Anda di halaman 1dari 27

LAPORAN PENDAHULUAN

BAYI BERAT LAHIR RENDAH (BBLR)

A. Definisi
Berat bayi lahir rendah merupakan bayi yang memiliki berat badan
yang kurang dari 2500 gram saat lahir (Williamson & Kenda, 2013).
BBLR merupakan bayi yang lahir dengan kurang dari 2500 gram tanpa
memandang masa gastasi berat lahir (Hanifah, 2010).
Bayi BBLR merupaka bayi baru lahir dengan berat badan kurang
dari 2500 gram tanpa memandang usia kehamilannya (Proverawati,
2010). Berat bayi lahir rendah (BBLR) merupakan bayi (neonatus) yang
lahir dengan memiliki berat badan kurang dari 2500 gram atau sampai
dengan 2499 gram (Yuliastati, 2016).
Dapat disimpulkan bahwa BBLR merupakan suatu kondisi bayi baru
lahir dengan berat badan kurang dari 2500 gram- 1500 gram dan umur
kehamilannya di atas 37 minggu atau kurang dari 37 minggu.
B. Anatomi dan Fisiologi
1. Sistem pernafasan
Pada bayi dengan berat 900 g alveoli cenderung kecil dengan
adanya sedikit pembuluh darah yang mengelilingi stoma seluler.
Semakin matur dan bayi lebih besar berat badannya, maka akan
semakin besar alveoli, pada hakekatnya dindingnya dibentuk oleh
kapiler. Pusat pernafasan kurang berkembang dan otot pernafasan
bayi ini lemah. Terdapat kekurangan lipoprotein paruparu,yaitu
suatu surfaktan yang dapat mengurangi tegangan permukaan pada
paru-paru. Pada bayi tidak ada preterm yang terkecil relaks batuk.
Hal ini dapat mengarah yang akan timbulnya inhalasi cairan yang
dimuntahkan dengan timbulnya akibat yang serius. Saluran hidung
sangat sempit dan cidera terhadap mukosa nasal mudah terjadi. Hal
ini penting untuk diingat ketika dimasukkan tabung endotrakeal
atau tabung nasogastrik melalui hidung. Percepatan pernafasan
dapat bervariasi pada semua bayi yang baru lahir dan bayi preterm.
Pada bayi baru lahir sewaktu istirahat, maka kecepatan pernafasan
dapat mencapai 60 sampai 80 per menit, dan akan menurun
dendekati kecepatan yang biasa yaitu 34 sampai 36 per menit
2. Sistem sirkulasi
Jantung saat lahir secara relatif kecil, pada beberapa bayi pre-
term akan bekerja lemah dan lambat. Dinding pembuluh darah juga
lemah dan sirkulasi perifer seringkali buruk. Hal ini disebabkan
akibat timbulnya kecenderungan perdarahan intrakanial yang
terlihat pada bayi pre-term. Tekanan darah lebih rendah
dbandingkan dengan bayi aterm, terjadinya penurunan berat dan
juga tingginya menurun. Tekanan sistolik pada bayi aterm sekitar
80 mmhg dan pada bayi preterm 45 sampai 60 mmhg. Tekanan
diastolik secara proporsional rendah, bervariasi dari 30 sampai 45
mmhg dan nadi juga bervariasi antara 100 dan 160/menit.
3. Sistem pencernaan
Semakin rendah usia kehamilan, maka semakin lemah reflek
menelan dan menghisap, bayi yang paling kecil cenderung tidak
mampu untuk minum secara efektif. Regurgitasi adalah hal yang
mungkin sering terjadi. Hal ini disebabkan karena spingter pilorus
yang secara relatif kuat dan mekanisme penutupan spingter jantung
yang kurang berkembang. Pencernaan bergantung pada
perkembangan dari alat pencernaan itu sendiri. Lambung dari bayi
dengan berat 900 gram akan memperlihatkan adanya sedikit lipatan
mukosa, glandula sekretoris, demikian otot kurang berkembang.
4. Sistem urinarius
Pada saat lahir perubahan lingkungan harus disesuaikan oleh
fungsi ginjal, dengan adanya angka filtrasi glumerolus yang
menurun maka fungsi ginjal akan kurang efisien, dan bahan terlarut
yang juga rendah. Hal ini akan terjadinya penurunan kemampuan
untuk mengkonsentrasi urin sehingga menyebabkan urin akan
sedikit. Gangguan elektrolit dan keseimbangan air mudah terjadi.
5. Sistem persarafan
Perkembangan saraf sebagian besar tergantung pada derajat
maturitas. Hal ini akan menyebabkan kurang berkembangnya pusat
pengendali fungsi vital, suhu tubuh, pernafasan, dan pusat reflek.
Pada bayi prematur yang ditemukan reflek leher tonik dan reflek
moro di, tetapi reflek tandon bervariasi. Bayi kecil lebih lemah
dibangunkan dan mempunyai tangisan yang lemah yang
disebabkan karena buruknya perkembangan saraf.
C. Klasifikasi
Bayi BBLR dapat di bagi menjadi 2 golongan, yaitu :
1. Prematuritas murni.
Bayi lahir dengan umur kehamilan kurang dari 37 minggu dan
mempunyai berat badan sesuai dengan berat badan untuk masa
kehamilan atau disebut Neonatus Kurang Bulan – Sesuai Masa
Kehamilan ( NKB- SMK).
Makin rendah masa gestasi dan makin kecil bayi yang
dilahirkan makin tinggi morbiditas dan mortalitasnya. Melalui
pengelolaan yang optimal dan dengan cara yang kompleks serta
menggunakan alat-alat yang canggih, beberapa sangguan yang
berhubungan dengan prematuritas dan dapat diobati, sehingga ejala
sisa yang mungkin diderita dikemudian hari dapat dicegah atau
dikurangi. Bayi prematuritas murni digolongkan dalam tiga
kelompok, yaitu:
a. Bayi yang sangat prematur (extremely premature): 24-30
minggu.
Bayi dengan masa gestasi 24-27 minggu masih sangat
sukar hidup terutama di negara yang belum atau sedang
berkembang. Bayi dengan masa gestasi 28-30 minggu masih
mungkin dapat hidup dengan perawatan yang sangat intensif.
b. Bayi pada derajat prematur yang sedang (moderately
premature) : 31-36 minggu.
Pada golongan ini kesanggupan untuk hidup jauh lebih
baik dari pada golongan pertama dan gejala sisa yang
dihadapinya di kemudian hari juga lebih ringan, asal saja
pengelolaan terhadap bayi ini benar-benar intensif.
c. Borderline premature: masa gestasi 37-38 minggu.
Bayi ini mempunyai sifat-sifat prematur dan matur.
Biasanya beratnya seperti bayi matur dan dikelola seperti bayi
matur, akan tetapi sering timbul problematika seperti yang
dialami bayi prematur, misalnya sindrom gangguan
pernapasan, hiperbilirunemia, daya hisap yang lemah dan
sebagainya, sehingga bayi harus diawasi dengan seksama.
2. Dismaturitas.
Bayi lahir dengan berat badan kurang dari berat badan
seharusnya untuk masa kehamilan, dismatur dapat terjadi dalam
preterm, term, dan post term. Dismatur ini dapat juga: Neonatus
Kurang Bulan – Kecil untuk Masa Kehamilan (NKB- KMK)
Neonatus Cukup Bulan-Kecil Masa Kehamilan (NCB-KMK),
Neonatus Lebih Bulan-Kecil Masa Kehamilan (NLB- KMK).
D. Etiologi
1. Faktor Ibu.
a. Penyakit
Penyakit yang berhubungan langsung dengan kehamilan
misalnya :perdarahan antepartum, trauma fisik dan psikologis,
DM,toksemia gravidarum, dan nefritis akut.
b. Usia ibu
Angka kejadian prematuritas tertinggi ialah pada usia < 20
tahun, dan multi gravida yang jarak kelahiran terlalu
dekat.Kejadian terendah ialah pada usia antara 26 – 35 tahun
c. Keadaan sosial ekonomi
Keadaan ini sangat berperanan terhadap timbulnya
prematuritas. Kejadian tertinggi terdapat pada golongan sosial
ekonomi rendah. Hal ini disebabkan oleh keadaan gizi yang
kurang baik dan pengawasanantenatal yang kurang. Demikian
pula kejadian prematuritas pada bayi yang lahir dari perkawinan
yang tidak sah.ternyata lebih tinggi bila dibandingkan dengan
bayi yang lahir dari perkawinan yang sah.
d. Sebab lain, ibu perokok, ibu peminum alkohol dan pecandu obat
narkotik.
2. Faktor janin
Hidramion, kehamilan ganda dan kelainan kromosom.
3. Faktor lingkungan
Tempat tinggal di dataran tinggi radiasi dan zat-zat racun.
E. Manifestasi Klinik
Menunjukkan belum sempurnanya fungsi organ tubuh dengan
keadaannya lemah:
1. Fisik
a. Bayi kecil
b. Pergrakan kurang dan masih lemah
c. Kepala lebih besar dari pada badan
d. Berat badan < 2500 gram
2. Kulit dan kelamin
a. Kulit tipis dan transparan
b. Lanugo banyak
c. Rambut halus dan tipis
d. Genitalia belum sempurna
3. Sistem syaraf
a. Refleks moro
b. Refleks menghisap, menelan, batuk belum sempurna
4. Sistem muskuloskeletal
a. Axifikasi tengkorak sedikit
b. Ubun-ubun dan satura lebar
c. Tulang rawan elastis kurang
d. Otot-otot masih hipotonik
e. Tungkai abduksi
f. Sendi lutut dan kaki fleksi
g. Kepala menghadap satu jurusan
5. Sistem pernafasan
a. Pernafasan belum teratur sering apnoe
b. Frekuensi nafas bervariasi
F. Patofisiologi
Akibat berbagai dari berat badan lahir rendah yaitu faktor yaitu, faktor
ibu, faktor janin dan faktor lingkungan. Faktor ibu seperti penyakit yang
diderita ibu, usia ibu saat hamil lebih dari 35 tahun atau kurang dari 16
tahun, keadaan sosial ekonomi. Adapun dari berbagai Faktor janin seperti
kelainan kromosom, hidramnion, kehamilan ganda. Tempat tinggal,
radiasi, dan zatzat beracun merupakan faktor dari lingkungan. Dari faktor-
faktor tersebut akan mengalami gangguan dan suplai makanan ke bayi jadi
berkurang yang akan menyebabkan pertumbuhan dan perkembangan janin
dalam rahim terganggu. Maka terjadilah bayi lahir prematur atau dismatur
dengan berat badan lahir yang belum cukup dari 2500 gram. Jika hal
tersebut terjadi, maka bayi diharuskan untuk beradaptasi terhadap
kehidupan ekstrauterin sebelum organ dalam tubuhnya berkembang secara
optimal. Penyebab dari BBLR juga oleh hamil dengan infeksi dalam
rahim, hidramnion, perdarahan, hamil ganda, cacat bawaan. Hal tersebut
juga menyebabkan bayi lahir dengan berat 2500 gram dengan panjang
tidak mencapai 45 cm, besarnya kepala, kulit tipis, transparan , lingkar
dada kurang dari 30 cm, banyaknya rambut lanugo, lemak kurang,
pernapasan tak teratur dapat terjadinya penurunan pernafasan.
BBLR pada bayi berkemungkinan akan terjadi sindrom distres
respirasi, sindrom aspirasi mekonium, asfiksia neonatorum, penyakit
membran hialin, dismatur preterm terutama bila masa kehamilannya belum
mencapai 35 minggu, hiperbilirubinemia, hipoglikemia, hipokalsemia,
patent ductus arteriosus, perdarahan ventrikel otak, hipotermia,
kekuerangan darah merah, gangguan pembekuan darah, infeksi, retrolental
fibroplasia, necrotizing enterocolitis (NEC), bronchopulmonary dysplasia,
dan malformasi konginetal.
G. Penatalaksanaan Dan Terapi
1. Penatalaksanaan prematuritas murni
Mengingat belum sempurnanya kerja alat-alat tubuh yang perlu
untuk pertumbuhan dan perkembangan serta penyesuaian diri dengan
lingkungan hidup di luar uterus maka perlu diperhatikan pengaturan
suhu lingkungan, pemberian makanan dan bila perlu oksigen,
mencegah infeksi serta mencegah kekurangan vitamin dan zat besi
a. Pengaturan suhu badan bayi prematuritas/ BBLR
Bayi prematuritas dengan cepat akan kehilangan panas badan
dan menjadi hipotermia, karena pusat pengaturan panas badan
belum berfungsi dengan baik, metabolismenya rendah dan
permukaan badan relatif luas oleh karena itu bayi prematuritas
harus dirawat di dalam inkubator sehingga panas badannya
mendekati dalam rahim. Bila bayi dirawat dalam inkubator maka
suhu bayi dengan berat badan , 2 kg adalah 35 derajat celcius dan
untuk bayi dengan berat badan 2-2,5 kg adalah 33-34 derajat
celcius. Bila inkubator tidak ada bayi dapat dibungkus dengan
kain dan disampingnya ditaruh botol yang berisi air panas,
sehingga panan badannya dapat dipertahankan.
b. Makanan bayi prematur
Alat pencernaan bayi prematur masih belum sempurna,
lambung kecil, enzim pencernaan belum matang, sedangkan
kebutuhan protein 3-5 gr/kg BB dan kalori 110 kal/kg BB
sehingga pertumbuhannya dapat meningkat. Pemberian minum
bayi sekitar 3 jam setelah lahir dan didahului dengan menghisap
cairan lambung. Refleks menghisap masih lemah,sehingga
pemberian minum sebaiknya sedikit demi sedikit, tetapi frekwensi
yang lebih sering. ASI merupakan makanan yang paling
utama,sehingga ASI lah yang paling dahulu diberikan. Bila faktor
menghisapnya kurang maka ASI dapat diperas dan diminumkan
dengan sendok perlahan-lahan atau dengan memasang sonde
menuju lambung. Permulaan cairan diberikan sekitar 50-60 cc/kg
BB/ hari dan terus dinaikkan sampai mencapai sekitar 200 cc/kg
BB/ hari.
c. Menghindari infeksi
Bayi prematuritas mudah sekali terkena infeksi, karena daya
tahan tubuh yang masih lemah,kemampuan leukosit masih kurang
dan pembentukan anti bodi belum sempurna. Oleh karena itu,
upaya preventif sudah dilakukan sejak pengawasan antenatal
sehinggatidak terjadi persalinan prematuritas ( BBLR). Dengan
demikian perawatan dan pengawasan bayi prematuritas secara
khusus dan terisolasi dengan baik.
2. Penatalaksanaan dismaturitas (KMK)
a. Pemeriksaan pertumbuhan dan perkembangan janin intra uterina
serta menemukan gangguan pertumbuhan misalnya dengan
pemeriksaan ultra sonografi.
b. Memeriksa kadar gula darah ( true glukose ) dengan dextrostix
atau laboratorium kalau hipoglikemia perlu diatasi.
c. Pemeriksaan hematokrit dan mengobati hiperviskositasnya.
d. Bayi membutuhkan lebih banyak kalori dibandingkan dengan bayi
SMK.
e. Melakukan tracheal-washing pada bayi yang diduga akan
menderita aspirasi mekonium.
f. Sebaiknya setiap jam dihitung frekwensi pernafasan danbila
frekwensi lebih dari 60 x/ menit dibuat foto thorax.
H. Concept Map
I. SOP
1. Perawatan BBLR dalam Inkubator
Ada dua cara yang dapat dilakukan dalam merawat bayi lahir
rendah di dalam inkubator yaitu:
a. Inkubator tertutup
1) Inkubator harus selalu tertutup dan hanya dibuka apabila dalam
keadaan tertentu seperti apnea, dan apabila membuka inkubator
usahakan suhu bayi tetap hangat dan oksigen harus selalu
disediakan
2) Tindakan perawatan dan pengobatan diberikan melalui hidung.
3) Bayi harus keadaan telanjang (tidak memakai pakaian) untuk
memudahkan observasi.
4) Pengaturan panas disesuaikan dengan berat badan dan kondisi
tubuh.
5) Pengaturan oksigen selalu diobservasi
6) Inkubator harus ditempatkan pada ruangan yang hangat kira-
kira dengan suhu 27 derajat Celcius.
b. Inkubator terbuka
1) Pemberian inkubator dilakukan dalam keadaan terbuka saat
pemberian perawatan pada bayi.
2) Menggunakan lampu pemanas untuk memberikan
keseimbangan suhu normal dan kehangatan.
3) Membungkus dengan selimut hangat
4) Dinding keranjang ditutup dengan kain atau yang lain untuk
mencegah aliran udara
5) Kepala bayi harus ditutup karena banyak panas yang hilang
melalui kepala.
6) Pengaturan suhu inkubator disesuaikan dengan berat badan
sesuai dengan ketentuan di bawah ini:
Berat Badan Lahir 0-24 jam 2-3 hari 4-7 hari 8 hari
0 0 0
(gram) ( C) ( C) ( C) (0C)
1500 34-36 33-35 33-34 32-33
1501-2000 33-34 33 32-33 32
2001-2500 33 32-33 32 32
> 2500 32-33 32 31-32 32

Keterangan:
Apabila suhu kamar 28-29 derajat Celcius hendaknya
diturunkan 1 derajat Celcius setiap minggu dan apabila berat
badan bayi sudah mencapai 2000 gram bayi boleh dirawat di
luar inkubator dengan suhu 27 derajat Celcius.
J. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
a. Identitas klien
Nama, no MR. umur, alamat, penaggungjawab, tanggal
masuk rumah sakit
b. Riwayat kesehatan:
Riwayat kesehatan sekarang : berat badan bayi kurang dan
2500 gram, rambut tipis clan hams, penampilan rapuh, kulit
merah sampai merah muda dengan vena dapat dilihat, rambut
tipis dan halus, lanugo pada punggung dan wajah, sedikit atau
tidak ada bukti lemak subkutan, kepala lebih besar dan tubuh,
kartilago telingan berkembang buruk, sedikit keriput hams pada
telapak tangan dan kaki. Pada wanita klitoris menonjol, pada laki-
laki skrotum belum berkembang, tidak menggantung, dan testis
tidak menurun.
Riwayat kesehatan dahulu : pada ibu didapat kekurangan
nutrisi, kebiasaan merokok, mengkonsumsi alcohol atau narkoba,
karena adanya penyakit kronis atau akut, dan atau gangguan
proses persalinan.
Riwayat kesehatan keluarga : kemungkinan tidak banyak
ditemukan penyakit keturunan dan keluarga yang membahayakan.
c. Pemeriksaan fisik bayi:
1) Pengukuran umum:
Lingkar kepala < persentil ke-1 0 atau > persentil ke-90
Berat badan lahir < persentil ke-lO atau > persentil ke-90
2) Tanda-tanda vital:
Suhu: Flipotermia, Hipertermia
Frekuensi : bradikardia-frekuensi istirahat dibawah 80 sampai
100 denyutlmenit, takikardi-frekuensi kira-kira 160 sampai
180 denyut/ menit, irama tidak teratur.
Pernafasan : takipnea-frekuensi dibawah 60 kali.menit, apnea
>15-20 detik
TD : tekanan sistolik pada manset 6 sampai 9 mmHg kurang
dan tekanan diektremitas atas
3) Kulit:
Ikterik berlanjut khususnya pada 24 jam pertama, kulit
memucat, sianosis umum, pucat, keabu-abuan, turgor kulit
buruk, ruam, pustule/lepuli, bereak coklat terang.
4) Kepala:
Sutura menyatu, pelebaran sutura dan fontanel,.
5) Mata:
Warna merah muda dan iris, rabas purulen, tidak ada reflek
merah, pupil dilatasi atau kontniksi, tidak ada reflek pupil atau
komea, ketidakmampuan mengikuti objek atau cahaya terang
kegaris tengali, sciera biru dan kuning, katarak congenital.
6) Telinga:
Penempatan telinga terlalu rndah, tidak adanya reflek kejut
(moro) sebagai respon terhadap bunyi keras, abnormalitas
pinna minor dapat menjadi tanda dan berbagal sindrom.
7) Hidung:
Kanal tidak paten, rabas nasal kental dan berdarah, pelebaran
cuping hidung, sekresi nasal berlebihan atan tersumbat, tidak
ada septum, batang hidung datar.
8) Mulut dan tenggorokan:
Bibir sumbing, palatutum terbelah, lidah besar;menjulur;atau
kesalahan posisi posterior dan lidah, saliva berlebihan atau
meneteskan air hun, ketidakmamupan untuk menelan selang
nasogastnik, dagu kecil dan tertarik kebelakang.
9) Leher:
Lipatan kulit yang berlebihan atau berselaput, tahanan
terhadap fleksi, tidak adanya leher tonik.
10) Dada
Depresi sternum, retraksi dada dan ruang interkontal selama
pernafasan, kemerahan dank eras dsekitar putting, putting
berjarakjauh.
11) Paru-paru:
Dada naik sementara abdomen turun, menetap mengi,
penurunan bunyi nafas, takipnea.
12) Jantung:
Mumur, sianosis menetap.
13) Abdomen:
Distensi abdomen, penonjolan setempat, distensi vena, bising
usus tidak ada, abdomen cekung, tali umbilicus hijau.
14) Genitalia:
Wanita: pembesaran klitoris dengan meatus uretra pada
bagian ujung, labia menyatu, tidak berkemih dalam 24 jam,
massa pada labia.
Pria : hipospadia, epispadia, testis tidak dapat diraba dalam
skrotum, tidak ada urinasi dalam 24 jam, massa dalam
skrotum.
d. Pengkajian Bayi
1) Aktivitas/ istirahat
Bayi sadar mungkin 2-3 jam beberapa hari pertama tidur
sehari rata-rata 20 jam.
2) Pernafasan
Takipnea sementara dapat dilihat, khususnya setelali
kelahiran cesaria atau persentasi bokong. Pola nafas
diafragmatik dan abdominal dengan gerakan sinkron dan
dada dan abdomen, perhatikan adanya sekret yang
mengganggu pernafasan, mengorok, pernafasan cuping
hidung.
3) Makanan cairan
Berat badan rata-rata 2500-4000 gram: kurang dan 2500 gr
menunjukkan kecil untuk usia gestasi, pemberian nutrisi
harus diperhatikan. Bayi dengan dehidrasi harus diberi infus,
Beri minum dengan tetes ASI/ sonde karena refleks menelan
BBLR belum sempurna, kebutuhan cairan untuk bayi baru
lahir 120 - 150m1/kg BB/hari.
4) Berat badan Kurang dati 2500 gram
5) Suhu
6) BBLR mudah mengalami hipotermia, oleh sebab itu suhu
tubuhnya harus dipertahankan
7) Integumen
Pada BBLR mempunyai adanya tanda-tanda kulit tampak
mengkilat dan kering
2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa yang dapat ditegakkan oleh seorang perawat pada bayi
dengan BBLR yaitu:
a. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan maturitas pusat
pernafasan, keterbatasan perkembangan otot, penurunan energi/
kelelahan, ketidakseimbangan metabolik.
b. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan maturitas
pusat pernafasan, keterbatasan perkembangan otot, penurunan
energi/ kelelahan, ketidakseimbangan metabolik.
c. Hipotermi berhubungan dengan kontrol suhu imatur dan
penurunan lemak tubuh subkutan
d. Risiko gangguan kebutuhan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubub
berhubungan dengan ketidakmampuan mencerna nutrisi karena
imaturitas
e. Resiko infeksi berhubungan dengan pertahanan imunologis yang
kurang.
f. Risiko injuri cerebral berhubungan dengan hiperbilirubin
g. Resiko gangguan integritas kulit berhubungan dengan struktur
kulit imatur, penurunan status nutrisi dan prosedur invasif
3. Intervensi
NO Diagnosa NOC NIC

1. Pola pernafasan Tujuan : 1. Buka jalan nafas, guanakan


tidak efektif  Respiratory status : teknik chin lift atau jaw thrust
Ventilation
 Respiratory status : bila perlu
Definisi: Airway patency 2. Posisikan pasien untuk
Pertukara  Vital sign status memaksimalkan ventilasi
n udara 3. Identifikasi pasien perlunya
Kriteria Hasil : pemasangan alat jalan nafas
inspirasi
dan/atau 1. Mendemonstrasika buatan
ekspirasi n batuk efektif dan 4. Pasang mayo bila perlu
tidak suara nafas yang 5. Lakukan fisioterapi dada jika perlu
adekuat bersih, tidak ada 6. Keluarkan sekret dengan batuk
atau suction
sianosis dan
7. Auskultasi suara nafas, catat
dyspneu (mampu
adanya suara tambahan
mengeluarkan
8. Lakukan suction pada
sputum, mampu mayoBerikan bronkodilator bila
bernafas dengan
perlu
mudah, tidak ada 9. Berikan pelembab udara Kassa
pursed lips)
basah NaCl Lembab
2. Menunjukkan jalan 10. Atur intake untuk cairan
nafas yang paten
mengoptimalkan keseimbangan.
(klien tidak merasa 11. Monitor respirasi dan status O2
tercekik, irama 12. Bersihkan mulut, hidung dan
nafas, frekuensi secret trakea
pernafasan dalam 13. Pertahankan jalan nafas yang paten
rentang normal, 14. Atur peralatan oksigenasi
tidak ada suara 15. Monitor aliran oksigen
nafas abnormal) 16. Pertahankan posisi pasien
17. Onservasi adanya tanda tanda
3. Tanda Tanda vital hipoventilasi
dalam rentang 18. Monitor adanya kecemasan
normal (tekanan pasien terhadap oksigenasi
darah, nadi, 19. Vital sign Monitoring
pernafasan) 20. Monitor TD, nadi, suhu, dan RR
21. Catat adanya fluktuasi tekanan
darah
22. Monitor VS saat pasien
berbaring, duduk, atau berdiri
23. Auskultasi TD pada kedua
lengan dan bandingkan
24. Monitor TD, nadi, RR, sebelum,
selama, dan setelah aktivitas
25. Monitor kualitas dari nadi
26. Monitor frekuensi dan irama
pernapasan
27. Monitor suara paru
28. Monitor pola pernapasan abnormal
29. Monitor suhu, warna, dan
kelembaban kulit
30. Monitor sianosis perifer
31. Monitor adanya cushing triad
(tekanan nadi yang melebar,
bradikardi, peningkatan sistolik)
32. Identifikasi penyebab dari
perubahan vital sign
2 Bersihan Jalan Tujuan: 1. Pastikan kebutuhan oral / tracheal
Nafas tidak efektif  Respiratory status : suctioning.
Ventilation 2. Berikan O2
 Respiratory status : 3. Anjurkan pasien untuk istirahat
Airway patency
dan napas dalam
4. Posisikan pasien untuk
Kriteria hasil :
memaksimalkan ventilasi
1. Mendemonstrasika 5. Lakukan fisioterapi dada jika perlu
n batuk efektif dan 6. Keluarkan sekret dengan batuk
atau suction
suara nafas yang
7. Auskultasi suara nafas, catat
bersih, tidak ada
adanya suara tambahan
sianosis dan8. Berikan bronkodilator
dyspneu (mampu 9. Monitor status hemodinamik
mengeluarkan 10. Berikan pelembab udara Kassa
sputum, bernafas basah NaCl Lembab
dengan mudah, 11. Atur intake untuk cairan
tidak ada pursed mengoptimalkan
lips) keseimbangan.
2. Menunjukkan jalan 12. Monitor respirasi dan status O2
nafas yang paten 13. Pertahankan hidrasi yang
(klien tidak merasa adekuat untuk
tercekik, irama mengencerkan sekret
nafas, frekuensi 14. Jelaskan pada pasien dan
pernafasan dalam keluarga tentang penggunaan
rentang normal, peralatan : O2, Suction, Inhalasi.
tidak ada suara
nafas abnormal)
3. Mampu
mengidentifikasi
kan dan mencegah
faktor yang
penyebab.
4. Saturasi O2
dalam batas
normal
5. Foto thorax
dalam batas
norma
3 Hipotermi b/d Tujuan: Temperature regulation
paparanlingkung
 Thermoregulation 1. Monitor suhu minimal tiap 2 jam
andingin 2. Rencanakan monitoring
 Thermoregulation :
neonate suhusecarakontinyu
3. Monitor TD, nadi, dan RR
Kriteria Hasil : 4. Monitor warnadansuhukulit
1. Suhu tubuh dalam 5. Monitor tanda-
rentang normal tandahipertermidanhipotermi
2. Nadi dan RR dalam 6. Tingkatkan intake cairandannutrisi
rentang normal 7. Selimutipasienuntukmencegahhila
ngnyakehangat antubuh
8. Ajarkanpadapasiencaramencegah
keletihanakibat panas
9. Diskusikantentangpentingnyapen
gaturansuhudan
kemungkinanefeknegatifdarikedi
nginan
10. Beritahukantentangindikasiterjadi
nyakeletihanda npenanganan
emergency yang diperlukan
11. Ajarkanindikasidarihipotermi
danpenanganan yang
diperlukan
12. Berikan anti piretikjikaperlu
Monitor Vital Sign
1. Monitor TD, nadi, suhu, dan RR
2. Catatadanyafluktuasitekanandara
h
3. Monitor VS
saatpasienberbaring,
atauberdiri
4. Auskultasi TD
padakedualengandanbandingkan
5. Monitor TD, nadi, RR, sebelum,
selama, dansetelahaktivitas
6. Monitor kualitasdarinadi
7. Monitor frekuensidan irama
pernapasan
8. Monitor suaraparu
9. Monitor polapernapasan
abnormal
10. Monitor suhu, warna,
dankelembabankulit
11. Monitor sianosisperifer
12. Monitor adanyacushing triad
(tekanannadi yang melebar,
bradikardi, peningkatansistolik)
13. Identifikasipenyebabdariperubaha
n vital sign
4 Resiko infeksi Tujuan: 1. Tingkatkan cara-cara
b/d mencucitanganpadastaf,
- Immune Status.
ketidakadekuata orang tua danpekerja lain.
- Knowledge :
n system 2. Pantaupengunjungakanada
infection control nyalesikulit.
kekebalan tubuh - Risk control 3. Kajibayiterhadaptanda-
tandainfeksi, misalnya
Kriteria Hasil :
:suhu,
1. Suhu 36,5-37,5 ºC letargiatauperubahanperilak
2. Tidakadatanda- u.
tandainfeksi 4. Lakukanperawatantalipusat
sesuai kit.
3. Leukosit 5.000–
5. Berikan ASI
10.000
untukpemberianmakanbilat
ersedia
6. Berikanantibiotikasesuaiind
ikasi
5 Resiko Tujuan: Nutrition management
gangguan - Nutritional status 1. Kaji adanya alergi makanan
kebutuhan - Nutritional status : 2. Kolaborasi dengan ahli
nutrisi b/d food and fluid intake gizi untuk menentukan
ketidakmampua - Nutritional status : jumlah kalori dan nutrisi
n mencerna nutrien intake yang dibutuhkan pasien
nutrisi karena - Weight control 3. Anjurkan pasien untuk
imanuritas. meningkatkan intake fe
Kriteria hasil: 4. Anjurkan pasien untuk
1. Adanya peningkatan meningkatkan protein
berat dan vitamin C
badanpengecapan 5. Beri substansi gula
dari menelan 6. Yakinkan diet yang
2. Berat badan ideal dimakan
sesuai dengan tinggi mengandung tinggi
badan serat untuk mencegah
3. Mempu konstipasi
mengidentifikasi 7. Berikan makanan yang
terpilih
kebutuhan nutrisi
8. Ajarkan pasien
4. Tidak ada tanda-
bagaimana cara
tanda malnutrisi
5. Menunjukkan membuat catatan
peningkatan fungsi makanan harian
9. Monitor jumlah nutrisi dan
pengecapan dari
kandungan kalori
menelan 10. Berikan informasi tentang
6. Tidak terjadi kebutuhan nutrisi
penurunan berat 11. Kaji kemampuan
badan pasien untuk
yang berartu mendaoatkan nutrisi
yang dibutuhkan
Nutrition monitoring
1. BB pasien dalam batas
normal
2. Monitoring adanya
penurunan berat badan
3. Monitor tipe dan
jumlah aktifitas yang
biasa dilakukan
4. Monitor interaksi anak
atau orangtua selama
makan
5. Monitor lingkungan selama
makan
6. Jadwalkan
pengobatan dan
tindakan tidak
selama jam makan
7. Monitor kulit kering dan
peubahan pigmentasi
8. Monitor turgor kulit
9. Monitor kekeringan,
rambut kusam, dan mudah
patah
10. Monitor mula muntah
11. Monitor kadar albumin,
total protein, Hb, kan
kadar Ht
12. Monitor pertumbuhan dan
perkmbangan
13. Monitor pucat,
kemerahan dan
kekeringan, jaringan
konjungtiva
14. Monitor kalori dan intake
nutrisi
15. Catat adanya edema,
hiperemik, hipertonik,
papila lidah, dan
cavitas oral
16. Catat adanya lidah berwarna
magenta scarlet.
6. Injuri serebral Setelah 1. Pasang foto therapy dan eye protector
berhubungan 2. Ukur tanda tanda vital
dengan dilakukan tindakan 3. Jaga kehangatan bayi
peningkatan keperawatan: 4. Beri minum sesuai kebutuhan
bilirubin 5. Pantau intake output
(Hiperbilirubi 6. Cek kembali kadar bilirubin
n)

7 Resiko Tujuan: Pressure management


gangguan B. Tissue 1. Anjurkan pasien untuk menggunakan
integritas integrity : skin pakain yang longgar
and mucous 2. Hindari kerutan pada tempat tidur
kulit b/d membranes 3. Jaga kebersihan kulit agar tetap bersih
struktur kulit C. Hemodyasis dan kering
imatur, akses 4. Mobilisasi pasien
penurunan Kriteria Hasil : 5. Monitor kulit akan adanya kemerahan
status nutrisi 1. Integritas kulit Oleskan lotion atau minyak/baby oil pada
yang baik bisa daerah yag tertekan
dan
dipertahankan 8. Monitor aktifitas dan mobilisasi pasien
oroses invasif
2. Tidak ada 9. Monitor status nutisi pasien
luka/ lesi pada 10. Memandikan pasien dengan sabun
kulit dan air hangat
Insision site care :
3. Perfusi
1. Membersihkan, memantau dan
jaringan baik
meningkatkan proses penyembuhan pada
4. Menunjukan
luka yang ditutup dengan jahitan, klip
pemahaman dalam
atau straples
proses 2. Monitor proses kesembuhan area insisi
5. perbaikan kulit 3. Monitor tanda dan gejala infeksi pada rea
dan insisi
mencegah 4. Bersihkan area sekitar jahitan atau
terjadinya sedera staples, menggunankan lidi kapas
berulang streril
6. Mempu 5. Gunakan preparat antiseptik, sesuai program
melindungi kulit 6. Ganti balutan pada interval waktu yang
dan sesuai atau biarkan luka tetap terbukan
mempertahankan (tidak dibalut) sesuai program
kelembaban kulit
perawatan alami
4. Implementasi
Implementasi yang merupakan kompnen dari proses keperawatan adalah
kategori dari prilaku keperawatan dimana tindakan yang diperlukan untuk
mencapai tujuan dan hasil yang dperkirakan dari asuhan keperawatan
dilakukan dan diselesaikan. Dalam teori, implementasi dari rencana asuhan
keperawatan mengikuti komponen perencanaan dari proses keperawatan.
Namun demikian, di banyak lingkungan perawatan kesehatan, implementasi
mungkin dimulai secara lansung setelah pengkajian
5. Evaluasi
Evaluasi adalah tahap akhir dari proses keperawatan yang merupakan
perbandingan yang sistematis dan terencana antara hasil yang teramati dengan
tujuan atau kriteria hasil yang dibuat pada tahap perencanaan yang
menggunakan pendekatan SOAP.
Evaluasi dilakukan secara berkesinambungan dengan melibatkan klien dan
tenaga kesehatan lainnya. Jika hasil evaluasi menunjukkan tercapainya tujuan
dan kriteria hasil, klien bias keluar dari siklus proses keperawatan. Jika
sebaliknya, klien akan masuk kembali kedalam siklus tersebut mulai dari
pengkajian ulang (reassessment). Secara umum, evaluasi ditujukan untuk:
a. Melihat dan menilai kemampuan klien dalam mencapai tujuan.
b. Menentukan apakah tujuan keperawatan telah tercapai atau belum.
c. Mengkaji penyebab jika tujuan asuhan keperawatan belum tercapai
d. Daftar Pustaka

Hanifah, 2010. Perawatan Pediatic. Jakarta : TUSCA

M. Bulechek, G. 2016. Edisi Enam Nursing Interventions Classification (NIC).


Singapore: Elseiver Global Rights.

Nanda. 2015. Diagnosis Keperawatan Definisi & Klasifikasi 2015-2017 Edisi 10.
Editor T Heather Herdman, Shigemi Kamitsuru, Jakarta: EGC

Proverawati, Ismawati. 2010. Berat Badan Lahir Rendah (BBLR). Yogyakarta:


Nuha Medika

Sue Moorhead, D. 2016. Edisi Enam Nursing Outcomes Classifications (NOC).


Singapore: Elseiver Global Rights

Williamson, Kenda. Buku Ajar Asuhan Neonatus. Buku Kedokteran: Jakarta.


2013

Yuliastati, Nining. 2016. Modul Bahan Ajar Cetak Keperawatan Anak. Jakarta:
Pusdik SDM Kesehatan
ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN BBLR DI RUANGAN SUBI
KECIL RUMKITAL DR. MIDIYANTO SURATANI

TANJUNGPINANG

Disusun Oleh :

Sri Kautsar, S. Kep

092014020

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN HANG TUAH

PROGRAM STUDI PROFESI NERS

TANJUNGPINANG

2021

Pembimbing Akademik: Pembimbing Klinik:

Zakiah Rahman, S. Kep, Ns, M. Kep Ani Rofikoh, S. Kep, Ns

Anda mungkin juga menyukai