Anda di halaman 1dari 4

PEMANTAUAN KALA III

a. Perdarahan
Jumlah darah dikur, dan dilihat apakah ada bekuan darah atau tidak. Apabila jumlah darah
lebih dari 500 cc, segera lakukan penatalaksanaan sesuai sebab.
b. Kontraksi uterus
Setelah plasenta terlepas dan lahir, uterus melakukan kontraksi. Kontraksi harus terus
dipantau sampai kala IV persalinan, bila didapatkan uterus yang kontraksinya jelek atau
bahkan tidak berkontraksi kemungkinan terjadi atonia uteri sebagai salah satu penyebab
perdarahan setelah persalinan.
c. Robekan jalan lahir
Perhatikan dan temukan penyebab perdarahan dari laserasi atau robekan perineum dan
vagina, nilai perluasan laserasi jalan lahir dan perineum untuk mengetahui jenis
penatalaksanaan yang akan dilakukan.
d. Tanda-tanda vital
- Tekanan darah: tekanan sistolik dan diastolik mulai kembali ke tingkat sebelum
persalinan.
- Nadi : secara bertahap kembali ke tingkat sebelum melahirkan.
- Suhu : suhu tubuh meningkat secara perlahan.
- Pernafasan : kembali bernafas normal.
- Aktivitas gastrointestinal : jika tidak terpengaruh obat-obatan, motilitas lambung, dan
absorpsi kembali ke aktivitas normal. Ibu bersalin yang mengalami mual dan muntah
selama kala III adalah hal yang abnormal.

KEBUTUHAN IBU BERSALIN KALA III

a. Ketertarikan ibu pada bayinya


Setelah kelahiran bayi, ibu dan keluarga ingin tahu mengenai keadaan bayinya, mengenai
jenis kelamin bayinya, apakah bayi dalam keadaan normal, apakah bayi dalam keadaan baik,
dan bisa beradaptasi dengan lingkungan barunya.
b. Keadaan ibu
Setelah ibu bersalin mengetahui bahwa jenis kelamin bayinya dan keadaan fisiknya:
perhatian ibu beralih pada keadaan dirinya, apakah plasentanya sudah lahir, apakah
terdapat luka pada jalan lahir, apakah terdapat keadaan yang abnormal. Seorang bidan perlu
menjelaskan mengenai keadaan ibu, proses perdalinan selanjutnya serta tindakan apa saja
yang akan dilakukan pada ibu bersalin.

DETEKSI KOMPLIKASI KALA III

a. Retensio Plasenta
Retensio plasenta adalah tertahannya atau belum lahirnya plasenta hingga atau melebihi
waktu 30 menit setelah bayi lahir. Jenis retensio plasenta :
- Plasenta adhesiva
Implantasi yang kuat dari jonjot korion plasenta sehingga menyebabkan kegagalan
mekanisme separasi fisiologis.
- Plasenta akreta
Implantasi jonjot korion plasenta hingga memasuki sebagian lapisan miometrium.
- Plasenta inkreta
Implantasi jonjot korion plasenta hingga mencapai/memasuki miometrium.
- Plasenta perkreta
Implantasi jonjot korion plasenta yang menembus lapisan otot hingga mencapai lapisan
serosa dinding uterus.
- Plasenta inkarserata
Tertahannya plasenta di dalam kavum uteri, disebabkan oleh kontruksi ostium uteri.
b. Plasenta terlepas sebagian
Salah satu penyebab perdarahan kala III terjadi akibat perlepasan plasenta sebagian. Tindakan
masase uterus sebelum plasenta lahir merupakan penyebab utama terjadinya pelepasan
plasenta yang hanya sebagian . pada kondisi normal, selama kala III persalinan terdapat
pengeluaran darah sedikit/ semburan darah tiba-tiba sebagai tanda telah terlepasnya
plasenta, tetapi apabila perdarahan menetap dan plasenta tidak segera lahir perlu dicurigai
adanya kondisi yang abnormal sebagai akibat dan belum terlepasnya plasenta secara
keseluruhan.
c. Sisa plasenta
Apabila setelah plasenta lahir masih terdapat perdaraham secara terus menerus, saat
diperiksa kontraksi uterus ada, tetapi TFU tidak turun segera periksa kelengkapan plasenta,
dan apabila ditemukan plasenta yang tidak lengkap, maka sekarang penolong harus segera
melakukan eksplorasi sisa plasenta dari kavum uteri. Potongan-potongan plasenta yang
tertinggal biasanya menimbulkan perdarahan post partum.
d. Inversio Uteri
Inversio uteri adalah suatu keadaan dimana bagian atas uterus (fundus uteri) memasuki
kavum uteri sehingga fundus uteri sebelah dalam menonjol ke dalam kavum uteri, bahkan ke
dalam vagina atau keluar vagina dengan dinding endometrium sebelah luar.
Penyebab terjadinya :
- Uterus yang lembek, lemah dan tipis dindingnya.
- Tarikan tali pusat yang berlebihan.
- Kanalis servikalis yang longgar.

Faktor yang berhubungan :

- Riwayat inversio uteri pada persalinan sebelumnya.


- Implantasi plasenta di bagian fundus uteri.
- Atonia uteri.
- Penatalaksanaan plasneta di bagian fundus uteri.

Gejala yang terjadi :

- Nyeri yang hebat disertai perdarahan yang banyak hingga terjadi syok.
- Bila masih inkomplit, maka pada daerah simfisis, uterus teraba fundus uteri cekung ke
dalam.
- Bila komplit, diatas simfisis, uterus teraba kosong dan dalam vagina teraba tumor lunak.
- Kavum uteri sudah tidak ada (terbalik)

Penanganan :

- Perbaikan keadaan umum


- Reposisi
- Tindakan operatif perabdominal

TINDAKAN-TINDAKAN PADA KALA III

a. Manual plasenta
Plasenta manual adalah tindakan untuk melepas plasenta secara manual dengan
menggunakan tangan dan tempat implantasinya dan kemudian melahirkannya melalui kavum
uteri.
Prosedur :
- Pasang infus set dan cairan infus
- Jelaskan pada ibu prosedur dan tujuan tindakan
- Lakukan anastesi verbal atau analgesia perrektal
- Siapkan dan jalankan prosedur pencegahan infeksi.
b. Kompresi Bimanual Interna (KBI)
Kompresi Bimanual Interna merupakan tindakan sesudah plasenta dikeluarkan masih terjadi
perdarahan karena atonia uteri. Atonia uteri adalah suatu kondisi dimana miometrium tidak
dapat berkontraksi.
Prosedur :
1. Pakai sarung tangan desinfeksi tingkat tinggi atau steril, dengan lembut memasukkan
tangan (dengan cara menyatukan kelima ujung jari) ke introituss dan ke dalam vagina ibu.
2. Periksa vagina dan serviks untuk mengetahui ada tidaknua selaput ketuban atau bekuan
darah pada kavum uteri yang memungkinkan uterus tidak dapat berkontraksi secara
penuh.
3. Letakkan kepalan tangan pada forniks anterior, menekan dinding anterior uterus,
sementara telapak tanfan lain pada abdomen, menekan dengan kuat dinding belakang
uterus kearah kepalan tangan dalam.
4. Takan uterus dengan kedua tangan secara kuat. Jal ini dimaksudkan untuk memberikan
tekanan langsung pada pembuluh darah di dalam dinding uterus dan juga merangsang
miometrium berkontraksi.
5. Evaluasi hasil kompresi bimanual interna
- Jika uterus berkontraksi dan perdarahan berkurangg, teruskan melakukan KBI selama
2 menit, kemudian perlahan-lahan keluarkan tangan dari dalam vagina dan pantau
kondisi ibu secara melekat selama kala IV.
- Jika uterus berkontraksi tetapi perdarahan terus berlangsung, periksa perineum,
vagina dan serviks apakah terjadi laserasi bagian tersebut, segera lakukan penjahitan
bila ditemukan laserasi.
- Kontraksi uterus tidak terjadi dalam 5 menit, ajarkan pada keluarga untuk melakukan
kompersi bimanual eksterna, kemudian teruskan dengan langkah0langkah
penatalaksanaan atonia uteri selanjutnya.
- Minta keluarga untuk mulai menyiapkan rujukan.
c. Kompresi Bimanual Eksterna (KBE)
Bila setelah dilakukan KBI selama 5 menit uterus belum juga berkontraksi, ajari pendamping
persalinan/ keluarga KBE. KBE adalah tindakan penghentian perdarahan dan merangsang
kontraksi uterus dengan cara penekanan pada bagian dinding depan dan belakang uterus
dengan maksud untuk menjepit pembuluh darah uterus.
Prosedur :
- Letakkan satu tangan pada dinding abdomen dan dinding depan korpus uteri dan diatas
simfisis pubis.
- Letakkan tangan lain pada dinding abdomen dan dinding belakang korpus uteri, sejajar
dengan dinding depan korpus uteri. Usahakan untuk mencakup/ memegang bagian
belakang uterus seluas mungkin.
- Lakukan kompresi uterus dengan cara saling mendekatkan tangan depan dan belakang
agar pembuluh darah di dalam anyaman miometrium dapat dijept secara manual.

Anda mungkin juga menyukai