Anda di halaman 1dari 30

Perdarahan Post Partum

Munica Rita Hernayanti


Definisi:
• Perdarahan post
partum adalah perdarahan pervaginam 500 cc
atau lebih setelah kala III selesai setelah
plasenta lahir).
• Dibagi:
– Primer→dalam 24 jam pertama persalinan
– Sekunder→setelah 24 jam
Langkah Deteksi Perdarahan Post Partum
1 Menanyakan apakah ibu merasa mules
2 Menanyakan bagaimana pengeluaran darah
pervaginam-nya
3 Memeriksa keadaan umum dan kesadaran pasien
(lemah, pucat, kesakitan)
4 Memeriksa vital sign: tekanan darah, suhu, nadi dan
pernafasan
5 Memeriksa kandung kemih : apakah penuh atau
kosong, jika penuh segera kosongkan, upayakan ibu
bisa BAK secara spontan, jika tidak bisa BAK spontan
lakukan kateterisasi dengan nelaton kateter.
6 Memeriksa abdomen secara umum→tinggi fundus
uteri dan kontraksi : apakah uterus teraba keras,
lembek atau tidak teraba.
Langkah Deteksi Perdarahan Post Partum
7 Jika uterus teraba keras tetapi ada perdarahan pervaginam
segera periksa kondisi jalan lahir→ jika “ya” segera lakukan
penjahitan
8 Jika uterus teraba lembek : berarti terjadi sub involusio
segera lakukan masase uterus dengan cara memijat uterus
secara sirkuler dengan telapak tangan (empat jari palmar)
pada fundus uteri sampai kontraksi uterus baik, atau dengan
merangsang puting susu ibu.
9 Jika uterus tidak teraba : berarti terjadi atonia uteri segera
lakukan penatalaksanaan atonia uteri.
10 Pertahankan kontraksi uterus tetap baik
11 Memantau vital sign dan kontraksi serta jumlah
perdarahan setiap 15 menit selama 30 menit pertama
selanjutnya setiap 30 menit pada 1 jam berikutnya.
12 Memberitahu ibu dan keluarga untuk memberitahu petugas
apabila terjadi perdarahan atau kondisi ibu menurun.
Atonia Uteri
• ATONIA UTERI
– Uterus yang tidak berkontraksi setelah janin/ plasenta lahir

– Faktor predisposisi:
• Overdistention uterus seperti: gemeli makrosomia, polihidramnion,
atau paritas tinggi.
• Umur yang terlalu muda atau terlalu tua.
• Multipara dengan jarak kelahiran pendek
• Partus lama / partus terlantar
• Malnutrisi
• Penanganan salah dalam usaha melahirkan plasenta, misalnya
plasenta belum terlepas dari dinding uterus.
Tanda dan gejala atonia uteri:
• Uterus tidak berkontraksi dan lembek.
• Perdarahan terjadi segera setelah anak lahir
– Perdarahan sangat banyak dan darah tidak merembes, biasanya darah keluar disertai
gumpalan→tromboplastin sudah tidak mampu lagi sebagai anti pembeku darah.
• Terjadinya syok:
– Nadi cepat dan lemah (110 kali/menit atau lebih)
– Tekanan darah yang rendah (sistolik kurang dari 90 mm/Hg)
– Pucat (khususnya pada kelopak mata bagian dalam, telapak tangan, atau sekitar mulut)
– Keringat atau kulit yang terasa dingin dan lembab
– Pernapasan cepat (30 kali/menit atau lebih)
– Gelisah, bingung, atau hilangnya kesadaran
– Urine yang sedikit (kurang lebih dari 30ml per jam).
Lanjutan atonia uteri..

• Pencegahan atonia uteri


→Managemen aktif kala III
– Injeksi oksitosin 10 IU IM dalam 1 menit pertama
– Penegangan Talipusat Terkendali (PTT)
– Masase uterus
• Segera setelah plasenta lahir, lakukan masase pada fundus uteri dengan menggosok
fundus secara sirkular mengunkan bagian palmar 4 jam tangan kiri hingga kontraksi
uterus baik (fundus terasa keras).
• Memeriksa kemungkinan adanya perdarahan pasca persalinan, kelengkapan plasenta
dan ketuban, kontraksi uterus, dan perlukaan jalan lahir.
Lanjutan atonia uteri..

• Penanganan Atonia
Uteri
– Kompresi Bimanual
Interna
– Kompresi Bimanual
Eksterna
– Kompresi Aorta
Langkah penatalaksanaan Atonia Uteri (KBI)
1 Mengecek kontraksi uterus : uterus tidak teraba
2 Melakukan masase uterus selama 5 detik.
3 Membersihkan vulva dengan menggunakan kapas DTT
4 Mengosongkan kandung kemih dengan menggunakan kateter nelaton
5 Memakai sarung tangan kanan panjang steril
6 Membasahi tangan dengan larutan antiseptik. Dengan ibu jari dan
telunjuk, sisihkan kedua labiyum mayus ke lateral.
7 Memasukkan tangan dominan ke dalam vagina secara obstetrik melalui
introitus ke dalam lumen vagina
8 Mengeluarkan semua bekuan darah atau selaput ketuban yang mungkin
masih menyumbat lubang rahim atau uterus
9 Segera memulai kompresi bimanual interna
Langkah penatalaksanaan Atonia Uteri (KBI)
10 Jika uterus sudah mulai berkontraksi, pertahankan kompresi selama 2 menit,
kemudian dengan perlahan-lahan tariklah tangan Anda keluar. Jika uterus
berkontraksi teruskan pemantauan ibu secara ketat.
11 Jika uterus tidak berkontraksi setelah 5 menit, minta salah satu anggota keluarganya
untuk melakukan kompresi bimanual eksterna, sementara Anda memberi injeksi
Methergine 0,2 mg secara IM dan memasang infus IV (RL dengan 20 IU oksitosin /
500 cc terbuka lebar/grojok).
12 Jika uterus tetap tidak berkontraksi, lanjutkan kembali kompresi bimanual interna
segera setelah Anda memberikan injeksi methergine dan memasang infus IV.
13 Jika uterus belum berkontraksi setelah 1-2 menit segeralah siapkan dengan infuse
tetap terpasang dengan laju 500 cc / jam hingga tiba di tempat rujukan atau jumlah
cairan seluruhnya 1,5 liter diinfuskan, lalu teruskan dengan laju infus 125 cc / jam.
14 Memberitahu keluarga tindakan sudah selesai dan dipantau di tempat rujukan (baik
K/U, kontraksi uterus, perdarahan dan tanda vital ibu)
Langkah penatalaksanaan Atonia Uteri (KBE)
1 Memakai sarung tangan DTT
2 Memasang doek steril di bawah bokong ibu
3 Membersihkan vulva dengan menggunakan kapas DTT
4 Mengosongkan kandung kemih dengan menggunakan nelaton
kateter
5 Melakukan tekanan pada abdomen dengan menggunakan
ujung jari telunjuk, jari tengah dan jari manis satu tangan di
antara simpisis dan umbilikus pada korpus depan bawah
sehingga fundus uteri naik ke arah dinding abdomen.
6 Meletakkan sejauh mungkin, telapak tangan lain di korpus
uteri bagian belakang dan dorong uterus ke arah korpus
depan (ventral).
Langkah penatalaksanaan Atonia Uteri (KBE)
7 Menggeser perlahan-lahan ujung ketiga jari pertama ke arah fundus
sehingga telapak tangan dapat menekan korpus uteri bagian depan.
8 Melakukan kompresi uterus secara mantap dengan cara menekan
didnding belakang dan dinding depan uterus dengan telapak tangan kiri
dan kanan (mendekatkan tangan belakang dan tangan depan).
9 Memperhatikan apakah teraba kontraksi serta perdarahan yang keluar
pervaginam. Jika perdarahan berhenti, pertahankan posisi tersebut
sampai uterus berkontraksi dengan baik.
10 Mempertahankan kontraksi uterus tetap baik. (jika perdarahan belum
berhenti lanjutkan ke langkah selanjutnya).
11 Memberitahu ibu dan keluarga bahwa tindakan sudah selesai.
12 Memberitahu ibu dan keluarga untuk menginformasikan ke petugas
apabila terjadi perdarahan atau kondisi ibu menurun.
Langkah penatalaksanaan Atonia Uteri (Kompresi Aorta)

1 Memakai sarung tangan DTT


2 Memposisikan diri menghadap sisi kanan pasien. Atur posisi
penolong sehingga pasien berada pada ketinggian yang sama
dengan pinggul penolong.
3 Meletakkan tungkai pasien pada dasar yang rata (tidak
menggunakan penopang kaki) dengan sedikit fleksi pada artikulasio
koksae.
4 Memasang doek steril di bawah bokong ibu
5 Membersihkan vulva dengan menggunakan kapas DTT
6 Mengosongkan kandung kemih dengan menggunakan nelaton kateter
7 Meraba pulsasi arteri femoralis dengan cara meletakkan ujung jari
telunjuk dan jari tengah tangan kanan pada lipat paha (pada
perpotongan garis lipat paha dengan garis horisontal dan sejajar
dengan tepi atas simpisis ossium pubis).
Langkah penatalaksanaan Atonia Uteri (Kompresi Aorta)

8 Memastikan pulsasi teraba dengan baik. Apabila pulsasi sudah


dikenali, jangan pindahkan kedua ujung jari dari titik pulsasi
tersebut.
9 Mengepalkan tangan non dominan dan menekankan bagian punggung
jari telunjuk, jari tengah, jari manis dan jari kelingking pada
umbilicus ke arah columna vertebralis dengan tegak lurus.
10 Memperhatikan perubahan perdarahan pervaginam, kaitkan dengan
perubahan pulsasi arteri femoralis.
11 Mempertahankan posisi tersebut hingga uterus berkontraksi
dengan baik
12 Memberitahu ibu dan keluarga untuk menginformasikan ke petugas
apabila terjadi perdarahan atau kondisi ibu menurun.
13 Memberitahu ibu bahwa tindakan sudah selesai
Retensio Plasenta
Retensio Plasenta
• Tertahannya atau belum lahirnya plasenta hingga 30 menit
atau lebih setelah bayi lahir
– Suntik Oksi I→15 menit→Suntik Oksi II dan periksa
kandung kemih dan lakukan katerisasi bila penuh→15 menit
• Kriteria:
– Ada perdarahan→Manual Plasenta
– Tidak ada perdarahan→rujuk
Lanjutan retensio plasenta..

• Penyebab:
– His kurang adekuat
– Jenis plasenta sulit terlepas
• insersi di sudut tuba
• Bentuknya :
– plasenta membranacea →sangat tipis dan lebar,
– plasenta anularis→plasenta berbentuk cincin
• plasenta yang sangat kecil
– Insersi plasenta patologis
• placenta accreta
• placenta increta
• placenta percreta
Langkah Plasenta Manual
1 Memperhatikan KU Ibu
2 Memakai sarung tangan bersih
3 Memasang infus (lihat penuntun belajar memasang infus)
4 Melakukan anastesi verbal/per-rektal
5 Melepas sarung tangan bersih, memakai sarung tangan DTT kiri pendek kanan panjang
6 Melakukan vulva hygiene, mengeluarkan bekuan darah dan membersihkan tali pusat 5-10 cm dari
vulva
7 Memastikan kandung kemih dalam keadaan kosong, bila penuh melakukan kateterisasi
8 Mendekatkan klem tali pusat dengan jarak 5-10 cm dari vulva, meminta penolong kedua
menegangkan tali pusat sejajar lantai
9 Membuka labia dengan tangan kiri, memasukkan tangan kanan secara obstetrik (punggung
tangan menghadap ke bawah) ke dalam vagina menelusuri sisi bawah tali pusat
10 Setelah mencapai bukaan serviks memindahkan tangan kiri untuk menahan fundus uteri, tangan
kanan meneruskan masuk ke kavum uteri sehingga mencapai insersi tali pusat
11 Membentangkan tangan obstetrik menjadi datar seperti bersalaman, ibu jari merapat ke jari
telunjuk dan jari-jari lain saling merapat
12 Menggerakkan tangan menelusuri tepi plasenta yang sudah terlepas di jam berapa.
13 Menyisipkan ujung jari-jari tangan (dengan punggung tangan menempel di dinding uterus) di
antara plasenta dan dinding uterus dimulai dari sisi bagian plasenta yang sudah terlepas.
Lanjutan langkah Plasenta Manual….

14 Melepas plasenta dengan menggerakkan tangan ke kanan dan ke kiri seperti kipas atau ular
kobra hingga semua plasenta terlepas dari dinding uterus
15 Membalik sisi telapak tangan menempel di dinding uterus, melakukan eksplorasi dan
memastikan tidak ada bagian plasenta yang tertinggal
Bersih : rata kasar
Tertinggal : kasar
16 Mengeluarkan plasenta dengan cara:
Mengambil plasenta dengan cara mengumpulkan plasenta dengan posisi telapak tangan seperti
menyendok di posisi jam 6
17 Memindahkan tangan kiri dari fundus ke supra simfisis (menahan segmen bawah uterus)
kemudian meminta penolong kedua untuk menarik tali pusat searah sumbu jalan lahir
18 Tangan kanan membawa plasenta keluar secara obstetrik dan ibu jari menjepit plasenta
(hindari percikan darah) sambil tangan yang di supra simfisis menekan uterus ke arah dorso
kranial untuk menahan SBR sampai plasenta lahir seluruhnya
19 Menaruh plasenta di kom besar
Melakukan masase uterus, memperhatikan kontraksi uterus dan jumlah perdarahan yang keluar
Inversio Uteri
Inversio Uteri
• Keadaan dimana fundus uteri
terbalik sebagian atau seluruhnya
kedalam kavum uteri.
• Penyebab:
– Tonus otot rahim yang lemah
– Tekanan atau tarikan pada fundus
(tekanan intraabdominal, tekanan
dengan tangan, dan tarikan pada tali
pusat)
– Kanalis servikalis yang longgar.
Lanjutan inversio uteri

• Tanda/ gejala:
– Syok
– Fundus uteri sama sekali tidak teraba
– Kadang-kadang tampak sebuah tumor
yang merah di luar vulva
– uteri yang terbalik atau teraba tumor
dalam vagina
– Perdarahan
Pembagian Inversio Uteri
• Inversio uteri ringan:
– fundus uteri terbalik menonjol ke dalam kavum uteri namun
belum keluar dari ruang rongga rahim.
• Inversio uteri sedang
– terbalik dan sudah masuk ke dalam vagina.
• Inversio uteri berat
– uterus dan vagina semuanya terbalik dan sebagian sudah keluar
vagina.
Penyebab Inversio Uteri
• Spontan:
– Grande multipara
– atoni uteri
– kelemahan alat kandungan
– tekanan intra abdominal yang tinggi (mengejan dan
batuk)
Penyebab Inversio Uteri

• Tindakan:
– Perasat Crede yang berlebihan
• Perasat Crede: memijat uterus seperti memeras jeruk supaya plasenta lepas dari dinding
uterus
• Perasat ini dipakai pada keadaan terpaksa misalnya perdarahan

– Tarikan tali pusat


– Manual plasenta yang dipaksakan
– Perlekatan plasenta pada dinding rahim.
Penanganan Inversio Uteri
• Pencegahan :
– hati-hati dalam memimpin persalinan, jangan terlalu mendorong rahim atau
melakukan perasat Crede berulang-ulang dan hati-hatilah dalam menarik tali pusat
serta melakukan pengeluaran plasenta dengan tajam.

• Bila telah terjadi maka tindakan yang dilakukan :


– Bila ada perdarahan atau syok, berikan infus dan transfusi darah serta perbaiki
keadaan umum.
– Segera itu segera lakukan reposisi kalau perlu dengan anestesi
– Bila tidak berhasil maka lakukan tindakan operatif secara per abdominal (operasi
Haultein) atau per vaginam (operasi menurut Spinelli)
– Di luar rumah sakit dapat dibantu dengan melakukan reposisi ringan yaitu dengan
tamponade vaginal lalu berikan antibiotik untuk mencegah infeksi.
TERIMA KASIH…..

Anda mungkin juga menyukai