubin.
 Pemberian nutrisi parenteral total berisiko menyebabkan
hiperbilirubinemia direk berkepanjangan karena itu selalu dilakukan
pemantauan.
 Pemberian air susu ibu (ASI). Harus dibedakan antara breast-milk
jaundice dan breast feeding jaundice.

PEMERIKSAAN FISIK
Ikterus dapat dideteksi secara klinis dengan cara mengobservasi warna kulit
setelah dilakukan penekanan menggunakan jari. Pemeriksaan terbaik
dilakukan menggunakan cahaya matahari. Ikterus dimulai dari kepala dan
meluas secara sefalokaudal.
Hal-hal yang harus dicari pada pemeriksaan fisis:
 Prematuritas
 Kecil masa kehamilan, kemungkinan berhubungan dengan polisitemia.
 Tanda infeksi intrauterin, misalnya mikrosefali, kecil masa kehamilan
 Perdarahan ekstravaskular, misalnya memar, sefalhematom
 Pucat, berhubungan dengan anemia hemolitik atau kehilangan darah
ekstravaskular
 Petekie, berkaitan dengan infeksi kongenital, sepsis, atau eritroblastosis
 Hepatosplenomegali, berkaitan dengan anemia hemolitik, infeksi
kongenital, atau penyakit hati

PENANGANAN IKTERUS NEONATORUM

NO. DOKUMEN No. Revisi Halaman :


MDGs/045/RSUD-PS/
III/2016 3/3
TERAPI
PROSEDUR Pemberian fototherapi diindikasi pada kasus hiperbilirubinemia resiko
tinggi sesuai usia gestasi dan umur bayi.
Semua obat atau faktor yang mengganggu metabolisme bilirubin, ikatan
bilirubin dengan albumin, atau integritas sawar darah-otak harus
dieliminasi.
Breastfeeding jaundice. Tata laksana meliputi:
 Pantau jumlah ASI yang diberikan, apakah sudah mencukupi atau
belum.
 Pemberian ASI sejak lahir minimal 8 kali sehari.
 Pemberian air putih, air gula, dan formula pengganti tidak diperlukan.
 Pemantauan kenaikan berat badan serta frekuensi buang air kecil dan
buang air besar.
 Jika kadar bilirubin mencapai 15 mg/dL, perlu dilakukan penambahan
volume cairan dan stimulasi produksi ASI dengan melakukan
pemerasan payudara.
 Pemeriksaan komponen ASI dilakukan bila hiperbilirubinemia
menetap >6 hari, kadar bilirubin >20 mg/dL, atau riwayat terjadi
breastfeeding jaundice pada anak sebelumnya.

1. Ruang Perinatalogi
UNIT TERKAIT 2. Ruang Rawat Gabung
3. IGD

PENANGANAN NEONATUS RESIKO TINGGI DENGAN


ASFIKSIA

NO. DOKUMEN NO. REVISI HALAMAN


MDGs/046/RSUD-PS/ - 1/2
III/2016
Ditetapkan Direktur
STANDAR Tanggal Terbit RSUD Dr. M. Zein Painan
PROSEDUR
OPERASIONAL 14 Maret 2016
Drg. H. Busril, MPH
NIP. 19740227 200212 1004
PENGERTIAN Neonatus dengan asfiksia yaitu suatu keadaan dimana bayi baru lahir
tidak dapat bernafas secara spontan dan teratur segera setelah lahir.
Asfiksia dibedakan menjadi :
1. Tidak asfiksia / tanpa asfiksia
- Nilai APGAR 8-10. Nadi 100 kali / menit
- Bayi lahir tidak menangis spontan, tetapi setelah badan
dikeringkan, dilakukan pengisapan lendir atau rangsangan
taktil, timbul respons upaya bernafas yang baik (bayi
menangis) dengan detak jantung > 100 kali / menit
2. Asfiksia sedang :
- Nilai APGAR 4-7.
- Setelah badan dikeringkan, dilakukan pengisapan lendir dan
rangsangan taktil, respons usaha nafas timbul lemah dan
perlu dilakukan bantuan ventilasi dengan ventilasi tekanan
positif.
3. Asfiksia berat :
- Nilai APGAR < 3.
- Perlu tindakan ventilasi tekanan positif dan intubasi.
- Perlu tindakan pemijatan dada.
- Perlu pemberian medikasi.
Sebagai acuan dalam menangani neonatus dengan asfiksia sehingga
TUJUAN
menurunkan angka kematian perinatal.
Kebijakan Direktur RSUD Dr. Muhammad Zein Painan Nomor : 800/
KEBIJAKAN
/RSUD-2016 Tentang Pelayanan Rumah Sakit Sayang Ibu dan Bayi
RSUD Dr. Muhammad Zein Painan

PENANGANAN NEONATUS RESIKO TINGGI DENGAN


ASFIKSIA
No. Dokumen No. Revisi Halaman :
MDGs/046/RSUD-PS/ 2/2
III/2016
1. Bersihkan jalan nafas bayi dengan melakukan pengisapan lendir.
PROSEDUR 2. Potong tali pusat secara aseptik.
3. Bila bayi tidak menangis, lakukan :
- Rangsangan taktil dengan cara menepuk – nepuk kaki,
mengendus dada, perut atau punggung.
- Bila dengan rangsang taktil bayi belum menangis, lakukan nafas
buatan.
4. Pertahankan suhu tubuh bayi agar tidak memperburuk keadaan
dengan cara :
- Bungkus bayi dengan kain hangat dan kering. - Jaga badan bayi
tetap kering.
- Jangan memandikan bayi dengan air dingin dan tunda perasat
memandikan bayi sampai keadaan bayi stabil.
5. Apabila nilai APGAR menit ke -5 sudah baik (7 - 10), lakukan
perawatan selanjutnya, yaitu :
- Bersihkan badan bayi.
- Lakukan perawatan tali pusat.
- Pemberian ASI sedini mungkin.
- Pakaikan baju bayi.
- Pasang peneng untuk diidentifikasi.
6. Ajarkan Ibu dengan cara :
- Menyusui yang baik.
- Merawat tali pusat.
- Memandikan bayi.
- Mengobservasi keadaan nafas bayi.
7. Jelaskan pada keluarga tentang pentingnya :
- Pemberian ASI sejak dini sampai anak berusia 2 tahun.
- Makanan bergizi bagi ibu menyusui.
- Makanan tambahan setelah bayi berusia 4 bulan.
UNIT TERKAIT - Ruang Perinatalogi
- Ruang Bersalin
- IGD

PENANGANAN NEONATUS RESIKO TINGGI DENGAN


PENYAKIT PERDARAHAN
(HEMORRHAGIC DISEASE OF NEWBORN)
No. Dokumen No. Revisi Halaman :
MDGs/047/RSUD-PS/ 1/1
III/2016
Ditetapkan
STANDAR Tanggal Terbit Direktur RSUD Dr. Muhammad Zein Painan
PROSEDUR
OPERASIONAL 14 Maret 2016
drg. H. Busril, MPH
NIP. 19740227 200212 1 004
Penyebab dari kelainan perdarahan ini adalah defisiensi faktor
PENGERTIAN koagulasi yang bergantung pada vitamin K, yaitu factor II, factor
VII, IX dan X. faktor disintesis di hati dan diaktifkan oleh vitamin K
Sebagai acuan dalam menangani neonatus dengan penyakit perdarahan
TUJUAN (hemorrhagic desease of newborn) sehingga menurunkan angka
kematian perinatal
Kebijakan Direktur RSUD Dr. Muhammad Zein Painan Nomor : 800/ /
KEBIJAKAN RSUD-2016 Tentang Pelayanan Rumah Sakit Sayang Ibu dan Bayi
RSUD Dr. Muhammad Zein Painan

1. Pemeriksaan Laboratorium : darah rutin lengkap dan PT


PROSEDUR dan APTT
2. Tatalaksana
 Profilaksis : vitamin K 0,5 - 1 mg berikan IM setelah bayi
lahir
 Pengobatan: vitamin K 5 mg (IM atau IV), transfusi darah
segar, Fresh Prozen Plasma

1. Ruang perinatalogi
UNIT TERKAIT 2. Ruang bersalin
3. IGD

PENANGANAN NEONATUS RESIKO TINGGI DENGAN


ASPIRASI MEKONIUM

NO. DOKUMEN NO. REVISI HALAMAN


MDGs/048/RSUD-PS/ -
III/2016 1/3

Ditetapkan Direktur
STANDAR Tanggal Terbit RSUD Dr. M. Zein Painan
PROSEDUR
OPERASIONAL 14 Maret 2016
Drg. H. Busril, MPH
NIP. 19740227 200212 1004
Sindrom aspirasi mekonium (meconium aspiration syndrome, MAS)
PENGERTIAN
disebabkan aspirasi cairan amnion yang mengandung mekonium
Sebagai acuan dalam menangani neonatus dengan aspirasi mekonium
TUJUAN
sehingga menurunkan angka kematian perinatal
Kebijakan Direktur RSUD Dr. Muhammad Zein Painan Nomor :
KEBIJAKAN
800/ /RSUD-2016 Tentang Pelayanan Rumah Sakit Sayang Ibu dan
Bayi RSUD Dr. Muhammad Zein Painan

A. Kamar Bersalin/OK/IGD
PROSEDUR
1. Nilai konsistensi mekonium. Kejadian MAS meningkat seiring
dengan peningkatan konsistensi mekonium.
2. Pada penilaian awal sebuah persalinan dengan ketuban
bercampurekonium, harus ditentukan apakah bayi bugar atau tidak.
Bayi dikatakan bugar bila frekuensi denyut jantung >100 kali/menit,
bernapas spontan, dan tonus baik (bergerak spontan atau fleksi
ekstremitas).
 Bila bayi bugar, berikan perawatan rutin tanpa memandang
konsistensi mekonium.
 Bila terdapat distres pernapasan, lakukan laringoskopi direk dan
pengisapan intratrakeal (menggunakan aspirator mekonium).
3. Ventilasi tekanan positif sebisa mungkin dihindari sampai
pengisapan trakea selesai.

PENANGANAN NEONATUS RESIKO TINGGI DENGAN


ASPIRASI MEKONIUM
No. Dokumen No. Revisi Halaman :
MDGs/048/RSUD-PS/
III/2016 2/3
B. Ruang Perawatan/Perinatologi/NICU
PROSEDUR 1. Bayi dengan aspirasi mekonium harus segera mendapatkan
bantuan dengan pemberian tekanan positif pada udara
pernapasan secara kontiniu (CPAP) dengan alat nasal CPAP
2. Pantau tanda-tanda vital secara ketat
3. Gunakan pulse oxymetri untuk memantau saturasi oksigen
di dalam darah
4. Pantau respon bayi setelah pemberian CPAP awal, sesuaikan
tekanan yang diberikan (PEEP : Possitive End Expiratory
Pressure) dengan kondisi bayi
5. Mulai pemberian CPAP dengan PEEP 6-7 mmH2O2 dan
konsentrasi oksigen (FiO2 21%)
6. Nilai kebutuhan oksigen dengan pemantauan saturasi
oksigen (pulse oxymetri)
7. Naikkan FiO2 bertahap jika memang diperlukan
8. Lakukan pemeriksaan rontgen foto thoraks
9. Pantau kemungkinan gangguan gas darah (dengan analisa
gas darah),gangguan metabolik dan elektrolit. Distress nafas
sering menyebabkan gangguan gas darah seperti
hipoksemia, hipercapnea atau gangguan metabolik dan
elektrolit seperti hipoglikemia, hiponatremia, hipocalsemia,
dan hipokalemia. Atasi kelainan yang terjadi sesuai dengan
prosedurnya.
10. Ventilasi mekanik dibutuhkan jika PaCO2 >60 mmHg
(hipercapnea) dan atau PaO2 <50 mmHg (hipoksemia
persisten) melalui pemeriksaan gas darah
11. Pemberian Antibiotik jika diperlukan
12. Pemberian cairan dan nutrisi harus adekuat dengan
memasukkan unsur makro dan mikro nutrient

10

PENANGANAN NEONATUS RESIKO TINGGI DENGAN


ASPIRASI MEKONIUM
No. Dokumen No. Revisi Halaman :
MDGs/048/RSUD-PS/ 3/3
III/2016
13. Pantau keseimbangan cairan
PROSEDUR 14. Jika bayi sudah memungkinkan untuk minum lakukan
pemberian minum bertahap sesuai dengan panduan pemberian
minum pada bayi beresiko tinggi (premature)
UNIT TERKAIT - Ruang Perinatalogi
- Ruang Bersalin
- IGD
- Kamar operasi

11

PENANGANAN NEONATUS RESIKO TINGGI PREMATUR

No. Dokumen NO. REVISI HALAMAN


MDGs/049/RSUD-PS/ -
III/2016 1/3

Ditetapkan Direktur
STANDAR Tanggal Terbit RSUD Dr. M. Zein Painan
PROSEDUR
OPERASIONAL 14 Maret 2016
Drg. H. Busril, MPH
NIP. 19740227 200212 1004
Yaitu bayi baru lahir dan ibu dengan kehamilan kurang dari 37 minggu dan
PENGERTIAN
berat badan lahir sesuai dengan berat badan yang seharusnya pada usia
kehamilan tersebut.
Sebagai acuan dalam menangani neonatus prematur untuk menurunkan angka
TUJUAN
kematian perinatal
Kebijakan Direktur RSUD Dr. Muhammad Zein Painan Nomor :
KEBIJAKAN
800/ /RSUD-2016 Tentang Pelayanan Rumah Sakit Sayang Ibu dan
Bayi RSUD Dr. Muhammad Zein Painan
A.. Sebelum bayi lahir :
PROSEDUR
1. Siapkan alat resusitasi :
- Meja resusitasi (infant warmer)
- Alat suction, laryngoskop, ETT, plastik bersih.
- CPAP ( Continus Possitive Airway Pressure ), ambu bag dengan
PEEP Valve (Bila tidak ada CPAP)
- Obat - obatan.
- Sumber gas (udara tekan dan oksigen)
2. Resusitasi untuk bayi prematur dan cukup bulan berbeda dimana bayi
prematur memerlukan intervensi lebih cepat dan agresif dengan perhatian
utama pada usaha membuat bayi segera bernafas, stabilitas suhu,
pencegaahan hipoglikemia dan pemberian oksigen dengan konsentrasi
seminimal mungkin (pencegahan toksisitas oksigen)

B. Segera setelah bayi lahir


1 . Bersihkan jalan nafas, nilai APGAR.
Nilai usaha nafas bayi → bila bayi tidak bernafas atau detak jantung
< 100x/mnt, lakukan upaya membuka jalan nafas bayi dengan
memberikan ventilasi tekanan positife (CPAP) dengan PEEP 5-7
mmHg dengan konsentrasi oksigen 21% (udara kamar).

12

PENANGANAN NEONATUS RESIKO TINGGI PREMATUR

No. Dokumen No. Revisi Halaman :


MDGs/049/RSUD-PS/
III/2016 2/3

Bila bayi membutuhkan tindakan resusitasi selengkapnya, ikuti


PROSEDUR langkah-langkah resusitasi.
. 2. Cegah hipotermia (pertahankan suhu bayi 36,5-37,5°C) dengan
suhu ruangan ≥26°C dan bayi diletakkan dibawah infant warmer
dengan semua tindakan dilakukan dibawah infant warmer.
bila bayi ˂1500 gr, bungkus dengan plastik bersih yang sudah
disiapkan.
3. Beri tetes mata/salep mata.
4. Berikan vit. K1/Neo K - 1 mg i.m (0,5 mg bila BB ˂1000 gr)
5. Pasang tanda pengenal ( gelang), untuk identifikasi.
6. Lakukan pemeriksaan gula darah.
7. perawatan tali pusat.
8. Lakukan IMD bial ibu dan bayi stabil, reflek hisap dan reflek menelan
baik (bila BB ˃1800 gr).
9. Bila bayi stabil lakukan rawat gabung ( BB ˃1800 gr)

C. Di ruangan rawat gabung


1. Lakukan pemeriksaan fisik dengan seksama /keseluruhan dan
penilaian usia gestasi.
2. Nilai tanda-tanda vital terutama nafas dan suhu.
- Bila bayi tampak sesak nafas/retraksi segera pasang CPAP
(rawat perinatologi).
- Pertahankan suhu 36,5-37,5°C.
3. Berikan ASI adekuat, bila reflek hisap dan telan belum baik, pasang
OGT (Oral Gastric Tube).
4. Awasi kemungkinan hiperbillirubinemia.

D. Di Ruang Perinatologi/NICU
1. Bayi premature dengan distress nafas harus segera mendapat
pertolongan dengan pemberian tekanan positif pada udara
pernafasan secara kontiniu (CPAP) dengan alat nasal CPAP
2. Pantau tanda vital secara ketat
3. Gunakan pulse oxymetri untuk memantau saturasi oksigen di
dalam darah
4. Pantau respon bayi setelah pemberian CPAP awal, sesuaikan
tekanan yang diberikan (PEEP : Possitive End Expiratory
Pressure) dengan kondisi bayi

13

PENANGANAN NEONATUS RESIKO TINGGI PREMATUR

No. Dokumen No. Revisi Halaman :


MDGs/049/RSUD-PS/ 3/3
III/2016
5. Mulai pemberian CPAP dengan PEEP 6-7 mmH2O2 dan
PROSEDUR konsentrasi oksigen (FiO2 21%)
6. Nilai kebutuhan oksigen dengan pemantauan saturasi oksigen
(pulse oxymetri)
7. Naikkan FiO2 bertahap jika memang diperlukan
8. Lakukan pemeriksaan rontgen foto thoraks
9. Pantau kemungkinan gangguan gas darah (dengan analisa gas
darah),gangguan metabolik dan elektrolit. Distress nafas
sering menyebabkan gangguan gas darah seperti hipoksemia,
hipercapnea atau gangguan metabolik dan elektrolit seperti
hipoglikemia, hiponatremia, hipocalsemia, dan hipokalemia.
Atasi kelainan yang terjadi sesuai dengan prosedurnya.
10. Ventilasi mekanik dibutuhkan jika PaCO2 >60 mmHg
(hipercapnea) dan atau PaO2 <50 mmHg (hipoksemia
persisten) melalui pemeriksaan gas darah
11. Pemberian Antibiotik jika diperlukan
12. Pemberian cairan dan nutrisi harus adekuat dengan
memasukkan unsur makro dan mikro nutrient
13. Pantau keseimbangan cairan
14. Jika bayi sudah memungkinkan untuk minum lakukan
pemberian minum bertahap sesuai dengan panduan pemberian
minum pada bayi beresiko tinggi (premature)

UNIT TERKAIT - Ruang Perinatalogi


- Ruang Bersalin
- IGD
- Kamar operasi

14

PERAWATAN TALI PUSAT

No. Dokumen No. Revisi Halaman :


MDGs/050/RSUD- 1/1
PS/III/2016
Ditetapkan Direktur
STANDAR Tanggal Terbit RSUD Dr. Muhammad Zein Painan
PROSEDUR
OPERASIONAL 14 Maret 2016
drg. H. Busril, MPH
NIP. 19740227 200212 1 004
PENGERTIAN Suatu tindakan untuk merawat tali pusat bayi baru lahir yang belum
puput
TUJUAN
Untuk mencegah terjadinya infeksi pada tali pusat.
KEBIJAKAN Kebijakan Direktur RSUD Dr. Muhammad Zein Painan Nomor : 800/ /
RSUD-2016 Tentang Pelayanan Rumah Sakit Sayang Ibu dan Bayi
RSUD Dr. Muhammad Zein Painan
PROSEDUR 1. Persiapan alat :
1). Baki dengan alas.
2). Kassa steril
3). Bengkok.

2. Pelaksanaan :
1). Perawat mencuci tangan sebelum tindakan.
2). Buka pakaian bayi..
3). Perhatikan keadaan tali pusat dan bersihkan tali pusat dengan
menggunakan kassa steril yang pada daerah sekitar tali pusat.
4). Biarkan tali pusat tanpa balutan
5). Pakaikan kembali pakaian bayi.
6). Perawat mencuci tangan selesai tindakan.

- Ruang perinatalogi
UNIT TERKAIT
- Ruang Kebidanan/ Rawat Gabung

15

PENANGANAN NEONATUS RESIKO TINGGI


DENGAN SYOK

No. Dokumen No. Revisi Halaman :


MDGs/051/RSUD-PS/ 1/1
III/2016
Ditetapkan
STANDAR Tanggal Terbit Direktur RSUD Dr. Muhammad Zein Painan
PROSEDUR
OPERASIONAL 14 Maret 2016
drg. H. Busril, MPH
NIP. 19740227 200212 1 004
Syok adalah sindrom akut yang ditandai perfusi sirkulasi yang tidak
PENGERTIAN memadai pada jaringan untuk dapat memenuhi kebutuhan metabolisme
organ-organ vital.
Sebagai acuan dalam menangani neonatus dengan syok sehingga
TUJUAN menurunkan angka kematian perinatal.
Kebijakan Direktur RSUD Dr. Muhammad Zein Painan Nomor : 800/ /
KEBIJAKAN RSUD-2016 Tentang Pelayanan Rumah Sakit Sayang Ibu dan Bayi
RSUD Dr. Muhammad Zein Painan

1. Bolus intravena 20 ml/kg dalam 15 menit salin normal atau RL


PROSEDUR Pada kasus tertentu mungkin diperlukan darah utuh dan albumin.
2. Nilai kembali, jika terdapat respon, teruskan pemberian volume.
Jika respon tidak ada beri inotropik.
3. Inotropik : dopamin, tambahkan dobutamin jika ada indikasi.
4. Kereksi asidosis metabolik dengan infus sodium bikarbonat 1-2
meq/kg.
5. Koreksi hipoksia dengan memberikan bantuan nafas sesuai
kebutuhan.
6. Koreksi hipoglikemia dan kesimbangan elektrolit.
7. Spesifik : Hipovolemik : Pemberian darah segar Whole Blood 10 –
20 cc/kg atau 10 cc/kg Packed Red Cell dalam 30 menit
8. Koreksi penyebab perdarahan
9. Syok Septik : Kultur darah
10. Antibiotik empirik
- Ruang perinatalogi
UNIT TERKAIT - Ruang bersalin
- Kamar operasi
- IGD

16

PEMBERIAN MINUM PADA BAYI RISIKO TINGGI


DAN BAYI PREMATUR

No. Dokumen NO. REVISI HALAMAN


MDGs/052/RSUD-PS/ -
III/2016 1/4
Ditetapkan Direktur
STANDAR Tanggal Terbit RSUD Dr. M. Zein Painan
PROSEDUR
OPERASIONAL 14 Maret 2016
Drg. H. Busril, MPH
NIP. 19740227 200212 1004
Pemberian cairan enteral untuk mencapai pertumbuhan bayi yang
PENGERTIAN
optimal
Sebagai acuan dalam memberikan minum/cairan enteral pada bayi risiko
TUJUAN
tinggi dan bayi premature
Kebijakan Direktur RSUD Dr. Muhammad Zein Painan Nomor : 800/
KEBIJAKAN
/RSUD-2016 Tentang Pelayanan Rumah Sakit Sayang Ibu dan Bayi
RSUD Dr. Muhammad Zein Painan

PROSEDUR
1. Memulai pembagian asupan enteral pada bayi premature

Usia kehamilan Kondisi Pemberian asupan


>34 minggu Stabil Pemberian asupan dini
Pastikan kemampuan isap dan menelan yang
benar
>34 minggu Tidak stabil Mulai pemberian cairan perenteral dan nutrisi

28 minggu-34 Nutrisi parenteral ( TPN ). Mulai asupan


minggu perlahan – lahan setelah stabilisasi tercapai
(usahakan dalam 24 jam stabil)

TPN, trophic feeding dimulai setelah 24 jam


<28 minggu stabil

2. Jenis pemberian asupan: Trophic feeding/priming


Definisi  sejumlah kecil pemberian asupan enteral secara dini
bagi bayi yang tidak mentoleransi pemberian asupan yang
mengandung nutrisi reguler

17

PEMBERIAN MINUM PADA BAYI RISIKO TINGGI


DAN BAYI PREMATUR

No. Dokumen NO. REVISI HALAMAN


MDGs/052/RSUD- -
PS/III/2016 2/4
3. Indikasi trophic feeding
 BKB, yang BBLSR < 1000 gr
PROSEDUR  BCB dengan instabilitas ringan
 Bayi dengan kateter umbilikal
 Tidak kembung
 Tekanan darah stabil
 Pernafasan stabil
4.  Kontra indikasi pemberian minum oral-enteral
 Hemodinamik tidak stabil/syok
 Perdarahan gastrointestinal
 Sakit berat (belum stabil)
 Sumbatan/obstruksi gastrointestinal

5. Strategi pemberian minum dan pemantauan pertumbuhan bayi


a. Jenis minum/cairan yang diberikan
 ASI yang utama, jika tidak ada, dapat diberikan ASI donor
dengan ketentuan tertentu.
 Bila tidak ada ASI donor (sementara anak sudah harus diberi
minum), dapat digunakan susu formula (kondisi khusus)
 Susu formula prematur (24 kkal/oz ;1 oz =30 cc)
 Bila Asi+HMF (Human Milk Fortifier, kalau ada)
tidak mencukupi. HMF direkomendasikan untuk bayi
prematur dengan berat lahir < 2000 gram ketika
volume minum mencapai 50-100 ml /kg/hari. Bayi
premature yang mengalamai gagal tumbuh pasca
rawat, HMF dianjurkan sampai paling kurang usia
koreksi 40 minggu.
 pertambahan BB, PB dan lingkaran kepala (<persentil
25 kurva Fenton)
 Susu formula post discharge (PDF) (22 kkal/oz)
 Berat badan 1800/2000 gram
 Pertambahan BB, PB dan lingkaran kepala >persentil
25 kurva Fenton

18

PEMBERIAN MINUM PADA BAYI RESIKO TINGGI DAN


BAYI PREMATUR

No. Dokumen No. Revisi Halaman :


MDGs/052/RSUD-PS/III/
2016 3/4
PROSEDUR  Susu formula standar (20 kkal/oz)
 setelah usia gestasi 40 minggu
Z score -2 s/d +2 kurva BB/U (WHO)
Z score -2 s/d +2 kurva PB/U (WHO)
 dapat digunakan pada bayi premature > 34 minggu
atau BL > 2 kg (late preterm)
b. Frekuensi pemberian minum
 BB < 1500 : 12 kali/hari (tiap 2 jam)
 BB > 1500 : 8 kali/hari (tiap 3 jam)
c. Cara pemberian nutrisi enteral :
 Bayi premature <32 minggu, bayi prematur dengan
kemampuan mengisap dan menelan yang kurang baik,
bayi yang belum stabil, bayi dengan jumlah pemberian
oral belum adekuat, terindikasi untuk pemberian minum
melalui pipa naso/orogastrik
 Bila bayi sudah stabil dan dapat mengisap dan menelan
dengan baik, maka pemberian minum enteral dapat
dilakukan dengan menyusui langsung, memakai cangkir
dan botol.
d. Pemantauan kenaikan berat badan, panjang badan dan
lingkaran kepala bayi

0-3 bulan usia koreksi : 20 gram/hari


3-6 bulan usia koreksi : 15 gram/hari
6-9 bulan usia koreksi : 10 gram/hari
9-12 bulan usia koreksi : 6 gram/hari

Panjang badan : 1 cm/bulan


Lingkaran kepala : 0,5 cm/minggu

19

PEMBERIAN MINUM PADA BAYI RESIKO TINGGI DAN


BAYI PREMATUR

No. Dokumen No. Revisi Halaman :


MDGs/052/RSUD-PS/III/
2016 4/4

PROSEDUR Tabel panduan pemberian minum pada bayi premature


Usia gestaasi < 28 minggu Usia gestasi 28 minggu atau lebih
BB< 1000gram BB 1000-1800 gram

 Stabilisasi  Stabilisasi
 Pemberian minum enteral dimulai  Pemberian minum dalam 24
setelah 24 jam jam
 Diberikan ASI/ASi donor 10  ASI/ASI donor 10 ml/kg/hari
ml/kg/hari
 Naikkan 20 ml/kg/hari sampai  Naikkan 20-30ml/kg/hari
tercapai 180 ml/kg/hari sampai 180 ml/kg/hari

6. Tanda-tanda intoleransi asupan


asupan harus dihentikan bila:
 Residu lambung cairan empedu (kehijauan)
 Residu lambung lebih atau sama dengan 30% dari jumlah
pemberian atau lebih
 Peningkatan tiba-tiba lingkar perut >2 cm
 Muntah
 Feses berdarah atau heme positif
 Feses berair, perlunakan > 0,5 g

UNIT TERKAIT - Ruang Perinatalogi


- Ruang Bersalin

20

PEMBERIAN CAIRAN/NUTRISI PARENTERAL PADA BAYI


RISIKO TINGGI DAN BAYI PREMATUR

No. Dokumen NO. REVISI HALAMAN


MDGs/053/RSUD-PS/ -
III/2016 1/5

Ditetapkan Direktur
STANDAR Tanggal Terbit RSUD Dr. M. Zein Painan
PROSEDUR
OPERASIONAL 14 Maret 2016
Drg. H. Busril, MPH
NIP. 19740227 200212 1004
Pemberian cairan intravena/perenteral yang mengandung energy, asam
PENGERTIAN
amino, karbohidrat, lemak, vitamin dan mineral yang tidak dapat
diperoleh neonatus melalui rute oral maupun enteral untuk mencapai
pertumbuhan bayi yang optimal (Total Parenteral Nutrition/TPN)
Sebagai acuan dalam memberikan cairan parenteral pada bayi risiko
TUJUAN
tinggi dan bayi premature untuk mencegah malnutrisi rumah sakit (Extra
Uterine Growth Restriction)
Kebijakan Direktur RSUD Dr. Muhammad Zein Painan Nomor : 800/
KEBIJAKAN
/RSUD-2016 Tentang Pelayanan Rumah Sakit Sayang Ibu dan Bayi
RSUD Dr. Muhammad Zein Painan
1. Pemberian cairan parenteral diindikasikan pada:
PROSEDUR
a. BBLR <1800 gram atau bayi tidak bugar, bayi dengan
penyakit penyulit
b. Malformasi congenital saluran cerna seperti atresia esophagus,
atresia intestinal, penyakit saluran cerna yang didapat, NEC
(Necrotising Entero Colicans)
2. Pemberian cairan parenteral mulai diberikan dalam 24 jam pertama
(berhubungan dengan ibndeks skor perkembangan mental
3. Nutrisi parenteral diberikan sampai neonatus dapat menerima
pemberian nutrisi enteral secara penuh
4. Nutrisi parenteral dapat diberikan dengan cara all in one yang
mengandung semua komponen nutrient dalam satu sediaan seperti
karbohidrat, lipid, asam amino, vitamin, elektrolit dan mineral, atau
car terpisah yang mengandung masing-masing komponen.

21

PEMBERIAN CAIRAN/NUTRISI PERENTERAL PADA BAYI


RISIKO TINGGI DAN BAYI PREMATUR

No. Dokumen NO. REVISI HALAMAN


MDGs/053/RSUD- -
PS/III/2016 2/5
5. Jenis akses
a. Akses vena perifer : sesuai untuk aplikasi jangka pendek
PROSEDUR (kurang dari 2 minggu dan osmolaritas NP tidak melebihi 900
mOsm/L
b. Akses vena sentral : dapat digunakan pada formulasi NP dengan
osmolaritas tinggi atau terapi NP jangka panjang, termasuk di
dalamnya Peripheral Inserted Central venous Catheter (PICC),
Central Venous Catheter (CVC) dan kateter vena umbilical.
c. Line secara rutin diganti setiap 48 jam (PG) dan lemak (24 jam),
kecuali memakai Y connection, PG (96 jam) dm lemak (24 jam)
6. Peringatan dan kontraindikasi nutrisi parenteral
a. Syok
b. Gangguan cairan dan elektrolit berat
c. Gangguan asam basa berat
d. Pada keadaan infeksi berat, kecenderungan perdarahan,
hipertrigliserida dan hiperbiliribinemia indirect, dosis emulsi
lipid harus dikurangi
e. Pada neonatus dengan disfungsi hati dan ginjal berat, pemberian
asam amino spesifik harus dilakukan
7. Komplikasi nutrisi parenteral
a. Berhubungan dengan jalur vena sentral seperti sepsis dan
tromboemboli
b. Defisiensi atau kelebihan komponen nutrisi parenteral seperti
elektrolit, glukosa, vitamin dan mineral
c. Gangguan hepar seperti peningkatan enzim hepar dan kolestasis
d. Penyakit metabolic tulang dan gangguan pertumbuhan

22

PEMBERIAN CAIRAN/NUTRISI PERENTERAL PADA BAYI


RISIKO TINGGI DAN BAYI PREMATUR

No. Dokumen NO. REVISI HALAMAN


MDGs/053/RSUD- -
PS/III/2016 3/5

8. Jumlah dan tipe cairan yang diberikan (dikutip dari protap RSCM)
a. PG (protein-glucose)diracik di Rumah Sakit, elemen
PROSEDUR cairan dibuat dengan perbandingan tertentu, terdiri dari
cairan PG 1 dan PG 2, caiaran juga mengandung eletrolit
dan vitamin (vitamin yang larut dalam air dan lemak, di
Indonesia tersedia Cernevit dengan dosis 0,25 ml/kg/hari)
b. Lipid intra lipid 20%, 1 gram lipid setara dengan 5 ml
sediaan

BB 750 – 1800 gram

Hari Tipe Vol PG PG Lipid Lipid Dext GIR


ml/ gr/kg/ ml/ gr/kg/ ml/ 10%
kg/ hari kg/ hari kg/ ml/
hari hari hari kg/
hari
0 PG1 80 2,5 75 1 5 0 5,7
1 PG1 90 2,5 75 2 10 5 6
2 PG1 105 3 90 3 15 0 7
3 PG1/2 120 3,5 105 3 15 0 8
4 PG2 130 3,5 105 3 15 10 8,7
5 PG2 150 4 120 3 15 15 10
1 gr protein = 30 ml, dextrosity 11%

BB 1800- 2500 gram

Hari Tipe Vol PG PG Lipid Lipid Dext GIR


ml/ gr/kg/ ml/ gr/kg/ ml/ 10%
kg/ hari kg/ hari kg/ ml/
hari hari hari kg/
hari
0 PG1 60 1,5 45 1 5 10 4
1 PG1 80 2 60 2 10 10 5.3
2 PG1 80 2 60 2 10 10 5.3
3 PG1/2 100 3 90 2 10 0 6.9
4 PG2 120 3,5 105 3 15 0 8
5 PG2 150 4 120 3 15 15 10
1 gr protein = 30 ml, dextrosity 11% (hari 1 dextrosity 10%)

23

PEMBERIAN CAIRAN/NUTRISI PERENTERAL PADA BAYI


RISIKO TINGGI DAN BAYI PREMATUR

No. Dokumen NO. REVISI HALAMAN


MDGs/053/RSUD- -
PS/III/2016 4/5

BB >2500 gram

PROSEDUR Hari Tipe Vol PG PG Lipid Lipid Dext GIR


ml/ gr/kg/ ml/ gr/kg/ ml/ 10%
kg/ hari kg/ hari kg/ ml/
hari hari hari kg/
hari
0 PG1 60 0 0 0 0 60 4.2
1 PG1 80 0 0 0 0 80 5
2 PG1 80 2 60 2 10 10 5.3
3 PG1/2 100 3 90 2 10 0 6.9
4 PG2 120 3 90 3 15 15 8
5 PG2 150 3 90 3 15 45 10
1 gr protein = 30 ml, dextrosity 11% (dextrosity 10% pada hari 1 dan 2)

Tabel pencampuran cairan PG

Nama zat PG 1 PG 2
1 gram = 30 ml 1 gram = 30 ml
Asam amino 6% 17 17
Dextrose 40% 7.1 7.8
Dextrose 10% 4.1 1.4
KCL 0.3 0.3
Ca Glukonas 10% 1.2 1.2
MgSO4 40% 0.3 0.3
NS 3% 2 2

Tabel perhitungan praktis cairan dextrose ( per 100 ml )

Konsentrasi dext Dext 40% (ml) Dext 10% (ml)


(%)

12,5 8 92
15 17 83
17,5 25 75
20 33 67
22,5 42 58
25 50 50

24

PEMBERIAN CAIRAN/NUTRISI PERENTERAL PADA BAYI


RISIKO TINGGI DAN BAYI PREMATUR

No. Dokumen NO. REVISI HALAMAN


MDGs/053/RSUD- -
PS/III/2016 5/5
9. Pembuatan Nutrisi Parenteral
a. Penyiapan larutan nutrisi oleh farmasi yang diberikan secara
PROSEDUR parenteral (IV) dengan menggunakan teknik aseptik yang tepat
dan berkualitas
b. Teknik aseptic dapat menjamin ketepatan sediaan steril yang
dibuat dan bebas kontaminasi
c. Prinsip penyiapan nutrisi pareteral : Ruang bersih, steril, bebas
partikel, dibuat dalam Laminar Air Flow ( kalau ada ), Aseptis
d. Dalam proses penyiapan TPN, semua permukaan kerja disterilkan
dengan alkohol 70%
10. Penyimpanan TPN
a. Suhu 2-6 derajat celcius
b. Jangan disimpan pada suhu kamar lebih dari 24 jam
c. Ambil 4-6 jam dari lemari es sebelum pemberian TPN dan biarkan
di suhu kamar
d. Line TPN hendaknya ditandai untuk membedakan dengan line
obat
11. Pembuatan TPN Untuk RS yang tidak mermpunyai fasilitas ruang
penyiapan cairan nutrisi parenteral (teramsuk RSUD M. Zein saat
ini )
a. Pilihlah lokasi yang tidak banyak lalulintas orang / barang
b. Buatlah sirkulasi udara yang baik dalam ruangan
c. Sediakan alat perlindungan diri sesuai persyaratan
d. Kebersihan ruang penyiapan obat / cairan perenteral
e. Sediakan ruang kerja yang mudah dibersihkan dan didesinfektan

U UNIT TERKAIT - Ruang Perinatalogi


- Ruang Bersalin
- Farmasi
- IGD

25

SOP BAYI LAHIR


KECIL MASA KEHAMILAN (KMK)

No. Dokumen No. Revisi Halaman :


MDGs/053/RSUD-PS/ 1/1
III/2016
Ditetapkan
STANDAR Tanggal Terbit Direktur RSUD Dr. Muhammad Zein
PROSEDUR Painan
OPERASIONAL 14 Maret 2016
drg. H. Busril, MPH
NIP. 19740227 200212 1 004
Bayi yang lahir dengan berat badan kecil dari usia kehamilan
PENGERTIAN berdasarkan kurva lubcenscho
Memberikan pelayanan yang optimal pada bayi yang lahir kecil masa
TUJUAN kehamilan agar tidak berisiko gangguan pertumbuhan dan
perkembangan
Kebijakan Direktur RSUD Dr. Muhammad Zein Painan Nomor : 800/ /
KEBIJAKAN RSUD-2016 Tentang Pelayanan Rumah Sakit Sayang Ibu dan Bayi
RSUD Dr. Muhammad Zein Painan
1. Menentukan usia sesuai Ballard score
PROSEDUR 2. Menentukan berat badan sesuai masa gestasi sesuai kriteria
Lubcenscho
3. Bayi KMK dilakukan perawatan Kangoroo Mother Care (KMC)
4. Bayi KMK harus diberi ASI segera
5. Bayi bermasalah ditatalaksana sesuai dengan kondisi bayi saat itu

- Ruang perinatalogi
UNIT TERKAIT
- Ruang kebidanan
- IGD

26

PENANGANAN HIPOGLIKEMI PADA BAYI

No. Dokumen No. Revisi Halaman :


MDGs/054/RSUD-PS/
III/2016 1/2

Ditetapkan
STANDAR Tanggal Terbit Direktur RSUD Dr. Muhammad Zein
PROSEDUR Painan
OPERASIONAL 14 Maret 2016
drg. H. Busril, MPH
NIP. 19740227 200212 1 004
Hipoglikemi pada bayi baru lahir adalah keadaan dimana kadar gula
PENGERTIAN darah ≤ 50 mg/dl sebagian kepustakaan menyebutkan < 47 mg/dl
1. Mengatasi keadaan hipoglikemi dengan benar
TUJUAN
2. Mencegah komplikasi yang ditimbulkan akibat hipoglikemi
Kebijakan Direktur RSUD Dr. Muhammad Zein Painan Nomor : 800/
KEBIJAKAN / RSUD-2016 Tentang Pelayanan Rumah Sakit Sayang Ibu dan Bayi
RSUD Dr. Muhammad Zein Painan

PROEDURSC 1. Kadar gula darah kurang dari 25 mg/dl atau dengan gejala
 Pasang jalur intravena, berikan bolus dextrose 10 % 2-4
ml/kgBB selama 5 menit
 Bila GD 36-<47 mg/dl 2 kali berturut-turut, berikan
infuse dextrose 10% minimal 60 ml/kgBB/hari sampai
mencapai GIR 6-8 ml/kg/mnt sebagai tambahan asupan
per oral (jika mungkin oral)
 Ukur kadar gula darah 30 menit-1 jam kemudian, bila
GD<47 mg/dl, naikkan konsentrasi glukosa dengan
meningkatkan volume cairan sampai maksimal 100
ml/kgBB/hari (hari pertama) dan selanjut nya setiap 2
jam ,4 jam ,8 jam,12 jam,24 jam
 Bila pada pengukuran GD didapatkan hasil >47 setelah
24 jam terapi infuse glukosa GIR dapat diturunkan
bertahap 2 mg/kg/mnt setiap 6 jam , periksa GD setiap
6 jam dan tingkatkan asupan peroral

PENANGANAN HIPOGLIKEMI PADA BAYI

No. Dokumen NO. REVISI HALAMAN


MDGs/053/RSUD- -
PS/III/2016 2/2

2. Jika kadar glucosa 25-47mg/dl dan terdapat klinis hipoglikemi,


PROSEDUR diberikan bolus dextrose 10% 2 – 4 ml/kgBB. Berikan IVFD
dengan glucose index rate 6 – 8 mg/kgBB/menit.

Pemeriksaan glukosa darah tiap jam sampai dengan kadar gula


darah > 47 mg/dl. Setelah GDR normal (> 47 mg/dl) lakukan
pemeriksaan GDR dengan interval waktu 2 jam, 4 jam, 8 jam,
12 jam, dan 24 jam.
Jika pada point 2 pemeriksaan awal menunjukkan GD 25-47
mg/dl tapi tidak ditemukan gejala klinis, berikan nutrisi
oral/enteral segera ASI atau PASI maksimal 100 ml/kg/hari (hari
pertama) bila tidak ada kontraindikasi per oral. Ulang periksa GD
1 jam, (A)bila hasil GD<36 mg/dl, berikan koreksi secra bolus
Dextrose 10% 2 cc/kgBB dan pasang infuse Dextrose 10% 60
ml/kgBB (hari pertama) sampai mencapai GIR 6-8 mg/kg/mnt,
ulang periksa GD 30 menit-1 jam kemudian, langkah selanjutnya
sama dengan kelanjutan kondisi 1di atas (GD<47 mg/dl dan
seterusnya), (B) bila GD 36- <47 mg/dl berikan ASI atau PASi
yang dilarutkan dengan dextrose 5%, ulang periksa GD dalam 1
jam, bila ditemukan 2 kali berturut-turut Gd 36-<47 mg/dl, berikan
infuse dextrose 10% sebagai tambahan asuoan peroral.
3. Pada konisi 1 dan 2, jiak selanjutnya GD>47 mg/dl, ulang GD tiap
p2-4 jam, 15 menit sebelum jadwal minum berikut, sampai 2 kali
berturut-turut normal, selanjutnya setiap 6 jam sampai dengan 24
jam.
4. Jika kemampuan menyusu bayi membaik, turunkan kecepatan
infus bertahap, jangan dihentikan secara mendadak.

U UNIT TERKAIT - Ruang Perinatalogi


- Ruang kebidanan
- IGD

28

SOP BERAT BADAN LAHIR BESAR


(BBLB) ATAU BESAR UNTUK MASA KEHAMILAN (BMK)

No. Dokumen No. Revisi Halaman :


MDGs/055/RSUD-PS/ 1/1
III/2016
Ditetapkan
STANDAR Tanggal Terbit Direktur RSUD Dr. Muhammad Zein
PROSEDUR Painan
OPERASIONAL 14 Maret 2016

drg. H. Busril, MPH


NIP. 19740227 200212 1 004
Bayi lahir dengan berat badan lebih atau sama dengan 4000 gram atau
PENGERTIAN berat badan bayi besar dibandingkan usia kehamilan berdasarkan grafik
lubchenco
Memberikan perawatan pada bayi baru lahir dengan berat lahir besar,
TUJUAN memberikan rasa aman dan nyaman untuk menghindari terjadinya
komplikasi.
Kebijakan Direktur RSUD Dr. Muhammad Zein Painan Nomor : 800/ /
KEBIJAKAN RSUD-2016 Tentang Pelayanan Rumah Sakit Sayang Ibu dan Bayi
RSUD Dr. Muhammad Zein Painan
1. Melakukan penimbangan berat badan.
PROSEDUR 2. Identifikasi ibu dengan Diabetes Melitus (DM)/ tidak.
3. Melakuan penilaian usia kehamilan menggunakan Ballard
Score.
4. Melakukan penilaian Berat badan sesuai usia kehamilan dengan
kriteria Lubcenscho.
5. Melakukan perawatan bayi di Perinatologi level II.
6. Pemeriksaan Gula darah serial 3x24 jam.
7. Pemberian ASI segera.
8. Jika ibu DM, lakukan pemeriksaan Gula Darah serial pada
bayi.
9. Rawat gabung setelah 3x24 jam gula darah stabil.
10. Bila bayi BBLB bermasalah tatalaksana sesuai dengan masalah
yang ditemukan saat itu .
- Ruang perinatalogi
UNIT TERKAIT
- Ruang kebidanan
- IGD

29

PENANGANAN BAYI DARI IBU DIABETES MELLITUS

No. Dokumen No. Revisi Halaman :


MDGs/056/RSUD-PS/ 1/1
III/2016
Ditetapkan
STANDAR Tanggal Terbit Direktur RSUD Dr. Muhammad Zein Painan
PROSEDUR
OPERASIONAL 14 Maret 2016
drg. H. Busril, MPH
NIP. 19740227 200212 1 004
Bayi baru lahir dan ibu yang menderita Diabetes Mellitus
PENGERTIAN
Mengetahui masalah yang timbul pada bayi oleh karena ibu menderita
TUJUAN penyakit Diabetes Millitus
Kebijakan Direktur RSUD Dr. Muhammad Zein Painan Nomor : 800/ /
KEBIJAKAN RSUD-2016 Tentang Pelayanan Rumah Sakit Sayang Ibu dan Bayi
RSUD Dr. Muhammad Zein Painan
1. Ajurkan ibu untuk menyusui secara dinidan lebih sering, paling
PROSEDUR tidak 8 kali sehari, siang dan malam
2. Bila bayi berumur kurang dari 3 hari, amati sampai umur 3 hari
 Periksa kadar glukosa pda :
- Saat bayi datang atau segera setelah lahir
- Bila hasil gula darah random (GDR) normal, lakukan
pemeriksaan GDR 2 kali sehari selama 2 hari
- Bila kadar glukosa ≤ 45 mg/dl atau bayi menunjukan tanda
hipoglikemi (tremor atau letargi), tangani untuk
hipoglikemi
- Periksa kadar calcium serum saat neonatus berumur 3 hari
- Bila bayi berumur 3 hari atau lebih dari tidak menunjukan
tanda-tanda penyakit, bayi tidak perlu pengamatan. Bila
bayi dapat minum baik dan tidak ada masalah lain yang
memerlukan perawatan di rumah sakit, bayi dapat
dipulangkan
- Ruang bersalin
UNIT TERKAIT
- Ruang perinatologi
- IGD

30

PENANGANAN NEONATUS RISIKO TINGGI SEPSIS

No. Dokumen NO. REVISI HALAMAN


MDGs/057/RSUD-PS/ -
III/2016 1/3

Ditetapkan Direktur
STANDAR Tanggal Terbit RSUD Dr. M. Zein Painan
PROSEDUR
OPERASIONAL 14 Maret 2016
Drg. H. Busril, MPH
NIP. 19740227 200212 1004
PENGERTIAN Sepsis adalah suatu sindroma klinis yang disebabkan oleh bakteriemi
dan ditandai dengan gejala sistematik. Sepsis dibagi menjadi 2, yaitu :
1. Sepsis awitan dini adalah sepsis yang timbul dalam 72 jampertama
kehidupan. Hal ini dapat terjadi akibat :
- Penularan transplasenta (antepartum).
- Infeksi asenderen dari kuman vagina (seperti partus lama).
- Penularan saat bayi melalui jalan lahir.
2. Sepsis awitan lanjut adalah sepsis yang timbul setelah umur 72 jam,
dapat disebabkan oleh infeksi nosokomial yang terjadi akibat :
- Tindakan manipulasi (intubasi, infus, kateterisasi dan lain-lain)
- Defek kongenital (omfalokel, meningokel, dll).
Sebagai acuan dalam penanganan neonatus dengan sepsis dan mengurangi
TUJUAN
penularan infeksi, sehingga menurunkan angka kematian perinatal.
Kebijakan Direktur RSUD Dr. Muhammad Zein Painan Nomor :
KEBIJAKAN
800/ /RSUD-2016 Tentang Pelayanan Rumah Sakit Sayang Ibu dan
Bayi RSUD Dr. Muhammad Zein Painan

PROSEDUR 1. Rawat bayi dalam ruang isolasi.


2. Cuci tangan sebelum dan setelah memeriksa bayi / melakukan tindakan.
3. Lepaskan semua perhiasan di tangan sebelum memeriksa / melakukan
tindakan.
4. Pakai pakaian khusus ruang isolasi.
5. Perhatikan pengaturan suhu ruang isolasi.

31

PENANGANAN NEONATUS RISIKO TINGGI SEPSIS

No. Dokumen No. Revisi Halaman :


MDGs/057/RSUD-PS/
III/2016 2/3
PROSEDUR 6. Bila didapatkan neonatus dengan gejala klinis sindrom gawat nafas
diberikan terapi O2 / CPAP dan rawat sebagai pasien Distress nafas.
7. Pasang IVFD dan perhatikan kebutuhan cairan dan elektrolit dan
nutrisi
8. Pemeriksaan darah rutin, kultur darah (kalau ada)
9. Untuk kasus kecurigaan infeksi sejak awal, segera berikan
Pengobatan antibiotika secara intravena sebagai berikut :
Lini 1 :
 Ampicillin dosis 50mg/kgbb (interval 12 jam)
 Gentamisin
BB<1200 gr Interval pemberian
Usia ≤ 7hari : 48 jam
Usia 8-30 hari : 36 jam
Usia>30 hari : 24 jam

BB≥ 1200 gr Interval pemberian


Usia ≤ 7 hari : 36 jam
Usia> 7 hari : 24 jam

Lini 2
 Cefotaxime (50 mg/kg bb/dosis) dengan interval :
Usia gestasi < 30 ≤ 28 hari 12 jam
mgg >28 hari 8 jam

Usia gestasi ≤ 14 hari 12 jam


≥ 30 mgg >14 hari 8 jam

 Amikasin (7,5 mg/kgbb/dosis) dengan interval:


Usia koreksi < 28 mgg : 36 jam
Usia koreksi 29-29 mgg : 24 jam
Usia koreksi 30-35 mgg : 18 jam
Usia koreksi > 36 mgg : 12 jam

32

PENANGANAN NEONATUS RISIKO TINGGI SEPSIS

No. Dokumen No. Revisi Halaman :


MDGs/057/RSUD-PS/
III/2016 3/3
PROSEDUR Lini 3
 Meropenem (20-40 mg/kg/dosis) dengan interval
Usia ≤ 7 hari : 12 jam
Usia > 7 hari : 8 jam
10. Pada kasus sepsis/infeksi berat atau diduga disebabkan oleh
kuman Gram negative, dapat diberikan Metronidazole sebagai
terapi kombinasi.
11. Terapi sepsis yang paling ideal`adalah memberikan antibiotik
berdasarkan hasil kultur kuman yang ditemukan, namun bila di
suatu institusi tidak memiliki fasilitas pemeriksaan
mikrobiologi kultur kuman, maka terapi dapat dimulai secara
empiris berdasarkan regimen di atas.

UNIT TERKAIT - Ruang Perinatalogi


- Ruang Bersalin

33

TRAUMA (CEDERA) LAHIR : CAPUT SUKSEDANEUM

No. Dokumen No. Revisi Halaman :


MDGs/058/RSUD-PS/ 1/1
III/2016
Ditetapkan
Tanggal Terbit Direktur RSUD Dr. Muhammad Zein Painan
14 Maret 2016
drg. H. Busril, MPH
STANDAR NIP. 19740227 200212 1 004
PROSEDUR
OPERASIONAL

PENGERTIAN Edema yang tidak berbatas di bagian kulit kepala yang paling
dahulu keluar dalam persalinan vertex
Pembengkakan lunak yang melebar melewati garis sutura
PRESENTASI
(eksternal dari periosteum)
KLINIS
Kebijakan Direktur RSUD Dr. Muhammad Zein Painan Nomor :
KEBIJAKAN 800/ / RSUD-2016 Tentang Pelayanan Rumah Sakit Sayang Ibu
dan Bayi RSUD Dr. Muhammad Zein Painan

1. Biasanya tidak diperlukan perawatan dan kondisi ini hilang


PROSEDUR
sendir dalam waktu beberapa hari
2. Lakukan pemantauan setiap hari selama di rumah sakit

- Ruang bersalin
UNIT TERKAIT
- Ruang perinatologi
- IGD

34

INFEKSI TETANUS NEONATORUM

NO. DOKUMEN NO. REVISI HALAMAN


MDGs/059/RSUD-PS/ -
III/2016 1/4

Ditetapkan Direktur
STANDAR Tanggal Terbit RSUD Dr. M. Zein Painan
PROSEDUR
OPERASIONAL 14 Maret 2016
Drg. H. Busril, MPH
NIP. 19740227 200212 1004
Infeksi tetanus adalah penyakit yang diderita oleh bayi baru lahir
PENGERTIAN
(neonatus) yang disebabkan oleh infeksi selama masa neonatan, yang
antara lain disebabkan pemotongan tali pusat atau perawatan tidak asektif.
Untuk mengetahui dan mencegah bayi yang terkena infeksi tetanus.
TUJUAN
Kebijakan Direktur RSUD Dr. Muhammad Zein Painan Nomor :
KEBIJAKAN
800/ /RSUD-2016 Tentang Pelayanan Rumah Sakit Sayang Ibu dan
Bayi RSUD Dr. Muhammad Zein Painan
1.Kenali gejala dan tanda dengan segera, seperti:
PROSEDUR
a. Bayi yang semula dapat menyusui menjadi sulit menyusui karena
kejang otot rahang dan faring (tenggorokan)

b. Leher kaku diikuti spasme umum Dinding abdomen keras


c. Mulut mencucu seperti mulut ikan
d. Kejang terutama apabila terkena rangsang cahaya, suara atau
sentuhan
e. Kadang kadang disertai sesak nafas dan wajah bayi membiru,
sering timbul komplikasi terutama bronkopneumonia, asfiksia,
dan sianosis akibat obstruksi jalan nafas oleh lendir atau sekret
dan sepsis

35

INFEKSI TETANUS NEONATORUM

NO. DOKUMEN NO. REVISI HALAMAN


MDGs/059/RSUD- -
PS/III/2016 2/4

2. Penanganan/tatalaksana
PROSEDUR
a. Eradikasi kuman
Tali pusat sebagai tempat utama masuknya kuman dibersihkan
dengan alcohol 70% atau povidon iodine. Antiotik lini pertama yang
dipakai untuk eradikasi kuman adalah penicillin prokain dengan
dosis 50.000 -100.000 Unit/kgBB/hari IM, single dose, selama 10-14
hari atau Bensil Penicillin G 100.000 U/kgBB iv dosis tunggal
selama 10 hari. Antibiotika lini kedua adalah Ceforaxime 50
mg/kgBB/kali, 2 kali sehari
b. Menetralisir toksin yang beredar
Bila tersedia, berikan human tetanus immune globin 500 Unit IM
atau tetanus antitoksin 5000 Unit IM atau dengan anti tetanus serum
(ATS) 10.000 unit IM selama 2 hari berturut-turut.
Selain itu berikan Tetanus toksoid 0,5 ml IM pada tempat yang
berbeda dengan tempat pemberian antitoksin
c. Memberikan pelemas otot untuk mengatasi spasme
Berikan diazepam dengan dosis 20-40 mg/kgBB/hari drip, dilarutkan
dalam larutan dext 5%, menggunakan syringe pump. Larutan harus
dibuat kembali setiap 4 jam untuk mencegah terjadinya endapan.
Hati-hati dengan efek samping diazepam berupa depresi nafas,
sehingga perlu diantisipasi dengan ventilator. Bila diazepam sudah
mencapai dosis maksimal, tapi spasme belum teratasi, dianjurkan
pemberian pelumpuh otot pankuronium dosis 0,005-0,1
mg/kgBB/kali dan penggunaan ventilasi mekanik.

36

INFEKSI TETANUS NEONATORUM

NO. DOKUMEN NO. REVISI HALAMAN


MDGs/059/RSUD- -
PS/III/2016 3/4
Bila rumah sakit tidak punya fasilitas NICU/ventilator mekanik,
pemberian diazepam dihentikan bila frekuensi nafas <30 x/menit,
PROSEDUR meskipun bayi masih mengalami spasme.
d. Terapi suportif berupa oksigenasi, pembersihan jalan nafas,
keseimbangan cairan, elektrolit dan kalori
e. Imunisasi tetanus toksoid sesuai dengan jadwal imunisasi diberikan
saat penderita pulang
f. Berikan ibunya imunisasi tetanus toksoid 0,5 ml (untuk melindungi
ibu dan bayi yang dikandung berikutnya) dan minta datang kembali
satu bulan kemudian untuk pemberian dosis kedua
3. Hal penting lain yang harus diperhatikan
a. Mencari tempat masuknya spora tetanus, umumnya ditali pusat atau
telinga
b. Penderita atau bayi ditempatkan dikamar yang tenang dengan sedikit
sinar mengingat penderita/bayi peka akan suara dan cahaya yang
dapat merangsang kejang (rawat di ruang isolasi)
4. Perhatikan faktor risiko yang mungkin ada :
a. Faktor risiko pencemaran lingkungan
b. Faktor alat pemotongan tali pusat
c. Faktor cara perawatan tali pusat
d. Faktor kebersihan tempat pelayanan persalinan
e. Faktor kekebalan ibu hamil
5. Pencegahan
a. Pemberian imunisasi tetabus toksoid pada ibu hamil
b. Peningkatan pelayanan antenatal dan pertolongan persalinan “tiga
bersih”m(bersih tangan penolong persalinan, bersih alat pemotong
tali pusat , bersih alas tempat bersalin)
c. Perawatan tali pusat yang benar

- Perinatologi
UNIT TERKAIT
- Kebidanan
- IGD

37

RESUSITASI BAYI BARU LAHIR

NO. DOKUMEN NO. REVISI HALAMAN


MDGs/060/RSUD-PS/ -
III/2016 1/5

Ditetapkan Direktur
STANDAR Tanggal Terbit RSUD Dr. M. Zein Painan
PROSEDUR
OPERASIONAL 14 Maret 2016
Drg. H. Busril, MPH
NIP. 19740227 200212 1004
Merupakan tindakan memberikan bantuan hidupp dasar pada bayi baru
PENGERTIAN
lahir
1. Mengurangi resiko kematian pada bayi baru lahir
TUJUAN
2. Mencegah terjadinya restardasi mental (gangguan sistem syaraf
pusat) dan kelainan jantung akibat asfiksia .
Kebijakan Direktur RSUD Dr. Muhammad Zein Painan Nomor :
KEBIJAKAN
800/ /RSUD-2016 Tentang Pelayanan Rumah Sakit Sayang Ibu dan
Bayi RSUD Dr. Muhammad Zein Painan
Pesiapan Peralatan :
PROSEDUR
1. Perlengkapan penghisap
 Bulb syringe
 Penghisap mekanik dari pipa/saluran
 Kateter penghisap 5F, 6F, 8F, 10F, atau 12F atau slam sackerr
 Pipa lambung 8F dan spuit 20 ml
 Penghisap mekonium ( meconium aspirator) 3,5 F: 5 F
2. Peralatan balon dan sungkup serta alat dukungan respirasi
 Balon resusitasi neonatus (BMS dan BTMS) dengan katup pelepas
tekanan atau manometer (Balon harus dapat memberikan oksigen
90% - 100%, untuk bayi premature, lengkapi alat dengan PEEP
valve
 T-piecerescucitator (lebih baik alat ini tersedia), nasal prong
 Sungkup ukuran bayi aterm dan prematur (dianjurkan yang
memiliki bantalan pada pinggirannya)
 Sumber oksigen dengan pengatur aliran/flowmeter (ukuran
hingga10 lpm
 Sumber udara tekan (medical air)/air compressor
 Oksimeter nadi dengan sensor (probe) sesuai untuk neonatus

38

RESUSITASI BAYI BARU LAHIR

NO. DOKUMEN NO. REVISI HALAMAN


MDGs/060/RSUD- -
PS/III/2016 2/5

3. Peralatan intubasi
PROSEDUR  Laringoskop dengan daun lurus no 0 (bayi prematur) dan no 1 (bayi
aterm), No. 00 (bayi sangat premature)
 Lampu dan baterai cadangan laringoskop
 Pipa endotrakeal no 2,5; 3,0; 3,5; 4,0 mm diameter internal
 Stilet/mandrin
 Gunting
 Plester
 Kapas Alkohol
 Alat pendeteksi CO2 dan sungkup larings (bila tersedia)
 Sungkup Laring (bila tersedia

4. Obat-obatan dan peralatan iv line


 Nacl 0,9%, Dext 10%, iv catheter, umbilical catheter no 3,5; 5
 Epinefrin yang sudah diencerkan (0,1 cc epinefrin dijadikan 1 cc
dengan Nacl 0,9%)
 Set umbilical

5. Langkah resusitasi  sebelum memulai langkah resusitasi (sebelum


bayi lahir), pastikan semua alat, bahan dan obat-obatan tersedia dan
pastikan alat berfungsi baik. Semua tindakan terhadap bayi, dilakukan di
bawah Radiant/Infant Warmer untuk mencegah dan mengatasi
hipotermi. Khusus untuk bayi premature <1500 gram, gunakan plastic
tranparan (sebaiknya steril) untuk mencegah hipotermi dan suhu ruangan
bersalin harus 25-26ºC.

Dalam beberapa detik setelah bayi lahir, 4 pertanyaan harus segera di


jawab/ditentukan :
 Apakah bayi cukup bulan?
 Apakah ketuban jernih, tidak ada mekonium atau tanda-tanda
infeksi?
 Apakah bayi bernafas baik atau menangis?
 Apakah tonus ototnya baik?

39

RESUSITASI BAYI BARU LAHIR

NO. DOKUMEN NO. REVISI HALAMAN


MDGs/060/RSUD- -
PS/III/2016 3/5
A. Bila jawabannya “ya” segera keringkan, hangatkan, selanjutnya
lakukan perawatan rutin, ikat tali pusat, pasangkan topi, berikan
tetes/salep mata, injeksi vitamin K1 dan lakukan Inisiasi Menyusui
PROSEDUR
Dini (IMD) bila ibu dan bayi stabil.
B. Bila jawabannya “tidak” segera lakukan pengeringan, hangatkan ,
bersihkan jalan nafas, rangsang. Nilai segera frekuensi denyut
jantung (HR), bila HR < 100x/menit (hitung dalam 6 detik, hasilnya
dikalikan 10), atau nafas megan-megap atau apnea, berikan VTP 40-
60 kali/menit dengan tekanan inspirasi 20 cmH 2O dengan udara
kamar (konsentrasi oksigen 21%, untuk bayi sangat premature <29
minggu, konsentrasi oksigen 40%) dan monitor saturasi O2. Bila
HR> 100x/menit, tidak megap-megap atau tidak apnea, namun bayi
terlihat`sulit bernafas atau sianosis menetap, bersihkan jalan nafas,
monitor saturasi O2, pertimbangkan pemberian CPAP (tindakan
memulai VTP atau pemakaian CPAP sudah harus mulai dilakukan
dalam 30 detik pertama, selama 30 detik, evaluasi ulang. Bila bayi
stabil setelah tindakan ini, lakukan perawatan pasca resusitasi.
C. Bila sudah dilakukan VTP selama 30 detik dan dalam evaluasi
didapatkan HR tetap < 100x/menit (pastikan ada gerakan dinding
dada saat VTP), lakukan langkah koreksi ventilasi (apakah ada
kebocoran sirkuit, posisi sungkup atau prong yang tidak tepat, atau
posisi kepala bayi terlalu ekstensi atau fleksi, atau ada lendir yang
menyumbat saluran nafas
D. Bila koreksi ventilasi sudah dilakukan, HR <60x/menit, lakukan
kompresi dada (penekanan pada 1/3 bawah tulang dada, terletak
antara tulang Xypoid dan garis khayal yang menghubungkan kedua
putting susu. Kedalaman kompresi dada adalah kira-kira 1/3
diameter anteroposterior dada) koordinasikan dengan VTP (3:1)
dengan hitungan Satu-Dua-Tiga-Pompa-Satu-Dua-Tiga-Pompa dan
seterusnya (jangan pompa saat hitungan tiga). Saat kompresi dada
dilakukan, naikkan konsentrasi oksigen sampai 100%. Ketika
tindakan kompresi dada dan VTP dilakukan, VTP diberikan hanya
30x/menit, untuk memberikan kesempatan kompresi dada yang
adekuat. Pertimbangkan intubasi.

40

RESUSITASI BAYI BARU LAHIR

NO. DOKUMEN No. Revisi Halaman :


MDGs/060/RSUD-PS/
III/2016 4/5

PROSEDUR  Bila HR<60 x/menit, lakukan langkah koreksi ventilasi,


segera intubasi bila dada tidak mengembang dan berikan
epinefrin IV (dosis 0,1-0,3 ml/kgBB epinefrin 1:10.000/sudah
diencerkan dengan Nacl 0,9%, sediaan epinefrin 1:1000).
 Nilai sirkulasi dengan menekan lembut telapak kaki bayi, bila
pengisian kapiler kembali lambat (>3 detik), berikan resusitasi
cairan Nacl 0.9% 20 cc/kgBB dlam 15 menit
 Setelah HR >60x/menit dan oksimeter nadi menunjukkan
hasil yang dapat dipercaya, sesuiakan konsentrasi oksigen
dengan kisaran target saturasi (lihat point no 6)
 Waspadai kemungkinan terjadinya pneumothorax, bila
saturasi dan usaha nafas tidak membaik.

6. Target saturasi pra duktus setelah lahir


1 menit : 60-70%
2 menit : 65-70%
3 menit : 70-75%
4 menit : 75-80%
5 menit : 80-85%
10 menit : 85-95%

 Bila bayi membutuhkan tindakan lebih lanjut, pindahkan ke


ruang rawat intensif setelah STABLE (tidak hipoglikemia,
suhu normal, nafas stabil meski dengan CPAP atau ventilasi
mekanik/manual (terintubasi), sirkulasi baik dan dukungan
emosional pada orangtua dengan memberi informasi yang
jelas). Tranport bayi dilakukan tetap dengan kondisi hangat
(incubator transport).
 Setiap bayi baru lahir, baik dengan tindakan resusitasi aktif,
maupun bayi stabil, serah terimakan dengan petugas ruangan
secara lengkap dengan dimengerti. Khusus bayi stabil, serah
terima dilakukan setelah IMD, bayi dapat ditransport bersama
ibunya.

41

RESUSITASI BAYI BARU LAHIR

NO. DOKUMEN No. Revisi Halaman :


MDGs/060/RSUD-PS/
III/2016 5/5

1. IGD
UNIT TERKAIT 2. Perinatologi
3. Kebidanan
4. Kamar Operasi

42

PONEK 24 JAM RSUD Dr. MUHAMMAD ZEIN PAINAN

NO. DOKUMEN NO. REVISI HALAMAN


MDGs/061/RSUD-PS/ -
III/2016 1/2

Ditetapkan Direktur
STANDAR Tanggal Terbit RSUD Dr. M. Zein Painan
PROSEDUR
OPERASIONAL 14 Maret 2016
Drg. H. Busril, MPH
NIP. 19740227 200212 1004
RS PONEK 24 JAM adalah rumah sakit yang menyelenggarakan
PENGERTIAN
pelayanan kedaruratan maternal dan neonatal secara komprehensif dan
terintegrasi 24 jam
Menerapkan mutu pelayanan KIA di seluruh wilayah dalam rangka
TUJUAN
penurunan angka kematian ibu dan perinatal di RSUD Dr. Muhammad
Zein Painan
Kebijakan Direktur RSUD Dr. Muhammad Zein Painan Nomor :
KEBIJAKAN
800/ /RSUD-2016 Tentang Pelayanan Rumah Sakit Sayang Ibu dan
Bayi RSUD Dr. Muhammad Zein Painan
Ponek di RSUD Dr. Muhammad Zein Painan
PROSEDUR
1. Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal Fisiologis
 Pelayanan Kehamilan
 Pelayanan Persalinan
 Pelayanan Nifas
 Asuhan Bayi Baru Lahir (Level 1)
 Imunisasi dan stimulasi, deteksi, intervensi dini tumbuh kembang
(SDIDTK)
2. Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal dengan Resiko Tinggi
 Masa antenatal
 Masa Intranatal
 Masa Post Natal
3. PelayananKesehatan Neonatal
 Hiperbilirubinemi
 Asfiksia
 Trauma Kelahiran

43

PONEK 24 JAM RSUD Dr. MUHAMMAD ZEIN PAINAN

NO. DOKUMEN No. Revisi Halaman :


MDGs/061/RSUD-PS/
III/2016 2/2

 Hipoglikemi
PROSEDUR  Kejang
 Sepsis Neonatal
 Gangguan Keseimbangan Cairan dan Elektrolit
 Gangguan Pernafasan
 Kelainan Jantung
 Gangguan Pendarahan
 Renjatan (shock)
 Aspirasi Mekonium
 Koma
 Inisiasi Menyusui Dini
 Perawatan Metode Kanguru
 Resusitasi Neonatus
 Penyakit Membran Hyalin
 Pemberian minum pada bayi resiko tinggi
 Pelayanan Ginekologis
 Kehamilan Ektopik
 Perdarahan uterus disfungsi
 Perdarahan Menoragia
 Kista Ovarium Akut
 Radang Pelvik Akut
 Abses Pelvek
 Infeksi Saluran Genitalia
 HIV-AIDS
4. Perawatan Khusus/High Care Unit dan Tranfusi Darah

1. IGD
UNIT TERKAIT 2. Perinatologi
3. Kebidanan
4. Kamar Operasi

44

BAYI BARU LAHIR DENGAN TRAUMA LAHIR

NO. DOKUMEN NO. REVISI HALAMAN


MDGs/062/RSUD-PS/ -
III/2016 1/5

Ditetapkan Direktur
STANDAR Tanggal Terbit RSUD Dr. M. Zein Painan
PROSEDUR
OPERASIONAL 14 Maret 2016
Drg. H. Busril, MPH
NIP. 19740227 200212 1004
Cedera lahir adalah cedera yang didapatkan saat persalinan, dan kelahiran.
PENGERTIAN
Faktor predisposisi adalah makrosomia, kelahiran kurang bulan,
disporposi kepala panggul, distosia, persalinan lama, presentasi abnormal,
perslainan dengan tindakan (vakum atau forcep), dan persalinan kembar.
Mengetahui jenis-jenis trauma persalinan, beserta pengertian, presentasi
TUJUAN
klinis dan tata laksana
Kebijakan Direktur RSUD Dr. Muhammad Zein Painan Nomor :
KEBIJAKAN
800/ /RSUD-2016 Tentang Pelayanan Rumah Sakit Sayang Ibu dan
Bayi RSUD Dr. Muhammad Zein Painan
Jenis-jenis trauma persalinan
PROSEDUR
1. Cedera kepala
a. Kaput suksedaneum adalah edema yang tidak berbatas tegas
dibagian kulit kepala yang paling dahulu keluar dalam persalinan
vertex.
 Presentasi klinis
Pembengkakan lunak yang melebar melewati garis sutura
(eksternal dari periosteum).
 Tatalaksana
Biasanya tidak perlu perawatan dan hilang dalam beberapa hari

b. Sefalhematoma adalah mengumpulnya darah pada subperiosteal


yang melapisi tulang kranial karena robeknya pembuluh darah
melewati periosteum tulang kepala yang diakibatkan oleh
persalinan lama atau sulit dan trauma mekanis yang disebabkan
oleh forcep atau vakum.

45

BAYI BARU LAHIR DENGAN TRAUMA LAHIR

NO. DOKUMEN No. Revisi Halaman :


MDGs/062/RSUD-PS/
III/2016 2/5
PROSEDUR  Presentasi klinis
- Perdarahan terbatas pada garis sutura
- Kulit kepala diatasnya tidak mengalami diskolorasi
- Pembengkakan mungkin timbul beberapa jam atau hari
setelah lahir
- Hilang setelah 2 minggu sampai 3 bulan
 Tata laksana
- aspirasi merupakan kontraindikasi (risiko infeksi)
- Transfusi darah dilakukan Tidak perlu perawatan jika
tanpa komplikasi
- Insisi atau jika berkembang menjadi anemia berat
- Hiperbilirubinemia yang signifikan mungkin
memerlukan terapi sinar atau bahkan transfusi tukar
tergantung kadar bilirubin

c. Perdarahan intrakranial adalah perdarahan yang meliputi


perdarahan epidural, subdural, atau subarachnoid, beserta parenkim
serebrum, serebelum, dan ventrikel.
 Presentasi klinis
- Presentasi tanpa gejala bisa terjadi hingga 50% kasus
- Tanda kehilangan darah antara lain syok, pucat, gawat
nafas, DIC dan ikterus
- Tanda disfungsi neurologis
- Fontanela anterior menonjol
- Hipotonia, lemah, kejang
- Suhu tidak stabil
- Apnea
- Pemeriksaan
- USG kepala
- CT-scan

46

BAYI BARU LAHIR DENGAN TRAUMA LAHIR

NO. DOKUMEN No. Revisi Halaman :


MDGs/062/RSUD-PS/
III/2016 3/5
PROSEDUR -
PT/APTT dan jumlah trombosit untuk menyingkirkan
kemungkinan penyakit koagulopati sebagai penyebab
 Tata laksana
- Vitamin K harus diberikan jika sudah diidentifikasi
adanya kegagalan koagulasi
- Pemberian albumin, plasma, dan darah perlahan-lahan
- Rawat kejang dan hiperbilirubinemia (jika ada)

2. Cedera leher dan bahu


a. Fraktur klavikula dalah fraktur disebabkan adanya manipulasi
yang berlebihan pada lengan dan bahu selama persalinan
dengan presentasi kepala atau sunsang
 Presentasi klinis
- Menurunnya gerakan lengan ipsilateral
- Nyeri saat pergerakan pasif
- Krepitasi klavikula
- Tidak adanya refleks moro pada bagian yang terkena
- Kalus bisa dipalpasi pada usia 7-10 hari
- Hasil x-ray memastikan diagnosis
 Tata laksana
Lengan dan bahu yang terkena tidak dimobilisasi selama
7-10 hari
b. Brakial palsi adalah kelumpuhan yang melibatkan otot bagian
atas ekstremitas setelah terjadinya trauma mekanis pada akar
spinal dari pleksus brakialis. Kelumpuhan erb merupakan
bentuk paling umum dari brakial palsi dan merupakan akibat
dari cedera akar servikal kelima dan keenam

47

BAYI BARU LAHIR DENGAN TRAUMA LAHIR

NO. DOKUMEN No. Revisi Halaman :


MDGs/062/RSUD-PS/
III/2016 4/5

 Presentasi klinis
PROSEDUR - Bayi yang terkena biasanya besar dan mengalami
asfiksia
- Lengan yang terkena biasanya mengalami aduksi, rotasi
internal, memanjang dibagian siku, pronasi lengan , dan
fleksi di bagian pergelangan tangan
 Tata laksana
- Imobilisasi parsial eksteremitas yang terkena selama 1-
2 minggu pada posisi yang berseberangan
- Masase lembut dan latihan pasif setelah 1-2 minggu dan
teruskan hingga 3 bulan
- Jika tidak ada peningkatan, rujuk ke dokter bedah untuk
mencari kemungkinan dilakukannya intervensi

c. Paralisis saraf frenikus merupakan paralisis yang dapat


mengakibatkan paralisis diafragma, jarang merupakan lesi
tersendiri dan biasanya bersifat unilateral.
 Presentasi klinis
- Gawat nafas
- Tidak ada pengembangan abdomen dengan inspirasi
pada sisi yang terkena
- Hasil radiologis: meningkatnya lengkungan diafragma
(seperti kubah)
 Tata laksana
Tidak ada yang spesifik untuk gawat nafas

d. Cedera intra abdomen adalah cedera yang bisa mengakibatkan


ruptur dan perdarahan subkapsular di hati, limpa, atau kelenjar
adrenal.

48

BAYI BARU LAHIR DENGAN TRAUMA LAHIR

NO. DOKUMEN No. Revisi Halaman :


MDGs/062/RSUD-PS/
III/2016 5/5

 Presentasi klinis
PROSEDUR - Riwayat persalinan yang sulit
- Manifestasi mendadak termasuk syok dan distensi
abdomen
- Gejala yang mengindikasikan awitan lanjut termasuk
ikterus, pucat, asupan minum yang buruk, takipnea, dan
takikardi
- Pemeriksaan: USG abdomen
 Tata laksana
Mungkin perlu laparotomi untuk kasus cedera hati atau limpa

- Perinatologi
UNIT TERKAIT - Kebidanan
- IGD

49

PERTUMBUBUHAN JANIN TERHAMBAT ( PJT )

NO. DOKUMEN NO. REVISI HALAMAN


MDGs/063/RSUD-PS/ -
III/2016 1/2

Ditetapkan Direktur
STANDAR Tanggal Terbit RSUD Dr. M. Zein Painan
PROSEDUR
OPERASIONAL 14 Maret 2016
Drg. H. Busril, MPH
NIP. 19740227 200212 1004
Pertumbahan Janin Terhambat adalah Suatu keadaan dimana terjadi
PENGERTIAN
gangguan nutrisi dan pertumbuhan janin yang mengakibatkan berat badan
lahir dibawah batasan ( dibawah 10 perentil dari kurva berat badan bayi
yang normal ) dari usia kehamilan. Pertumbuhan janin dipengaruhi oleh
faktor fetus, maternal dan plasenta.
Optimalisasi catch up tumbuh kembang bayi.
TUJUAN
Kebijakan Direktur RSUD Dr. Muhammad Zein Painan Nomor :
KEBIJAKAN
800/ /RSUD-2016 Tentang Pelayanan Rumah Sakit Sayang Ibu dan
Bayi RSUD Dr. Muhammad Zein Painan
POLA PJT
PROSEDUR
PJT Simetris
Lingkar kepala, panjang dan berat badan seluruhnya berkurangsecara
proporsional untuk usia kehamilan. Pjt simetris disebabkan oleh infeksi
kongenital atau kelainan genetik dan terjadi diawal kehamilan.

PJT Asimetris
Berat badan fetus lebih rendah secara tidak profesional terhadap panjang
dan lingkar kepala. Pertumbuhan otak biasanya terpisah. Pertumbuhan
otak terjadi dimasa kehamilan lanjut dan disebabkan oleh insufisiensi
uteroplasenta atau nutrisi ibu yang buruk.

TATALAKSANA PJT
Ruang Bersalin
 Persiapan untuk resusitasi dalam upaya mencegah HIE
( hipoksia iskemik ensepalopaty )

50

PERTUMBUBUHAN JANIN TERHAMBAT ( PJT )

NO. DOKUMEN No. Revisi Halaman :


MDGs/063/RSUD-PS/
III/2016 2/2

 Berikan lingkungan yang suhunya disesuaikan


PROSEDUR  Penilainan awal untuk usia kehamilan
 Nilai tanda – tanda dismorfik dan kelainan bawaan
 Periksa glukosa
Ruang Bayi
 Menyediakan lingkungan dengan melakukan kontak kulit
dengan kulit dan memeriksa suhu setiap 4 jam ( lebih sering
pada bayi kurang bulan )
 Bila mungkin, berikan ASI sedini mungkin ( ASI yang
diperah dapat diberikan melalui sonde )
 Memberikan asupan dini jika memungkinan tetapi jika tidak
mungkin maka berikan cairan intravena segera.
 Memeriksa intoleransi terhadap pemberian asupan ( resiko
necrotizing enterocolitis / NEC )
 Memeriksa HB dan mengobati Polisitemia
 Memeriksa glukosa setiap 4 jam pada hari pertama kemudian
setiap 8 – 12 jam jika stabil

TINDAK LANJUT JANGKA PANJANG


 Nutrisi yang memadai dengan rujukan kepada konselor ASI
 Imunisasi tepat waktu
 Penilaian perkembangan dengan kunjungan rutin
 Rujukan rutin dini untuk intervensi perkembangan dan
program pendidikan khusus
 Konseling maternal untuk kehamilan berikutnya
1. Perinatologi
UNIT TERKAIT
2. Kebidanan

51

PENILAIAN FISIK PADA BAYI BARU LAHIR

NO. DOKUMEN NO. REVISI HALAMAN


MDGs/064/RSUD-PS/ -
III/2016 1/7

Ditetapkan Direktur
STANDAR Tanggal Terbit RSUD Dr. M. Zein Painan
PROSEDUR
OPERASIONAL 14 Maret 2016
Drg. H. Busril, MPH
NIP. 19740227 200212 1004
Penilaian fisik pada bayi baru lahir yaitu melakukan penilaian secara
PENGERTIAN
keseluruhan pada neonatus dengan melakukan penilaian fisik yang
mencakup Tanda vital, Ukuran pertumbuhan, Penilaian sistem, dan ASI;
frekuensi, kelekatan, dan posisi.
Mengetahui bayi baru lahir secara keseluruhan. Dan untuk mendeteksi
TUJUAN
adanya kelainan atau gangguan pada bayi baru lahir.
Kebijakan Direktur RSUD Dr. Muhammad Zein Painan Nomor :
KEBIJAKAN
800/ /RSUD-2016 Tentang Pelayanan Rumah Sakit Sayang Ibu dan
Bayi RSUD Dr. Muhammad Zein Painan
A. Tanda Vital
PROSEDUR
Neonatus yang tumbuh secara stabil harus diukur dan penilaian
sistem sebelum waktu pemberian asupan harus dilakukan. Neonatus
yang tidak stabil harus di ukur tanda vitalnya dan dinilai setiap 1-2
jam. Tanda vital yaitu Suhu, Denyut jantung, Frekuensi Nafas,
Tekanan Darah.
1. Suhu
a) Suhu neonatus normal 36,5 °C - 37,5°C
b) Neonatus yang ditempatkan di tempat tidur dengan
penghangat harus dipasangi termometer probe kulit yang
dipasang setiap saat dan suhu aksila diukur setiap jam
sampai mencapai suhu yang stabil.
c) Jika neonatus mengalami hipotermia
- Rawat perinatologi
- Pastikan tempat tidur penghangat atau inkubator telah
nyala dan bekerja dengan baik
- Hangatkan neonatus dengan perlahan

52

PENILAIAN FISIK PADA BAYI BARU LAHIR

NO. DOKUMEN No. Revisi Halaman :


MDGs/064/RSUD-PS/III/
2016 2/7

- Bila mungkin anjurkan kontak kulit dengan kulit


PROSEDUR - Beritahu dokter
- untuk mencegah hipotermi lebih lanjut, pastika topi
dipakai oleh bayi dan gunakan topi penghangat pada saat
membuka inkubator
- periksa sumber hilangnya panas seperti oksigen yang
dingin, pengaturan panas yang rendah pada pelembab
(humidifier) ventilator atau ruangan yang dingin.

d. Jika neonatus mengalami hipertermia:


- pastikan tempat tidur penghangat atau isolette bekerja
baik
- periksa neonatus apakah sedang menangis atau bergerak
dengan kuat atau dibungkus secara berlebihan
- Beritahu dokter

2. Denyut jantung
Denyut dinilai dengan melakukan auskultasi menghitungnya
selama satu menit penuh.
a) untuk neonatus yang stabil denyut jantung diukur dengan
jadwal penanganan setiap 4 jam
b) Untuk neonatus yang tidak stabil denyut jantung harus diukur
setiap jam
c) Denyut jantung normal pada neonatus adalah adalah 120-160
kali permenit pada saat istirahat. Kontak kulit dengan kulit
membantu menstabilisasi denyut jantung dan membuat
neonatus lebih tenang
d) Jika neonatus mengalami takikardia ( denyut jantung > 160
x/menit ) : pastikan bahwa neonatus tidak sedang menangis
atau bergerak dengan kuat. Dan beritahu dokter.
e) Jika neonatus mengalami bradikardia (denyut jantung <100
x/menit

53

PENILAIAN FISIK PADA BAYI BARU LAHIR

NO. DOKUMEN No. Revisi Halaman :


MDGs/064/RSUD-PS/
III/2016 3/7

f) Mulailah pemakaian balon dan sungkup, ventilasi (jika


PROSEDUR perlu) dan beritahu dokter
NB: Bradicardia kadang-kadang normal untuk neonatus
cukup bulan yang sedang tidur
3. Frekuensi Nafas
Frekuensi nafas normal pada neonatus adalah 40-60x/menit
a) Frekuensi napas harus diukur melalui observasi selama satu
menit penuh
b) Untuk neonatus stabil maka harus diukur dengan
penanganan terjadwal setiap 4 jam
c) Jika neonatus tidak stabil, maka napas harus dihitung setiap
jam.
4. Tekanan darah
Pembacaan tekanan darah harus dilakukan pada keempat
ekstremitas dengan menggunakan alat pengukur tekanan darah.
a) Untuk neonatus yang stabil, tekanan darah harus diukur
pada setiap jadwal tugas jaga (shift)
b) Jika neonatus tidak stabil, tekanan darah harus diukur setiap
1 - 2 jam
c) Tekanan darah dapat meningkat ketika bayi sedang
menangis dan menurun ketika bayi sedang tidur
d) Tekanan darah normal bervariasi sesuai dengan usia
kehamilan dan usia pasca lahir.

B. Ukuran Pertumbuhan
1. Berat Badan
- Berat badan harus diukur setiap hari, pada waktu yang
tetap setiap harinya
- Berat badan harus diplot pada grafik berat badan pada saat
bayi masuk ruangan dan setiap hari
- Jika berat bdan berbeda secara bermakna dari sehari
sebelumnya maka berat badan harus diukur dua kali.
Beritahu dokter bila selisih berat badan tersebut ternyata
akurat

54

PENILAIAN FISIK PADA BAYI BARU LAHIR

NO. DOKUMEN No. Revisi Halaman :


MDGs/064/RSUD-PS/
III/2016 4/7

- Jika neonatus terlalu tidak stabil untuk dipindahkan dan


PROSEDUR ditimbang, perintah dokter untuk tidak menimbang
neonatus harus diperoleh

2. Panjang Badan
- Panjang bayi dari puncak kepala sampai tumit harus diukur
pada saat bayi masuk dan setiap minggu
- Panjang harus dicatat pada grafik panjang bayi setiap
minggu
- Bayi harus berada dalam posisi telentang ketika mengukur
panjang. Hindari mengganggu neonatus selama
pengukuran.

3. Lingkar Kepala
- Lingkar kepala harus diukur pada saat bayi masuk ruangan
dan setiap minggu
- Ukurlah kepala bayi dengan dengan menggunakan pita
pengukur disekelilingi bagian paling menonjol dari tulang
occipital dan tulang frontal
- Lakukan pengukuran setidaknya setiap hari pada neonatus
dengan masalah neurologi seperti perdarahan
- intraventrikuler, hidrosepalus atau asfiksia

PENILAIAN FISIK PADA BAYI BARU LAHIR

NO. DOKUMEN No. Revisi Halaman :


MDGs/064/RSUD-PS/
III/2016 5/7
PROSEDUR C.Penilaian Sistem

1. Penilaian Neurologis
Parameter penilaian Neurologis

Parameter Penilaian
Aktivitas Diam, bangun, gelisah, tidur
Tingkat Latergi, waspada atau tersedasi
kesadaran
Pergerakan Spontan, terhadap nyeri atau tidak ada
Tonus Hipertonik, hipotonik, normal atau lemah
Pupil Ukuran: kanan, kiri
Reaksi: lambat, cepat atau tidak ada
Membuka mata Jika terdapat nyeri, jika terdapat suara, tidak
ada, atau spontan
Menangis Diintubasi, lemah, keras atau bernada tinggi
Fontanela Cekung, menonjol atau datar
Sutura Menonjol (bertumpuk) atau terpisah
Kejang Jika ada, tuliskan gambaran lengkapnya

56

PENILAIAN FISIK PADA BAYI BARU LAHIR

NO. DOKUMEN No. Revisi Halaman :


MDGs/064/RSUD-PS/
III/2016 6/7
PROSEDUR 2. Penilaian Pernapasan
Parameter penilaian pernapasan neonatus
Parameter Penilaian
Warna kulit Merah muda, sianotik, pucat, berkabut, kutis
marmorata atau jaundice
Pernapasan Tidak terlihat usaha keras, merintih, hidung
kembang kempis atau retraksi
Suara napas Jauh, dangkal, course, stridor, wheezing, atau
menghilang, sama atau tidak sama
Dinding dada Pergerakan simetris atau tidak simetris
Apnea/ Denyut jantung terendah yang diamati, warna,
bradikardia pembacaan oksimeter, dan durasi episode
Sekresi Jumlah: sedikit, sedang, atau banyak
Warna: putih, kuning, bening, hijau atau ada
noda darah
Konsistensi: kental, encer atau mukoid
ETT Cek kedalaman ETT (cm)

3. Penilaian Kardiovaskular
Parameter penilaian kardiovaskular
Parameter Kondisi Penilaian
Prekordium Diam atau aktif
Bunyi jantung Samar atau dapat didengar dengan
mudah
Ritme/Irama Normal atau gambarkan jika ada aritma
Murmur Gambarkan jika ada

Pengisian ulang kapiler Berapa detik?


Denyut tepi, femoral Normal, lemah atau tidak ada
dan brakial

57

PENILAIAN FISIK PADA BAYI BARU LAHIR

NO. DOKUMEN No. Revisi Halaman :


MDGs/064/RSUD-PS/
III/2016 7/7
PROSEDUR 4. Penilaian Gastrointestinal
Parameter Penilaian

Bising usus Ada, tidak ada, hiperaktif atau hipoaktif

Lingkar abdomen Catat ukuran dalam cm setiap hari

Emesis(atau residual) Volume dan gambaran

Dinding perut Merah atau tidak berwarna


Teregang atau terlihat adanya lingkaran-
lingkaran usus

Palpasi Lunak, peka, atau kaku

5. Penilaian Menyusui
- Frekuensi: neonatus harus diberi ASI sesuai permintaan
dan selama tiga hari pertama, menyusui harus dilakukan
setiap dua jam
- Posisi: ibu harus berada dalam posisi yang nyaman.
Kepala dan badan neonatus harus berada disatu garis
lurus, menghadapi ibu, dan dekat dengan payudara.
Sentuh bibir bayi dengan jari atau puting dan biarkan
mulut bayi terbuka lebar.
- Kelekatan: bibir bawah neonatus harus menekuk kearah
bawah luar dan sebagian besar areola masuk ke mulut
bayi. Areola lebih banyak terlihat diatas mulut neonatus
dan dagunya harus menyentuh payudara.
UNIT TERKAIT - Ruang Perinatologi
- Kebidanan

58

STABILISASI NEONATUS

NO. DOKUMEN NO. REVISI HALAMAN


MDGs/065/RSUD- -
PS/III/2016 1/3
Ditetapkan Direktur
STANDAR Tanggal Terbit RSUD Dr. M. Zein Painan
PROSEDUR
OPERASIONAL 15 Maret 2016
Drg. H. Busril, MPH
NIP. 19740227 200212 1004
Stabilisasi neonatus adalah stabilisasi yang diberikan pada neonatus
PENGERTIAN
oleh tim neonatus yang terdiri dari dokter dan perawat, melalui asuhan
rutin secara menyeluruh, segera, dan sesuai di ruang bersalin dan pada
saat masuk ke ruang perawatan bayi khusus.
Mencegah hipoksia pada neonatus, memantau sirkulasi neonatus,
TUJUAN
mencegah hipotermi, mencegah dehidrasi, menyeimbangkan asam basa
tubuh neonatus, dan penanganan infeksi
Kebijakan Direktur RSUD Dr. Muhammad Zein Painan Nomor : 800/
KEBIJAKAN
/RSUD-2016 Tentang Pelayanan Rumah Sakit Sayang Ibu dan Bayi
RSUD Dr. Muhammad Zein Painan
A.Di Ruang Bersalin/Kamar operasi/IGD
PROSEDUR
1. Jalan nafas dan pernafasan
a) Jalan nafas harus tetap terbuka, berfungsi dan stabil
b) Jika terjadi gawat nafas pastikan saluran nafas terbuka,
berfungsi dan stabil melalui:
- Penempatan posisi yang baik dan pengisapan
- Ventilasi dengan T.Piece Resusitator
- Intubasi atau pemakaian jalan nafas oral (oral airway) jika
diperlukan
- Jika bayi bernafas spontan tapi ditemukan sesak (distress)
stabilkan dengan CPAP
c) Evaluasi
- Upaya, kecepatan, dan pola pernafasan
- Masuknya udara (air entry) diperiksa melalui auskultasi
- Hasil analisa gas darah dan temuan foto rontgen jika
diperlukan

59

STABILISASI NEONATUS

NO. DOKUMEN No. Revisi Halaman :


MDGs/065/RSUD-PS/
III/2016 2/3
2. Sirkulasi
PROSEDUR Penilaiannya mencakup :
a) Penilaian kehilangan volume perinata
b) Waktu pengisian ulang kapiler (CRT)
c) Denyut nadi/perifer
d) Penilaian denyut jantung dan juga tekanan darah (bila
mungkin)
e) Memantau jumlah urin
f) Memantau PH darah dan nilai hematokrit
g) Jika penggantian cairan diperlukan, larutan dan obat-obatan
yang dapat diperlukan:
- Normal salin
- Whole blood atau PRC (10-20cc/kgBB)
- Dopamin atau dobutamin

B. Di Ruang Perinatologi/NICU

1. Pengaturan suhu
Pengaturan suhu sangat penting untuk mencegah kehilangan
panas tubuh (hipotermi) dengan cara kontak kulit dengan kulit
(skin to skin) dan menggunakan topi untuk menurunkan
hilangnya panas melalui kepala
2. Status metabolisme dan cairan
Pemberian cairan dengan cara pemberian ASI melalui kontak
kulit dengan kulit sesegera mungkin setelah melahirkan dapat
menstabilkan suhu tubuh, denyut jantung, pernafasan, dan
menenangkan.
Kebutuhan glukosa untuk neonatus 4-8mg/KgBB/menit. Usia
kehamilan, kematangan dan intergritas kulit, fungsi ginjal,
dan kelembapan udara mempengaruhi status cairan.
3. Keseimbangan asam-basa
Evaluasi gas darah membantu untuk mengindentifikasi
asidosis respiratorik atau metabolik.

60

STABILISASI NEONATUS

NO. DOKUMEN No. Revisi Halaman :


MDGs/065/RSUD-PS/
III/2016 3/3
PROSEDUR 4. Infeksi
Faktor-faktor risiko potensial:
a) Persalinan dan kelahiran kurang bulan
b) Pecah ketuban sebelum waktunya
c) Partus lama
d) Demam selama proses persalinan
e) Peningkatan dan penurunan leukosit
f) Neonatus dengan pipa endotrakeal, kateter vena sentral, dll
Terapi antibiotik harus dimulai jika resiko tinggi infeksi

UNIT TERKAIT 1. Ruang Perinatologi


2. Ruang Kebidanan

61

PEMBERIAN ASI DI FASILITAS KESEHATAN

NO. DOKUMEN NO. REVISI HALAMAN


MDGs/066/RSUD-PS/ -
III/2016 1/7

Ditetapkan Direktur
STANDAR Tanggal Terbit RSUD Dr. M. Zein Painan
PROSEDUR
OPERASIONAL
15 Maret 2016
Drg. H. Busril, MPH
NIP. 19740227 200212 1004
ASI adalah Minuman yang dianjurkan untuk semua neonatus, termasuk
PENGERTIAN
bayi kurang bulan. ASI memiliki maaf nutrisi, imunologis dan fisiologis
dibandingkan dengan susu formula atau susu jenis lainnya.
ASI Eksklusif yaitu Bayi hanya diberikan ASI saja tanpa cairan atau
makanan lain, dianjurkan diberikan selama 6 bulan pertama kehidupan.
Inisisasi Menyusui Dini yaitu Memberikan bayi menyusu sendiri segera
setelah lahir dengan meletakkan bayi didada atau diperut ibu ( skin to skin
contact ) dan kulit bayi melekat pada kulit ibu setidaknya selama 1-2 jam
sampai bayi menyusu sendiri.
Memberikan kebutuhan gizi yang utama bagi bayi baru lahir dapat
TUJUAN
membantu menjaga kesehatan tubuh dan kekebalan tubuh bayi terhadap
berbagai jenis penyakit yang mungkin dapat menyerang saat usia bayi
masi rawan terkena penyakit.
Kebijakan Direktur RSUD Dr. Muhammad Zein Painan Nomor :
KEBIJAKAN
800/ /RSUD-2016 Tentang Pelayanan Rumah Sakit Sayang Ibu dan
Bayi RSUD Dr. Muhammad Zein Painan
Sepuluh Langkah Menuju Keberhasilan Menyusui
PROSEDUR
1. Memiliki kebijakan tertulis mengenai pemberian ASI yang
dikomunikasikan secara rutin dengan staf pelayanan kesehatan.
2. Melatih semua staf pelayanan kesehatan yang diperlukan untuk
menerapkan kebijakan tersebut.
3. Memberitahukan keuntungan dan tatalaksana pemberian ASI pada
semua ibu hamil.
4. Membantu ibu memulai pemberian ASI dalam waktu setengah jam
setelah kelahiran.

62

PEMBERIAN ASI DI FASILITAS KESEHATAN

NO. DOKUMEN No. Revisi Halaman :


MDGs/066/RSUD-PS/
III/2016 2/7
5. Memperlihatkan kepada ibu yang belum berpengalaman
PROSEDUR bagaimana cara menyusui dan tetap memberikan ASI meskipun
ibu terpisah dari neonatus
6. Tidak memberikan makanan atau minuman lain selain ASI
kepada neonatus kecuali terindikasi medis.
7. Mempraktekan rawat gabung : mengijinkan ib dan neonatus
untuk terus bersama – sama selam 24 jam.
8. Mendorong pemberian ASI setiap saat neonatus memintanya
9. Tidak memberikan dot atau empeng pada neonatus yang diberi
ASI
10. Menganjurkan dibentuknya kelompok pendukung ASI dan
merujuk para ibu ke kelompok tersebut ketika mereka keluar dari
RS atau Klinik.

Tatalaksana Inisiasi Menyusui Dini


 Anjurkan suami atau anggota keluarga untuk mendampingi saat
persalinan.
 Anjurkan tindakan non-farmakologis untuk membantu ibu melalui
proses persalinan.
 Biarkan persalinan berlangsung sesuai posisi yang diinginkan ibu
 Keringkan bayi secepatnya, biarkan lapisan putih ( verniks ) yang
melindungi kulit bayi
 Lakukan kontak kulit dengan kulit dengan meletakan bayi diatas
dada ibu, menghadap ibu dan tutupi keduanya dengan kain
 Biarkan bayi mencari payudara ibu sendiri. Ibu akan merangsang
bayinya dengan sentuhan dan membantu memposisikan bayi lebih
dekat dengan puting ( tidak memaksakan memasukan puting susu
ibu kemulut bayi )
 Terus kontak kulit dengan kulit hingga menyusui pertama kali
berhasil diselesaikandan selama bayi mengingikannya.
 Bayi dipisah dengan ibunya untuk ditimbang, diukur dan
diberikan obat preventif setelah menyusu awal.
 Jangan memberikan minuman atau makanan pralaktal, kecuali ada
indikasi medis yang jelas.

63

PEMBERIAN ASI DI FASILITAS KESEHATAN

NO. DOKUMEN No. Revisi Halaman :


MDGs/066/RSUD-PS/
III/2016 3/7
Indikator Posisi Menyusui yang Benar Termasuk
PROSEDUR  Tubuh bayi dekat dengan tubuh ibu
 Bayi datang dari arah bawah ibu sehingga dagu bayi adalah
bagian pertama yang melekat pada payudara dengan hidung
menghadap puting ibu
 Kepala dan tubuh neonatus dalam posisi lurus dagu bayi
menyentuh payudara ibu, dada bayi melekat pada dada ibu
 Seluruh tubuh bayi disangga tidak hanya bagian leher dan
bahu saja

Indikator Pelekatan yang Baik


 Lebih banyak daerah areola yang terlihat diatas mulut
daripada dibawah mulut neonatus
 Mulut terbuka lebar
 Bibir bawah terlihat kearah luar
 Dagu meyentuh payudara
 Pengisapan efektif terlihat dari isapan yang lambat, dalam
menelan dan jeda.

Masalah Dalam Menyusui


1. Pembengkakan
 Pencegahan pembengkakan
 Memberikan ASI yang sering dan sesuai permintaan
 Pemberian kompres hangat akan membantu saluran ASI
tetap terbukadan ASI mengalir
 Masase payudara dengan lembut
 Pengeluaran ASI dengan tangan bisa membantu mencegah
pembengkakan
 Cara menatalaksanakan pembengkakan
 Mengevaluasi tanda-tanda mastitis atau infeksi payudara
yang perlu dirawat dengan pemberian antibiotik sistemik.
 Pemberian kompres hangat untuk menghilangkan bengkak

64

PEMBERIAN ASI DI FASILITAS KESEHATAN

NO. DOKUMEN No. Revisi Halaman :


MDGs/066/RSUD-PS/
III/2016 4/7
 Asi harus tetap diberikan selama pembengkakan terjadi
PROSEDUR  Pemerah ASI secara mekanis mungkin perlu untuk
mengatasi pembengkakan yang parah.

2. Puting lecet
 Pencegahan puting lecet
 Pengeluaran ASI untuk merangsang aliran ASI
 Masase payudara untuk menjaga patensi saluran ASI
 Memulai pemberian ASI dari payudara yang tidak sakit
 Posisikan bayi dengan hati-hati, dekat dengan ibu
 Perubahan posisi yang sering akan membantu mencegah
iritasi jaringan
 Tatalaksana puting lecet
 Puting harus tetap bersih dan kering untuk mempercepat
pemulihan
 Puting harus dibilas dengan ASI yang dkeluarkan
 Putih harus dibiarkan kering sendiri oleh udara
Asuhan Bayi yang Mengalami Kesulitan Menetek
 Bila bayi kelihatan mengisap dengan lemah atau tidak efektif,
pengeluaran ASI dengan tangan akan membantu memulai refleks
letdown dan merangsang bayi untuk menetek
 Bayi dengan refleks isap dan menelan yang tidak terkoordinasi
atau kelainan mengisap harus dievaluasi selama menetek untuk
mengetahui apakah dengan posisi lain hasilnya lebih baik.
 Bayi yang menunjukan kesulitan menetek harus dievaluasi
menurut protokol berikut :
 Mengkaji riwayat perinatal
 Melakukan penilaian fisik, tanda vital dan status
kardiopulmonal sebelum dan selama mentee.
 Oksimetri bermanfaat selama evaluasi

65

PEMBERIAN ASI DI FASILITAS KESEHATAN

NO. DOKUMEN No. Revisi Halaman :


MDGs/066/RSUD-PS/
III/2016 5/7
 Selama pemberian ASI bagi bayi beresiko atau kurang bulan,
PROSEDUR dukunglah suhu mungkin diperlukan. Suhu tubuh bayi harus
sering dikontrol.
 Kenaikan berat badan dan asupan nutrisi harus dipantau. Dengan
mengevaluasi kepuasan bayi setelah minum ASI
mendokumentasikan frekuensi dan lama waktu minum, produksi
urin dan feses, serta perubahan berat badan setiap hari.

Teknik Memerah dan Menyimpan ASI Indikasi


1. Pembengkakan payudara
2. Neonatus sakit dan beresiko yang memerlukan asupan alternatif
3. Ibu tidak hadir untuk menyusui dan ASI harus disimpan

Memerah ASI dengan tangan


1. Sebagai persediaan saat bayi dan ibu terpisah
2. Meningkatkan produksi ASI
3. Menghilangkan sumbatan duktus
4. Memberi minum bayi sambil bayi belajar mengisap dari puting
yang terbenam
5. Memberi minum bayi yang mengalami kesulitan mengisap
6. Menjaga keberadaaan ASI apabila ibu atau bayi sakit
7. Menyediakan ASI untuk bayi jika ibu pergi atau bekerja
8. Mengeluarkan ASI langsung ke mulut bayi
9. Mencegah puting dan areola menjadi kering atau lecet

Panduan memerah ASI dengan tangan


1. Cuci tangan dengan sabun
2. Jika mungkin, parah ASI di tempat yang tenang dan santai
3. Berikan kompres hangat dan lembab pada payudara anda selama
3-5 menit sebelum mengeluarkan ASI
4. Pijat payudara anda dengan gerakan melingkar, ikuti dengan
pijatan lembut pada payudara dari sisi luar ke arah putting

66

PEMBERIAN ASI DI FASILITAS KESEHATAN

NO. DOKUMEN No. Revisi Halaman :


MDGs/066/RSUD-PS/
III/2016 6/7
5. Stimulasi puting dengan lembut dan tarik sedikit ke arah luar
PROSEDUR atau memutarnya dengan jari
6. Duduk dengan nyaman dan pegang wadah di dekat payudara
7. Tempatkan ibu jari di bagian atas payudara pada tepi areola dan
jari telunjuk di bawah payudara pada tepi areola
8. Tekan ke arah belakang kearah dinding dada, kemudian ke arah
depan kearah puting tanpa jari-jari bergeser
9. Tidak boleh ada rasa sakit- bila ada rasa sakit berarti tekniknya
salah
10. Mungkin awalnya tidak ada ASI yang keluar , tapi menekan
beberapa kali, ASI akan mulai menetes
11. ulangi dengan pola yang teratur

Pedoman penyimpanan ASI untuk bayi di Rumah Sakit,


Persiapan
 Cuci tangan dengan sabun dan air sebelum menangani ASI
 Keluarkan langsung ke dalam gelas steril atau wadah plastik
yang keras
 Neonatus cukup bulan hindari penggunaan botol (gunakan
cangkir)
 Segera setelah dikeluarkan, tutup wadah dan beri label yang
mencantumkan tanggal, waktu dan jumlahnya. Simpan dibagian
terdingin dari lemari es
 Selalu gunakan ASI yang dikeluarkan terakhir

Penyimpanan
 Simpan dalam jumlah yang sama dengan yang bisa
dihabiskan neonatus dalam satu minum
 Beri label setiap wadah dengan nama, tanggal dan waktu serta
jumlah
 Jika asi dibekukan tinggalkan sedikit ruang dalam wadah
untuk pemuaian ASI
 Mendinginkan ASI segera

67

PEMBERIAN ASI DI FASILITAS KESEHATAN

NO. DOKUMEN No. Revisi Halaman :


MDGs/066/RSUD-PS/
III/2016 7/7
Membekukan kembali ASI
PROSEDUR  Membekukan ASI yang telah dicairkan atau dicairkan
setengah tidak dianjurkan.
 Jangan gunakan kembali bagian ASI yang tidak habis dibotol
karena mungkin telah terkontaminasi oleh air liur neonatus

Mencairkan ASI
 Cairkan ASI beku dengan memindahkan ASI ini dari freezer
ke lemari es (refrigerator selama satu malam)
 Rendam susu sambil diputar-putar dalam mangkuk berisi air
hangat
 Cairkan seluruhnya karena lemah terpisah saat proses
pembekuan
 Jangan pernah menggunakan microwave untuk mencairkan
atau menghangatkan ASI
 Setelah dicairkan, ASI harus digunakan dalam waktu 24 jam

UNIT TERKAIT 1.Ruang Perinatologi


2.Rawat gabung

68

IMUNISASI PADA NEONATUS DAN BAYI

NO. DOKUMEN NO. REVISI HALAMAN


MDGs/067/RSUD-PS/ -
III/2016 1/6
Ditetapkan Direktur
STANDAR Tanggal Terbit RSUD Dr. M. Zein Painan
PROSEDUR
OPERASIONAL 15 Maret 2016
Drg. H. Busril, MPH
NIP. 19740227 200212 1004
Imunisasi adalah suatu cara untuk meningkatkan kekebalan seseorang
PENGERTIAN
secara aktif terhadap suatu antigen. Pada neonatus sehat, imunisasi yang
diberikan saat di Rumah Sakit meliputi hepatitis B 1 (segera setelah lahir)
Polio0 dan BCG
Untuk mencegah terjadinya penyakit Hepatitis dan polio pada bayi di
TUJUAN
kemudian hari
Kebijakan Direktur RSUD Dr. Muhammad Zein Painan Nomor :
KEBIJAKAN
800/ /RSUD-2016 Tentang Pelayanan Rumah Sakit Sayang Ibu dan
Bayi RSUD Dr. Muhammad Zein Painan
1. Komunikasikan pada orangtua tentang rencana pemberian vaksin,
PROSEDUR
manfaat, prosedur dan risiko yang mungkin timbul.
2. Baca dengan teliti informasi tentang produk (vaksin) yang akan
diberikan, perhatikan perubahan-perubahan yang ada pada vaksin
seperti perubahan warna menujukkan adanya kerusakan, yakin bahwa
vaksin sudah disimpan dengan baik.
3. Tinjau kembalki apakah ada kontraindikasi terhadap vaksin yang akan
diberikan.
4. Periksa kembali persiapan untuk melakukan pelayanan secepatnya bila
terjadi reaksi ikutan yang tidak diharapkan
5. Pastikan benar identitas pasien sebelum memberikan imunisasi.
6. Berikan vaksin dengan teknik yang benar.
7. Setelah pemberian vaksin, pantau bayi di rawat gabung dan berilah
petunjuk kepada orangtua atau pengasuh tentang apa yang harus
dilakukan dalam kejadian reaksi biasa atau reaksi ikutan yang lebih
berat (bila imunisasi dilakukan di poliklinik).
8. Catat imunisasi dalam rekam medis pribadi dan dalam catatan klinis
dan selanjutnya catatan pelayanan imunisasi ini harus` disampaikan
pada dinas kesehatan

69

IMUNISASI PADA NEONATUS DAN BAYI

NO. DOKUMEN No. Revisi Halaman :


MDGs/067/RSUD-PS/
III/2016
2/6

9. Jenis-jenis imunisasi pada neonatus


PROSEDUR a. Hepatitis B1:
 Pemberian: segera setelah lahir, 0,5 ml IM
 Bayi yang lahir dari ibu dengan status HbsAg yang tidak
diketahui, pemberian imunisasi hepatitis B harus dalam
waktu 12 jam setelah lahir, jadawal selanjutnya pada usia
1 bulan dan antara umue 3-6 bulan.
 Bila semula status HbsAg ibu tidak diketahui dan ternyata
dalam perjalanan selanjutnya diketahui bahwa ibu HbsAg
positif, maka masih dapat diberikan HBOg (Hepatitis B
immunoglobulin) 0,5 ml sebelum bayi berumur 7 hari
 Bayi lahir dari ibu dengan status HbsAg ibu positif, dalam
waktu 24-48 jam setelah lahir bersamaan dengan vaksin
HepB-1 diberikan juga HbIg 0,5 ml.
 BAYI PREMATUR : bila ibu HbsAg negative, imunisasi
ditunda sampai usia 2 bulan atau berat bayi mencapai
2000gram
 Diberikan secara intramuscular pada paha (anterolateral)
sepertiga bagian atas dan tengah dengan posisi jarum
tegak lurus (90º) terhadap permukaan kulit
 Standar jarum suntik yang digunakan ialah ukuran 23
dengan panjang jarum 25 mm, tapi pada bayi kurang
bulan, umur dua bulan atau yang lebih muda dan bayi-
bayi kecil lainnya, dpat dipakai jarum ukuran 26 dengan
panjang jarum 16 mm.
 Respon imunisasi: demam yang tidak tinggi, pada lokasi
penyuntikan dapat menimbulkan kemerahan,
pembengkakan, rasa mual, dan nyeri sendi
 Penanganan akibat respon imun: pemberian ASI lebih
banyak, menggunakan baju tipis, paracetamol
10-15mg/KgBB setiap 3-4 jam bila diperlukan maksimal 6
kali dalam 24jam.
 Kontra indikasi: reaksi anakfilaksis

70

IMUNISASI PADA NEONATUS DAN BAYI

NO. DOKUMEN No. Revisi Halaman :


MDGs/067/RSUD-PS/
III/2016 3/6

b. Polio-0
PROSEDUR  Waktu pemberian: diberikan saat bayi baru lahir pulang
atau paling lambat usia 1 bulan sebanyak 2 tetes oral
 Respon imunisasi: jarang terjadi reaksi sesudah imunisasi
polio
 Kontra indikasi: imunodefisiensi akibat HIV, tumor, dll
c. BCG
 Waktu pemberian: imunisasi BCG dapat diberikan
sebelum 3 bulan (0-2bulan 29 hari)
 Dosis 0,05 ml Intrakutan pada deltoid kanan
 Respon imunisasi: timbul bisul kecil yang semakin
membesar dan dapat terjadi ulserasi dalam waktu 2-4
bulan kemudian timbul jaringan parut
 Penanganan akibat respon imun: dapat dikompres dengan
cairan antiseptic
 Kontraindikasi :
1. Bayi HIV positif dengan/tanpa gejala
2. Bayi dengan status HIV tidak diketahui, dengan
gejala HIV, ibu HIV (+)
3. Keganasan seperti leukemia, limfoma
4. Imunodefisiensi primer/sekunder
5. Dapat imunosupresif (radio/kemoterapi, steroid)
 Apabila ibu menderita TB paru aktif dan mendapat
pengobatan kurang 2 bulan sebelum melahirkan atau
didiagnosis TB setelah melahirkan
1. Jangan diberikan BCG pada saat setelah lahir
2. Beri pencegahan dengan INH 5mg/KgBB 1x1
peroral
3. Pada umur 8 minggu, evaluasi bayi kembali, BB
dan pengujian tuberkulin serta foto thorax PA jika
memungkinkan:

71

IMUNISASI PADA NEONATUS DAN BAYI

NO. DOKUMEN No. Revisi Halaman :


MDGs/067/RSUD-PS/
III/2016 4/6
 Jika ditemukan kemungkinan TB paru aktif, mulai
PROSEDUR diberikan obat anti TB sesuai program pengobatan TB
pada bayi
 Jika kondisi bayi baik dan hasil tuberkulin negatif,
lanjukan pencegahan dengan INH dalam waktu 6 bulan
 Tunda pemberian BCG sampai 2 minggu setelah
pengobatan selesai. Bila BCG sudah terlanjur diberikan,
ulang 2 minggu setelah pengobatan INH selesai
 ASI tetap bisa diteruskan

IMUNISASI BAYI BERISIKO

Imunisasi bayi yang beresiko misalnya bayi prematur, anak dengan


penyakit keganasan, anak yang mendapatkan pengobatan
imunosupresi, radio terapi, anak yang menderita infeksi HIV,
transplantasi sumsum tulang/ organ dan splenektomi.

a. Pernah mendapat KIPI pada imunisasi terdahulu


Pada anak yang pernah menderita reaksi efek samping yang serius
setelah imunisasi berikutnya dirumah sakit dengan pengawasan
dokter.
b. Imunisasi pada pasien imunokompromais.
Penekanan respons imun (imunokompromais) dapat terjadi pada
penyakit defisiensi imun kongenital dan defisiensi imun didapat
seperti pada leukemia, limfoma, pasien dengan pengobatan
alkilating agents, antimetabolik, radioterapi, kortikosteroid
sistemik dosis tinggi dan lama.
c. Pasien dengan sistem imun tertekan

72

IMUNISASI PADA NEONATUS DAN BAYI


NO. DOKUMEN No. Revisi Halaman :
MDGs/067/RSUD-PS/
III/2016 5/6

1. Mendapat pengobatan kortikosteroid dosis tinggi sama atau


PROSEDUR lebih dari 20mg sehari atau 2mg/kgbb/hari dengan lama
pengobatan >7 hari atau dosis 1mg/kgbb/hari lama pengobatan
>1 bulan
2. Pengobatan dengan akylating agents, antimetabolik dan
radioterapi untuk penyakit keganasan seperti leukemia dan
limfoma.

Pasien dengan sistem imun tertekan tidak boleh diberikan imunisasi


vaksin hidup karena akan berakibat fatal disebabkan vaksin akan
beraplikasi dengan hebat karena tubuh tidak dapat mengontrolnya.
Vaksin hidup yaitu vaksin polio oral, MMR dan BCG. Vaksin ini
dapat diberikan setelah penghentian pengobatan imunosupresif
minimal 3 bulan. Vaksin dengan mikroorganisasi mati yaitu hepatitis
B, hepatitis A, DPT, influenza dan Hib dosis sama dengan anak

d. Pasien dalam pengobatan kortikosteroid


 Pada pasien dengan pengobatan kortikosteroid topikal atau
injeksi lokal dan kortikosteroid dosis rendah dapat diberikan
imunisasi dengan vaksin hidup.
 Pasien yang mendapatkan kortikosteroid sistemik dosis
tinggi setiap hari dapat diberikan imunisasi dengan vaksin
hidup segera setelah penghentian obat.
 Kortikosteroid dosis tinggi setiap hari/ atau lebih dari 14
hari : imunisasi vaksin hidup stelah penghentian pengobatan
1 bulan
 Keluarga pasien imunokopromais yang kontak langsung
dianjurkan mendapatkan polio inaktif IPV (polio), varisela
dan MMR
 Pengecualian untuk pasien leukemia limfositik akut dalam
keadaan remisi lebih dari 1 tahun, dapat diberikan imunisasi
dengan virus hidup varisela.
 Pasien defisiensi imun kongenital dianjurkan memeriksa
titer antibodi serum setelah imunisasi sebagai data untuk
pemberian imunisasi berikutnya.

73

IMUNISASI PADA NEONATUS DAN BAYI BERISIKO


NO. DOKUMEN No. Revisi Halaman :
MDGs/067/RSUD-PS/
III/2016 6/6

PROSEDUR e. Pasien infeksi HIV


Pasien HIV mempunyai risiko lebih besar untuk mendapatkan
infeksi sehingga diperlukan imunisasi, walaupun responnya
terhadap imunisasi tidak optimal atau kurang. Waktu
pemberiannya sedini mungkin. Vaksin hidup akan mengaktifkan
sistem imun yang dapat meningkatkan replikasi virus HIV
sehingga memperberat penyakit HIV. Pasien HIV dapat
diimunisasi dengan mikro-organisme yang dilemahkan atau yang
mati.

Bayi Prematur
 Bayi prematur dengan ibu HbsAg positif harus diberikan hepatitis
B bersamaan dengan HBIG pada 2 tempat yang berlainan dalam
waktu 24 – 48 jam setelah lahir. Dosis ke 2 diberikan 1 bulan
kemudian, dosis ke 3 dan ke 4 diberikan usia 6 dan 12 bulan
 Bayi prematur dengan ibu HBs Ag Negatif pemberian imunisasi
hepatitis B dosis pertama saat lahir, umur 2 bulan, umur 6 bulan,
dan 12 bulan. Titer diperiksa setelah imunisasi ke 4
 Dosis pertama saat bayi sudah mencapai berat badan 2000 gr
atau sekitar 2 bulan.
 Untuk bayi berumur kurang dari 6bminggu tidak dianjurkan diberi
DTP
 Bila status ibu tidak diketahui, vaksin hepatitis B diberikan segera
setelah lahir.
Air Susu ibu dan Imunisasi

Tidak terdapat kontra indikasi pada bayi yang sedang menyusui pada
ibunya yang diberikan imunisasi baik dengan bakteria/virus hidup
dan kuman yang dilemahkan,Sebaliknya air susu ibu tidak akan
menghalangi seorang bayi untuk mendapatkan imunisasi.
.
1. Kebidanan
2. Perinatologi
3. Poliklinik anak

74
75
PENDAMPINGAN TIM RESUSITASI BAYI BARU LAHIR PADA
PERSALINAN BAYI BERISIKO

NO. DOKUMEN NO. REVISI HALAMAN


MDGs/067/RSUD-PS/ -
III/2016 1/2

Ditetapkan Direktur
STANDAR Tanggal Terbit RSUD Dr. M. Zein Painan
PROSEDUR
OPERASIONAL 15 Maret 2016
Drg. H. Busril, MPH
NIP. 19740227 200212 1004
Pendampingan tim terlatih resusitasi neonatus pada persalinan bayi risiko
PENGERTIAN
tinggi di rumah sakit
Untuk mencegah terjadinya komplikasi pada neonatus akibat
TUJUAN
keterlambatan pemberian resusitasi yang sesuai dengan kondisi bayi
Kebijakan Direktur RSUD Dr. Muhammad Zein Painan Nomor :
KEBIJAKAN
800/ /RSUD-2016 Tentang Pelayanan Rumah Sakit Sayang Ibu dan
Bayi RSUD Dr. Muhammad Zein Painan
1. Setiap persalinan yang diduga berisiko pada bayi harus
PROSEDUR
dikomunikasikan pada tim resusitasi neonatus yang dipimpin oleh
dokter spesialis anak terlatih resusitasi.
2. Petugas kebidanan/IGD memberi informasi pada petugas
perinatologi, untuk selanjutnya disampaikan pada dokter spesialis
anak yang bertugas saat itu, tentang kemungkinan persalinan
berisiko 1 jam sebelum tindakan dilakukan, kecuali pada kasus
gawat darurat, pemberitahuan bersifat Cyto.
3. Tim mengecek kembali persiapan alat-alat resusitasi sebelum
masuk ruang persalinan/OK
4. Pada saat persalinan berlangsung, tim resusitasi ikut masuk ke
ruang bersalin/OK guna memberikan tindakan yang dibutuhkan
segera.
5. Tim resusitasi melakukan prosedur resusitasi sesuai dengan SOP
Resusitasi Bayi Baru Lahir
6. Pada kondisi tertentu, dimana dokter anak dimaksud di atas
berhalangan hadir, tim dapat dilpimpin oleh dokter spesialis anak
lainnnya di RSUD M. Zein, dokter Spesialis Anestesi atau dokter
ruangan perinatologi atau dokter jaga yang juga` sudah terlatih
resusitasi neonatus.
PENDAMPINGAN TIM RESUSITASI BAYI BARU LAHIR
PADA PERSALINAN BAYI BERISIKO

NO. DOKUMEN NO. REVISI HALAMAN


MDGs/069/RSUD- 2/2
PS/III/2016
7. Tim resusitasi dibagi atas 3 kategori berdasarkan risiko bayi
PROSEDUR yang akan dilahirkan:
a. Level III (dokter spesialis anak atau dokter jaga atau
dokter ruangan perinatologi yang sudah ahli resusitasi,
ditambah 2 orang perawat yang terlatih resusitasi atau
bidan, pada kasus;
 Gestasi <35 minggu
 SC emergency
 Gamelli > 2
 Meconium tebal
 Pola jantung janin meragukan
 Kelainan congenital mayor yang tidak memungkinkan
dilakukan rujukan antepartum (henia diafragma,PJB,
hidrops dan lain-lain)
b. Level II (2 perawat atau bidan terlatih resusitasi ditambah
1 tenaga lain untuk membantu seperti asisten untuk
menyediakan obat dan alat saat di ruang bersalin), untuk
kasus:
 UG 35-37 minggu
 Gemelli
 Mekonium tidak tebal
 Sungsang
 KPD
 Korioamnionitis
 Forsep/vakum
 aritmia janin
 polihidramnion
 oligohidramnion
c. Level I (perawat yang terlatih resusitasi dan tenaga lain
yang dapat membantu), pada kasus operasi sesar tanpa
penyulit

8. Pada kondisi persalinan kembar, masing-masing harus bayi


ditangani oleh tim tersendiri
1. Kamar Bersalin 3. IGD
UNIT TERKAIT 2. Kamar perinatolog 4. Perinatologi
76
PEMBERIAN INJEKSI VIT K1 PADA BAYI BARU LAHIR
(BBL)
NO. DOKUMEN No. Revisi Halaman :
MDGs/068/RSUD-PS/ 1/1
III/2016
Ditetapkan
STANDAR Tanggal Terbit Direktur RSUD Dr. Muhammad Zein Painan
PROSEDUR
OPERASIONAL 18 Maret 2016
drg. H. Busril, MPH
NIP. 19740227 200212 1 004
Suatu tindakan memasukan obat vitamin K1 melalui injeksi intra
PENGERTIAN muscular pada bayi baru lahir (BBL)
1. Untuk mencegah terjadinya perdarahan pada bayi baru lahir.
TUJUAN (perdarahan yang terjadi akibat defisiensi vitamin K1)
2. Mengurangi angka kesakitan dan kecatatan,
Kebijakan Direktur RSUD Dr. Muhammad Zein Painan Nomor : 800/ /
KEBIJAKAN RSUD-2016 Tentang Pelayanan Rumah Sakit Sayang Ibu dan Bayi
RSUD Dr. Muhammad Zein Painan

PROSEDUR 1. Siap kan vit K1, dosis 1 mg intra muscular


2. Cucit angan
3. Suntikan pada paha kiri
4. Observasi pasca penyuntikan
5. Dokumentasikan semua tindakan

1. Ruang perinatalogi
UNIT TERKAIT
2. Ruang kebidanan
3. Kamar operasi
4. IGD

77
10 LANGKAH MENUJU KEBERHASILAN MENYUSUI

NO. DOKUMEN NO. REVISI HALAMAN


MDGs/069/RSUD-PS/ - 1/2
III/2016
Ditetapkan Direktur
STANDAR Tanggal Terbit RSUD Dr. M. Zein Painan
PROSEDUR
OPERASIONAL 18 Maret 2016
Drg. H. Busril, MPH
NIP. 19740227 200212 1004
10 langkah menuju keberhasilan menyusui merupakan program
PENGERTIAN
pemerintah dan suatu komitmen dari fasilitas kesehatan, tenaga
kesehatan dan tentunya perlu dukungan dari masyarakat luas untuk
memastikan semua bayi mendapat asupan ASI yang merupakan hak
mutlak dalam masa tumbuh kembangnya
Untuk memastikan semua bayi mendapat asupan ASI yang
TUJUAN
merupakan hak mutlak anak dalam masa tumbuh kembangnya
Kebijakan Direktur RSUD Dr. Muhammad Zein Painan Nomor :
KEBIJAKAN
800/ /RSUD-2016 Tentang Pelayanan Rumah Sakit Sayang Ibu
dan Bayi RSUD Dr. Muhammad Zein Painan
Setiap fasilitas yang menyediakan pelayanan persalinan dan
PROSEDUR
perawatan bayi baru lahir harus melaksanakan hal berikut :
1. Mempunyai kebijakan tertulis tentang keberhasilan menyusui
yang secara rutin disampaikan kepada semua staf pelayanan
kesehatan untuk diketahui
2. Melatih semua staf pelayanan kesehatan dengan keterampilan
yang diperlukan untuk menerapkan dan melaksanakan kebijakn
tersebut
3. Menjelaskan kepada seluruh ibu hamil tentang manfaat dan
penatalaksanaan menyusui
4. Membantu ibu-ibu untuk mulai menyusui bayinya dalam waktu
kurang dari 30 menit

78
10 LANGKAH MENUJU KEBERHASILAN MENYUSUI

NO. DOKUMEN NO. REVISI HALAMAN


MDGs/069/RSUD- 2/2
PS/III/2016
5. Mengajarkan ibu bagaimana cara menyusui dan cara
PROSEDUR mempertahankannya sekalipun pada saat ibu harus berpisah
dengan bayinya.
6. Tidak memberikan makanan atau minuman apapun selain ASI
kepada bayi baru lahir kecuali ada indikasi medis.
7. Melaksanakan rawat gabung yang memungkinkan / mengizinkan
ibu dan anak selalu bersama selama 24 jam.
8. Mendukung ibu agar dapat memberi ASI sesuai dengan
keinginan dan kebutuhan bayi on demand.
9. Tidak memberikan dot atau kempeng kepada bayi yang sedang
menyusui
10. Membentuk kelompok pendukung menyusui dan menganjurkan
ibu-ibu yang pulang dari rumah sakit atau klinik untuk selalu
berhubungan ke kelompok tersebut

UNIT TERKAIT 1. IGD


2. Instalasi Rawat Jalan
3. Instalasi Rawat Inap
4. Kamar Bersalin
5. Kamar Operasi
6. Perinatologi
7. Ruang Nifas
8. PKRS

79
PEMULANGAN BAYI LAHIR NORMAL DAN KUNJUNGAN
ULANG

NO. DOKUMEN NO. REVISI HALAMAN


MDGs/070/RSUD- - 1/2
PS/III/2016
Ditetapkan Direktur
STANDAR Tanggal Terbit RSUD Dr. M. Zein Painan
PROSEDUR
OPERASIONAL 18 Maret 2016

Drg. H. Busril, MPH


NIP. 19740227 200212 1004
Proses pemulangan pada bayi yang lahir normal dan tanpa masalah di
PENGERTIAN
RSUD Dr.Muhammad Zein Painan
Agar prosedur pemulangan bayi dan kunjungan ulang dapat berjalan
TUJUAN
lancar dan tertib dengan tetap mengutamakan kesehatan ibu dan bayi
Kebijakan Direktur RSUD Dr. Muhammad Zein Painan Nomor :
KEBIJAKAN
800/ /RSUD-2016 Tentang Pelayanan Rumah Sakit Sayang Ibu dan
Bayi RSUD Dr. Muhammad Zein Painan
1. Bayi yang lahir normal seharusnya dipulangkan minimal 24 jam
PROSEDUR
setelah lahir apabila selama pengawasan tidak dijumpai kelainan.
2. Petugas melakukan pemeriksaan lengkap untuk memastikan bayi
dalam keadaan baik, dan harus memberikan konseling tanda
bahaya dan perawatan bayi barulahir serta jadwl kunjungan
neonatus.
3. Jika ditemukan tanda bahaya berikut, bayi tidak dapat
dipulangkan, rawat sesuai kondisinya
 Tidak mau minum
 Kejang
 Bergerak hanya jika dirangsang
 Nafas cepat (>60 kali/menit)
 Nafas lambat (<30 kali/menit)
 Tarikan dinding dada ke dalam yang sangat kuat

80
PEMULANGAN BAYI LAHIR NORMAL DAN KUNJUNGAN
ULANG

NO. DOKUMEN NO. REVISI HALAMAN


MDGs/070/RSUD-PS/ 2/2
III/2016

PROSEDUR  Merintih
 Teraba demam (suhu ketiak >37,5℃ )
 Teraba dingin (suhu ketiak <36 ℃ )
 Nanah yang banyak di mata
 Pusar kemerahan meluas ke dinding perut
 Diare
 Tampak kuning pada telapk tangan dan kaki

UNIT TERKAIT 1. Perinatologi


2. Rawat gabung
3. Rawat jalan (poli kebidanan)

81
MEMANDIKAN BAYI

NO. DOKUMEN NO. REVISI HALAMAN


MDGs/071/RSUD-PS/ - 1/4
III/2016
Ditetapkan Direktur
STANDAR Tanggal Terbit RSUD Dr. M. Zein Painan
PROSEDUR
OPERASIONAL 18 Maret 2016
Drg. H. Busril, MPH
NIP. 19740227 200212 1004
Tata cara memandikan bayi baru lahir di Rumah Sakit
PENGERTIAN
Sebagai acuan petugas dalam memandikan bayi baru lahir di Rumah
TUJUAN
Sakit
Kebijakan Direktur RSUD Dr. Muhammad Zein Painan Nomor :
KEBIJAKAN
800/ /RSUD-2016 Tentang Pelayanan Rumah Sakit Sayang Ibu
dan Bayi RSUD Dr. Muhammad Zein Painan

PROSEDUR 1. Persiapan alat :


 Popok baru
 Kain pengalas
 Nest baru
 Sarung tangan bersih
 Sabun dengan PH netral
 Plastik atau Nierbeken untuk membuang sampah
2. Cuci tangan 6 langkah sesuai dengan standar prosedur
operasional
3. Masukkan kapas bersih ke dalam kom yang berisi air hangat
4. Cuci tangan prosedural sesuai dengan standar prosedur
operasional
5. Memakai sarung tangan bersih
6. Bersihkan mulut bayi dengan menggunakan kapas bersih
yang dibasahi dengan air hangat

82
MEMANDIKAN BAYI

NO. DOKUMEN NO. REVISI HALAMAN


MDGs/071/RSUD-PS/ 2/4
III/2016

PROSEDUR

7. Kapas dibuang di plastik


8. Mulai membersihkan bagian tubuh dari area yang bersih ke
area tercemar
9. Usap kepala bayi

10. Usap lengan bayi

83
MEMANDIKAN BAYI

NO. DOKUMEN NO. REVISI HALAMAN


MDGs/071/RSUD-PS/ 3/4
III/2016

PROSEDUR 11. Keringkan tubuh bayi dengan kain bersih


12. Usap punggung dan perut bayi
13. Keringkan tubuh bayi dengan kain bersih

14. Singkirkan peralatan medis agar tidak tercemar


15. Letakkan kain pengalas di area bokong bayi
16. Lepaskan popok dan bersihkan area genital dengan kapas
basah Sampai bersih
17. Buka sarung tangan kanan kemudian keringkan bokong
dengan kain pengalas menggunakan tangan kanan

84
MEMANDIKAN BAYI

NO. DOKUMEN NO. REVISI HALAMAN


MDGs/071/RSUD-PS/ 4/4
III/2016

PROSEDUR 18. Pasang popok bayi yang baru

19. Buka kedua sarung tangan dan cuci tangan 6 langkah sesuai
dengan standar prosedur operasional
20. Lakukan penggantian kain alas tidur

UNIT TERKAIT 1. Perinatologi


2. Ruang Kebidanan

85
CUCI TANGAN PROSEDURAL

NO. DOKUMEN NO. REVISI HALAMAN


MDGs/072/RSUD- - 1/6
PS/III/2016
Ditetapkan Direktur
STANDAR Tanggal Terbit RSUD Dr. M. Zein Painan
PROSEDUR
OPERASIONAL 18 Maret 2016
Drg. H. Busril, MPH
NIP. 19740227 200212 1004
Cara mencuci tangan yang benar secara prosedural
PENGERTIAN
Agar semua petugas di RSUD Dr. Muhammad Zein Painan paham
TUJUAN
dan biasa melakukan cuci tangan secara prosedural hingga menjadi
kebiasaan
Kebijakan Direktur RSUD Dr. Muhammad Zein Painan Nomor :
KEBIJAKAN
800/ /RSUD-2016 Tentang Pelayanan Rumah Sakit Sayang Ibu dan
Bayi RSUD Dr. Muhammad Zein Painan

PROSEDUR 1. Memakai alat pelindung diri bersih (topi dan masker bersih)

86
CUCI TANGAN PROSEDURAL

NO. DOKUMEN NO. REVISI HALAMAN


MDGs/071/RSUD-PS/ 2/6
III/2016
2. Basahi tangan dan lengan
PROSEDUR

3. Ambil sabun antiseptik dengan siku

4. Rendam jari-jari tangan kiri di atas telapak tangan kanan selama


5 detik.. Lakukan hal yang sama dengan tangan kanan

87
CUCI TANGAN PROSEDURAL

NO. DOKUMEN NO. REVISI HALAMAN


MDGs/071/RSUD-PS/ 3/6
III/2016
5. Gosok pergelangan tangan kanan sampai ke siku dengan tangan
PROSEDUR kiri secara perlahan dan merata selama 10 detik.
Lakukan hal yang sama dengan lengan tangan kiri

6. Ambil sabun antiseptik dengan siku

7. Gosok telapak tangan kanan dengan telapak tangan kiri.

88
CUCI TANGAN PROSEDURAL

NO. DOKUMEN NO. REVISI HALAMAN


MDGs/071/RSUD-PS/ 4/6
III/2016
8. Gosok punggung dan sela-sela jari tangan kanan dengan tangan
PROSEDUR kiri dan sebaliknya

9. Gosok kedua telapak tangan dan sela-sela jari

10. Jari-jari kedua tangan saling mengunci

89
CUCI TANGAN PROSEDURAL

NO. DOKUMEN NO. REVISI HALAMAN


MDGs/071/RSUD-PS/ 5/6
III/2016
11. Gosok ibu jari kiri berputar dalam genggaman tangan kanan
PROSEDUR dan lakukan sebaliknya

12. Bilas tangan dan lengan menggunakan air mengalir sampai


siku.
Posisikan kedua lengan dalam keadaan tegak,agar air tidak
menetes ke arah lengan.

13. Keringkan kedua tangan dan lengan sampai ke siku dengan


menggunakan handuk seril
CUCI TANGAN PROSEDURAL

NO. DOKUMEN NO. REVISI HALAMAN


MDGs/070/RSUD- 6/6
PS/III/2016

PROSEDUR 14. Prosedur di atas dilakukan selama 2 menit

UNIT TERKAIT 1. Perinatologi/NICU


2. Kamar operasi
3. Kamar bersalin

91
DEKONTAMINASI TINGKAT TINGGI DI FASILITAS
TERBATAS

NO. DOKUMEN NO. REVISI HALAMAN


MDGs/073/RSUD-PS/ - 1/6
III/2016
Ditetapkan Direktur
STANDAR Tanggal Terbit RSUD Dr. M. Zein Painan
PROSEDUR
OPERASIONAL 18 Maret 2016
Drg. H. Busril, MPH
NIP. 19740227 200212 1004
Tata cara dekontaminasi tingkat tinggi di Rumah Sakit
PENGERTIAN
Sebagai acuan petugas dalam melakukan dekontaminasi tingkat
TUJUAN
tinggi
Kebijakan Direktur RSUD Dr. Muhammad Zein Painan Nomor :
KEBIJAKAN
800/ /RSUD-2016 Tentang Pelayanan Rumah Sakit Sayang Ibu
dan Bayi RSUD Dr. Muhammad Zein Painan

PROSEDUR 1. Persiapan alat :


 Instrumen medis yang akan di dekontaminasi
 Wadah berisi larutan enzimatik
 Wadah berisi larutan desinfektan
 Alat pelindung diri yang terdiri dari tutup kepala, masker,
kaca mata, sepatu bots, apron tahan air, sarung tangan kerja
(bersih).
 Wadah tertutup untuk meletakkan instrumen medis yang
telah di dekontaminasi.
 Air steril
6. Petugas melakukan cuci tangan 6 langkah dengan air mengalir
(hand wash)
7. Petugas memakai alat pelindung diri lengkap

92
DEKONTAMINASI TINGKAT TINGGI DI FASILITAS
TERBATAS

NO. DOKUMEN NO. REVISI HALAMAN


MDGs/073/RSUD-PS/ 2/6
III/2016

PROSEDUR

8. Bila instrumen medis yang akan didekontaminasi terdiri dari


susunan komponen, pisahkan instrumen tersebut dari bagiannya.
9. Instrumen medis di rendam air dan deterjen lalu bilas dengan air
hangat mengalir
10. Seluruh komponen instrumen medis di rendam kedalam larutan
enzimatik selama 5 menit

11. Bilas seluruh komponen instrumen medis dengan air hangat yang
mengalirsudah kering

93
DEKONTAMINASI TINGKAT TINGGI DI FASILITAS
TERBATAS

NO. DOKUMEN NO. REVISI HALAMAN


MDGs/073/RSUD-PS/ 3/6
III/2016

PROSEDUR

12. Setelah tahap 6 dilakukan, rendam seluruh komponen instrumen


medis ke dalam larutan desinfektan selama 15 menit.

13. Bilas seluruh komponen instrumen medis dengan air matang


hangat yang mengalir.

94
DEKONTAMINASI TINGKAT TINGGI DI FASILITAS
TERBATAS

NO. DOKUMEN NO. REVISI HALAMAN


MDGs/073/RSUD-PS/ 4/6
III/2016

PROSEDUR

14. Masukkan seluruh komponen instrumen medis ke wadah bersih


tertutup (sudah dibersihkan dengan desinfektan dialasi kain
steril).

95
DEKONTAMINASI TINGKAT TINGGI DI FASILITAS
TERBATAS
NO. DOKUMEN NO. REVISI HALAMAN
MDGs/073/RSUD-PS/ 5/6
III/2016

15. Lepas alat pelindung diri lengkap


PROSEDUR

16. Cuci tangan sesuai dengan prosedur.


17. - Ambil alat medis yang sudah didesinfeksi dengan sarung
tangan steril
- Gantungkan kedalam lemari pengering dalam fasilitas
Lampu yang menghasilkan suhu 70-90 0C .

96
DEKONTAMINASI TINGKAT TINGGI DI FASILITAS
TERBATAS

NO. DOKUMEN NO. REVISI HALAMAN


MDGs/070/RSUD- 6/6
PS/III/2016
18. Setelah kering, alat medis diambil dengan menggunakan sarung
PROSEDUR tangan steril.
Pastikan bagian dalam sirkuit sudah kering

UNIT TERKAIT 1. Perinatologi/NICU

97
PEMASANGAN INFUS PADA BAYI

NO. DOKUMEN NO. REVISI HALAMAN


MDGs/074/RSUD- - 1/5
PS/III/2016
Ditetapkan Direktur
STANDAR Tanggal Terbit RSUD Dr. M. Zein Painan
PROSEDUR
OPERASIONAL 18 Maret 2016
Drg. H. Busril, MPH
NIP. 19740227 200212 1004
Tata cara pemasangan infus pada bayi di RSUD Dr. Muhamma Zein
PENGERTIAN
Painan
Agar petugas di RSUD Dr.Muhammad Zein Painan memahami cara
TUJUAN
pemasangan infus pada bayi
Kebijakan Direktur RSUD Dr. Muhammad Zein Painan Nomor :
KEBIJAKAN
800/ /RSUD-2016 Tentang Pelayanan Rumah Sakit Sayang Ibu
dan Bayi RSUD Dr. Muhammad Zein Painan

PROSEDUR 1. Persiapan alat :


 Set infus
 Abocath no. 24
 Handrub
 Alkohol 70%
 Alkohol swab
 Nacl 0,9 % 25 cc
 Set steril pemasangan infus yang terdiri dari kom yang
berisi 4 buah kapas alkohol, 2 buah kasa ukuran 3x4 cm,
kertas pengalas dan duk bolong steril, plester steril ukuran
panjang 3 buah, ukuran kotak 2 buah, kassa kecil, dan
pinset anatomis.
 Spuit 1 cc dan 10 cc
 Three Way
 Extension Tube

98
PEMASANGAN INFUS PADA BAYI

NO. DOKUMEN NO REVISI HALAMAN


MDGs/074/RSUD-PS/ 2/5
III/2016
2. Cuci tangan prosedural sesuai standar prosedur operasionaL
PROSEDUR 3. Buka set steril pemasangan infus
4. Gunakan sarung tangan steril
5. Isi spuit 10 cc dengan nacl 0,9%

6. Isi Selang Infus set dengan cairan infus dan alirkan cairan
sampai ke ujung selang, klem selang, pastikan tidak ada udara
dalam selang

7. Desinfeksi daerah yang akan ditusuk dengan alkohol swab

99
PEMASANGAN INFUS PADA BAYI

NO. DOKUMEN NO. REVISI HALAMAN


MDGs/071/RSUD-PS/ 3/5
III/2016

PROSEDUR

8. Pasang duk pengalas dan duk berlubang steril seperti pada


gambar.

9. Melakukan pembendungan pada daerah di atas vena dengan


tangan kiri.
Tusukkan jarum dengan tangan kanan ke vena.

100
PEMASANGAN INFUS PADA BAYI

NO. DOKUMEN NO. REVISI HALAMAN


MDGs/071/RSUD-PS/ 4/5
III/2016

PROSEDUR 10. Bila jarum sudah masuk ke vena, tarik jarum.

11. Bila jarum sudah ditarik, sambung kanula intravena dengan spuit
1 cc yang telah diisi oleh cairan NaCl 0,9%.

12. Masukkan sisa kanula intravena secara perlahan sampai


pangkalnya.
13. Periksa apakah kanula intravena sudah masuk dengan sempurna
dengan menyuntikkan NaCl 0,9%. Ke dalam vena

101
PEMASANGAN INFUS PADA BAYI

NO. DOKUMEN NO. REVISI HALAMAN


MDGs/071/RSUD-PS/ 5/5
III/2016

PROSEDUR 14. Fiksasi kanula intravena dengan plester transparan steril dan
plester perekat steril seperti pada gambar.

15. Mengganti sambungan kanula intravena dengan infus set yang


telah disiapkan.
16. Fiksasi infus set yang telah tersambung dengan kanula intracena
dengan menggunakan kasa steril dan plester perekat.

UNIT TERKAIT 1. Perinatologi


2. Kamar Operasi
3. IGD
4. Ruang bersalin

102
MENGGANTI POPOK BAYI

NO. DOKUMEN NO. REVISI HALAMAN


MDGs/075/RSUD-PS/ - 1/2
III/2016
Ditetapkan Direktur
STANDAR Tanggal Terbit RSUD Dr. M. Zein Painan
PROSEDUR
OPERASIONAL 18 Maret 2016
Drg. H. Busril, MPH
NIP. 19740227 200212 1004
Tata cara mengganti popok bayi di Rumah Sakit
PENGERTIAN
Sebagai acuan petugas dalam melaksanankan langkah-langkah
TUJUAN
mengganti popok bayi di Rumah Sakit
Kebijakan Direktur RSUD Dr. Muhammad Zein Painan Nomor :
KEBIJAKAN
800/ /RSUD-2016 Tentang Pelayanan Rumah Sakit Sayang Ibu dan
Bayi RSUD Dr. Muhammad Zein Painan

PROSEDUR 1. Persiapan alat :


- Popok bayi baru
- Kain pengalas
- Sarung tangan bersih
- Air hangat dalam kom
- Plastik atau nierbeken untuk membuang sampah
2. Cuci tangan 6 langkah sesuai dengan standar prosedur operasional
3. Ambil popok baru kemudian letakkan dekat dengan bayi
4. Lakukan cuci tangan prosedural
5. Pakai sarung tangan bersih
6. Singkirkan peralatan medis agar tidak tercemar
7. Letakkan kain pengalas di area bokong bayi
8. Lepaskan popok bayi dan bersihkan area genitalia dengan kapas
basah sampai bersih
9. Buka sarung tangan kanan kemudian keringkan bokong dengan
kain pengalas menggunakan tangan kanan

103
MENGGANTI POPOK BAYI

NO. DOKUMEN No. Revisi Halaman :


MDGs/075/RSUD-PS/
III/2016 2/2

PROSBDUR 10. Ambil popok, keluarkan dari tempat tidur bayi


11. Bungkus popok dengan sarung tangan kemudian masukkan
popok bekas ke dalam kantong plastik atau nierbeken
12. Cuci tangan 6 langkah sesuai dengan standar prosedur
operasional
13. Memakaikan popok baru ke bayi
14. Buang kantong plastik berisi popok bekas ke tempat sampah
15. Cuci tangan 6 langkah sesuai dengan standar prosedur
operasional

UNIT TERKAIT - Perintologi


- Kebidanan
- IGD

104
PERSIAPAN NEST

NO. DOKUMEN NO. REVISI HALAMAN


MDGs/076/RSUD- - 1/4
PS/III/2016
Ditetapkan Direktur
STANDAR Tanggal Terbit RSUD Dr. M. Zein Painan
PROSEDUR
OPERASIONAL 18 Maret 2016
Drg. H. Busril, MPH
NIP. 19740227 200212 1004
Tata cara mempersiapkan nest
PENGERTIAN
Agar seluruh petugas dapat mempersiapkan nest dengan baik
TUJUAN
Kebijakan Direktur RSUD Dr. Muhammad Zein Painan Nomor :
KEBIJAKAN
800/ /RSUD-2016 Tentang Pelayanan Rumah Sakit Sayang Ibu
dan Bayi RSUD Dr. Muhammad Zein Painan

PROSEDUR 1. Persiapan alat :


 Kain bedong bersih 4 buah
 Plester

105
PERSIAPAN NEST

NO. DOKUMEN NO. REVISI HALAMAN


MDGs/071/RSUD-PS/ 2/4
III/2016

PROSEDUR 2 .Letakkan kain bedong di meja dan digulung

3. Ambil kembali kain bedong dan lebarkan

4. Ambil kain yang sudah di gulung dan letakkan di atas kain


bedong yang sudah di lebarkan

106
PERSIAPAN NEST

NO. DOKUMEN NO. REVISI HALAMAN


MDGs/071/RSUD-PS/ 3/4
III/2016
5. Plester ujung lipatan nest
PROSEDUR

6. Nest Kemudian dibentuk huruf “O” seperti gambar di bawah ini

7. Buat 1 buah nest kembali seperti langkah no.2 sampai no.6

8. Satukan kedua nest seperti gambar di bawah ini

107
PERSIAPAN NEST

NO. DOKUMEN No. Revisi Halaman :


MDGs/075/RSUD-PS/
III/2016 4/4

PROSBDUR 12. Posisikan bayi dalam nest

UNIT TERKAIT - Perintologi

108
PEMBERSIHAN INKUBATOR

NO. DOKUMEN NO. REVISI HALAMAN


MDGs/077/RSUD-PS/ - 1/8
III/2016
Ditetapkan Direktur
STANDAR Tanggal Terbit RSUD Dr. M. Zein Painan
PROSEDUR
OPERASIONAL 18 Maret 2016
Drg. H. Busril, MPH
NIP. 19740227 200212 1004
Tata cara pembersihan inkubator di RSUD Dr. Muhammad Zein
PENGERTIAN
Painan
Agar petugas memahami tata cara pembersihan inkubator secara
TUJUAN
benar
Kebijakan Direktur RSUD Dr. Muhammad Zein Painan Nomor :
KEBIJAKAN
800/ /RSUD-2016 Tentang Pelayanan Rumah Sakit Sayang Ibu
dan Bayi RSUD Dr. Muhammad Zein Painan

1. Cuci tangan 6 langkah sesuai dengan standar prosedur operasionl


PROSEDUR 2 .Petugas memakai alat pelindung diri berupa tutup kepala, masker,
gaun, dan sarung tangan bersih

109
PEMBERSIHAN INKUBATOR

NO. DOKUMEN NO. REVISI HALAMAN


MDGs/071/RSUD-PS/ 2/8
III/2016
3. Pastikan tidak ada aliran oksigen ke inkubator
PROSEDUR 4. Buka karet jendela inkubator seperti gambar di bawah

5. Rendam karet jendela pada larutan desinfektan selama 10-15


menit.

110
PEMBERSIHAN INKUBATOR

NO. DOKUMEN NO. REVISI HALAMAN


MDGs/071/RSUD-PS/ 3/8
III/2016
6. Bersihkan karet jendela, lakukan penyikatan jika perlu. Bilas
PROSEDUR dengan air bersih kemudian keringkan.
7. Buang air di dalam humidifier dan lakukan pembilasan dengan air
bersih. Setiap tipe inkubator memiliki letak humidifier dan saluran
pembuangan air yang berbeda

8. Ganti filter udara seperti gambar di bawah ini sekali sebulan

111
PEMBERSIHAN INKUBATOR

NO. DOKUMEN NO. REVISI HALAMAN


MDGs/071/RSUD-PS/ 4/8
III/2016

PROSEDUR 9 .Buka pintu inkubator kemudian lap bagian dalam inkubator


menggunakan kain lap yang dibasahkan dengan larutan desinfektan
dari atas ke bawah

13. Keringkan bagian dalam inkubator menggunakan lap kering dan


bersih
14. Lap bagian luar inkubator menggunakan lap yang dibasahkan
dengan larutan desinfektan.

112
PEMBERSIHAN INKUBATOR

NO. DOKUMEN NO. REVISI HALAMAN


MDGs/071/RSUD-PS/ 5/8
III/2016

PROSEDUR 12 .Lap humidifier menggunakan lap yang dibasahkan kembali


dengan larutan desinfektan

13 Keringkan bagian luar inkubator dan humidifier menggunakan lap


kering.
Letakan lap kotor dan perlakukan seperti linen kotor

113
PEMBERSIHAN INKUBATOR

NO. DOKUMEN NO. REVISI HALAMAN


MDGs/071/ 6/8
RSUD-PS/III/
2016

PROSEDUR 15 .Lepaskan sarung tangan dan buang ke dalam tempat sampah.

16. Cuci tangan sesuai standar prosedur operasional setelah selesai


membersihkan inkubator.

17. Pasang kembali karet jendela dan filter udara

114
PEMBERSIHAN INKUBATOR

NO. DOKUMEN NO. REVISI HALAMAN


MDGs/071/ 7/8
RSUD-PS/III/
2016

PROSEDUR 18. Dokumentasikan tanggal, nama petugas, jam, dan nomor alat
pada label

19. label di bagian luar inkubator menggunakan perekat transparan.

115
PEMBERSIHAN INKUBATOR

NO. DOKUMEN NO. REVISI HALAMAN


MDGs/071/ 8/8
RSUD-PS/III/
2016

PROSEDUR 20. Tutup inkubator yang telah dibersihkan dengan kain bersih.

21. Inkubator selesai dibersihkan

UNIT TERKAIT 1. Perinatologi

116

Anda mungkin juga menyukai