Anda di halaman 1dari 40

MAKALAH

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN KASUS ACS DAN


NCP KMB BERDASARKAN LITERATUR

Disusun Oleh:
Mawaddah 2021312016
Neni Legawinarni 2021312018
Nia Mitra Agustin 2021312019
Tri Wahyuni 2021312020

PROGRAM STUDI MAGISTER ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS ANDALAS
2020
A. KONSEP TEORI

1.1 Konsep Acute Coronary Syndrome (ACS)


1.1.1. Pengertian Acute Coronary Syndrome (ACS)
Acute coronary syndrome (ACS) adalah kondisi iskemia jantung yang
tidak stabil. ACS mencakup angina tiak stabil dan iskemia miokardium akut atau
tanpa cedera signifikan pada jaringan miokardium. (Lemone, Burke, & Bauldoff,
2020)

1.1.2. Etiologi
Etiologi ACS yaitu artherosclerosis, pada hampir semua kasus ACS
kerusakan yang terjadi diawali dengan lesi yang tidak berat, nelum rawan rupture.
Plak yang rawan rupture terdiri dari kumpulan lemak yang besar, banyak sel yang
inflamasi. Peningkatan kebutuhan nutrisi dan oksigen miokardial dapat
menyebabkan ACS pada kondisi arteri yang sudah obstruksi. Peningkatan
kebutuhan ini terjadi karena stress emosi, setelah beraktivitas berlebihan, stress
fisiologis (dehidrasi, hipotensi, kehilangan darah, infeksi). (Lemone et al., 2020)

Adapun faktor resiko penyebab ACS yaitu sebagai berikut:

1. Faktor resiko yang dapat dikontrol


a. Hipertensi.
b. Merokok.
c. Aktifitas fisik.
d. Gula darah.
e. Makanan tidak sehat.
f. Hyperlipidemia.
g. Obesitas.
2. Faktor resiko yang tidak dapat dikontrol
a. Usia.
b. Jenis kelamin.
c. Riwayat dalam keluarga.
1.1.3. Patofisiologi
Acute coronary syndrome merupakan keadaan dinamis saat aliran darah
coroner menurut secara akut, tetapi tidak tersumbat seluruhnya. Sel miokardium
dicederai oleh iskemia akut yang terjadi. Sebagian besar orang yang terserang
ACS mengalami stenosis signifikan pada satu atau lebih arteri coroner.
ACS dipicu oleh satu atau lebih proses berikut ini:
1. Rupture atau pengikisan plak arterosklerosis dengan pembentukan bekuan
darah yang tidak sepenuhnya menyumbat pembuluh.
2. Spasme arteri coroner (angina prinzmetal)
3. Obstruksi pembuluh darah yang proressif oleh plak arteriklerosis atau
restenosis setelah prosedur revaskularisasi (percutaneous
revascularization/PCR).
4. Inflamasi arteri coroner.
5. Peningkatan kebutuhan oksigen atau penurunan suplai oksigen miokardium.
Dari semua pemicu ini, plak yang rupture atau terkikis adalah penyebab
utama ACS (AHA, 2005). Plak rupture seringkali dipicu oleh faktor hemodinamik
seperti peningkatan frekuensi jantung, aliran darah dan tekanan darah sebagai
respon terhadap gelombang aktivitas sistem saraf simpatik. Peningkatan aktivitas
SNS juga diduga menjadi penyebab tingginya insidensi plak rupture dalam satu
jam setelah bangun dari tempat tidur dipagi hari.
Ketika plak ateroklerotik rupture atau terkikis, inti lemak plak yang
terbuka merangsang agregasi trombosit dan jalur pembekuan ekstrinsik. Thrombin
dihasilkan dan fibrin ditumpuk, dengan membentuk bekuan yang sangat merusak
atau menghambat aliran darah kejaringan yang jauh dari tempat rupture plak.
Sebagai akibatnya, sel ini menjadi iskemik.

Sel miokardium yang cedera berkontraksi kurang efektif, berpotensi


menurunkan curah jantung jika mengenai area miokardium yang luas. Asam laktat
yang dilepaskan dari sel iskemik merangsang reseptor nyeri, yang menyebabkan
nyeri dada. Iskemia dan cedera memengaruhi konduksi implus listrik,
menghasilkan inversi gelombang T dan kemungkinan kenaikan segmen ST pada
EKG. (Lemone et al., 2020)
PATOFISIOLOGI ACS- NSTEMI

Hipertensi hiperlipidemia Diabetes melitus Rokok

Adhesivitas
endotel

Permeabilitas
endotel

Produksi bahan Disfungsi endotel


vasoaktif oleh platelet
Migrasi dan proliferasi sel otot
Perubahan tonus
polos dan magrofag
pembuluh darah
Pelepasan enzim hidrolitik,
Spasme PD
sitokin, dan factor pertumbuhan

Nekrosisi dinding PD

Fibrosis dinding PD

Perkembangan plak
aterosklerosis

Penyempitan
pembuluh darah

enzim protease yang di hasilkan makrofag dan


secara enzimatik melemahkan dinding plak

Ruptur plak

Pelepasan zat-zat trombogenik


(pembentukan trombin dan fibrin)

Terbentuknya bekuan/trombus
oklusi subtotal atau total dari
pembuluh koroner

aliran darah koroner menurun


(Iskemi jantung akut)

Tanpa ST elevasi Dengan ST elevasi

Biomarker nekrosis Biomarker Biomarker


miokard tidak meningkat nekrosis miokard nekrosis miokard
meningkat meningkat
Angina Pektoris NSTEMI STEMI
Tidak Stabil
Nyeri dada khas dengan nyeri dada lebih hebat seperti
Nyeri dada berlangsung ditekan benda berat, dicengkram,
lokasi substernal atau
selama 20 menit atau panas seperti terbakar; nyeri ada
kadang di epigastrium dapat menjalar ke lengan kiri,
lebih
dengan ciri seperti bahu kiri, leher, atau rahang.
diperas, prasaan seperti di nyeri berlangsung dapat lebih
ikat, nyeri tumpul dari 30 menit, tidak hilang
dengan pemberian nitrogliserin.
Pasien berkeringat, dingin dan
pucat.
1.1.4. Menifestasi Klinis
Adapun menifestasi klinis ACS adalah sebagai berikut (Lemone et al.,
2020):

1. Nyeri dada, biasanya substernal atau epigastric. Nyeri seringkali menjalar


kelehr, bahu kiri atau lengan kanan. Nyeri dapat terjadi pada waktu istirahat
dan biasanya berlangsung selama lebih dari 10-20 menit.
2. Dyspnea.
3. Diaphoresis.
4. Pucat dan kulit dingin.
5. Takikardi.
6. Hipotensi mungkin terjadi.
7. Mual dan mata berkunang-kunang.
8. Penurunan toleransi terhadap aktivitas.
9. Syok kardiogenik

1.1.5. Pemeriksaan Diagnostik


1. Elektrokardiografi.
Hasil rekaman EKG adalah St segmen, pembentukan gelombang Q patologis
dan inverse gelombang T.elevasi ST harus besar dari 2mm pada lead pecordial
(V1-V6) atau lebih besar dari 1 mm pada lead esktremitas (I, II, AVL, dan
AVF). Onset baru dari Left Bundle Branch Block (LBBB) pada EKG biasanya
dipertimbangkan sebagai STEMI. Non Elevasi Miokard Infark (NSTEMI)
biasanya berhubungan dengan depresi segmen ST elevasi atau inversi
gelombang T.
2. Pemeriksaan laboratorium
a. Darah cardiac marker
Cardiac marker terdiri dari cardiospesific isoenzyme CK-MB (creatine
kinase myocardial band) dan cardiosfesific proteins trompinin T and
tromponin I meningkat pada NSTEMI. Enzi mini dikeluarkan karena ada
kerusakan sel otot jantung selama dan setelah serangan jantung CK-MB
meningkat pada 4-6 jam dan menurun kebatas normal dalam waktu 48-72
jam. Tromponin T dan tromponin I mulai meningkat pada 4-6 jam dan
tetap tinggi sampai waktu 2 minggu.
b. Darah lengkap
Leukosit meningkat,CRP (C-reactive protein) sering meningkat.
3. Rontgent thotax
Rontgent thorax diilakukan untuk mengkaji oedema paru.
4. Echocardiografi
Menggunakan suara untuk menghasilkan gambar jantung. Dilakukan untuk
mengkaji fungsi ruang-ruang jantung dan untuk mendeteksi komplikasi
jantung.
5. Cardiac angiography
Cardiac angiography adalah tekhnik gambar yang digunakan untuk visualisasi
arteri coroner menggunakan alat fluoroscopy yang dapat memberikan
informasi rinci tentang penyakit arteri coroner.

1.1.6. Penatalaksanaan Medis


Tujuan penatalaksanaan medis pada pasien dengan ACS adalah untuk
memperbaiki prognosis dengan cara melakukan tindakan pencegahan terjadinya
infark miokard serta kematian. Upaya penatalaksanaan ini bertujuan mengurangi
terjadinya thrombus dan gangguan fungsi ventrikel kiri. Tujuan pengobatan secara
khusus adalah mengurangi progresifitas plak, menstabilkan plak dengan
mengurangi inflamasi, memperbaiki endothelial sel. (Rosfiati, 2015)

1. Tindakan Umum dan Tindakan awal


Terapi awal adalah terapi yang diberikan kepada pasien dengan diagnosa
kerja kemungkinan SKA atau SKA atas dasar keluhan angina di ruang gawat
darurat, sebelum ada hasil pemeriksaan EKG dan/atau biomarka jantung.
Terapi awal yang dimaksud adalah morfin, oksigen, nitrat, aspirin (MONA),
yang tidak harus diberikan semua atau bersamaan (PERKI, 2018).
a. Tirah baring

b. Pada semua pasien IMA-EST direkomendasikan untuk mengukur oksigen


perifer.

1) Oksigen diindikasikan pada pasien dengan hipoksemia (SaO2 <90%


atau PaO2 <60 mmHg)

2) Oksigen rutin tidak direkomendasikan pada pasien dengan SaO2 ≥90%

c. Aspirin 160-320 mg diberikan segera kepada semua pasien yang tidak


diketahui intoleransinya terhadap aspirin. Aspirin tidak bersalut lebih
terpilih mengingat absorpsi sublingual (di bawah lidah) yang lebih cepat.
d. Penghambat reseptor adenosin difosfat (ADP)

1) Dosis awal ticagrecol yang dianjurkan adalah 180 mg dilanjutkan


dengan dosis pemeliharaan 2 x 90 mg/hari kecuali pada pasien IMA-
EST yang direncanakan untuk reperfusi menggunakan agen
fibrinolitik.

2) Dosis awal clopidogrel adalah 300 mg dilanjutkan dengan dosis


pemeliharaan 75 mg/hari (pada pasien yang direncanakan untuk
reperfusi menggunakan agen fibrinolitik, penghambat reseptor ADP
yang dianjurkan adalah clopidogel)

e. Nitrogliserin (NTG) spray/tablet sublingual untuk pasien dengan nyeri


dada yang masih berlangsung saat tiba di ruang gawat darurat. Jika nyeri
dada tidak hilang dengan 1 kali pemberian, dapat diulang setiap 5 menit
sampai maksimal 3 kali. Nitrogliserin intravena diberikan kepada pasien
yang tidak responsif dengan terapi 3 dosis NTG sublingual. Dalam
keadaan tidak tersedia NTG, isosorbid dinitrat (ISDN) dapat dipakai
sebagai pengganti.

f. Morfin sulfat 1-5 mg intravena, dapat diulang setiap 10-30 menit, bagi
pasien yang tidak responsif dengan terapi 3 dosis NTG sublingual.

1.1.7. Komplikasi
Komplikasi yang mungkin terjadi adalah sebagai berikut:

1. Aritmia.
2. Gagal jantung kiri.
3. Sindrome post infark miokard/dressler’s syndrome.
4. Aneurisma left ventricular.
B. PEMBAHASAN KASUS

2.1 KASUS
Pria 38 tahun, datang dengan keluhan Nyeri dada. Saat pengkajian nyeri
dirasakan sejak 5 jam yang lalu, selama 30 menit, nyeri dirasakan seperti tertindih
beban berat, menjalar kepunggung rahang dan hulu hati, disertai keringat dingin
tidak hilang dengan istirahat. Pasien mengeluh mual, pasien mengatakan tidak
pernah hipertensi dan diabetes. pasien perokok aktif sejak 20 tahun menghabiskan
2 bungkus perhari, suka mengkonsumsi makanan berlemak dan gorengan. TD :
150/90 mmhg, N 98x/i, P : 32x/m, S : 36,3˚c, Pemeriksaan laboratorium : GDS :
125 gr/dl, Globulin : 3,7, as urat 16,1, kolesterol : 233, CKMB 95. EKG : ST
elevasi dilead V1, V2 dan T Inverted di lead II, III, V5 dan aVF.

2.1.1 PENGKAJIAN KASUS


1. Indentitas
Nama Pasien : Tn. P
Umur : 38 Tahun
2. Riwayat Kesehatan
a. Keluhan Utama:
Pasien mengeluh nyeri dada selama 30 menit sejak 5 jam yang lalu.
b. Riwayat Penyakit Sekarang
Nyeri dirasakan sejak 5 jam yang lalu selama 30 menit, ny eri
dirasakan seperti tertindih beban berat, menjalar kepunggung rahang
dan hulu hati, disertai keringat dingain tidak hilang dengan istira hat
dan Pasien mengeluh mual.
c. Riwayat penyakit Dahulu
Pasien mengatakan tidak pernah mengalamu hipertensi dan diabetes.
3. Pengkajian Nyeri
P: Nyeri Dada dan nyeri tidak hilang dengan istirahat.
Q: nyeri yang dirasakan seperti tertindih beban berat.
R: menjalar kepunggung rahang dan hulu hati
S: Nyeri Berat (Skala 7-10)
T: Selama 30 menit
4. Pengkajian Fisik
TD : 150/90 mmhg
N : 98x/i
P : 32x/m, S : 36,3’c,
5. Pemeriksaan penunjang
a. Pemeriksaan laboratorium
GDS : 125 gr/dl, Globulin : 3,7, as urat 16,1, kolesterol : 233 , CKMB
95.
b. Pemeriksaan EKG
EKG : ST elevasi dilead V1, V2 dan T Inverted di lead II, III, V5 dan
aVF. (STEMI)
2.1.2 ANALISA DATA
No. Data penunjang Masalah Keperawatan Penyebab

1. DS: Penurunan curah jantung Penurunan


kontaktilitas miokard
Pasien mengatakan nyeri dada
disertai keringat dingin.

DO :

1. Hasil EKG : ST elevasi di


lead VI,V2 dan T inverted
di lead II, III, V5 dan aVF.
2. TTV :
TD : 150/90 mmHg

N : 98 x/menit

RR : 32 x/menit

T : 36,3ºC

3. Kolesterol 233 mg/dl.


4. CKMB 95 u/L.

2 DS : Nyeri akut Penyempitan arteri

Pasien mengatakan nyeri dada


sejak 5 jam yang lalu selama
30 menit, nyeri dirasakan
seperti tertindih benda berat
menjalar kepunggung, rahang
dan hulu hati, disertai keringat
dingin dan tidak hilang dengan
istirahat.
DO :

1. RR: 32x/i
2. N: 98x/i
3. TD: 150/90 mmhg
3 DS: Defisiensi pengetahuan Kurangnya terpapar
dengan informasi
pasien mengatakan tidak
penyakit
pernah hipertensi dan diabetes,
perokok aktif sejak 20 tahun
menghabiskan 2 bungkus
perhari, suka mengkonsumsi
makanan berlemak dan
gorengan.

DO:

1. Kolesterol 233 mg/dl


2. Asam urat 16,1 mg/dl
2.1.3 Diagnosis Keperawatan Prioritas
1. Penurunan curah jantung berhubungan dengan penurunan kontraktilitas
miokard
2. Nyeri akut berhubungan dengan penyempitan arteri
3. Defisiensi pengetahuan berhubungan dengan kurangnya terpapar dengan
informasi tentang penyakit.
2.1.4. RENCANA KEPERAWATAN
Tabel Rencana Keperawatan

No. Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil NIC

1 Penurunan curah jantung Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 3x24 NIC:
berhubungan dengan jam diharapkan vital sign status dengan kriteria hasil Cardiac Care
perubahan irama jantung sebagai berikut: 1. Evaluasi adanya nyeri dada (intensitas,
lokasi, durasi)
1. Tanda vital dalam rentang normal
2. Monitor adanya tanda dan gejalan
2. Dapat mentoleransi aktivitas, tidak ada kelelahan
penurunan curah jantung.
3. Tidak ada edema paru, perifer dan tidak ada asites
3. Memonitor status pernapasan
4. Tidak ada penurunan kesadaran
menandakan gagal jantung
4. Monitor adanya perubahan tekanan
darah
5. Monitor toleransi aktivitas pasien
6. Monitor TTV
7. Mengevaluasi adanya nyeri dada
8. Menganjurkan untuk menurunkan
stress.
2 Nyeri akut berhubungan Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 1x24 NIC
dengan penyempitan arteri jam diharapkan nyeri dapat terkontrol dengan kriteria Pain Management
hasil sebagai berikut : 1. Lakukan pengkajian nyeri secara
komprehensif termasuk lokasi,
1. Mampu mengontrol nyeri (tahu penyebab nyeri,
karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas,
mampu menggunakan tekhnik non farkmakologi
faktor presipitasi.
untuk mengurangi nyeri, mencari bantuaan).
2. Gunakan tekhnik komunikasi terapeutik
2. Melaporkan bahwa nyeri berkurang dengan
untuk mengetahui pengalaman nyeri
menggunakan manajemen nyeri
pasien.
3. Mampu mengenali nyeri (skala, intensitas,
3. Observasi reaksi nonverbal dari ketidak
frekuensi dan tanda nyeri)
nyamanan.
4. Menyatakan rasa nyaman setelah nyeri berkurang.
4. Kaji kutur yang mempengaruhi respon
nyeri.
5. Kontrol lingkungan yang dapat
mempengaruhi nyeri.
6. Pilih dan lakukan penanganan nyeri
(nonfarmakologi, fakmakologi).
7. Kolaborasi pemberian analgetik dengan
dokter.
8. Ajarkan tekhnik nonfamakologi
(kompres hangat).
9. Instruksikan atur posisi klien semi
fowler.
10. Tingkatkan istirahat
11. Memonitor TTV

3 Defesiensi pengetahuan Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 1x24 NIC:


berhubungan dengan jam diharapkan peningkatan pengetahuan tentang Teaching: desease process
kurangnya terpapar dengan proses penyakit dan perilaku kesehatan dengan kriteria 1. Berikan penilaian tentang tingkat
informasi tentang penyakit. hasil sebagai berikut : pengetahuan pasien tentang proses
penyakit yang spesifik.
1. Pasien dan keluarga menyatakan pemahaman
2. Jelaskan patofisiologi dari penyakit
tentag penyakit, kondisi, prognosis dan program
dan bagaimana hal ini berhubungan
pengobatan.
dengan anatomi dan fisiologi dengan
2. Pasien dan keluarga mampu menjelaskan prosedur
cara cepat.
yang dijelaskan secara benar.
3. Gambarkan tanda dan gejala yang bias
3. Pasien dan keluarga mampu menjelaskan kembali
muncul pada penyakit dengan cara
apa yang dijelaskan perawat/tim kesehatan lainnya.
yang tepat.
4. Identifikasi kemungkinan penyebab
dengan cara yang tepat.
5. Sediakan informasi pada pasien
tentang kondisi, dengan cara yang
tepat.
6. Hindari jaminan yang kosong.
7. Diskusikan perubahan gaya hidup yang
mungkin diperlukan untuk mencegah
komplikasi dimasa yang akan datang
dan proses pengontrolan penyakit.
3.1. PENELUSURAN EVIDENCE

3.1.1. Pertanyaan Klinis


Untuk lebih jelasnya akan digambarkan dalam bentuk PICO seperti
pada table dibawah ini:

Unsur PICO
Analisis Kata Kunci
(Terapi)
P Pasien acute coronary acute coronary syndrome
syndrome
I Local heat application Local heat application

C Thermotherapy Thermotherapy
Local heat application Local heat application

O Penurunan intensitas nyeri Pain Intensity


pasien ACS

3.1.2. Sumber-sumber penelusuran dan kata kunci


Penelusuran jurnal yang yang berhubungan dengan penerapan intervensi
untuk menurunkan intensitas nyeri menggunakan internet online data base yaitu
sebagai berikut:

1. http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/
2. www.iosrjournals.org
3.1.3. Temuan Penelusuran
Penulis menemukan 10 jurnal yang relevan dengan topik EBN dengan
nyeri pada pasien acute coronary syndrome yaitu:
1. Effect of Local Heat Application on Physiological Status and Pain Intensity
among Patients with Acute Coronary Syndrome
Prof. Dr .Hala Badran
Assist. Prof. Amal Amin El-Sheikh
Assist. Prof. Asmaa Hamed Abd Elhy
Dr. Neveen Adel Amer Ismael Amer
IOSR Journal of Nursing a nd Health Science (IOSR-JNHS) e-ISSN: 2320–
1959.p- ISSN: 2320–1940 Volume 7, Issue 6 Ver. XI. (Nov.-Dec.2018), PP
70-80
www.iosrjournals.org
2. Effects of Local Thermotherapy on Chest Pain in Patients with Acute
Coronary Syndrome: A Clinical Trial
Amin Moradkhani
Shahram Baraz
Habib Haybar
Akram Hematipour
Saeed Hesam
Nursing Care Research Center in Chronic Diseases
Jundishapur J Chronic Dis Care

3. The effects of topical heat therapy on chest pain in patients with acute
coronary syndrome: A randomised double-blind placebo-controlled clinical
trial.
Ali Mohammadpour
Batol Mohammadian
Mehdi Basiri Moghadam
Mahmoud Reza Nematollahi
Journal Of Clinical Nursing
https://onlinelibrary.wiley.com/doi/abs/10.1111/jocn.12595

3. Heat Therapy to Reduce Chest-Pain Among Patients with Acute Coronary


Syndromes (ACS): A Literature Review

Aan Nur’aeni
Yanny Trisyani
Donny Nurhamsyah
Oman Hendi
Rahmalia Amni
Vanny Leutualy
Gita Maya Sari
Nurlaeci
Rika Winarni

4. Exercise-based cardiac rehabilitation for adults with stable angina (Review)


Long L, Anderson L, Dewhirst AM, He J, Bridges C, Gandhi M, Taylor
RS
N Peneliti Judul Metode Jumlah dan Intervensi Hasil
o (Tahun) Penelitian Peneltian Kriteria Sampel
1 Effect of Quasi  Sampel : 60 pasien Local heat Hasil penelitian
(Hala Local Heat Experiment  KI : application: menunjukkan
et al., Application Design - Rentang usia 21 air ledeng dipanaskan bahwa
2018) on sampai 60 tahun. dengan pemanas Aplikasi panas
Physiological - Sadar dan mau sampai suhu 50 C lokal efektif dalam
Status and berpartisipasi dalam kemudian dituangkan mengurangi
Pain Intensity penelitian. ke dalam bantalan intensitas skor nyeri
among - Diagnosis pasti ACS pemanas, dibungkus dan meningkatkan
Patients with oleh spesialis. dengan handuk katun parameter fisiologis
Acute  KE : dan ditempelkan pada di antara pasien
Coronary - penderita penyakit kronis dada bagian depan dengan sindrom
Syndrome lain seperti diabetes, atau selama 20 menit setiap koroner akut.
penyakit pencernaan, 12 jam selama 24 jam.
gangguan psikologis dan
inflamasi, luka, lecet dan
kemerahan pada dada
bagian anterior.

2 (Morad Effects of Uji klinis  Sampel : 78 pasien Kelompok intervensi Penerapan termoterapi
khani, Local Analisis data  KI : menerima termoterapi lokal ke dada
Baraz, Thermothera menggunakan - Pasien berusia di atas 30 lokal dengan kompres pasien dengan ACS disertai
Haybar, py on Chest uji deskriptif, tahun. panas yang dengan penurunan
Hemati Pain in koefisien dihangatkan hingga keparahan
pour, & Patients with korelasi, uji t - tanpa riwayat masalah 50° C satu jam setelah rasa sakit.
Hesam, Acute independen, psikologis, otot, dan masuk ke Unit Tingkat keparahan nyeri
2018) Coronary Chi-square. gastrointestinal. Jantung. Intervensi rata-rata pada kelompok
Syndrome: A - tanpa penurunan tingkat berdurasi 20 menit kasus sebelum intervensi
Clinical Trial kesadaran. diaplikasikan ke dada adalah 3,22 ± 0,86 dan
- dan tanpa luka di dada posterior oleh perawat setelah intervensi, turun
dan bekas luka. sekali sehari. menjadi 2,61 ± 0,7, yang
- Dignosa ACS Termoterapi diberikan menunjukkan efek
 KE : selama lima hari, di termoterapi lokal.
-Menolak menjadi mana analgesik
partisipan diberikan kepada
pasien jika terjadi
nyeri hebat sesuai
dengan perintah
spesialis. Sebelum
intervensi, skor nyeri
dicatat jika terjadi
nyeri jantung. Selain
itu, skor nyeri dicatat
selama periode
intervensi (lima hari)
hingga 12 jam setelah
sesi terakhir. NRS
juga diberikan kepada
kelompok kontrol
segera setelah ekspresi
nyeri sebelum dan
setelah perawatan
rutin. Perlu dicatat
bahwa suhu paket
panas disetel ke 50° C.
Karena penelitian
telah menunjukkan
ketidakgunaan
termoterapi lokal pada
suhu lebih rendah dari
45 ° C, yang dapat
dicapai setelah 23
menit, sesi termoterapi
dalam penelitian ini
berlangsung selama 20
menit.
3 (Moha The effects of studi uji klinis  Sampel: 66 responden selama dua jam Temuan penelitian ini
mmadp topical heat acak  KI: pertama setelah masuk menunjukkan bahwa terapi
our, therapy on terkontrol - Diagnosis pasti ACS keruangan, semua panas lokal merupakan
Moham chest pain in plasebo oleh seorang spesialis. pasien di kedua intervensi yang efektif
madian, patients with tersamar - memiliki status kelompok studi untuk mencegah dan
Basiri acute ganda hemodinamik normal menerima perawatan meredakan nyeri dada
Mogha coronary yang dibuktikan dari rutin dari pengaturan pada pasien ACS. Pada
dam, & syndrome: A tanda-tanda vital. studi yang hadir dan fase akut ACS, pemberian
Nemato randomised - tidak memiliki riwayat dinilai untuk intensitas terapi sauna dan terapi
llahi, double-blind kecanduan obat atau nyeri dada, durasi dan panas seluruh tubuh
2014) placebo- alkohol, tidak memiliki frekuensi serta merupakan kontraindikasi.
controlled riwayat penyakit kebutuhan untuk terapi Akibatnya, terapi panas
clinical trial muskuloskeletal analgesik opioid. Dua lokal jantung, sebagai
gastrointestinal atau jam setelah masuk, tindakan keperawatan non-
dada atau gangguan kami memberikan invasif, akan membantu
psikologis , memiliki terapi panas lokal meredakan nyeri dada,
kemampuan untuk kepada pasien dalam meningkatkan fungsi
berbicara dan kelompok eksperimen. endotel vaskular,
memahami bahasa Kompres panas memfasilitasi proses
Persia, tidak memiliki pertama kali angiogenesis dan
pembengkakan, dihangatkan hingga 75 meningkatkan pemulihan
memar, edema atau ° C dan ditempatkan dan rehabilitasi.
luka di dada tepat di dada pasien.
- Untuk mencegah
 KE: pasien terbakar dan
- Keengganan untuk juga hot pack
melanjutkan partisipasi kehilangan panas,
dalam penelitian dan kami membungkus hot
setiap jenis kondisi pack dengan handuk
klinis yang yang disediakan oleh
memerlukan prosedur pabrik. Akibatnya,
diagnostik dan pasien menerima
terapeutik khusus dan terapi panas pada suhu
dengan diagnosis ahli 50 ° C. Kami
jantung, terapi panas memberikan terapi
lokal tidak panas kepada pasien
memungkinkan untuk setiap 12 jam selama
pasien. dua hari berikutnya -
empat sesi sekaligus.
Setiap sesi terapi
panas berlangsung
selama 23 menit.
Setelah 23 menit, suhu
paket panas turun
hingga di bawah 44 °
C. Menurut pabrikan
paket panas, suhu di
bawah 44 ° C tidak
memiliki efek
terapeutik. Pasien
dalam kelompok
plasebo juga dirawat
dengan cara yang
sama. Namun,
bungkusan itu hanya
dihangatkan hingga 37
° C. Setelah setiap sesi
terapi panas, kami
memantau pasien
untuk mengetahui
nyeri dada. Oleh
karena itu, jika pasien
mengalami nyeri dada,
kami menilai dan
mendokumentasikan
intensitas dan durasi
nyeri serta kebutuhan
untuk terapi analgesik
opioid. Selain itu,
jumlah episode nyeri
yang terjadi setelah
intervensi, yaitu
frekuensi nyeri, juga
didokumentasikan.

1. Aan Heat Therapy literature Kriteria sample yang Terapi panas yang Terapi panas lokal efektif
to Reduce review : dimasukkan dalam didasarkan pada dua dalam mengurangi
Nur’ae
Chest-Pain penelitian ini adalah : artikel penelitian, intensitas, durasi dan
ni1, Among experimental - pasien dewasa,
dilakukan dengan cara frekuensi episode nyeri
Yanny study, peer- - terdiagnosis SKA
Patients with definitif, memanaskan hot pack dada pada pasien SKA.
Trisyan Acute reviewed hingga 50o C yang Terapi panas lokal dapat
- sadar,
i1, Coronary - status hemodinamik kemudian dibungkus mencegah dan mengurangi
Donny Syndromes normal, dengan handuk (Hala nyeri dada karena dengan
Nurha (ACS): A - tidak et al., 2018; memberikan terapi panas
Literature ketergantungan Moradkhani et al., pada dada pasien yang
msyah1 obat dan alkohol,
Review 2018), sedangkan pada mengalami nyeri dada akan
, Oman - tidak memiliki
penelitian memicu dilatasi arteri
Hendi1, riwayat
Mohammadpour et al., koroner, mempercepat
gastrointestinal
Rahmal 2018). al., (2014), proses angiogenesis
penyakit atau
ia muskuloskeletal kompres panas yang sehingga meningkatkan
Amni1, dada, atau kelainan digunakan untuk terapi perfusi miokard. Perfusi
Vanny psikologis, panas dipanaskan miokard meningkatkan
- tidak ada terlebih dahulu hingga oksigenasi miokard dan
Leutual
pembengkakan,
75o C kemudian memfasilitasi pelepasan
y1, Gita kemerahan, edema,
dan cedera pada dibungkus dengan mediator inflamasi seperti
Maya
dada dan handuk, untuk bradikinin dan histamin
Sari1, - memiliki indeks menjaga suhu tetap dari cedera miokard. Selain
Nurlaec massa tubuh (BMI) terjaga dan untuk itu, terapi panas lokal juga
18,5 hingga 25 melindungi kulit dapat merangsang sekresi
i2, Rika (Hala et al., 2018; pasien dari luka bakar. endorfin seperti senyawa
Winarn Mohammadpour et
Selanjutnya hot pack morfin endogen yang dapat
i2 al., 2014;
Moradkhani dkk., diaplikasikan ke dada membantu mengurangi
2018). pasien, dua penelitian nyeri.
(2020)
meletakkan hot pack
di dada anterior pasien Analisis statistik
(Hala et al., 2018; menunjukkan terapi panas
Mohammadpour et al., lokal merupakan intervensi
2014) sedangkan yang efektif untuk
Moradkhani et al., mencegah dan meredakan
(2018), meletakkannya nyeri dada pada pasien
di dada posterior dengan sindrom koroner
pasien. Durasi terapi akut. Jika dibandingkan
panas pada ketiga dengan kelompok kontrol,
penelitian relatif sama intensitas nyeri, durasi, dan
yaitu 20-23 menit, satu frekuensi pada kelompok
penelitian dilakukan eksperimen menurun secara
setiap 12 jam sekali signifikan setelah penelitian
selama 24 jam (Hala et (P <0,001).
al., 2018), dan pada
penelitian lain Hasil ini sejalan dengan
dilakukan selama 2 penelitian yang dilakukan
hari (Mohammadpour oleh Mohammadian, et al.,
et al. al., 2014). (2017) menunjukkan bahwa
Sedangkan penelitian setelah intervensi, tekanan
lain hanya melakukan darah sistolik (p <0/001)
satu kali pengobatan dan frekuensi pernapasan
dalam sehari selama (p = 0/027) menurun dan
lima hari berturut-turut saturasi oksigen meningkat
(Moradkhani et al., secara signifikan (p =
2018). 0/003) pada kelompok
eksperimen dibandingkan
dengan kelompok kontrol.
Tekanan darah sistolik,
saturasi oksigen, dan laju
pernapasan merupakan
parameter fisiologis pasien
ACS.

2. Long Exercise-based randomised Kriteria Inklusi : Rehabilitasi berbasis Implikasi untuk latihan :
L, cardiac controlled latihan baik sendiri
Anders rehabilitation trials - pria dan wanita dewasa atau sebagai elemen Dampak rehabilitasi
on L, for adults with berusia 18 tahun atau lebih dari program CR yang jantung berbasis latihan
Dewhir stable angina yang telah didiagnosis komprehensif (CR) untuk orang dewasa
st AM, (Review) dengan penyakit jantung termasuk komponen dengan angina stabil tidak
He J, koroner (PJK) dan seperti pendidikan pasti karena kualitas bukti
Bridge memiliki angina stabil. kesehatan, intervensi rendah. Namun, ini
s C, perilaku dan mungkin terkait dengan
- peserta yang mengalami peningkatan kecil dalam
Gandhi angina stabil atau saat psikologis atau
M, kapasitas latihan
aktivitas (ketidaknyamanan pembedahan selain dibandingkan dengan tanpa
Taylor dada akibat eHort), intervensi latihan.
RS Intervensi berbasis kontrol olahraga.
- yang dirawat dengan latihan bisa saja Sementara American
terapi anti-anginal medis diawasi atau tidak College of Cardiology /
diawasi, dan dilakukan American Heart
- yang mungkin pernah Association dan European
di rumah sakit,
mengalami infark miokard Society of Cardiology,
komunitas atau
sebelumnya (MI), bypass merekomendasikan CR
lingkungan berbasis
arteri koroner graQ untuk orang dengan jantung
(CABG) atau perkutan
intervensi koroner (PCI). rumah. koroner. termasuk angina
stabil (Fihn 2012;
Kriteria Eksklusi : Kelompok kontrol Montalescot 2013; Smith
menerima perawatan 2011).
- dalam tiga bulan setelah biasa yang dapat
MI, PCI atau CABG. mencakup perawatan
- orang dengan angina medis standar (seperti
tidak stabil (nyeri saat terapi obat, pendidikan
istirahat) kesehatan, intervensi
perilaku atau
- orang dengan angina psikologis, atau
refrakter yang pembedahan) tetapi
direncanakan tanpa pelatihan
revaskularisasi. olahraga terstruktur
atau nasihat tentang
pelatihan olahraga
terstruktur.
N Peneliti Judul Metode Jumlah dan Intervensi Hasil
o
(Tahun) Penelitian Peneltian Kriteria Sampel

1 Psychosocial uji coba


Semua pasien psikososial dapat diberikan dalam Kami menemukan 40 RCT yang
interventions terkontrol
Barth J, merokok dua cara; baik sebagai intervensi memenuhi kriteria inklusi secara total
for smoking secara acak
Jacob Kriteria psikososial terpisah dengan fokus (21 uji coba baru dalam pembaruan
cessation in
T, inklusi : utama pada penghentian merokok ini, 5 uji coba baru berkontribusi pada
patientswith
Daha I, 1. Satu atau sebagai bagian dari program hasil jangka panjang (lebih dari 12
coronary
Critchl kontak awal rehabilitasi jantung yang lebih bulan)). Intervensi terdiri dari
heart disease
ey JA berlangsung komprehensif yang menargetkan pendekatan terapeutik perilaku,
<= 1 jam, juga faktor risiko lainnya (misalnya dukungan telepon dan materi self-help
(2015)
tidak ada obesitas, ketidakaktifan). Setiap dan difokuskan pada berhenti merokok
dukungan intervensi psikososial dengan saja atau ditujukan pada beberapa
tindak lanjut; tujuan untuk mengubah perilaku faktor risiko (misalnya obesitas,
2. Satu atau merokok pada pasien PJK menjadi ketidakaktifan, dan merokok).
lebih kontak perhatian. Intervensi psikososial Percobaan sebagian besar mencakup
dengan total> menggunakan konseling, dukungan pasien laki-laki yang lebih tua dengan
1 jam, tidak dan nasihat motivasi, dengan atau penyakit jantung koroner, terutama
ada dukungan tanpa ketentuan materi pendidikan infark miokard (MI).
tindak lanjut; tertulis tentang strategi berhenti
3. Setiap merokok. Kami mengecualikan
kontak awal penelitian, yang hanya
ditambah menggunakan pengobatan
tindak lanjut farmakologis atau terapi
<= 1 bulan; penggantian nikotin. Intervensi non
farmakologis lain seperti olahraga
atau fisioterapi tidak dianggap
sebagai intervensi psikososial
karena unsur psikologis yang
hilang dari intervensi tersebut.
Intervensi dapat diberikan pada
awalnya selama masuk rumah sakit
atau masuk rumah sakit aJer untuk
pasien non akut selama rehabilitasi.
Intervensi dapat diberikan dalam
kelompok atau pengaturan
individu.

2 Anders Exercise uji coba pria dan wanita CR berbasis latihan didefinisikan Review ini termasuk 63 percobaan
on L, based terkontrol dari segala usia, sebagai rawat inap, rawat jalan, yang mengacak 14.486 orang
Thomp cardiac secara acak baik di komunitas atau berbasis rumah yang dengan PJK. Pembaruan terbaru ini
son rehabilitation (RCT) lingkungan rumah diawasi atau tidak yang mencakup mengidentifikasi 16 uji coba baru
DR, for coronary sakit maupun beberapa bentuk pelatihan olahraga (3872 peserta). Populasi termasuk
Oldridg heart disease berbasis yang diterapkan pada populasi sebagian besar pasien pasca MI dan
e N, komunitas, yang pasien jantung. Intervensi tersebut pasca revaskularisasi dan usia rata-
Zwisler pernah bisa berupa latihan latihan sendiri rata pasien dalam uji coba berkisar
AD, mengalami MI, atau latihan latihan di samping antara 47,5 hingga 71,0 tahun.
Rees K, atau yang telah intervensi psikososial atau Wanita terhitung kurang dari 15%
Martin menjalani pendidikan, atau keduanya. dari pasien yang direkrut. Pelaporan
N, revaskularisasi uji coba keseluruhan buruk,
Taylor (coronary artery meskipun ada bukti peningkatan
RS bypass graKing kualitas pelaporan dalam uji coba
(CABG),
(2016) intervensi koroner yang lebih baru.
perkutan (PCI)) Karena kami tidak menemukan
atau yang perbedaan yang signifikan dalam
menderita angina dampak CR berbasis olahraga pada
pektoris atau hasil klinis selama masa tindak
penyakit arteri lanjut, kami berfokus pada
koroner yang pelaporan temuan yang
ditentukan oleh dikumpulkan di semua uji coba pada
angiografi. tindak lanjut terlama (median 12
bulan). CR berbasis latihan
Kriteria inklusi : mengurangi mortalitas
peserta setelah kardiovaskular dibandingkan dengan
operasi katup tanpa kontrol olahraga (27
jantung, gagal percobaan; rasio risiko (RR) 0,74,
jantung, dengan 95% CI 0,64-0,86). Tidak ada
fibrilasi atrium, penurunan total kematian dengan
dengan CR (47 percobaan, RR 0,96, 95% CI
transplantasi 0,88 menjadi 1,04). Risiko
jantung, atau keseluruhan masuk rumah sakit
ditanamkan
berkurang dengan CR (15
dengan terapi
percobaan; RR 0,82, 95% CI 0,70
sinkronisasi ulang
sampai 0,96) tetapi tidak ada
jantung (CRT)
dampak signifikan pada risiko MI
atau defibrillator
(36 percobaan; RR 0,90, 95% CI
yang dapat
0,79 menjadi 1,04), CABG (29
ditanamkan (ICD
percobaan; RR 0,96, 95% CI 0,80
hingga 1,16) atau PCI (18
percobaan; RR 0,85, 95% CI 0,70
hingga 1,04).

3 Anders Patient Uji coba orang Hasil dari penelitian Review yang
Berdasarkan bukti dari
on L, education in terkontrol dewasa diperbarui ini mencakup total 22
meta-analisis dan tinjauan
Brown the secara acak (usia ≥ percobaan yang mengacak 76.864
sistematis sebelumnya,
JPR, management (RCT 18 tahun orang dengan PJK untuk intervensi
rehabilitasi jantung berbasis
Clark of coronary kriteria inklusi: pendidikan atau pembanding 'tidak
latihan setelah kejadian
AM, heart disease 1. yang pernah ada pendidikan'. Sembilan
jantung adalah rekomendasi
Dalal mengalami percobaan baru (8215 orang)
Kelas I dari American
H, disertakan untuk pembaruan ini.
infark miokard College of Cardiology /
Rossau Kami menilai sebagian besar studi
(MI); American Heart
HKK, yang disertakan sebagai risiko bias
2.yang Association (Balady 2011;
Bridges rendah di sebagian besar domain.
menjalani Kulik 2015) dan European
C, 'Dosis' pendidikan berkisar dari satu
revaskularisasi Society of Cardiology (ESC
Taylor sesi tatap muka 40 menit ditambah
(coronary artery 2012; ESC 2016; Smith
RS panggilan tindak lanjut 15 menit,
bypass gra \ ing 2011). Banyak definisi

(2017) (CABG), rehabilitasi jantung telah hingga tinggal di residensial empat


percutaneous diajukan. Definisi berikut minggu dengan 11 bulan sesi tindak
coronary mencakup konsep kunci lanjut. Kelompok kontrol menerima
intervension rehabilitasi jantung: perawatan medis biasa, biasanya
(PCI) atau “Jumlah terkoordinasi dari terdiri dari rujukan ke ahli jantung
pemasangan aktivitas yang diperlukan rawat jalan, dokter perawatan
stent arteri untuk mempengaruhi primer, atau keduanya.
koroner); penyebab penyakit Kami menemukan pengaruh
3. yang kardiovaskular secara intervensi berbasis pendidikan pada
mengalami menguntungkan, serta untuk kematian total (13 studi, 10.075
angina pektoris memberikan kondisi fisik, peserta; 189/5187 (3,6%) versus
atau penyakit mental dan sosial sebaik 222/4888 (4,6%); rasio risiko eGects
jantung koroner mungkin, sehingga pasien acak (RR) 0,80, 95% CI 0,60 hingga
yang ditentukan dapat, dengan upaya 1,05; bukti kualitas sedang).
oleh angiografi. mereka sendiri, Penyebab kematian individu jarang
Kriteria eklusi mempertahankan atau dilaporkan, dan kami tidak dapat
1. telah menerima melanjutkan fungsi optimal melaporkan hasil terpisah untuk
operasi katup dalam komunitas mereka kematian kardiovaskular atau
jantung; dan melalui perilaku kematian non-kardiovaskular. Tidak
2. Menderita kesehatan yang lebih baik, ada bukti perbedaan pengaruh
gagal jantung; perkembangan penyakit intervensi berbasis pendidikan pada
3. penerima yang lambat atau infark miokard fatal dan / atau
transplantasi membalikkan ”(BACPR nonfatal (MI) (2 studi, 209 peserta;
jantung; 2012). Rehabilitasi jantung 7/107 (6,5%) versus 12/102
4. adalah intervensi kompleks (11,8%); acak eGects RR 0.63, 95%
ditanamkan yang mungkin melibatkan CI 0.26 to 1.48; kualitas bukti sangat
dengan berbagai terapi, termasuk rendah). Namun, ada beberapa bukti
terapi olahraga, pendidikan faktor penurunan pendidikan pada kejadian
sinkronisasi risiko, perubahan perilaku, kardiovaskular yang fatal dan / atau
jantung; atau dukungan psikologis, dan non-fatal (2 studi, 310 studi; 21/152
• ditanamkan strategi yang ditujukan (13,8%) versus 61/158 (38,6%);
dengan untuk menargetkan faktor eGects acak RR 0,36, 95 % CI 0,23
defibrillator. risiko tradisional penyakit sampai 0,56; bukti kualitas rendah).
kardiovaskular. Rehabilitasi Tidak ada bukti perbedaan pengaruh
jantung adalah bagian pendidikan pada tingkat
penting dari perawatan revaskularisasi total (3 penelitian,
penyakit jantung 456 peserta; 5/228 (2,2%) versus
kontemporer dan dianggap 8/228 (3,5%); hasil acak RR 0,58,
sebagai prioritas di negara 95% CI 0,19 hingga 1,71; bukti
dengan prevalensi PJK yang kualitas sangat rendah) atau rawat
tinggi. inap (5 penelitian, 14.849 peserta;
656/10048 (6,5%) versus 381/4801
(7,9%); angka acak RR 0,93, 95%
CI 0,71 hingga 1,21; bukti kualitas
sangat rendah). Tidak ada bukti
perbedaan antara kelompok untuk
semua penyebab penarikan (17
studi, 10.972 peserta; 525/5632
(9,3%) versus 493/5340 (9,2%);
eGects acak RR 1,04, 95% CI 0,88
hingga 1,22; kualitas rendah bukti).
Meskipun beberapa skor domain
kualitas hidup terkait kesehatan
(HRQoL) lebih tinggi dengan
pendidikan, tidak ada bukti
superioritas yang konsisten di semua
domain.
DAFTAR PUSTAKA
Hala, P., Assist, B., Amal, P., Assist, A. E., Hamed, A., Elhy, A., … Ismael, A.
(2018). Effect of Local Heat Application on Physiological Status and Pain
Intensity among Patients with Acute Coronary Syndrome. Journal of
Nursing and Health Science, 7(6), 70–80. https://doi.org/10.9790/1959-
0706117080

Lemone, P., Burke, K. M., & Bauldoff, G. (2020). Buku Ajar Keperawatan
Medikal Bedah (5th ed.). Jakarta: EGC.

Mohammadpour, A., Mohammadian, B., Basiri Moghadam, M., & Nematollahi,


M. R. (2014). The effects of topical heat therapy on chest pain in patients
with acute coronary syndrome: A randomised double-blind placebo-
controlled clinical trial. Journal of Clinical Nursing, 23(23–24), 3460–3467.
https://doi.org/10.1111/jocn.12595

Moradkhani, A., Baraz, S., Haybar, H., Hematipour, A., & Hesam, S. (2018).
Effects of Local Thermotherapy on Chest Pain in Patients with Acute
Coronary Syndrome: A Clinical Trial. Jundishapur Journal of Chronic
Disease Care, 7(4). https://doi.org/10.5812/jjcdc.69799

PERKI, (2018). Pedoman Tatalaksana Sindrom Koroner Akut, Edisi 4.

Rosfiati, Eddy. (2015). Analisis Praktik Residensi Keperawatan Medikal Bedah


Pada Pasien Gangguan Sistem Kardiovaskular Dengan Pendekatan Teori
Model Sistem Betty Neuman di Rumah Sakit Jantung dan Pembuluh Darah
Harapan Kita Jakarta. http://lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-5/20416319-
TA-Eddy%20Rosfiati.pdf

Anda mungkin juga menyukai