S
Mutia Husni Alaniya
6130015037
PATOGENESIS
◦ Pada dasarnya, lesi aterosklerosis sering terbentuk di titik percabangan arteri yang merupakan
daerah dengan aliran darah yang terganggu. Tidak semua manifestasi aterosklerosis terjadi akibat
penyakit stenosis oklusif.
◦ Aterosklerosis pada manusia biasanya terbentuk selama bertahun-tahun, bahkan beberapa dekade.
Pertumbuhan plak aterosklerosis mungkin tidak terjadi secara linear dan mulus, tapi terputus-
putus, dengan periode pasif relatif yang diikuti dengan periode evolusi cepat.
INISIASI
ATEROSKLEROSIS
Proses inisiasi aterosklerosis dimulai dengan
adanya disfungsi endotel. Penyebab terjadinya
disfungsi endotel meliputi dislipidemia,
hipertensi, merokok dan faktor resiko lain.
Disfungsi endotel memegang peranan penting
dalam terjadinya proses aterosklerosis. Jejas
endotel mengaktifkan proses inflamasi, migrasi
dan proliferasi sel, kerusakan jaringan lalu terjadi
perbaikan dan menyebabkan pertumbuhan plak.
EVOLUSI ATEROMA
DAN
KOMPLIKASINYA
Tidak semua fatty streak membentuk ateroma kompleks. Pada tahap lanjut
dapat terjadi kerusakan mikroskopis pada endotel.
Pembuluh darah mikro didalam ateroma bersifat rapuh dan mudah ruptur
serta dapat menyebabkan perdarahan lokal. Kebocoran vaskuler seperti ini
dapat memancing trombosis in situ, menyebabkan pembentukan trombin
lokal dan mengaktifkan sel otot polos dan endotel melalui reseptor.
Selama evolusi plak aterosklerosis, keseimbangan yang rumit antara masuk dan keluarnya
lipoprotein dan leukosit, proliferasi dan kematian sel, produksi matriks extrasel dan
remodeling, serta kalsifikasi dan neovaskularisasi, ikut berkontribusi pada pembetukan lesi.
Banyak sinyal, yang seringkali saling berkompetisi, mengatur berbagai peristiwa selular ini.
Banyak mediator yang berkaitan dengan faktor resiko aterogenik, termasuk yang berasal dari
lipoprotein, merokok, angiotensin II, memancing produksi sitokin proinflamasi dan
mengubah perilaku sel dinding pembuluh darah intrinsik dan leukosit yang berinfiltrasi yang
mendasari pathogenesis kompleks dari lesi tersebut.
Ruptur plak, thrombosis, a) Remodeling arteri selama aterogenesis. Diameter
lumen terjaga. Fenomena “pelebaran kompensasi” ini
penyembuhan menjadi salah satu penyebab kecenderungan
arteriografi koroner salah memperkirakan derajat
aterosklerosis.
Banyak lesi yang menyebabkan sindrom aterosklerosis akut atau tak stabil, khususnya di pembuluh
koroner, dapat muncul dari plak aterosklerosis yang tidak menghasilkan stenosis yang menghambat aliran.
Trombus yang muncul dari stenosis non-oklusif dapat menjelaskan kekerapan MI sebagai manifestasi awal
penyakit arteri koroner (CAD) pada pasien yang mengaku tidak pernah mengalami angina pectoris
sebelumnya, suatu sindrom yang biasanya disebabkan oleh stenosis yang menghambat aliran darah.
Faktor Resiko
◦ Merokok ◦ Usia (pria≥ 45tahun; wanita ≥ 55 tahun)
◦ Hipertensi (TD ≥ 140/90 mmHg atau dengan ◦ Faktor risiko gaya hidup
obat antihipertensi) -obesitas (IMT ≥30 kg/m)
◦ Kolesterol HDL rendah (<1,0 mmol/L -kurang aktivitas fisik
[<40mg/dl]) -diet eterogenik
◦ Diabetes Melitus ◦ Faktor resiko baru
◦ Riwayat keluarga dengan PJK prematur -lipoprotein
-homosistein
-PJK pada kerabat pria tingkat pertama <55
tahun -faktor protrombotik
-faktor proinflamasi
-PJK pada kerabat wanita tingkat pertama <65
-glukosa darah puasa terganggu
tahun
-aterosklerosis subklinis
ANGINA STABIL
Mutia Husni Alaniya
6130015037
Anamnesis
◦ Rasa tak nyaman di dada (berat, seperti ditekan, ditarik, diremas, tercekik)
◦ lokasi disekitar sternum, menjalar ke punggung, regio interskapula, pangkal leher dagu, gigi,
epigastrium, bahu dan kedua lengan
◦ tambah parah jika beraktivitas dan emosi
◦ mereda saat istirahat
Pemeriksaan fisik
◦ Kadang normal
◦ Palpasi: pembesaran jantung dan kontraksinya abnormal, kadang nyeri dinding dada saat dipalpasi
◦ auskultasi: terdengar bruit arteri, bunyi jantung III dan IV, jika iskemik atau infark sebelumnya dapat
terjadi murmur sistolil di apeks
◦ stenosis aorta, hipertensi pulmonal, kardiomiopati hipertropik
◦ pemeriksaan saat angina: gagal jantung ventrikel kiri, diskinesia apeks, regurgitasi mitral, edema paru
Pemeriksaan Laboratorium
◦ Urin: untuk deteksi DM dan penyakit ginjal yang mempercepat aterosklerosis
◦ darah: lemak (kolesterol, LDL, HDL, Tg), glukosa (HbA1c), kreatinin, hematokrit, fungsi tiroid
◦ Rongga dada: untuk deteksi IHD, pembesaran jantung, tanda gagal jantung dll.
Elektrokardiograf
◦ Rekam jantung mungkin saja normal
◦ Dapat ditemukan tanda tanda infark miokard
◦ Perubahan segmen ST dan gelombang T dinamik mirip angina yang menghilang setelahnya
◦ Gambaran hipertrofi ventrikel dan gangguan irama jantung
UNSTABLE ANGINA DAN NSTEMI
• Pada UA depresi segmen ST, elevasi segmen ST transien, dan/atau inversi gelombang T ditemukan pada 30% - 50%
pasien.
• Pada pasien dengan gambaran klinis UA, adanya deviasi segmen ST baru, bahkan bila hanya 0,05 mV, merupakan
prediktor prognosis buruk. Perubahan gelombang T sensitif untuk iskemia, tetapi kurang spesifik kecuali inversi
2. EKG gelombang T baru dan dalam (> 0,3 mV)
• Pasien dengan UA/NSTEMI disertai peningkatan biomarker nekrosis, misalnya CK-MB dan
troponin (marker yang jauh lebih spesifik dan sensitif untuk nekrosis miokardium), memiliki
resiko kematian atau IM berulang yang tinggi. Meningkatnya kadar biomarker tersebut
3. Biomarker
jantung membedakan pasien NSTEMI dengan pasien UA.
Diagnosis
◦ 4 metode dianostik utama yang dignakan untuk menegakkan diagnosis UA/NSTEMIK
Anamnesis
EKG
Biomarker Jantung
Stress testing
Stratifikasi resiko dan prognosis
◦ Peilaian resiko dapat dilakukan menggunakan TIMI (Thomboysis I Myocardial Infarction) yang terdiri
ari tujuh faktor resiko:
◦ Usia ≥65 tahun
◦ Tiga atau lebih faktor risiko CAD Faktor resiko lain :
DM, disfungsi ventrikel
◦ Terbukti CAD saat katerisasi kiri, disfungsi ginjal,
◦ Terjadi UA/NSTEMI selama mendapat aspirin peningkatan BNP dan
CNP
◦ Lebih dari dua episode angina dalam 24 jam
◦ Deviasi ST ≥0,5 mm
◦ Peningkatan biomarker jantung
Prognosis
Tatalaksana
◦ Terapi medis : pasien dengan UA/NSTEMI harus tirah baring dengan pemantaua ontinu untuk
mengamati deviasi segmen ST dan aritmia jantung
◦ Terapi anti-iskemia (meredakan nyeri dada)
◦ Nitrat
◦ penyekat beta Adrenergik dan Obat lain
◦ Terapi Anti-trombotik (penghambat siklooksigenase trmbosit, asprin)
◦ Dosis awal biasanya 325 mg/hari
◦ Dosis lebih rendah 75-162 mg/hari dianjurkan untuk terapi jangka panjang
Tatalaksana jangka panjang
◦ Modifikasi fakor risiko dengan edukasi
◦ Pentingnya berhenti merokok
◦ Mencapai BB ideal
◦ Olahraga setiap hari diiringi diet yang sesuai
◦ Kontrol tekanan darah, hipertrigliseridemia
◦ Terapi lemak
◦ Pemberian obat penyekat beta, statin, penghambat ACE/ penghambat angiotensin (u/ stabilisasi plak
jangka panjang)
STEMI
Mutia Husni Alaniya
6130015037
PATOFISIOLOGI
(RUPTUR PLAK)
STEMI terjadi bila trombus arteri koroner terbentuk dengan cepat di
tempat cedera vaskular. STEMI dapat pula terjadi bila permukaan suatu
plak aterosklerosis mengalami kerusakan (sehingga bagian dalam plak
menjadi terpajan dengan darah) dan bila terdapat berbagai kondisi yang
mempermudah terjadinya trombogenesis.
Plak koroner yang mudah mengalami kerusakan adalah plak dengan inti
yang kaya lemak dan fibrous cap yang tipis
Meskipun jarang, STEMI dapat terjadi akibat oklusi arteri koroner yang
disebabkan oleh emboli koroner, kelainan kongenital , spasme dan
berbagai penyakit sistemik khususnya penyakit inflamasi
GAMBARAN KLINIS
Nyeri adalah gejala paling sering menjadi keluhan utama pasien
STEMI. Nyeri bersifat dalam dan viseral, digambarkan sebagai
rasa berat seperti diremas dan tertekan/ tertusuk dan terbakar.
Umumnya muncul saat istirahat.
2. Biomarker jantung dalam serum : biomarker akan terdeteksi dalam darah perifer bila
kemampuan sistem limfatik jantung untuk membersihkan intestinum area infark telah mencapai
batas sehingga tumpah ke sirkulasi vena.
3. Penetrasi Jantung : kelainan gerak dinding jantung hampir selalu terlihat pada pemeriksaan
EKG 2 dimensi.
Mengontrol
nyeri dada
Untuk terapi
berikan :
• Aspirin
Cegah kesalahan Tujuan Identifikasi pasien
• Nitrogliserin memulangkan
tatalaksana di yg perlu terapi
pasien yang benar reperfusi secara
• Morfin terkena STEMI IRD mendesak
• β-bloker
Triase pasien dg
resiko lebih
rendah ke lokasi
yang tepat di RS
CORONARY CARE UNITS
Memilik sistem
dilakukan pemantauan Pemantauan Pasien harus dirawat
irama jantung sec. hemodinamik pada sejak awal perjalanan
Kontinu pada setia pasien-pasien tertentu penyakit
pasien
FARMAKOTERAPI
Farmakoterapi
◦ Obat antitrombotik : menunjukan bahwa trombosit punya peran penting dalam patogenesis
UFH (unfractinated heparin)
Obat alternatif : sediaan low-molecular-weigt heparin (LMWH)
◦ Beta-Adrenoreseptor blocker
◦ Inhibisi sistem renin-Angiotensin-aldosteron/ACE Inhibitor
◦ Nitrogliserin intravena
KOMPLIKASI
DAN
PENANGANAN
KOMPLIKASI DAN PENANGANAN
• Ditangani dengan ACE • Harus diidentifikasi dan • Ekspansi volume untuk • Obat fibrinolisis berulang
inhibitor dan vasodilator ditangani pada pasien-pasien mempertahankan preload RV
lainnya dengan STEMI dan hipotensi tetap adekuat dan meningkat
• Contoh : nitrat sebelum memberikan terapi kinerja LK dengan
yang lebih agresif menurunkan tekanan besi
kapiler parut arteri pulmonalis
bersamaan
KOMPLIKASI DAN PENANGANAN
Syok kardiogenik
Aritmia
Perikarditis
Trombuemboli