Anda di halaman 1dari 15

BAB 1.

TINJAUAN TEORI
A.PENGERTIAN

• Infark Miokard adalah kerusakan jaringan miokard akibat iskemia hebat yang terjadi
secara tiba – tiba. Keadaan ini biasanya disebabkan oleh ruptur plak yang diikuti
dengan proses pembentukan trombus oleh trombosit(Hastuti dkk, 2013).

• ST Elevasi Miokard Infark (STEMI) adalah rusaknya bagian otot jantung secara
permanen akibat insufisiensi aliran darah koroner oleh proses degeneratif maupun di
pengaruhi oleh banyak faktor yang ditandai keluhan nyeri dada, peningkatan enzim
jantung dan ST elevasi pada pemeriksaan EKG (Doengos, 2003).

B. ETIOLOGI

Penyakit jantung disebabkan oleh adanya penimbunan abnormal lipid atau bahan
lemak dan jaringan fibrosa di dinding pembuluh darah yang mengakibatkan
perubahan struktur dan fungsi arteri dan penurunan aliran darah ke jantung (Suddarth,
2014).

C. FAKTOR RESIKO

a). Tidak dapat diubah (unmodifiable)

1. Usia: Kerentanan terhadap aterosklerosis koroner meningkat seiring bertambahnya


usia.

2. Jenis kelamin laki-laki 35-44 tahun

Memiliki kecenderungan 5-6 kali dibanding perempuan

3. Riwayat penyakit penyakit jantung koroner pada keluarga

b). dapat diubah (modifiable)

1. Hiperlipidemia

2. Hipertensi

3. Merokok

4. Diabetes mellitus

5. Obesitas 6.Stress

1
D. GEJALA KLINIS

 Chest discomfort
 Takikardia
 Dyspnea
 Diaphoresis
 Mual / muntah

PATOFLOW STEMI

Kelainan metabolisme (lemak, Faktor pencetus:


koagulasi darah, dan keadaan ‒ Hiperkolesterolemia
biofisika/biokimia dinding arteri ‒ DM
‒ Merokok
aterosklerosis ‒ Hipertensi
‒ Usia Lanjut
akumulasi/penimbunan ‒ Kegemukan
ateroma/plak di intima arteri

ruptur plaque

aktivasi faktor dan


pembekuan dan platelet

pengeluaran tissue faktor

produksi trombin Faktor pendukung:


Decom Cordis
terjadi adhesi dan agregasi

pembentukan trombus

penurunan aliran darah koroner

mengganggu absorbsi nutrien dan oksigen

iskemia pembuluh darah nekrotik

kebutuhan O2 STEMI tumbuh jaringan parut

lumen sempit dan kaku


metabolisme anaerob
kontraksi miokard
produksi as. laktat aliran darah tersumbat
vaokontriksi pembuluh darah
merangsang nosiseptor
TD naik
Angina pektoris
Cardiac Output

MK. Nyeri Akut penurunan kemampuan tubuh


untuk menyediakan energi MK. Penurunan Curah Jantung

kelemahan/fatigue

MK. Intoleransi Aktivitas

2
E. PENATALAKSANAAN POST PENANGANAN STEMI

1. Obat-obatan
 ACE inhibitor
 Angiotensin Receptor Blocker (ARB)
 Aldosterone blockers
 Terapi antiplatelet dan antikoagulan
2. Berhenti merokok
3. Aktivitas fisik ( 30 menit minimal 5 hari dalam seminggu)
4. Pengaturan berat badan sesuai BMI
5. Kontrol Tekanan darah.
6. Managemen Lipid

F. PENATALAKSANAAN STEMI

1. Perawatan di IGD

 Oksigen 4lt/min
 Aspirin diberikan dengan dosis
 Nitrogliserin (NTG) 5 mg per nitrat sublingual sd 3 kali bila tidak berkurang bisa
diberikan drip
 Morfin sulfat 1-5 mg intravena

2. Terapi Reperfusi

 PCI (Percutaneous Coronary Intervention)


 Sebelum tindakan PCI diperikan obat-obatan pre-prosedural berupa;
1. Anti platelet: aspirin peroral 160-320 mg
2. Anti reseptor ADP: ticagrelor peroral (loading 180 mg, maintenance 90 mg dua kali
sehari) jika tidak tersedia atau kontraindikasi dapat diberi clopidogrel perora
(loading 600 mg, maintenance 150 mg perhari)
3. Anti koagulan : unfractioned heparin
(UFH dengan atau tanpa penghambat ADP) harus diberikan pada pasien yang tidak
mendapat enoksaparin. Fondaparinux tidak disarankan untuk PCI

3
G. KELAS KILLIP

4
BAB II. TINJAUAN KASUS

A. IDENTITAS PASIEN
 NAMA : “Tn.J”
 UMUR : 43 TAHUN
 JENIS KELAMIN : LAKI-LAKI
 ALAMAT : MAKASSAR
 NO.REKAM MEDIK : 951XX
B. ANAMNESIS
KELUHAN UTAMA : Nyeri dada hilang timbul dan terasa meningkat saat banyak
bergerak/beraktivitas dirasakan seperti tertekan benda berat yang dirasakan di dada kiri
dengan skala nyeri ringan skala nyeri 3
 RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG : Pasien mengalami nyeri dada sejak pukul
17.00 tanggal 22/10/2021 seperti tertekan benda berat, durasi >30 menit
disertai keringat dingin
 RIWAYAT PENYAKIT DAHULU : Pasien mengatakan memiliki riwayat
hipertensi dan kebiasaan merokok
 RIWAYAT PENYAKIT KELUARGA : Pasien mengatakan tidak ada keluarga yang
menderita penyakit yang sama atau faktor pencetus.
C. PEMERIKSAAAN FISIK
Tanda-Tanda vital :
 Tekanan Darah : 112/71 mmhg
 Nadi : 90 x/mnit
 Respirasi : 22 x/mnit
 Suhu : 37,2 c
 GDS : 456
D. TERAPI MEDIS
 Nacl 0,9 % (500cc/24jam)
 Nitrogliserin (10mcg/min)
 Lovenox (60mg/12jam)
 Furosemid (40mg/8jam)
 Aspilet (80mg/24jam)

5
 Clopidrogel (75mg/24)
 Atorvastatin ( 40mg/24jam) Ramipril ( 2,5mg/24jam
E. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. ANGIOGRAPHY CORONER

KESIMPULAN : CAD 2 VESSEL DISEASE


ANJURAN : PCI SETELAH PEMEBERIAN ANTIKOAGULAN 4 MINGGU

6
2. HASIL EKG

3. HASIL ECHOCARDIOGRAPHY
KESAN: ABNORMAL MODERATE LV SYSTOLE FUNCTION, EF 35,3% (TEICH), EF
32,6% (BIPLANE)
CONCENTRIC LVH
AKINETIC AND HIPOKINETIK SEGMENTAL

F. DATA FOKUS DAN DIAGNOSA KEPERAWATAN

DIAGNOSA DATA

1. Nyeri DS : pasien mengatakan nyeri dada hilang timbul


akut DO :
O : >12 jam
P : nyeri sering timbul saat bergerak
Q : nyeri seperti tertekan benda berat
R : nyeri dirasakan di dada kiri
S : skala nyeri 3
T :nyeri hilang timbul, muncul tiba-tiba dan paling sering
dirasakan saat bergerak.
- TTV : TD 112/71 N : 91x/menit RR 22x/menit
- Pasien tampak tidak tenang
- Pasien tampak meringis

7
DIAGNOSA DATA

2. Intoleransi DS : pasien mengeluh mudah lelah saat


Aktifitas melakukan aktifitas
DO :
- TTV : TD 112/71 N : 91x/menit RR
22x/menit
- Pasien tampak lelah
- Gambaran EKG ST Elevasi V2-V6, 1,AVL
- Angigrafi Coroner : Coronary Artery Disease
2 Vessels Disease
- Echocardiograf : EF 35,3 %

3. Risiko DS : -
penurunan DO :
curah jantung - TTV : TD 112/71 N : 91x/menit RR
22x/menit
- Gambaran EKG ST Elevasi V2-V6, 1,AVL
- Irama jantung sinus ritym, normoaxis
- Angigrafi Coroner : Coronary Artery
Disease 2 Vessels Disease
Echocardiograf : EF 35,3 %

G. INTERVENSI KEPERAWATAN
1. NYERI AKUT
INTERVENSI :
 w Observasi
- Identifikasi skala nyeri.
- Identifikasi respon nyeri non verbal.
- Identifikasi faktor yang memperberat dan memperingan nyeri.
- Identifikasi pengaruh nyeri pada kualitas hidup.
- Monitor keberhasilan terapi komplementer yang sudah diberikan.
- Monitor efek samping penggunaan analgetik.
 Terapeutik

8
- Berikan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri (terapi
musik, terapi pijat, aromaterapi, kompres hangat dan dingin, dll).
- Fasilitasi istirahat dan tidur.
- Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri dalam pemilihan strategi meredakan
nyeri.
 Edukasi
- Jelaskan penyebab, periode dan pemicu nyeri.
- Jelaskan strategi meredakan nyeri.
- Anjurkan memonitor nyeri secara mandiri.
- Anjurkan menggunakan analgetik secara tepat.
- Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri.
 Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu

2. INTOLERANSI AKTIVTAS
INTERVENSI :
 Observasi
- Identifikasi defisit tingkat aktivitas
- Identifikasi kemampuan berpartisifasi dalam aktivitas tertentu
- Identifikasi sumber daya untuk aktivitas yang diinginkan.
- Monitor respons emosional, fisik, sosial, dan spiritual terhadap aktivitas.
 Terapeutik
- Fasilitasi fokus pada kemampuan, bukan defisit yang dialami.
- Fasilitasi memilih aktivitas dan tetapkan tujuan aktivitas yang konsisten
sesuai kemampuan fisik, prikologis, dan sosial.
- Fasilitasi aktivitas fisik rutin sesuai kebutuhan.
- Fasilitasi pengembangan motivasi dan penguatan diri.
- Libatkan keluarga dalam aktivitas.
- Fasilitasi pasien dan keluarga memantau kemajuannya sendiri untuk
mencapai tujuan.
 Edukasi
- Ajarkan cara melakukan aktivitas yang dipilih.

9
- Anjurkan melakukan aktivitas fisik, sosial, spiritual, dan kognitif dalam
menjaga fungsi kesehatan.
- Ajarkan keluarga untuk memberi penguatan positif atas partisipasi dalam
aktivitas.
 Kolaborasi
- Kolaborasi dengan terapis okupasi dalam merencanakan dan memonitor
program aktivitas.
3. RESIKO PENURUNAN CURAH JANTUNG
INTERVENSI:
 Observasi
• Identifikasi tanda/gejala primer Penurunan curah jantung (meliputi dispenea,
kelelahan, adema ortopnea paroxysmal nocturnal dyspenea, peningkatan
CPV)
• Identifikasi tanda /gejala sekunder penurunan curah jantung (meliputi
peningkatan berat badan, hepatomegali ditensi vena jugularis, palpitasi,
ronkhi basah, oliguria, batuk, kulit pucat)
• Monitor tekanan darah (termasuk tekanan darah ortostatik, jika perlu)
• Monitor intake dan output cairan
• Monitor berat badan setiap hari pada waktu yang sama
• Monitor saturasi oksigen
• Monitor keluhan nyeri dada (mis. Intensitas, lokasi, radiasi, durasi, presivitasi
yang mengurangi nyeri)
• Monitor EKG 12 sadapoan
• Monitor aritmia (kelainan irama dan frekwensi)
• Monitor nilai laboratorium jantung (mis. Elektrolit, enzim jantung, BNP,
Ntpro-BNP)
• Monitor fungsi alat pacu jantung
• Periksa tekanan darah dan frekwensi nadisebelum dan sesudah aktifitas
• Periksa tekanan darah dan frekwensi nadi sebelum pemberian obat (mis.
Betablocker, ACEinhibitor, calcium channel blocker, digoksin)
 Terapeutik

10
• Posisikan pasien semi-fowler atau fowler dengan kaki kebawah atau posisi
nyaman
• Berikan diet jantung yang sesuai (mis. Batasi asupan kafein, natrium,
kolestrol, dan makanan tinggi lemak)
• Gunakan stocking elastis atau pneumatik intermiten, sesuai indikasi
• Fasilitasi pasien dan keluarga untuk modifikasi hidup sehat
• Berikan terapi relaksasi untuk mengurangi stres, jika perlu
• Berikan dukungan emosional dan spiritual
• Berikan oksigen untuk memepertahankan saturasi oksigen >94%
 Edukasi
• Anjurkan beraktivitas fisik sesuai toleransi
• Anjurkan beraktivitas fisik secara bertahap
• Anjurkan berhenti merokok
• Ajarkan pasien dan keluarga mengukur berat badan harian
• Ajarkan pasien dan keluarga mengukur intake dan output cairan harian
 Kolaborasi
• Kolaborasi pemberian antiaritmia, jika perlu
• Rujuk ke program rehabilitasi jantung

11
H. IMPLEMENTASI DAN EVALUASI

Tanggal Diagnosa Jam Implementasi Jam Evaluasi

25/10/21 1. Nyeri Akut 09.00 • Memonitor TTV (TD 112/71 N : 91x/menit RR 14.00 S : pasien mengatakan nyeri
berhubung 22x/menit) sedikit berkurang
an dengan 09.20 • Mengidentifikasi skala nyeri (skala nyeri 3) O:
KH : • Mengidentifikasi faktor yang memperberat - Skala nyeri 2
-TTV dalam dan memperingan nyeri (nyeri timbul saat - Nyeri timbul saat pasien
batas bergerak) melakukan aktifitas
normal 09.15 • Memonitor efek samping penggunaan - Tidak ada efek samping
-skala nyeri analgetic penggunaan analgetik
0 09.22 • Mengajarkan teknik nonfarmakologis untuk - TTV : TD 102/72 N : 88x/menit
-pasien mengurangi rasa nyeri. (pasien kooperatif) RR 20x/menit
paham 09.25 • Berkolaborasi dalam pemberian analgetik - Pasien paham teknik nafas dalam
teknik nafas (Nitrogliserin (10mcg/min)) untuk mengurangi nyeri
dalam A : nyeri akut teratasi sebagian
P : lanjutkan intervensi

12
Tanggal Diagnosa Jam Implementasi Jam Evaluasi

25/10/21 2. Intoleransi 09.30 • Mengidentifikasi defisit tingkat 14.00 S : pasien mengatakan masih lelah
aktifitas aktivitas (pasien mengatakan lelah jika melakukan aktifitas
KH : jika melakukan aktifitas, tampak O:
-Pasien mampu 09.40 lelah) - Pasien tampak belum mampu
melakukan aktifitas • Memfasilitasi pengembangan melakukan aktifitas normal
-Pasien tidak motivasi dan penguatan diri (pasien - Pasien tampak lelah
tampak lelah 09.45 semangat untuk sembuh) A : intoleransi aktifitas belum
• Melibatkan keluarga dalam aktivitas teratasi
(keluarga selalu mendampingi dan P : lanjutkan intervensi
09.50 membantu aktifitas pasien)
• Menganjurkan pasien dan keluarga
memantau kemajuannya sendiri
10.00 untuk mencapai tujuan. (pasien
kooperatif)
• Menganjurkan melakukan aktivitas
fisik, sosial, spiritual, dan kognitif
dalam menjaga fungsi kesehatan.
(pasien kooperatif)

13
Tanggal Diagnosa Jam Implementasi Jam Evaluasi

25/10/21 3. Risiko penurunan 08.4 • Mengidentifikasi tanda penurunan curah 14.00 S : pasien mengatakan masih
curah jantung 0 jantung (pasien tampak lelah) lelah jika melakukan aktifitas
KH : 09.0 • Memonitor tekanan darah (TD 112/71 N : O:
-Tidak terjadi penurunan 0 91x/menit RR 22x/menit) - TTV : TD 102/72 N :
curah jantung 09.0 • Memonitor saturasi oksigen (saturasi 88x/menit RR 20x/menit
-TTV dalam batas normal 0 100%) - Saturasi (100%)
09.2 • Memonitor keluhan nyeri dada (pasien A : risiko penurunan curah
0 mengatakan nyeri hilang timbul) jantung tidak terjadi
09.5 • Memonitor nilai laboratorium jantung P : Lanjutkan intervensi
0 (mis. Elektrolit, enzim jantung, BNP,
10.0 Ntpro-BNP)
0 • Menganjurkan berhenti merokok ( pasien
13.0 kooperatif dan paham)
0 • Monitor intake dan output cairan
Intake : 398
Output : 762
BC : -364

14
DAFTAR PUSTAKA

Brunner,Suddarth. 2014. Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: EGC


Daga,Dkk. 2003. Menurunkan Tekanan Darah. Jakarta : PT.Bhuana Ilmu Populer
Darliana,Devi. 2014. Keperawatan Medikal Bedah vol.2. Jakarta : EGC
Doengoes, Marilyn E. 2003. Nursing Diagnosis Manual. Philadelpia: Davis company
PPNI,T.p. 2017. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI). Jakarta : DPP PPNI
PPNI,T.P. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI). Jakarta :DPP PPNI
PPNI,T.P 2019. Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI). Jakarta : DPD PPNI

15

Anda mungkin juga menyukai