Anda di halaman 1dari 31

Komplikasi Persalinan

Kala III & IV


Wahidah Sukriani
Perdarahan Kala III
o kehilangan darah lebih dari 500 ml melalui jalan lahir yang terjadi selama persalinan
kala III
o Perdarahan adalah sebab penting kematian ibu o Perdarahan
pada Kala III dapat di sebabkan oleh:
a. Atonia Uteri
b. Plasenta Tidak lahir
c. Plasenta lahir tidak lengkap
d. Robekan Jalan Lahir Pada Kala II
e. Ruptura Uteri
f. Inversio Uteri
Retensio Plasenta

Plasenta tidak lahir setelah 30 Menit sejak Bayi di Lahirkan

o Tidak semua retensio plasenta menyebabkan terjadinya perdarahan.


o Apabila terjadi perdarahan, maka plasenta dicoba dilepaskan secara manual lebih dulu
(Manual Plasenta)
Tanda Gejala Retensio Plasenta
o Plasenta yang belum lahir dalam waktu 30 menit setelah bayi lahir.
o Adanya kontraksi uterus yang kurang baik.
o Tali pusat yang terjulur keluar, kadang – kadang dapat putus akibat traksi yang
berlebihan.
o Perdarahan setelah lahir yang terus berlanjut.
Penyebab Retensio Plasenta
o Plasenta yang belum juga lepas setelah 30 menit bayi lahir dapat disebabkan oleh
sebab normal (fisologis-anatomis), maupun akibat kelainan (patologis-
anatomis).

Sebab Fisiologis Anatomis:


1. His atau kontraksi rahim yang kurang kuat
2. Tempat melekatnya plasenta yang berada di sudut tuba falopi
3. Bentuk plasenta membranacea atau plasenta anularis
4. Ukuran plasenta yang sangat kecil
Sebab Patologis Anatomis

o Plasenta Adhesiva yaitu tertanamnya plasenta


secara kuat pada rahim sehingga
menyebabkan kegagalan pada mekanisme
separasi fisiologis.
o Plasenta Akreta yaitu plasenta yang tertanam
hingga memasuki sebagian lapisan otot rahim.
o Plasenta Inkreta yaitu plasenta yang tertanam
hingga memasuki keseluruhan lapisan otot
Rahim
o Plasenta Perkreta yaitu plasenta yang tertanam
menembus lapisan otot hingga mencapai lapisan
terluar rahim.
o Plasenta Inkarserata adalah plasenta yang
tertahan di dalam rahim akibat
menyempitnya mulut rahim.
Faktor predisposisi
o Grande multipara
o Terdapat bekas luka pada uterus
o Kehamilan ganda
o Plasenta previa
Penangan Retensio Plasenta

MANUAL PLASENTA
Prosedur Manual Plasenta

a. Persiapan

o Memasang set dan cairan infus.


o Menjelaskan pada ibu prosedur dan tujuan
tindakan.
o Melakukan anestesi
verbal/analgesia per rektal.
o Menyiapkan dan jalankan prosedur
pencegahan infeksi.
b. Tindakan penetrasi ke dalam kavum uteri

o Pastikan kandungan kemih dalam keadaan kosong.


o Menjepit tali pusat dengan klem pada jarak 5-10 cm dari vulva, tegangkan
dengan satu tangan sejajar lantai.
o Secara obstetrik, memasukkan tangan lainnya (punggung tangan menghadap kebawah)
ke dalam vagina dengan menelusuri sisi bawah tali pusat.
o Setelah mencapai bukaan servik, minta seseorang asisten/penolong lain untuk
menegangkan klem tali pusat kemudian pindahkan tangan luar untuk menahan
fundus uteri.

o Sambil menahan fundus uteri, masukkan tangan dalam hingga ke kavum uteri
sehingga mencapai tempat implantasi plasenta.
o Bentangkan tangan obstetrik menjadi datar seperti memberi salam (ibu jari merapat ke
jari telunjuk dan jari-jari lain saling merapat).
c. Melepas plasenta dari dinding uterus
1. Menentukan implantasi plasenta, temukan tepi plasenta paling bawah.
2. Setelah ujung-ujung jari masuk diantara plasenta dan dinding uterus, maka perluas
pelepasan plasenta dengan jalan menggeser tangan ke kanan dan kiri sambil
digeserkan ke atas (kranial) hingga semua perlekatan plasenta terlepas dari dinding
uterus.

Catatan:
• Bila tepi plasenta tidak teraba atau plasenta berada pada dataran yang sama tinggi dengan
dinding uterus maka hentikan upaya plasenta manual karena hal itu menunjukkan plasenta
inkreta (tertanam dalam myometrium).

• Bila hanya sebagian dari implantasi plasenta dapat dilepaskan dan bagian lainnya melekat erat
maka hentikan pula plasenta manual karena hal tersebut adalah plasenta akreta. Untuk keadaan
ini pastikan ibu telah mendapat
uterotonika sebelum di rujuk.
d. Mengeluarkan plasenta
o Sementara satu tangan masih di dalam kavum uteri, lakukan eksplorasi untuk menilai
tidak ada sisa plasenta yang tertinggal.
o Pindahkan tangan luar dari fundus ke supra simfisis (tahan segmen bawah uterus)
kemudian instruksikan asisten/penolong untuk menarik tali pusat sambil tangan dalam
membawa plasenta keluar. (hindari terjadinya percikan darah)
o Lakukan penekanan (dengan tangan yang menahan suprasimpisis) uterus ke arah
dorso kranial setelah plasenta dilahirkan dan tempatkan plasenta di dalam wadah
yang telah disediakan.
e. Pencegahan infeksi pasca tindakan
o Dekontaminasi sarung tangan (sebelum dilepaskan) dan peralatan lain yang
digunakan.
o Lepaskan dan rendam sarung tangan dan peralatan lainnya di dalam larutan klorin 0,5
% selama 10 menit.
o Cuci tangan dengan sabun dan air bersih mengalir
o Keringkan tangan dengan handuk bersih.
f. Pemantauan pasca tindakan
o Periksa kembali tanda vital ibu.
o Catat kondisi ibu dan buat laporan tindakan.
o Tuliskan rencana pengobatan, tindakan yang masih diperlukan dan asuhan
lanjutan.
o Beritahu pada ibu dan keluarga bahwa tindakan telah selesai.
o Lanjutkan pemantauan ibu hingga 2 jam pasca tindakan sebelum dipindah ke
ruang rawat gabung
Indikasi untuk Tindakan dan atau Rujukan
Segera selama Kala III
o Tanda dan gejala retensio plasenta
plasenta tidak lahir setelah 30 menit sejak bayi dilahirkan
o Tanda dan gejala avulsi (putus)
Tali pusat putus, plasenta tidak lahir
o Tanda dan gejala bagian plasenta yang tertahan
Tepi lateral plasenta tidak dapat diraba/dikenali, selaput ketuban tdk lengkap,
perdarahan pasca persalinan dan
Asuhan pada Avulsi (Putus)
o Nilai kontraksi melalui palpasi uterus
o Minta ibu meneran jika ada kontraksi
o Lahirkan plasenta dgn PTT dan tekanan dorsokranial
o Lakukan massase setelah plasenta lahir
o Jika setelah 30 menit sejak bayi lahir dan MAK III maka tangani sebagai Retensio
Plasenta
Asuhan jika ada bagian plasenta tertahan

o Lakukan periksa dalam, keluarkan selaput ketuban dan bekuan darah yang mungkin
masih tertinggal
o Lakukan massase uterus
o Jika ada perdarahan hebat dan uterus berkontraksi baik, periksa adanya separasi partial
atau robekan jalan lahir.
Atonia Uteri
Suatu keadaan dimana myometrium tidak dapat berkontraksi.

Faktor Predisposisi:
1. Distensi uterus berlebihan
2. Kala I dan II memanjang
3. Persalinan cepat
4. Persalinan dengan Induksi
5. Infeksi Intrapartum
6. Grandemultipara
7. Pengaruh MgSO4 sebagai anti konvulsi pada PE/E
Penatalaksanaan Atonia Uteri
o Jika uterus tidak segera kontraksi dalam 15 detik setelah
rangsang taktil, curigai adanya atonia uteri: Segera
Lakukan KBI

1. Pasang sarung tangan DTT/Steril, masukkan tangan secara obstetrik


2. Periksa vagina dan serviks
3. Setelah melewati Introitus dan berada dalam vagina kepalkan tangan dan
tempatkan pada forniks anterior. Tekan dinding anterior segmen bawah
Rahim ke arah tangan yang diluar yang sedang mendorong dinding posterior
uterus ke arah depan
4. Aplikasikan tekanan yang kuat
Kompresi Bimanual Internal
Evaluasi keberhasilan
o Jika uterus berkontraksi dan perdarahan berkurang, teruskan KBI selama 2 menit.
o Jika uterus berkontraksi dan masih terjadi perdarahan, periksa ulang perineum,
vagina dan serviks
o Jika uterus tidak berkontraksi dalam 5 menit, ajarkan keluarga untuk KBE
o Jika penolong berkelompok, penolong lain memasang infus
o Berikan 0,2 mg ergometrin IM atau misoprostrol 600 mcg per rectal
o Hati2 pada pasien hipertensi Gunakan jarum 16/18, berikan larutan kristaloid
(RL) 500cc dan oksitosin 20 IU dengan kecepatan 30 tetes/menit
o Ulangi KBI
o Jika uterus tdk kontraksi 1-2 menit, segera rujuk
Kompresi Bimanual Eksterna
o Letakkan satu tangan pd dinding abdomen, depan korpus uteri di atas simfisis
o Letakkan tangan yang lain pada dinding abdomen dan dinding belakang
korpus
o Lakukan kompresi dengan cara saling mendekatkan tangan.
Kompresi Bimanual Eksternal
Kompresi Aorta Abdominalis
Raba pulsasi arteri femoralis
Sisihkan uterus ke arah bawah, tekan umbilicus
Jika pulsasi melemah atau berhenti, maka kompresi berjalan efektif
Laserasi Perineum
Penjahitan Laserasi
o Cuci tangan
o Pastikan peralatan DTT/Steril
o Anestesi Lokal
o Jahitan pertama 1 cm di atas ujung laserasi
o Lakukan penjahitan dengan teknik jelujur
o Pastikan jarak jahitan sama dan otot yang terluka telah terjahit
o Potong benang jangan terlalu pendek, sisakan 1,5 cm
o Ulangi periksa vagina memastikan tidak ada yg tertinggal
o Masukkan jari kecil pada rectum, pastikan apakah ada yang jahitan
o Cuci area genetalis
o Beritahu ibu cara merawat perineum
TUGAS
Buatlah Rangkuman Tentang Syok dalam Kebidanan
1. Syok Hipovolemik
2. Syok Septik
3. Syok Hemmoragic
4. Syok Anafilaktik
5. Syok Neurogenik
6. Syok Kardiogenik
Dikumpulkan Melalui VILEP

Anda mungkin juga menyukai