Anda di halaman 1dari 37

PERDARAHAN POST

PARTUM
No. Dokumen :
D/440/22/SOP/432.302.18/2017
SOP No. Revisi : 00
Tanggal Terbit : 26 April 2017
Halaman : ¼
UPT. PUSKESMAS
SRI WAHYUNI, SKM., MM
KADUR
NIP. 197403171998032007
KAB. PAMEKASAN
1. Pengertian Perdarahan Post Partum adalah perdarahan pasca persalinan yang Melebihi 500
ml setelah bayi lahir atau yang berpotensi mengganggu hemodinamik ibu
2. Tujuan Menghentikan perdarahan.

3. Kebijakan SK Kepala UPT Puskesmas Kadur nomor : A/440/31/SK/432.302.18/2017


tentang kebijakan pelayanan klinis UPT Puskesmas Kadur.
4. Referensi Buku kesehatan maternal dan neonatus, yayasan bina pustaka, sarwono
prawiroharjo, Jakarta, 2002
5. Langkah-langkah 1. Pasien dengan Perdarahan Post Partum.
2. Memanggil bantuan Tim dan konsul dokter jaga
3. Pasien posisi trendelenberg.
4. Petugas menilai Tekanan Darah, Nadi, Pernafasan.
5. Pastikan jalan nafas bebas.
6. Beri O2
7. Pasang intravena line.
8. Ambil darah periksa lab dan lakukan pemeriksaan: kadar hemoglobin
(pemeriksaan hematologi rutin) dan penggolongan ABO. Jika kadar Hb<8 g/dl di
rujuk
9. Lakukan resusitasi cairan kristaloid ( Nacl/RL ).
10. Memeriksa penyebab perdarahan.
a. Periksa kondisi abdomen: kontraksi uterus, nyeri tekan, parut luka,
dan tinggi fundus uteri.
b. Periksa jalan lahir dan area perineum untuk melihat perdarahan dan laserasi
(jika ada, misal: robekan serviks atau robekan vagina).
c. Periksa kelengkapan plasenta dan selaput ketuban.
11. Pasang kateter Folley untuk memantau volume urin dibandingkan dengan
jumlah cairan yang masuk.
Catatan : produksi urin normal 0.5 – 1 ml/kgBB/jam atau sekitar 30 ml/jam)
12. Tatalaksana perdarahan sesuai penyebab
a. Tata laksana atoni uteri :
1) Lakukan pemijatan uterus.
2) Pastikan plasenta lahir lengkap.
3) Berikan 20-40 unit Oksitosin dalam 1000 ml larutan NaCl 0,9% / Ringer
Laktat dengan kecepatan 60 tetes/menit dan 10 unit IM.
4) Lanjutkan infus oksitosin 20 unit dalam 1000 ml larutanNaCl
0,9%/Ringer Laktat dengan kecepatan 40 tetes/menit hingga
perdarahan berhenti.
5) Bila tidak tersedia Oksitosin atau bila perdarahan tidak berhenti, berikan
Ergometrin 0,2 mg IM atau IV (lam
bat), dapat diikuti pemberian 0,2 mg IM setelah 15 menit, dan pemberian 0,2 mg
IM/IV (lambat) setiap 4 jam bila diperlukan. Jangan berikan lebih dari 5 dosis (1
mg).
6) Jika perdarahan berlanjut, berikan 1 g asam traneksamat IV
(bolus selama 1 menit, dapat di ulang setelah 30 menit)
kukan pasang kondom kateter atau kompresi bimanual
internal
selama 5 menit.
8)
Siapkan rujukan
ke fasilitas pelayanan kesehatan sekunder
sebagai
antisipasi bila perdarahan tidak berhenti.
9)
Perlu Diingat :
1)
Jangan berikan lebih dari 3
liter larutan intravena yang
mengandung oksitosin.
2)
Jangan berikan ergometrin kepada ibu dengan hipertensi
berat/tidak terkontrol, penderita sakit jantung dan penyakit
pembuluh darah tepi.
b.
Tata laksana
Robekan jalan lahir :
Ruptura Perineum dan Robekan
Dind
ing Vagina
1.
Lakukan eksplorasi untuk mengidentifikasi sumber perdarahan.
2.
Lakukan irigasi pada tempat luka dan bersihkan dengan antiseptik.
3.
Hentikan sumber p
erdarahan dengan klem kemudian i
kat dengan
benang yang dapat diserap.
4.
Lakukan penjahitane. Bila perd
arahan masih berlanjut, berikan 1 g
asamtraneksamat IV (bolus selama 1 menit, dapat diulang
setelah
30 menit).
c.
Robekan Serviks :
1.
Paling sering terjadi pada bagian lateral bawah kiri dan kanan dari
porsio.
2.
Siapkan rujukan ke fasilitas pelayanan kesehatan se
kunder.
d.
Retensio Plasenta :
1.
Berikan 20
-
40 unit oksitosin dalam 1000 ml larutan
NaCl 0,9%
atau Ringer Laktat dengan kecepatan 60 tetes/menit dan 10 unit
IM.
2.
Lanjutkan infus oksitosin 20 unit dalam 1000 ml larutanNaCl 0,9%
atau Ringer Laktat dengan kecepata
n 40 tetes/menit hingga
perdarahan berhenti.
3.
Lakukan tarikan tali pusat terkendali.
4.
Bila tarikan tali pusat terkendali tidak berhasil, lakukan
plasenta
manual secara hati
-
hati.
5.
Berikan antibiotika profilaksis dosis tunggal (Ampisilin 2 g IV
dan
Metronidazo
l 500 mg IV).
6.
Segera atasi atau rujuk ke fasilitas yang lebih lengkap bila
terjadi
komplikasi perdarahan hebat atau infeksi
.
e.
Sisa Plasenta :
1.
Berikan 20
-
40 unit oksitosin dalam 1000 ml larutan NaCl 0,9%
atau Ringer Laktat dengan kecepatan 60 tetes/menit dan
10 unit
IM.
2.
Lanjutkan infus Oksitosin 20 unit dalam 1000 ml larutan NaCl
0,9% atau Ringer Laktat dengan kecepatan 40 tetes/menit hingga
pendarahan berhenti.
3.
Lakukan eksplorasi digital (bila serviks terbuka) dan keluarkan
bekuan darah dan jaringan.
4.
Bila
serviks hanya dapat dilalui oleh instrumen, lakukan evakuasi
sisa plasenta dengan aspirasi vakum manual atau dilatasi dan
kuretase.
5.
Berikan antibiotika profilaksis dosis tunggal (ampisillin 2 g IV dan
Metronidazol 500 mg).
6.
Jika perdarahan berlanjut, tata l
aksana seperti kasus atonia uteri.
f.
Tata laksana
Inversio Uteri :
Siapkan rujukan ke fasilitas pelayanan kesehatan sekunder
g.
Tata laksana
Gangguan Pembekuan Darah
1.
Tangani kemungkinan penyebab (solusio plasenta,eklampsia).
Pada banyak kasus kehilangan darah
yang akut, koagulopati dapa

6. Prosedur 1. Mempersiapkan alat dan bahan yang diperlukan


2. Mempersiapkan bumil mengosongkan kandung kemih
3. Petugas mencuci tangan dengan sabun antiseptic dan bilas dengan air mengalir
dan keringkan.
4. Menganamnesa Bumil :
a. Riwayat perkawinan
b. Riwayat penyakit ibu dan keluarga
c. Status riwayat haid HPHT
d. Riwayat imunisasi ibu saat ini
e. Kebiasaan ibu
f. Dari amnesa haid tersebut, tentukan usia kehamilan dan buat taksiran
persalinan
5. Melakukan pemeriksaan umum pada bumil :
a. Keadaan umum bumil
b. Ukur TB, BB, Lila
c. Tanda vital : tensi, Nadi, RR, suhu
d. Pemeriksaan fisik menyeluruh (dari kepala sampai ekstrimitas)
 Mata : conjungtiva, icterus, gigi
 Kaki : oedema kaki, dsb.
6. Melakukan pemeriksaan khusus pada pengguna layanan :
a. Umur kehamilan < 20 minggu
 Inspeksi :
 Tinggi fundus
 Hyperpigmentasi (pada areola mammae, linea nigra)
 Striae
 Palpasi
 Tinggi fundus uteri
 Keadaan perut
 Auskultasi
b. Umur kehamilan > 20 minggu
 Inspeksi
 Tinggi fundus uteri
 Hyperpigmentasi dan striae
 Keadaan dinding perut
Palpasi
Lakukan pemeriksaan leopold dan instruktur kerjanya sbb :
Pemeriksaan berada disisi kanan bumil, menghadap bagian lateral
kanan
 Leopold 1
 Letakkan sisi lateral telunjuk kiri pada puncak fundus uteri
untuk menetukan tinggi fundus, perhatikan agar jari tersebut
tidak mendorong uterus kebawah (jika diperlukan, fiksasi
uterus basah dengan meletakkan ibu jari dan telunjuk tangan
kanan dibagian lateral depan kanan dan kiri, setinggi tepi
atas simfisis).
 Angkat jari telunjuk kiri (dan jari-jari yang mengfiksasi
uterus bawah) kemudian atur posisi pemeriksaan sehingga
menghadap kebagian kepala ibu.
 Letakkan ujung telapak tangan kiri dan kanan pada fundus
uteri dan rsakan bagian bayi yang ada pada bagian tersebut
dengan jalan menekan secara lembut dan menggeser telapak
tangan kiri dan kanan secara bergantian.
 Leopold 2
 Letakkan telapak tangan kiri pada dinding perut lateral kanan
dan telapak tangan kanan pada dinding perut lateral kiri ibu
sejajar dan pada ketinggian yang sama.
 Mulai dari bagian atas, tekan secara bergantian atau
bersamaan telapak tangan kiri dan kanan kemudian gser
kearah bawah dan rasakan adanya bagian yang rata dan
memanjang (punggung) atau bagian yang kecil (ekstremitas).
 Leopold 3
 Atur posisi pada sisi kanan dan menghadap kebagian kiki
ibu.
 Letakkan ujung telapak tangan kiri pada dinding lateral kiri
bawah, telapak tangan pada dinding lateral kanan bawah
perut ibu, tekan secara lembut bersamaan atau bergantian
untuk menentukan bagian bawah bayi (bagian keras, bulat
dan hamper homogeny adalah kepala, sedangkan tonjolan
yang lunak dan kurang simetris adalah bokong).
 Leopold 4
 Letakkan ujung telapak tanga kiri dan kanan pada dinding
lateral kiri dan kanan uterus bawah, ujung-ujung jari tangan
kiri dan kanan berada pada tepi atas simfisis.
 Temukan kedua jari kiri dan kanan, kemudian rapatkan
semua jari-jari tangan kanan yang meraba dinding bawah
uterus.
 Perhatikan sudut yang dibentuk oleh jari-jari kiri dan kanan
(konvergen / divergen).
 Pindahkan ibu jari dan telunjuk tangan kiri pada bagian
terbawah bayi (bila presentasi kepala, upayakan memegang
bagian kepala didekat leher dan bila presentasi bokong,
upayakan untuk memegang pingang bayi).
 Fiksasi bagian tersebut kearah pintu atas panggul, kemudian
letakkan jar-jari tangan kanan diantara tangan kiri dan
simfisis untuk menilai seberapa jauh bagian terbawah telah
memasuki pintu atas panggul.
 Auskultasi
Pemeriksaan bunyi dan frekuensi jantung janin
 Pemeriksaan tambahan
Laboratorium rutin : HB, albumin, HIV
7. Akhir pemeriksaan (mengevaluasi)
a. Buat kesimpulan hasil pemeriksaan
b. Buat prognosa dan rencana penatalaksanaan
c. Catat hasil pemeriksaan pada buku KIA dan status pengguna
layanan
d. Jelaskan hasil pemeriksaan pada bumil yang meliputi : usia
kehamilan, letak janin, tafsiran persalinan, resiko yang ditemukan
atau adanya penyakit lain
e. Jelaskan untuk melakukan kunjungan ulang
f. Jelaskan rencana asuhan ANC berkaitan dengan hasil
pemeriksaan
g. Jelaskan pentingnya imunisasi
h. Jelaskan menjadi akseptor KB setelah melahirkan
i. Beri alasan bila pengguna layanan dirujuk kerumah sakit.
7. Diagram Alir Mempersiapkan bumil Petugas mencuci
mengosongkan kandung tangan
Petugas
kemih
menganamnesa
bumil
Petugas melakukan Petugas melakukan
pemeriksaan khusus pemeriksaan umum

8. Hal-hal yang Observasi pengguna layanan antara 5 sampai dengan 15 menit terhadap
perlu tindakan yang perlu dilakukan
diperhatikan

9. Unit Terkait 1. Ruang bersalin


2. UGD
3. Rawat inap
4. KIA (polindes/poskesdes)
10. Dokumen 1. Rekam Medis
terkait 2. Catatan tindakan

11. Rekaman Historis

No. Yang dirubah Isi Perubahan Tgl. Mulai diberlakukan

ASUHAN PERSALINAN
NORMAL/INTRAPARTUM CARE
No. Dokumen :
D/440/22/SOP/432.302.18/2017
No. Revisi : 00
SOP
Tanggal Terbit : 04 Februari
2017
Halaman : ½
UPT. PUSKESMAS
SRI WAHYUNI, SKM., MM
KADUR
NIP. 197403171998032007
KAB. PAMEKASAN
1. Pengertian Asuhan persalinan normal adalah asuhan yang bersih dana man selama
pengeluaran hasil konsepsi setelah pembuahan berumur lebih dari 37
minggu dan setelah bayi lahir serta upaya pencegahan komplikasi.
2. Tujuan Sebagai acuan petugas untuk melakukan asuhan persalinan
normal/intrapartum care.
3. Kebijakan SK Kepala UPT. Puskesmas Kadur nomor :A/440/31/SK/432.302.18/2017
tentang kebijakan pelayanan klinis UPT Puskesmas Kadur.
4. Referensi Buku Asuhan Persalinan Nomal 2008
5. Persiapan 1. Bak instrument berisi set (klem 2 jenis yaitu 1 pean dan 1 klem
khocher, gunting tali pusat 1, setengah khoher 1, gunting episiotomi 1)
dan heacting set berisi (gunting benang 1, pincet anatomi 1, pincet
sirugi 1, naldfoder 1, jarum 1, jarum lengkung 1, jarum bulat 1, benang
cutgut chromic), kateter.
2. Sarung tangan steril 3 setengah pasang
3. Kom berisi kapas dan air DTT
4. Penghisap lender atau delee
5. Oksitosin 5 ampul 1 ml
6. Spuit 3 cc
7. Umbilikal klem atau benang tali pusat
8. Kasa steril
9. APD (Sepatu boot, kaca mata, celemek, masker, tutup kepala)
10. Bengkok
11. Tempat placenta
12. Baskom berisi air DTT dan waslap
13. Baskom berisi klorin 0,5 %
14. Gelas ukur darah
15. Persiapan untuk ibu (2 kain bersih, underpad 1, celana dalam,
pembalut
16. Persiapan untuk bayi (selimut, topi bayi, handuk kering dan bersih,
1 kain bersih)
17. Tempat sampah medis dan nonmedis
18. Bak tertutup (tempat kain kotor)
19. Portograf dan lembar observasi.
6. Prosedur I. MENGENALI GEJALA DAN TANDA KALA DUA
 Mendengar dan melihat adanya tanda persalinan kala II
 Ibu merasa ada dorongan kuat untuk meneran
 Ibu merasakan tekanan yang semakin meningkat pada rectum
dan vagina
 Perineum tampak menonjol
 Vulva dan spinter air membuka

II. MENYIAPKAN PERTOLONGAN PERSALINAN


1. Pastikan kelengkapan peralatan, bahan dan obat-obatan esensial
untuk menolong persalinan dan menatalaksana komplikasi ibu dan
bayi baru lahir.
Untuk resusitasi BBL -> tempat resusitasi datar, rata, cukup, keras,
bersih, kering, hangat, lampu sorot 60 watt dengan jarak 60 cm dari
tubuh bayi, 3 handuk / kain bersih dan kering, alat penghisap
lender, tabung atau balon dan sungkup.
 Menggelar kain diatas perut ibu dan tempat resusitasi serta
ganjal bahu bayi.
 Menyiapkan oksitoksi 10 unit dan alat suntik steril sekali
pakai didalam partus set.
2. Pakai celemek plastic.
3. Melepaskan dan menyimpan semua perhiasan yang dipakai, cuci
tangan dengan sabun dan air bersih mengalir kemudian keringkan
tangan dengan menggunakan tissue atau handuk pribadi yang
bersih dan kering.
4. Pakai sarung tangan DTT pada tangan yang akan digunakan untuk
periksa dalam
5. Masukkan oksitoksin kedalam tabung suntik (gunakan tangan yang
memakai sarung tangan DTT) dan steril (pastikan tidak terjadi
kontaminasi pada alat suntik).
III. MEMASTIKAN PEMBUKAAN LENGKAP DAN KEADAAN JANIN BAIK
1. Membersihkan vulva dan perineum, menyekanya dengan hati-hati
dari depan ke belakang dengan menggunkan kapas atau kasa yang
dibasahi air DTT.
 Jika introitus vagina, perineum atau anus terkontaminasi
tinja, bersihkan dengan seksama dari arah depan ke
belakang.
 Buang kapas atau kasa pembersih (terkontaminasi) dalam
wadah yang tersedia.
 Ganti sarung tangan jika terkontaminasi (dekontaminasi,
lepaskan dan rendam dalam larutan klorin 0,5 % -> langkah
#9)
2. Lakukan peeriksa dalam untuk memastikan pembukaan lengkap.
 Bila selaput ketuban dalam pecah dan pembukaan sudah
lengkap maka lakukan amniotomi.
3. Dekontaminasi sarung tangan dengan cara celupkan tangan yang
masih memakai sarung tangan kedalam larutan klorin 0,5 %
kemudian lepaskan dalam keadaan terbalik dalam larutan 0,5 %
selama 10 menit. Cuci kedua tangan setelah sarung tangan
dilepaskan.
4. Periksa denyut jantung janin (DJJ) setelah kontraksi / saat relaksasi
uterus untuk memastikan bahwa DJJ dalam batas normal (120-
160x/menit).
 Mengambil tindakan yang sesuai jika DJJ tidak normal
 Mendokumentasikan hasil-hasil pemeriksaan dalam DJJ dan
semua hasil-hasil penilaian serta asuhan lainnya pada
partograf.
IV. MENYIAPKAN IBU DAN KELUARGA UNTUK MEMBANTU PROSES
BIMBINGAN MENERAN
1. Memberitahukan bahwa pembukaan sudah lengkap dan keadaan
janin baik dan bantu ibu menemukan posisi yang nyaman sesuai
dengan keinginannya.
 Tunggu hingga timbul rasa ingin meneran, lanjutkan
pemantauan kondisi dan kenyamanan ibu dan janin (ikuti
dan pedoman, penatalaksanaan fase aktif) dan
dokumentasikan semua temuan yang ada.
 Jelaskan pada anggota keluarga tentang bagimana peran
mereka untuk mendukung dan memberi semangat pada ibu
untuk meneran secara benar.
2. Minta keluarga membantu menyiapkan posisi meneran (bila ada
rasa ingin meneran) dan terjadi kontraksi yang kuat, bantu ibu ke
posisi setengah duduk atau posisi lain yang diinginkan dan pastikan
ibu merasa nyaman.
3. Laksanakan bimbingan meneran pada saat ibu merasa ada
dorongan kuat untuk meneran.
 Bimbingan ibu agar dapat meneran dengan benar dan
efektif.
 Dukung dan beri semangat pada saat meneran dan perbaiki
cara meneran apabila caranya tidak sesuai.
 Bantu ibu mengambil posisi yang nyaman sesuai pilihannya
(kecuali posisi supine dalam waktu yang lama)
 Anjurkan ibu untuk istirahat diantara kontraksi
 Anjurkan keluarga untuk memberi dukungan dan semangat
untuk ibu
 Berikan cukup asupan per-oral (minum)
 Menilai DJJ setiap kontraksi uterus selesai
 Segera rujuk jika bayi belum atau tidak akan segera lahir
setelah 120 menit (2 jam) meneran (primigravida) atau 60
menit (1 jam) meneran (multigravida)
4. Anjurkan ibu untuk berjalan, berjongkok, atau mengambil posisi
yang nyaman, jika ibu belum merasa ada dorongan untuk meneran
dalam 60 menit.
V. PERSIAPAN PERTOLONGAN KELAHIRAN BAYI
15. Letakkan handuk bersih (untukmengeringkan bayi) di perut ibu, jika
kepala bayi telah membuka vulva dengan diemater 5-6 cm
16. Letakkan kain bersih yang dilipat 1/3 bagian bawah bokong ibu
17. Buka tutup partus set dan perhatikan lagi kelengkapannya alat dan
bahan
18. Pakai sarung tangan DTT pada kedua tangan
VI. PERSIAPAN KELAHIRAN PERTOLONGAN KELAHIRAN BAYI
 LAHIRNYA KEPALA
19. Setelah tampak kepala bayi dengan diameter 5-6 cm membuka
vulva maka lindungi perineum dengan satu tangan yang dilapisi
dengan kain bersih dan kering. Tangan yang lain menahan kepala
bayi untuk menahan posisi defleksi, dan membantu kelahiranya
kepala. Anjurkan ibu untuk meneran perlahan atau bernafas cepat
dan dangkal.
20. Periksa kemungkinan adanya lilitan tali pusat dan ambil tindakan
yang sesuai bila hal itu terjadi, dan lanjutkan proses kelahiran bayi.
21. Tunggu kepala bayi melakukan putar paksi laur secara spontan.
 LAHIRNYA BAHU
22. Setelah kepala melakukan putar paksi luar, pegang secara
bipariental. Anjurkan ibu untuk meneran saat kontraksi. Dengan
lembut gerakan kepala bayi ke bawah dan distal hingga lahir bahu
depan dibawah askus pubis dan kemudian gerakkan arah atas dan
distal untuk melahirkan bahu belakang.

 LAHIRNYA BADAN DAN TUNGKAI


23. Setelah kedua bahu lahir, geser tangan bawah untuk kepala dan
bahu. Gunakan tangan atas untuk menelusuri dan memegang
lengan dan siku sebelah atas.
24. Setelah tubuh dan lengan lahir, penelusuran tangan atas berlanjut
ke punggung, bokong, tungkai dan kaki. Pegang kedua mata kaki
(masukkan telunjuk diantara kaki dan pegang masing-masing mata
kaki dengan ibu jari dan jari lainnya).

VII. PENANGANAN BAYI BARU LAHIR


25. Lakukan penilaian bayi baru lahir sbb :
 Sebelum bayi lahir :
a. Apakah kelahiran cukup bulan ?
b. Apakah air ketuban jernih, tidak bercampur mikonium (warna
kehijuan)
 Segera setalah bayi lahir (jika bayi cukup bulan) :
Sambal menempatkan bayi diatas perut, lakukan
penilaian (selintas) :
a. Apakah bayi menangis atau bernapas, tidak mengap-mengap
?
b. Apakah tonus otot bayi baik/bayi bergerak aktif ?
Jika bayi cukup bulan, ketuban tidak bercampur meconium,
menangis atau bernafas normal/ tidak mengap-mengap dan
bergerak aktif, lakukan langkah 26.
Jika bayi tidak cukup bulan dana tau etuban bercampur meconium
dana tau bayi tidak benapas atau mengap-mengap dana tau bayi
lemas, lakukan manajemen bayi dengan asfiksia.
26. Mengeringkan tubuh bayi.
Keringkan bayi mulai dari muka, kepala, dan bagian tubuh lainnya
kecuali bagian tangan tanpa membersihkan verniks. Ganti handuk
basah dengan handuk/ kain kering. Biarkan bayi diatas perut ibu.
27. Periksa kembali uterus untuk memastikan tidak ada bayi lagi dalam
uterus (hamil tunggal).
28. Beritahu ibu bahwa ia akan disuntik oksitosin agar uterus
berkontraksi baik.
29. Dalam waktu 1 menit setelah abyi lahir, suntikkan oksitosin 10 unit
IM (intramuskular) di 1/3 paha atas bagian distal lateral (lakukan
aspirasi sebelum menyuntikkan oksitosin).
30. Dalam waktu 2 menit stelah bayi lahir, jepit tali pusat dengan klem
kira-kira 3 cm dari pusat bayi. Mendorong isi tali pusat kearah distal
(ibu) dan jepit kembali tali pusat pada 2 cm distal dari klem
pertama.
31. Pemotongan dan pengikatan tali pusat.
 Dengan satu tangan pegang tali pusat yang telah dijepit
(lindungi perut bayi) dan lakukan pengguntingan tali pusat
diantara 2 klem tersebut.
 Ikat tali pusat dengan benang DTT atau steril pada satu sisi
kemudian melingkarkan kembali benang tersebut dan
mengikatnya dengan simpul kunci pada sisi lain.
 Lepaskan klem dan masukkan kedalam wadah yang telah
disediakan.
32. Letakkan bayi agar ada kontak kulit ibu ke kulit bayi.
Letakkan bayi tengkurap di dada ibu, kulit bayi kontak dengan kulit
ibu. Luruskan bahu bayi sehingga bayi nempel didada ibu.
Usahakan kepala bayi berada diantara payudara ibu dengan posisi
lebih rendah dari putting payudara ibu.
33. Selimuti ibu dan bayi dengan kain hangat dan pasang topi dikepala
bayi.
VIII. PENATALAKSANAAN AKTIF PERSALINAN KALA III
34. Pindahkan klem pada tali pusat sehingga berjarak 5 – 10 cm dari
vulva.
35. Letakkan 1 tangan diatas kain pada perut ibu, ditepi atas symfisis,
untuk mendeteksi tangan lain menegangkan tali pusat.
36. Setelah uterus berkontraksi, tegangkan tali pusat kearah bawah
sambil tangan yang lain mendorong uterus kearah belakang atas
(dorso kranial) secara hati-hati (untuk mencegah involusi uteri). Jika
plasenta tidak lahir dalam 30-40 detik, hentikan penegangan tali
pusat dan tunggu hingga timbul kontraksi berikutnya dan ulangi
prosedur diatas.
 Jika uterus tidak segera berkontraksi, minta ibu, suami atau
anggota keluarga untuk melakukan stimulasi putting susu.
 MENGELUARKAN PLASENTA
37. Lakukan penegangan dan dorong dorso kranial hingga plasenta
terlepas, minta ibu meneran sambil penolong menarik tali pusat
dengan arah sejajar lantai dan kemudian kearah atas, mengikuti
poros jalan lahir (tetap lakukan tekanan dorso-kranial).
 Jika tali pusat bertambah panjang pindahkan klem hingga
berjarak sekitar 5-10 cm dari vulva dan lahirkan plasenta.
 Jika plasenta tidak lepas setelah 15 menit menegangkan tali
pusat :
1) Beri dosis ulangan oksitosin 10 unit IM
2) Lakukan katerisasi (aseptik) jika kandung kemih
penuh
3) Minta keluarga untuk melakukan rujukan
4) Ulangi penegangan tali pusat 15 menit berikutnya
5) Jika plasenta tidak lahir dalam waktu 30 menit setelah
bayi lahir atau bila terjadi pendarahan segera lakukan
plasenta manual.
38. Saat plasenta muncul di introitus vagina, lahirkan plassenta dengan
kedua tangan. Pegang dan putar plasenta sehingga selaput
ketuban terpilin kemudian klem DTT atau seteril untik
mengeluarkan selaput yang tertinggal.
 RANGSANGAN TAKTIL (MASASE) UTERUS
39. Segera setelah plasenta dan selaput ketuban lahir, lakukan masase
uterus, letakkan telapak tangan di fundus dan lakukan massase
dengan gerakan melingkar dengan lembut hingga uterus
berkontraksi (fundus teraba keras).
 lakukan tindakan yang diperlukan jika uterus tidak berkontraksi
setelah 15 menit massase.
IX. MENILAI PERDARAHAN
40. Periksa kedua sisi plasenta baik bagian ibu maupun bayi dan
pastikan selaput ketuban lengkap dan utuh, masukkan plasenta
kedalam kantung plastic atau tempat khusus
41. Evaluasi kemungkinan laserasi pada vagina dan perineum.
Lakukan penjahitan bila laserasi menyebabkan pendarahan.
Bila ada robekan yang menimbulkan perdarahan aktif segera
lakukan penjahitan.
X. MELAKUKAN PROSEDUR PACSA PERSALINAN
42. Pastikan uterus berkontraksi dengan baik dan tidak terjadi
perdarahan pervaginam.
43. Lakukan inisiasi menyusu dini dan biarka bayi tetap melakukan
kontak kulit ke kulit didada ibu paling sedikit 1 jam.
 Sebagian besar bayi akan berhasil melakukan inisiasi menyusu
dini dalam waktu 30 – 60 menit. Menyusu pertama biasanya
berlangsung sekitar 10-15 menit. Bayi cukup menyusu dari
satu payudara.
 Biarkan bayi berada di dada ibu selama satu jam walaupun
bayi sudah berhasil menyusu.
 Setelah bayi selesai menyusu dalam satu jam pertama, beri
vitamin K 1mg intramuskuler dipaha kiri dan salep/ tetes mata
antibiotika.

44. Lakukan pemeriksaan fisik BBL


45. Setelah 1 jam berikan vitamin K, beri imunisasi hepatitis B di paha
kanan. Letakkan bayi di dalam jangkauan ibu agar sewaktu-waktu
bisa disusukan letakkan kembali bayi pada dada ibu jika bayi belum
berhasil menyusu di dalam satu jam petama dan biarkan sampai
bayi berhasil menyusu.
 EVALUASI
46. Lanjutkan pemantauan kontraksi dan mencegah perdarahan
pervaginam.
 2-3 kali dalam 15 menit pertama pasca persalinan
 Setiap 15 menit pada 1 jam pertama pasca persalinan
 Setiap 20-30 menit pada jam kedua pasca persalinan
 Jika uterus tidak berkontraksi dengan baik, melakukan asuha
yang sesuai untuk menatalaksana atonia uteri
47. Ajarkan ibu atau keluarga cara melakukan masase uterus dan
menilai kontraksi
48. Evaluasi dan estimasi jumlah kehilangan darah
49. Memeriksa nadi ibu dan keadaan kandung kemih setiap 15 menit
selama 1 jam pertama pascapersalinan dan setiap 30 menit selama
jam ke 2 pascapersalinan.
 Memeriksa temperature tubuh ibu sekali setiap jam selama 2
jam pertama pascapersalinan
 Melakukan tindakan yang sesuai untuk temuan yang tidak
normal.
50. Pantau tanda-tanda bahaya pada bayi setiap 15 menit. Pastikan
bahwa bayi bernapas dengan baik (40-60 kali/menit) serta suhu
tubuh normal (36,5-37,5◦C)
 Jika terdapat napas cepat, retraksi dinding dada bawah yang
berat, sulit baernapas, merintih, lakukan rujukan (lihat
MTBM)
 Jika kaki teraba dingin, pastikan ruangan hangat.
Kembalikan bayi untuk kontak kulit bayi kekulit ibunya,
selimut ibu dan bayi dengan satu selimut.
 KEBERSIHAN DAN KEAMANAN
51. Tempatkan semua peralatan bekas pakai dalam larutan klorin 0,5
% untuk dekontaminasi (10 menit). Cuci dan bilas peralatan setelah
di dekontaminasi
52. Buang bahan-bahan yang terkontaminasi ke tempat sampah yang
sesuai.
53. Bersihkan ibu dengan menggunakan iar DTT. Bersihkan sisa cairan
ketuban, lender dan darah. Bantu ibu memakai pakaian yang bersih
dan kering.
54. Pastikan ibu merasa nyaman, bantu ibu memberikan ASI. Anjurkan
keluarga untuk memberi ibu minuman dan makanan yang
diinginkannya.
55. Dekontaminasi tempat bersalin dengan larutan klorin 0,5 %
56. Celupkan sarung tangan kotor kedalam larutan klorin 0,5 %,
balikkan bagian dalam ke laur dan rendam dalam larutan klorin 0,5
% selama 10 menit.
57. Cuci kedua tangan dengan sabun dan iar mnegalir
 DEKONTAMINASI
58. Lengkapi partograf (halaman depan dan belakang), periksa tanda
vital dan asuhan kal IV
7. Diagram Alir
8. Hal-hal yang Tekanan darah, kenyamanan ibu, DJJ, HIS, Perdarahan
perlu
diperhatikan
9. Unit Terkait 1. Ruang laboratorium
2. Gizi
10. Dokumen Buku KIA
terkait Rekam medik

11. Rekaman historis perubahan

No. Yang dirubah Isi Perubahan Tgl. Mulai diberlakukan

PEMERIKSAAN FISIK IBU NIFAS


No.
Dokumen :
STANDAR
No.
PROSEDUR :
Revisi
OPERASIONAL
Tanggal
(SPO) :
Terbit
Halaman :
UPT.
PUSKESMAS
SRI WAHYUNI, SKM., MM
KADUR
NIP. 197403171998032007
KAB.
PAMEKASAN
1. Pengertian Pelayanan kesehatan yang diberikan kepada ibu selama masa
kehamilannya sesuai dengan standar pelayanan antenatal care yang
sudah ditetapkan.
2. Tujuan Menjaga Kesehatan ibu dan bayi baik fisik maupun psikologik, mengetahui
tanda-tanda bahaya pada ibu nifas, memberikan pendidikan kesehatan
tentang perawatan kesehatan diri, nutrisi kelaurga berencana, menyusui,
pemberian imunisasi pada bayinya dan perawatan bayi sehat.
3. Kebijakan SK Kepala Puskesmas nomor 004/2016 tentang pelayanan klinis
4. Referensi Buku kesehatan maternal dan neonatus, yayasan bina pustaka, sarwono
prawiroharjo, Jakarta, 2002
5. Prosedur Alat da bahan :
1. Stetoschope
2. Spignomanometer
3. Thermometer
4. Jam tangan
5. Reflex hammer Timbangan
6. Langkah- Langkah kerja gambar
langkah 1. Jelaskan prosedur tindakan kepada ibu
Key poin :
 Menerangkan apa kegunaan pemeriksaan fisik pada ibu nifas
2. Periksa tanda-tanda vital ibu
Key poin :
 Pemeriksaan tekanan darah
Segera setelah melahirkan, banyak wanita mengalami peningkatan
sementara tekanan darah sistolik, yang kembali secara spontan
kanan darah sebelum hamil selama beberapa hari bidan
bertanggung jawab mengkaji resiko preeklamsi pascaparum,
komplikasi yang relative jarang, tetapi serius, jika peningkatan
tekanan darah signifikan. Tekanan darah normal 120/80 mmHg.
 Pemeriksaan suhu
Suhu badan pascapersalinan (periode intrapartum) dapat naik lebih
dari 0,5◦C dari keadaan normal dan stabil dalam 24 jam pertama
pascapartum. Tetapi tidak lebih dari 39◦C sesudah 12 jam pertama
setelah melahirkan. Umumnya suhu badan kembali bormal. Bila
lebih dari 38◦C kemungkinan ada infeksi. Suhu normal 36-37◦C.
 Pemeriksaan nadi
Denyut nadi meningkat selama persalinan akhir, kembali normal
setelah beberapa jam pertama pascapartum. Hemoragi, demam
selama persalinan, dan nyeri akut atau persisten dapat
memengaruhi proses ini. Nadi umumnya 60 – 80 x/menit dan
segera setelah partus dapat terjadi tatikardi. Bila terdapat takikardi
dan badan tidak panas mungkin ada perdarahan
berlebihan/penyakit jantung. Apabila denyut nadi diatas 100 selama
puerperium, hal tersebut abnormal dan mungkin menunjukkan
adanya infeksi atau hemoragi pascapartum lambat. Pada nifas
umumnya denyut nadi labih labil disbanding suhu badan. Nadi
normal 60-90 kali per menit.
 Pemeriksaan pernafasan
Fungsi pernafasan kembali pada rentang normal wanita selama jam
pertama pascapartum. Nafas pendek, cepat atau perubahan lain
memerlukan evaluasi adanya kondisi-kondisi seperti kelebihan
cairan, seperti eksaserbasi asma, dan emboli paru. Nafas normal
16-24 kali per menit.
3. Payudara
Key poin :
 Adanya pembesaran atau tidak
 Putting susu menonjol atau tidak
 Simetris atau tidak
 Hiperpigmentasi atau tidak
 Aerola bersih atau tidak
 Pengeluaran kolostrum atau tidak
4. Punggung atau pinggang
Key poin :
 Simetris atau tidak
 Apakah terjadi scoliosis dan kifosis atau tidak
5. Posisi tulang belakang
Key poin :
 Simetris atau tidak
 Ada kelainan atau tidak
6. Ekstermitas atas dan bawah
Key poin :
 Oedema atau tidak
 Ada kemerahan atau tidak
 Varises atau tidak
7. Abdomen
Key poin :
 Ada bekas luka operasi atau tidak
 Kandung kemih kosong atau tidak
Miksi harus secepatnya dapat dilakukan sendiri. Bila kandung
kemih dapat dilakukan kateterisasi. Untuk mengistirahatkan otot-tot
kandung kencing sehingga kelancaran kedua system tersebut
berlangsung dengan baik BAB harus dilakukan setelah 2 hari PP.
8. Vulva
Key poin :
 Apakah vulva bersih atau tidak
 Apakah ada pengeluaran darah dan cairan lain atau tidak
Palpasi
9. Leher
Key poin :
 Apakah ada pembesaran kelenjar tiroid dan kelenjar limfe atau tidak
10. Dada
Key poin :
 Apakah ada retraksi atau tidak
11. Abdomen
 Teraba pembesaran kelenjar lien/tidak
 Teraba pembesaran hepar/tidak
 Berapa tinggi fundus uterinya
Auskultasi
Key poin :
 Apakah pada dada terdengar wheezing dan ronchi atau tidak
 Apakah pada abdomen terdengar bising usu atau tidak
Perkusi
Key poin :
 Apakah perut kembung atau tidak
 Apakah ada reflek patella
12. Jelaskan hasil pemeriksaan pada ibu
Key poin :
 Menginformasikan kepada ibu tentang hasil pemeriksaan
13. Dokumentasi
Key poin :
 Catat hasil pemeriksaan
7. Bagan Alir
Mempersiapkan alat Mempersiapkan ibu Mengosongkan
dan bahan yang nifas kandung kemih
diperlukan

Petugas mencuci
Petugas melakukan
Petugas melakukan tangan dengan
anmnesa
pemeriksaan antiseptic

Pemeriksaan lanjutan
Melakukan evaluasi
Inspeksi, auskultasi jika ada masalah
dan palpasi
6. Hal-hal yang Observasi pasien antara 5 sampai dengan 15 menit terhadap tindakan
perlu yang dilakukan
diperhatikan
7. Unit Terkait 1. Rawat inap
2. Rawat jalan
3. UGD
4. KIA
8. Dokumen terkait 1. Rekam medis
2. Catatan tindakan
9. Rekaman
historis
perubahan

No. Yang dirubah Isi Perubahan Tgl. Mulai diberlakukan

PEMERIKSAAN BAYI BARU LAHIR


SOP No. Dokumen :
D/440/29/SOP/432.302.18/2017
No. Revisi : 00
Tanggal Terbit : 26 April 2017
Halaman : 1/3
UPT. PUSKESMAS
SRI WAHYUNI, SKM., MM
KADUR
NIP. 197403171998032007
KAB. PAMEKASAN
1. Pengertian Pemeriksaan bayi baru lahir adalah kegiatan pengkajian fisik yang
dilakukan oleh bidan terhadap bayi baru lahir
2. Tujuan Sebagai acuan petugas untuk melakukan pemeriksaan bayi baru lahir
3. Kebijakan SK Kepala UPT Puskesmas Kadur nomor :
A/440/31/SK/432.302.18/2017 tentang kebijakan pelayanan klinis UPT
Puskesmas Kadur.
4. Referensi Buku kesehatan maternal dan neonatus, yayasan bina pustaka, sarwono
prawiroharjo, Jakarta, 2002
5. Persiapan Alat dan bahan :
1. Tempat datar, rata, kering dan hangat
2. Thermometer
3. Stetoskop
4. Jam tangan
5. Timbangan bayi
6. Matlin
7. Sarung tangan
6. Prosedur 1. Petugas mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir
2. Petugas memakai sarung tangan yang bersih
3. Mengamati bayi dan ibu sebelum menyentuh, meminta ibu untuk
membuka bajunya, menempatkan bayi ditempat yang datar dan tetap
menjaga kehangatan bayi.
4. Memeriksa postur normal bayi, tonus otot dan gerak bayi. Bayi sehat
akan bergerak aktif.
5. Memeriksa kulit bayi icterus apa tidak
6. Hitung pernafasan bayi ketika sedang tidak menangis, frekuensi
nafas 60 x/menit, lihat gerakan pernafasan dada dan perut, ada
tarikan dinding dada apa tidak
7. Hitung detak jantung dengan stetoskop, frekuensi detak jantung
normal 120-160 x/menit
8. Raba kehangatan bayi dan lakukan pengukuran suhu ketiak, suhu
normal 36,5-37,5◦C
9. Lihat raba pada kepala apakah ada pembekakan atau tidak
10. Lihat pada mata, adakah nanah atau tidak
11. Lihat bagian mulut, jika bayi menangis masukkan satu jari yang
menggunakan sarung tangan kedalam mulut dan raba langit-langit
apakah ada bagian yang terbuka dan nilai kekuatan hisap bayi. Lihat
bagian perut raba untuk memastikan perutnya terasa lemas.
12. Lihat tali pusat adakah perdarahan, pembengkakan, bau tidak enak,
dan kemerahan pada kulit sekitar.
13. Lihat pada punggung dan raba tulang belakang
14. Lihat lubang anus dan alat kelamin
15. Tanyakan ibu apakah bayi sudah BAB atau BAK, pastikan dalam 24
jam pertama bayi sudah BAB dan BAK
16. Mengukur lingkar kepala bayi, normalnya 31-35 cm
17. Mengukur lingkar dada bayi normalnya 30,5-33 cm
18. Mengukur panjang badan bayi, normalnya 48-52 cm
19. Timbang BB bayi, normalnya 2500g-4000g
20. Mintalah ibu untuk memakaikan pakaian bayi dan menyelimutinya
Mengamati bayi dan meminta
21. Cuci tangan dengan sabun dan keringkan ibu membuka baju bayi dan
22. Melengkapi catatan dan mendokumentasikan hasil pemeriksaan.
menempatkannya.
7. Diagram Alir
Cuci Memakai sarung
tangan tangan bersih

Menghitung Memeriksa postur


Memeriksa kulit bayi
pernafasan bayi bayi, tonus otot dan
gerak bayi

Menghitung Meraba kehangatan


detak jantung tubuh dan mengukur Melihat dan meraba
bayi ketiak bagian kepala

Melihat bagian mulut


Lihat bagian perut dan memasukkan satu Melihat mata
dan tali pusat jari kedalam mulut untuk bayi
meraba langit-langit bayi

Melihat punggung Melihat lubang Menanyakan ibu


dan meraba tulang untuk memastikan
anus dan alat
belakang bayi sudah BAB/BAK
kelamin

Mengukur Mengukur lingkar Mengukur lingkar


panjang bayi dada bayi kepala bayi

Meminta ibu untuk


Menimbang Mencuci tangan
memakaikan pakian
berat badan bayi bayi dan dengan sabun
menyelimutinya

Melengkapi catatan medis dan


mendokumentasikan hasil
pemeriksaan

PELAYANAN KB SUNTIK
STANDAR No.
:
PROSEDUR Dokumen
OPERASIONAL No. Revisi : 00
(SPO) Tanggal :
Terbit
Halaman : ½
UPT.
SRI WAHYUNI, SKM., MM
PUSKESMAS
NIP. 197403171998032007
KADUR
1. Pengertian Penggunaan alat kontrasepsi suntik merupakan tindakan invasive karena
menembus pelindung kulit, penyuntikan harus dilakukan hati-hati dengan
teknik aseptic mencegah infeksi.
2. Tujuan Sebagai acuan dalam memberikan pelayanan suntuik KB
3. Kebijakan SK kepala Puskesmas No. tentang pelayanan klinis
4. Referensi Buku pedoman BKKBN 2014
5. Prosedur Alat dan bahan :
1. Obat yang akan disuntikkan (depo provera, cyclofem, dll)
2. Spuit suntik dan jarumnya (sekali pakai)
3. Alcohol 60-90 %
6. Langkah- 1. Cuci tangan dengan sabun dan bilass dengan air mengalir, keringkan
langkah dengan handuk
2. Buka dan buang tutup kaleng pada vial yang menutupi karet.
3. Hapus karet yang ada dibagian atas vial dengan kapas yang telah
dibasahi dengan alcohol 60-90 % biarkan kering
4. Bila menggunakan jarum dan spuit sekali pakai, segera buka plastiknya
bila menggunakan jarum atau spuit yang telah disteril dengan DTT,
pakai korentang yang telah di DTT, untuk mengambilnya
5. Pasang jarum pada spuit suntik dengan memasukkan jarum pada mulut
spuit penghubung
6. Balikkan vial dengan mulut vial ke bawah.
7. Masukkan cairan suntikan dalam spuit, gunakan jarum yang sama untuk
menghisap kontrasepsi suntik yang menyuntikkan klien.
8. Cuci tangan dan catat tanggal kembalinya.
Teknik suntikan :
1. Kocok botol dengan baik, hindarkan terjandinya gelembung-gelembung
udara (pada depo provera/cyclofem), keluarkan isinya
2. Suntikkan secara intramuscular dalam didaerah pantat (daerah gluteal).
Apabila suntikan diberikan terlalu dangkal, penyerapan kontrasepsi
suntikan akan lambat dan tidak bekerja segera dan efekktif.
3. Depo provera (3ml/150 mg atau 1 ml/150 mg) diberikan setiap 3 bulan
(12 minggu)
4. Noristerat diberikan setiap 2 bulan (8 minggu)
5. Cyclofem 25 mg mendroksi progesterone aseata dan 5 mg estrogen
sipionat diberikan setiap bulan.
7. Diagram Alir
Buka dan buang tutup Hapus karet dengan
Cuci tangan dengan
sabun dan keringkan kaleng pada vial yang kapas yang sudah
dengan hansuk menutupi karet dibasahi alcohol

Bila menggunakan jarus


Pasang jarum pada spuit
sekali pakai, segera buka
Balikkan vial dengan suntik dengan
plastinya. Bila
mulut vial ke bawah memasukkan jarum pada
menggunakan jarum yang
mulut penghubung spuit
steril gunakan korentang
untuk mnegambilnya.

Masukkan cairan suntikan


dalam spuit, gunakan jarum
yang sama untuk
menghisap kontrasepsi
suntk yang menyuntikkan

8. Hal-hal yang Ingatkan pasien harus kembali untuk menggunakan KB suntik selanjutnya
perlu
diperhatikan
9. Unit Terkait 1. KIA
2. Pustu
3. Polindes
10. Dokumen 1. K4
terkait 2. Catatan tindakan
3. SOAP KB
4. Register KB
11. Rekaman
historis
rerubahan

No Tanggal Mulai
Yang Diubah Isi Perubahan
. Diberlakukan

PELAYANAN PIL KB
STANDAR No. :
PROSEDUR Dokumen
No. Revisi : 00
OPERASIONAL Tanggal
:
(SPO) Terbit
Halaman : ½
UPT.
SRI WAHYUNI, SKM., MM
PUSKESMAS
NIP. 197403171998032007
KADUR
1. Pengertian Alat kontrasepsi pencegah kehamilan atau pencegah konsepsi yang
digunakan dengan cara peroral / kontrasepsinoral.
2. Tujuan 1. Digunakan untuk mengontrol kehamilan
2. Digunakan untuk mengatasi berbagai masalah lain, terrutama yang
berkaitan dengan masalah hormone
3. Kebijakan SK Kepala Puskesmas No. tentang pelayanan klinis
4. Referensi Buku pedoman BKKBN 2014
5. Prosedur Alat dan bahan :
1. Pil KB
6. Langkah- 1. Sebaiknya pil diminum setiap hari, lebih baik pada saat yang sama
langkah setiap hari
2. Pil pertama dimulai pada pertama sampai hari ke 7 siklus haid
3. Sangat dianjurkan penggunaannya pada hari pertama haid
4. Beberapa paket pil mempunyai 28 pil atau 21 pil. Bila paket 28 pil habis
sebaiknya mulai minu pil dari paket yang baru. Bila paket pil 21 habis
sebaiknya tunggu 1 minggu baru kemudian mulai minum pil dari paket
yang baru
5. Bil muntah dalam waktu 2 jam setelah minum pil, ambil pil lain atau
menggunakan kontrasepsi lain
6. Bila terjadi muntah hebat atau diare .24 jam, apabila tidak keadaan
dapat diteruskan
7. Bila muntah / diare. 2 hari atau lebi. Penggunaan pil mengikuti cara
menggunakan pil lupa
8. Bila lupa pil (1-21). Sebaiknya minum pil tersebut segera. Setealh ingat
walaupun harus minum 2 pil pada hari yang sama dan bila 2 pil atau
lebih sebaiknya 2 pil setiap hari sampai sesuai skedul yang ditetapkan
9. Bila lupa tidak perlu menggunakan kontrasepsi lain. Jika tidak
melakukan hubungan seksual.
10. Bila tidak haid, perlu segera ke klinik untuk tes kehamilan.
7. Diagram Alir
Minum pil tiap hari
Pil pertama dimulai
pada pertama sampai Gunakan pil pada
dan pada hari yang
sama hari ke 7 siklus haid hari petama hais

Bila terjadi muntah hebat atau Bila muntah dalam waktu 2 Bila paket 28 pil habis
jam setelah minum pil, sebaiknya minum pil dari
diare .24 jam, apabila tidak keadaan
ambil pil yang lain atau paket yang baru
dapat dietruskan pake kontrasepsi lain
Bila lupa tidak
Bila muntah / diare 2 hari, menggunakan kontrasepsi
penggunaan pil bisa Bila lupa, sebaiknya pil lain, jika tidak melakukan
mengikuti cara penggunaan minum pil segera mungkin hubungan seks
pil lupa

Bila tidak haid perlu


segera ke klinik

8. Hal-hal yang Ingatkan pasien harus kembali untuk menggunakan pil KB ke polindes
perlu
diperhatikan
9. Unit Terkait 1. KIA
2. Pustu
3. Polindes
4. Dokumen 1. Rekam medis
terkait 2. Catatan tindakan
3. Rekaman
historis Tanggal Mulai
No. Yang Diubah Isi Perubahan
rerubahan Diberlakukan

PELAYANAN KB KONDOM
STANDAR No.
:
PROSEDUR Dokumen
OPERASIONAL No. Revisi : 00
(SPO)
Tanggal
:
Terbit
Halaman : ½
UPT.
SRI WAHYUNI, SKM., MM
PUSKESMAS
NIP. 197403171998032007
KADUR
1. Pengertian Alat kontrasepsi yang cukup efektif untuk mencegah kehamilan dan juga
penularan penyakit menular seksual seperti HAIDS
2. Tujuan 1. Meningkatnya derajat kesehatan dan kesejahteraan ibu dan anak serta
keluarga dan bangsa pada umunya.
2. Meningkatkan martabat kehidupan rakyat dengan cara menurunkan
angka kelahiran sehingga pertambahan penduduk tidak melebihi
kemampuan untuk meningkatkan reproduksi.
3. Kebijakan SK Kepala Puskesmas No. tentang pelayanan klinis
4. Referensi Buku pedoman BKKBN 2014
5. Prosedur Alat dan bahan :
1. Kondom
2. Sarung tangan
3. Tissue / plastic
6. Langkah- 1. Cuci tangan
langkah 2. Pakai sarung tangan
3. Periksa tanggal kadaluarsa pada kemsan dan pastikan kondom tidak
disimpan dalam lingkungan yang hangat atau dekat dengan benda tajam
yang dapat melemahkan atau merusak kondom
4. Sebelum membuka bungkusnya, gunakan jari klien untuk mendorong
kondom ke sisi berlawanan dari paket, sehingga tidak akan sobek ketika
klien membuka bungkusnya.
5. Lepasskan kondom dari bungkusnya dan cubit lembut ujung kondom
dengan jari-jari (bukan kuku) untuk mencegah udara tersimpan diujung
kondom. Untuk kenyamanan dan kenikmatan ekstra, menempatkan
stetes pelumas berbasis air di ujung kondom dan pada penis.
6. Pastikan penis dalam keadaan ereksi
7. Sementara ujung kondom dicubit, tahan kondom diujung penis dan
membuka gulungan sesuai porosnya. Pastikan bagian yang digulung ada
diluar.
8. Jika kondom menggulung kembali kearah kepala penis saat berhubungan
seks, segera gulung kembali. Sebaiknya kenakan kondom baru.
9. Setelah ejakulasi, pegang pangkal kondom saat menarik diri dari
pasangan klien untuk mencegah kondom terlepas.
10. Bungkus kondom yang digunakan dalam tissue atau plastic dan
buang ketempat sampah. Untuk menghindari masalah ada pipa air,
jangan membuang kondom kedalam toilet.
11. Jangan pernah menggunakan kondom yang sudah dipakai atau
kondom bekas, untuk amannya klien harus menggunakan kondom baru
untuk setiap aktivitas seksual.
12. Cuci tangan.
7. Diagram Alir
Periksa tanggal
Cuci tangan Pakai sarung tangan kadaluarsa pada
kemassan

Sebelum membuka
Pastikan penis dalam bungkusnya, gunakan jari
Ujung kondom dicubit klien untuk mendorong
ereksi kondom ke sisi berlawanan

Tahan kondom diujung Setelah ejakulasi, pegang


penis, dan membuka Jika kondom menggulung pangkal kkondom saat
gulungan sesuai porosnya segera gulung kembali menarik diri

Jangan menggunakan Bungkus kondom yang


kondom yang sudah digunakan dalam tissue
dipakai atau plastic

8. Hal-hal yang Pemassangan KB kondom lihat dulu kadaluarsanya


perlu
diperhatikan
9. Unit Terkait 1. KIA
2. Pustu
3. Polindes
10. Dokumen 1. Rekam medis
terkait 2. Catatan tindakan
11. Rekaman
historis
rerubahan

PENANGANAN PEB DAN EKLAMSIA


4. Referensi Buku acuan pelayanan maternal dan neonatal, yayasan bina pustaka
Sarwono Prawirohardjo, Jakarta 2006.
5. Prosedur Alat dan bahan :
1. Cairan infus RL
2. MgSO4
3. Penghisap lender
4. Spuit 20 cc
5. Tong spatel
6. Langkah- 1. Cuci tangan dengan sabun dan keringkan dengan tissue
langkah 2. Pasang handscoon
3. Pasang infus RL
4. Pasang O2
5. Berikan 4 gram Mgso4 40 % (10cc) + aquabides 10 cc berikan secara
IV dalam 5 menit
6. Informed consent kepada keluarga bahwa pasien akan dirujuk
7. Persiapkan rujukan dan antarkan pasien ke RSUD
7. Diagram Alir
Cuci tangan dengan
Pasang Pasang
sabun dan keringkan Pasang O2
dengan tissue handsoon infus RL

Antarkan
Informed Berikan 4 gram
consent untuk
pasien ke RSUD
dirujuk Mgso4 40 %

8. Hal-hal yang
perlu
diperhatikan
9. Unit Terkait 1. Polindes
2. UGD persalinan
10. Dokumen 1. Buku KIA
terkait 2. Kartu IBU
3. Pedoman penatalaksanaan pre eklamsi
11. Rekaman
historis
rerubahan

RUJUKAN
No.
:
STANDAR Dokumen
PROSEDUR No. Revisi : 00
OPERASIONAL Tanggal
:
(SPO) Terbit
Halaman : ½
UPT. PUSKESMAS SRI WAHYUNI, SKM., MM
KADUR NIP. 197403171998032007
1. Pengertian Suatu system penyelenggaraan pelayanan kesehatan yang melaksanakan
pelimpahan tanggungjawab timbal balik terhadap satu/ lebih kasus
penyakit atau massalah kesehatan secara vertical dari unit berkemampuan
kurang kepada unit yang lebih mampu, atau secara horizontal atar unit-unit
yang setingkat kemampuannya (System Kesehatan Nasional Depkes RI,
2009 ).
2. Tujuan Mengupayakan pasien untuk mendapatkan pelayanan yang lebih
memadai
3. Kebijakan SK Kepala Puskesmas No. tentang pelayanan klinis
4. Referensi Buku Pedoman Perawatan Dasar Depkes RI Tahun 2005
5. Prosedur Alat dan bahan :
1. Tensimeter
2. Stetoskop
3. Kasa
4. Thermometer
5. Tabung oksigen
6. Infus set
7. Cairan infus : RL
8. Langkah- 1. Petugas melakukan kajian terhadap pasien sesuai standar profesi
langkah (SOP)
2. Petugas menegakkan diagnosis utama dan diagnosis banding
3. Petugas memberikan informasi tentang resiko penyakit, resiko
pengobatan
4. Petugas memberikan informasi kepada pasien bahwa kondisi pasien
membutuhkan evaluasi lebih lanjut di faskes sekunder
5. Petugas memberikan informasi kepada pasien tentang faskes
sekunder yang mampu menangani kondisi pasien
6. Petugas meminta persetujuan pasien tentang tujuan fasskes sekunder
7. Apabila pasien menolak untuk diakukan rujukan, petugas memberikan
informasi tentang alternative pengobatan, resiko alternative
pengobatan dan resiko tentang keputusan yang diambil pasien.
8. Apabila pasien setuju untuk dilakukan rujukan, petugas menulis secara
lengkap data di dalam surat rujukan yang meliputi :
 Nama faskes dan poli yang dituju beserta lokasi faskes tersebut
 Identitas pasien berupa nama, umur dan alamat serta nomor
kartu jaminan
 Resume klinis berupa anamnesis singkat, haisl pemeriksaan
fisik, diagnosis utama dan diagnonis banding, pengobatan yang
telah diberikan
 Paraf infus
9. Pasang infus
10. Petugas mencatat rujukan dalam buku register rujukan.
11. Antarkan pasien ke tempat rujukan dengan Baksoku
9. Diagram Alir

Petugas melakukan kajian


terhadap pasien

Petugas meminta persetujuan pasien


tentang tujuan faskes sekunder

Petugas mencatat rujukan


dalam buku register rujukan

10. Hal-hal yang Observasi pasien antara 5 sampai dengan 15 menit terhadap tindakan
perlu yang dilakukan jumlah darah yang keluar
diperhatikan
11. Unit Terkait 1. Rawat inap
2. Rawat jalan
3. UGD
4. KIA
12. Dokumen 1. Rujukan Maternal
terkait 2. KIA
3. Kartu Ibu
13. Rekaman
historis
rerubahan

MANAJEMEN ASFIKSIA BAYI BARU LAHIR


No. Dokumen :
STANDAR D/440/15/SOP/432.302.18/2017
PROSEDUR No. Revisi : 00
OPERASIONAL Tanggal Terbit : 26 April 2017
(SPO) Halaman :½

UPT. SRI WAHYUNI, SKM.,


PUSKESMAS
MM
KADUR
NIP.
KAB.
PAMEKASAN 197403171998032007
1. Pengertian Penatalaksanakan keadaan bayi yang tidak bernafas secara spontan dan
teratur segera setelah lahir.
2. Tujuan Sebagai acuan petugas untuk melakukan manajemen asfiksia bayi baru lahir
3. Kebijakan SK Kepala UPT Puskesmas Kadur nomor : A/440/31/SK/432.302.18/2017
tentang kebijakan pelayanan klinis UPT Puskesmas Kadur.
4. Referensi Buku acuan pelatihan Klinik Asuhan Persalinan Normal, DEPKES RI 2017
5. Persiapan 1. Alat
- Sungkup
- Slem sweeker
2. Bahan
- Handuk kering
- Pengganjal
6. Langkah- 1. Bayi lahir lakukan penilaian sambil meletakkan dan menyelimuti bayi
langkah diatas perut ibu atau dekat perineum
- Apakah bayi cukup bulan ?
- Apakah ketuban jernih, tidak bercampur meconium ?
- Apakah bayi bernapas atau menangis ?
- Apakah bayi aktif ?
2. Bila “ya” dilakukan asuhan bayi normal, jika salah satu tidak lakukan
langkah awal :
- Jaga bayi tetap hangat
- Atur posisi bayi
- Hisap lender
- Keringkan dan rangsang taktil
- reposisi
3. bayi bernapas normal lakukan asuhan pasca resusitasi
bayi tidak bernapas / megap-megap, lakukan ventilasi:
- pasang sungkup dan perhatikan letakan
- ventilasi 2 kali dengan tekanan 30 cm air raksa
- bila dada mengembang lakukan ventilasi 20 kali dengan tekanan
30 cm air selama 30 detik.
4. Nilai pernafasan :
Bila bayi tidak bernafas / bernafas mega-megap :
- ulangi vetilasi 20 kali selama 30 detik
- hentikan ventilasi dan nilai kembali nafas tiap 30 detik
- bila bayi tidak bernafas spontan sesudah 2 menit resusitasi siapkan
rujukan
5. Bila tidak mau dirujuk dan tidak berhasil
- Sesudah 10 menit pertimbangkan untuk menghentikan resusitasi
- Lakukan konseling
- Pencatatan dan pelaporan
7. Diagram Alir

Bayi lahir

Langkah awal lakukan HAIKAP

1. Jaga bayi tetap semangat


2. Atur posisi bayi
3. Isap lender
4. Keringkan dan rangsang
taktil
5. Reposisi

NILAI NAPAS

Bayi bernapas normal


Bayi tidak bernapas / bernapas megap-megap
ASUHAN PASCA RESUSITASI
VENTILASI
1. Pemantauan
1. Pasang sungkup, perhatikan lekatan
2. Pencegahan hipotermi
2. Ventilasi 2x dengan tekanan 30 cm air
3. IMD
3. Bila ada mengembang lakukan ventilasi 20x
4. Pemberian Vit. K
dengan tekanan 20 cm air selama 30 detik
5. Penecegahan infeksi
6. Pemeriksaan fisik
7. Pencatatan dan pelaporan

NILAI NAPAS

Bayi tidak bernapas / bernapas megap-megap

1. Pasang sungkup, perhatikan letakan


2. Ventilasi 2x dengan tekanan 30 cm air
3. Bila dada mengembang lakukan ventilasi 20x
dengan tekanan 20 cm air selama 30 detik

8. Hal-hal yang 1. Pantau keadaan bayi


perlu 2. Hipotemi
diperhatikan
9. Unit Terkait 1. Rumah sakit
2. Puskesmas

10. Dokumen 1. Kartu neonatus


terkait 2. Buku KIA

10. Rekaman historis perubahan

No
Yang dirubah Isi perubahan Tgl. Mulai diberlakukan
.
PENATALAKSANAAN SYOK
No. Dokumen :
D/440/58/SOP/432.302.18/2017
No. Revisi : 00
SOP
Tanggal Terbit : 28 April 2017

Halaman : 1/3

UPT. PUSKESMAS SRI WAHYUNI, SKM., MM


KADUR NIP.
KAB. PAMEKASAN 197403171998032007
1. Pengertian Tata cara penatalaksaan syok yang merupakan suatu sindroma
multifactorial yang menuju hipoperfusi jaringan local atau sistemis dan
mengakibatkan hipoksia sel dan disfungsimultipel organ.
2. Tujuan Sebagai acuan langkah-langkah penatalaksanaan syok
3. Kebijakan SK Kepala Puskesmas Kadur nomor A/440/31/SK/432.302.18/2017 tentang
kebijakan pelayanan klinis di UPT Puskesmas Kadur
4. Referensi Paduan praktek klinis bagi dokter di fasilitas pelayanan kesehatan tingkat
petama tahun 2015
5. Persiapan Alat dan bahan :
1. Oksigen
2. Tensimeter
3. Stetoskop
4. Cairan kristaloid
5. Abat-obatan
6. Langkah- 1. Penatalaksanaan
langkah a. Pengenalan dan restorasi yang cepat dari perfusi adalah kunci
pencegahan disfungsi organ multiple dan kematian
b. Pada semua bentuk syok, manajemen jalan nafas dan pernafasan
untuk memastikan oksigenasi pasien baik, kemudian restorasi cepat
dengan infus cairan.
c. Pilihan pertama adalah kristalogi (Ringer laktat/Ringer asetat) disusul
darah pada syok perdarahan. Keadaan hipovolemi diatasi dengan
cairan koloid atau kristaloid sekaligus memperbaiki keadaan asidosis.
d. Pengobatan syok sebelumnya didahului dengan penegakan diagnosis
etiologi. Diagnosis awal etiologi syok adalah esesial, kemudian terapi
selanjutnya tergantung etiologinya.
e. Tindakan invasive seperti intubasi endotrakeal dan cricothyroidotomy
atau tracheostomy dapat dilakukan hanya untuk life saving oleh dokter
yang kompeten.
2. Syok Hipovolemik
a. Infus cepat kristaloid atau ekspansi volume intravaskuler melalui
kanula vena besar (dapat lebih satu tempat) atau melalui vena sentral.
b. Pada perdarahan maka dapar diberikan 3-4 kali dari jumlah
perdarahan. Setelah pemberian 3 liter disusul dengan tranfusi darah.
Secara bersamaan sumber perdarahan harus dikontrol.
3. Syok Neurogenik :
a. Setelah mengamankan jalan nafas dan resusitasi cairan, guna
meningkatkan tonus vaskuler danmencegah bradikardi diberikan
epinefrin.
b. Epinefrin berguna meningkatkan tonus faskuler tetapi akan
memperberat bradikardi, sehingga dapat ditampbahkan dopamine dan
efedrin. Agen antimuskarinikatropin dan glikopirolat juga dapat untuk
mengatasi bradikardi.
c. Terapi definitive adalah stabilisasi medulla spinalis yang terkena.
4. Rencana tindak lanjut mencari penyebab syok danmencatatnya direkam
mediss serta memberitahukan kepada pasien dan keluarga untuk
tindakan lebih lanjut yang diperlukan.
5. Konseling dan edukasi keluarga perlu diberitahukan mengenai
kemungkinan terburuk yang dapat terjadi pada pasien dan pencegahan
terjadinya kondisi serupa.
6. Kriteria rujukan setelah kegawatan pasien ditangani, pasien dirujuk ke
pelayanan kesehatan sekunder.
7. Diagram Alir
8. Hal-hal yang Komunikasi dengan pengguna layanan
perlu
diperhatikan
9. Unit Terkait 1. UGD
2. RUANG RAWAT INAP
3. RUANG PELAYANAN KEFAMARSIAN
4. RUANG KIA-KB
5. RUANG PEMERIKSAAN UMUM
10. Dokumen Rekam medis
terkait

11. Rekaman historis perubahan

No
Yang dirubah Isi perubahan Tgl. Mulai diberlakukan
.
PENCEGAHAN INFEKSI
No. Dokumen :
D/440/47/SOP/432.302.18/2017
No. Revisi : 00
SOP
Tanggal Terbit : 27 April 2017

Halaman : 1/3

UPT. PUSKESMAS SRI WAHYUNI, SKM., MM


KADUR NIP.
KAB. PAMEKASAN 197403171998032007
1. Pengertian Pencegahan infeksi adalah sebuah prosedur yang digunakan untuk
mencegah terjadinya resiko infeksi.
2. Tujuan Sebgaai acuan untuk meminimalkan resiko penyebaran penyebab penyakit
atau barang yang berbahaya kepada pengguna layanan, petugas kesehatan
dan tersmasuk petugas kebersihan.
3. Kebijakan SK Kepala Puskesmas Kadur Nomor A/440/31/SK/432.302.18/2017
tenttang kebijakan pelayanan klinis di UPT Puskesmas Kadur
4. Referensi Panduan praktek klinis bagi dokter di fasilitas pelayanan kesehatan tingkat
pertama tahun 2015
5. Persiapan Alat :
1. Tutup kepala
2. Sarung tangan
3. Masker
4. Lap bersih
5. Baju laboratorium / scort
6. Bahan linen
7. Google / kaca mata
Bahan :
1. Cairan antiseptic
6. Prosedur 1. Cuci tangan petugas sebelum melaksanakan semua tindakan medik
2. Tangan dilap dengan lap dan diganti setiap hari
3. Pakai sarung tangan :
4. Penetapan pemakaian sarung tangan :
A. Unit pelayanan gigi
a. Satu pasang sarung tangan untuk satu pengguna layanan
b. Jika persediaan sarung tangan terbatas, pemakaian sarung tangan
dapat dipakai maksimal 3 kali, dengan mencuci sarung tangan
dengan desinfektan, jika terkontaminasi dengan darah langsung
dibuang.
B. Laboratorium, ruang tindakan, UGD dan KIA
a. Pemakaian sarung tangan dapat dipakai maksimal 3 kali, dengan
mencuci sarung tangan dengan larutan antiseptic / desinfektan
kemudian diangin-dianginkan setelah kering kemudian disterilkan
diautoclav, jika terkontaminasi dengan darah maka langsung
dibuang.
C. Ruang Tindakan
a. Satu pasang sarung tangan untuk satu pengguna layanan
b. Unit pelayanan keluarga berencana
c. Untuk pemeriksaan 1 (satu) sarung tangan untuk 1 (satu)
pengguna layanan
5. Pemakaian masker
a. Digunakan sekali pakai buang
6. Pemakian scort digunakan setiap unit terkait yang beresiko terkena cairan
tubuh.
7. Gunakan pelindung tubuh setiap kali tindakan seperti :
a. Kacamata untuk melindungi percikan darah, lendeir, untuk RB dan
Gigi jika diperlukan
b. Masker untuk menutup mulut pada pelayanan umum, gigi,
laboratorium KB (kecuali suntik KB dan PIL), pembuatan puyer
dikamar obat.
c. Memakai baju pelindung untuk petugas laboratorium
8. Buang sarung tangan, masker ke tempat pembuangan sampah infeksius
9. Cuci alat pelindung seperti kacamata dan scort
10. Cuci tangan petugas sampai bersih
11. Buang sampah infkesius selesai pelayanan (petugas cleaning service)
ditempat yang sudah disediakan
12. Tambahan untuk laboratorium :
a. Dilarang makan, minumdan merokok diunit pelayanan
b. Dilarang menyentuh mulut dan mata pada saat sedang bekerja.
c. Dilarang memipet dengan mulut, gunakan alat bantu pipet (pipet
bulu atau pipet otomatis jika ada)
d. Simapn bahan kimia dengan hat-hati, karena semua harus
dianggap bahaya
Sterilisasi Alat
13. Semua alat-alat yang digunakan untuk pemeriksaan atau tindakan
medis harus dalam keadaan steril
7. Diagram Alir
8. Hal-hal yang Komunikasi dengan pengguna layanan
perlu
diperhatikan
9. Unit Terkait 1. SEMUA UNIT PELAYANAN PESKESMAS
2. CLEANING SERVICE
3. PENGELOLA SAMPAH INFEKSIUS
10. Dokumen Rekam medis
terkait

11. Rekaman historis perubahan

No
Yang dirubah Isi perubahan Tgl. Mulai diberlakukan
.
PERDARAHAN ANTE PARTUM
No. Dokumen :
D/440/32/SOP/432.302.18/2017
No. Revisi : 00
SOP
Tanggal Terbit : 04 Februari 2017

Halaman :½

UPT. PUSKESMAS SRI WAHYUNI, SKM., MM


KADUR NIP.
KAB. PAMEKASAN 197403171998032007
1. Pengertian Perdarahan antepartum adalah perdarahan dari jalan lahir yang terjadi pada
usia kehamilan 28 minggu atau lebih.
2. Tujuan Sebagai acuan petugas untuk melakukan penanganan perdarahan ante
partum
3. Kebijakan SK Kepala Puskesmas Kadur Nomor A/440/31/SK/432.302.18/2017
tenttang kebijakan pelayanan klinis di UPT Puskesmas Kadur
4. Referensi Pelayanan kesehatan ibu difasilitas kesehatan dasar dan rujukan, 2003
5. Persiapan 1. Tensimeter
2. Speculum sims
3. Cairan infus
4. Tabung O2 lengkap
6. Prosedur 1. Beri penjelassan kepada pasien dan keluarga dari tindakan yang akan
dilakukan
2. Istirahatkan pasien dengan tirah baring
3. Lakukan anamnesis lengkap meliputi paritas, HPHT, riwayat penyakit
yang pernah diderita, serta riwayat obsetri yang lalu.
4. Lakukan pemeriksaan fisik lengkap meliputi KU ibu, TFU, keadaan dan
detak jantung janin serta pemeriksaan dengan speculum, untuk melihat
adanya perdarahan yang keluar dari osteum uteri.
5. Jelaskan pada pasien dan keluarga mengenai keadaan kehamilan serta
kemungkinan penyulit yang timbul dan beritahu bahwa pasien harus
dirawat dirumah sakit
6. Pasang infus
7. Setelah diagnose penyebab perdarahan ditegakkan rencana tindakan
selanjutnya.
8. Bila perdarahan disebabkan oleh plasenta preveria pada kehamilan
yang belum aterm dengan keadaan ibu dan janin baik dilakukan
perawatan dengan harapan sampai kehamilan aterm.
9. Lakukan pemantauan ketat terhadap kedaan ibu dan janin selama
perawatan
10. Selama perawatan keadaan ibu dan janin menjadi buruk atau timbul
perdarahan dengan folume .500cc rujuk
11. Pada kehamilan aterm dengan plasenta preveria rujuk
12. Bila penyebab perdarahan adalah solusio plasenta dengan janin hidup,
rujuk
13. Pada pasien solusio plasenta dengan kematian janin dalam Rahim bila
tidak dilahirkan selama 6 jam, rujuk
7. Diagram Alir
Penjelaasan Istirahat / tirah Pemeriksaan
Anamnesa
baring fisik lengkap

Menjelaskan hasil Pemeriksaan Pemeriksaan


Pasang infus pemeriksaan laboratorium penunjang USG

Rujuk

8. Hal-hal yang Komunikasi dengan pengguna layanan


perlu
diperhatikan
9. Unit Terkait 1. Tensi
2. DJJA
3. Jumlah perdarahan pervaginan
10. Dokumen Rekam medis
terkait

11. Rekaman historis perubahan

No
Yang dirubah Isi perubahan Tgl. Mulai diberlakukan
.

FORMULIR DETEKSI DINI TUMBUH KEMBANG ANAK

Puskesmas ……………………………. Kab./ Kota ……………..……….. Provinsi ………………………


I. IDENTITAS ANAK
Nama : ………………………………………………………. Laki-laki/Perempuan

Anda mungkin juga menyukai