Anda di halaman 1dari 24

Pertemuan 10

Tutor : Ns. Rr. Atih Utari Rizky, S.Kep

Waktu: 2 x 60 menit
Submateri pertemuan:

Submateri pertemuan:
1. Proses Manajemen
2. Gaya Kepemimpinan
3. Metoda Asuhan Keperawatan
4. Tingkat Ketergantungan
5. Penugasan Kepala Ruang, Ketua Tim, dan Perawat Pelaksana
6. Peran dan Fungsi Perawat
7. Modalitas Keperawatan
8. Jenis Konflik
9. Kompensasi/ Motivasi
10. Komunikasi Terapeutik
11. Jenis Upaya Pelayanan Kesehatan

Bimbingan Belajar Appskep Indonesia | Hal. 1


Manajemen adalah proses untuk melaksanakan pekerjaan melalui orang lain (Gillies,1989). Menurut
Siagian (1999), manajemen berfungsi untuk melakukan semua kegiatan yang perlu dilakukan dalam
rangka mencapai tujuan dalam batas – batas yang telah ditentukan pada tingkat administrasi.
Swanburg (2000) mendefinisikan manajemen sebagai ilmu atau seni tentang bagaimana menggunakan
sumber daya secara efisien, efektif dan rasional untuk mencapai tujuan organisasi yang telah
ditetapkan sebelumnya.

Manajemen keperawatan adalah suatu proses bekerja melalui anggota staf keperawatan untuk
memberikan asuhan, pengobatan dan bantuan terhadap para pasien (Gillies, 1989). Pekerjaan
keperawatan harus diatur sedemikian rupa sehingga tujuan pelayanan dan asuhan keperawatan dapat
tercapai. Dalam memberikan pelayanan keperawatan kepada pasien, perawat menerapkan
manajemen keperawatan dalam bentuk manajemen asuhan keperawatan.

PROSES MANAJEMEN (POSAC)


a. PLANNING (Perencanaan)
Planning atau perencanaan dalam manajemen keperawatan adalah proses mental dimana
semua manajer perawat menggunakan data yang valid dan dapat dipercaya untuk
mengembangkan tujuan dan menentukan sumber-sumber yang dibutuhkan dalam
mencapai tujuan.

Menurut Huber (2006), perencanaan merupakan fungsi manajemen yang digunakan untuk
memilih prioritas, hasil, dan metode yang digunakan untuk sebuah sistem dan kemudian
membimbing sistem untuk mengikuti arahan tersebut.

Menurut Robins dan Coulter (2007), fungsi perencanaan mencakup proses merumuskan
sasaran, membangun strategi untuk mencapai sasaran yang telah disepakati, dan
mengembangkan perencanaan tersebut untuk memadukan dan mengoordinasikan
sejumlah kegiatan.

Contoh kegiatan planning dalam manajemen keperawatan:


- Penentukan visi, misi, tujuan, kebijakan, prosedur, dan peraturan-peraturan dalam
pelayanan keperawatan
- Pembuatan perkiraan proyeksi jangka pendek dan jangka panjang
- Penentuan jumlah biaya
- Pengaturan adanya perubahan berencana yang dilakukan oleh manajer keperawatan
b. ORGANIZING (Pengorganisasian)
Pengorganisasian dalam manajemen keperawatan adalah mengembangkan seseorang dan
merancang organisasi yang paling sederhana untuk menyelesaikan pekerjaan.

Bimbingan Belajar Appskep Indonesia | Hal. 2


Pengorganisasian meliputi proses memutuskan tingkat organisasi yang diperlukan untuk
mencapai tujuan divisi keperawatan, departemen atau pelayanan, dan unit (Swansburg,
2000).

Menurut Huber(2006), pengorganisasian adalah fungsi manajemen yang berhubungan dengan


mengalokasi dan mengatur sumber daya untuk menyelesaikan tujuan yang dicapai. Peran
manajer dalam fungsi pengorganisasian adalah menentukan tugas yang akan dikerjakan, individu
yang akan mengerjakan, pengelompokkan tugas, struktur pertanggungjawaban, dan proses
pengambilan keputusan. Manajer bertanggung jawab juga dalam merancang pekerjaan staf
yang digunakan untuk mencapai sasaran organisasi (Robins&Coulter, 2007).

Contoh kegiatan organizing dalam keperawatan adalah:


Penetapan uraian tugas, penetapan kepala ruang, ketua tim, perawat pelaksana, penentuan
metode penugasan, pendelegasian.

c. STAFFING (Pengaturan Staf)


Pengaturan staf dan penjadwalan adalah komponen utama dalam manajemen
keperawatan. Pengaturan staf keperawatan merupakan proses yang teratur,
sistematis, rasional diterapkan untuk menentukan jumlah dan jenis personel
keperawatan yang dibutuhkan untuk memberikan asuhan keperawatan pada
standar yang ditetapkan sebelumnya pada kelompok pasien dalam situasi tertentu
(Swansburg, 2000).

Pengaturan staf memerlukan banyak perencanaan dari manajer. Perencanaan pengaturan


staf dipengaruhi oleh misi dan tujuan institusi, dan dipengaruhi oleh kebijakan personel.

Contoh kegiatan staffing dalam manajemen keperawatan:


- Rekruitmen dan wawancara
- Mengorientasi staf
- Menjadwalkan dan mensosialisasikan pegawai baru serta pengembangan staf
- Menyusun jadwal dinas

d. ACTUATING (Pelaksanaan/ penggerakan)


Fungsi actuating adalah melakukan kegiatan untuk mempengaruhi orang lain agar mau
dan suka bekerja dalam rangka menyelesaikan tugas demi tercapainya tujuan bersama.

Menurut Huber (2006), fungsi actuating adalah fungsi manajemen yang mengarahkan dan
kemudian mempengaruhi individu tersebut untuk mengikuti arahan untuk mencapai
tujuan-tujuan yang telah disepakati dan yang telah ditentukan.

Bimbingan Belajar Appskep Indonesia | Hal. 3


Menurut Fayol (dalam Robins & Coulter, 2007), fungsi actuating adalah fungsi yang
memotivasi stafnya ketika stafnya bekerja dan mencari berbagai cara untuk
menyelesaikan masalah perilaku stafnya.

Contoh kegiatan actuating dalam manajemen keperawatan:


- Penugasan dan supervisi
- Pengelolaan Dana
- Penyediaan dan Pemanfaatan Sarana
- Memimpin staf dalam melaksanakan kegiatan yang direncanakan

e. CONTROLLING (Pengendalian)
Pengendalian atau pengevaluasian adalah suatu fungsi yang terus menerus dari
manajemen keperawatan yang terjadi selama perencanaan, pengorganisasian, dan
pengerahan aktivitas. Melalui proses ini standar dibuat dan kemudian digunakan, diikuti
umpan balik yang menimbulkan perbaikan (Swansburg, 2000).

Menurut Huber (2006), fungsi pengendalian adalah fungsi yang digunakan untuk
memantau dan mengatur perencanaan, proses, dan sumber daya manusia yang efektif dan
efisien untuk mencapai tujuan-tujuan yang telah direncanakan sebelumnya.

Contoh kegiatan controlling dalam manajemen keperawatan:


- Pelaksanaan penilaian kinerja staf
- Pertanggungjawaban keuangan
- Pengendalian mutu
- Pengendalian aspek legal dan etik
- Pengendalian profesionalisme asuhan keperawatan

Bimbingan Belajar Appskep Indonesia | Hal. 4


GAYA KEPEMIMPINAN
Gaya kepemimpinan merupakan cara seseorang memanfaatkan kekuatan yang tersedia untuk
memimpin orang lain. Setiap pemimpin memiliki gaya kepemimpinan yang berbeda. Ada 3 faktor yang
menjadi kunci gaya kepemimpinan seseorang yang merupakan faktor yang saling melengkapi dan
mempengaruhi satu sama lainnya, yaitu: pemimpin itu sendiri, orang yang dipimpin dan situasi.

1. Gaya kepemimpinan autokratis


Pemimpin menetukan semua tujuan yang akan dicapai dalam pengambilan keputusan (Gillies,
1986). Seorang pemimpin yang menggunakan gaya ini biasanya akan menentukan semua
keputusan yang berkaitan dengan seluruh kegiatannya dan memerintah seluruh anggotanya
untuk mematuhi dan melaksanakannya (DepKes, 1990). Pada gaya otokratik pemimpin
melakukan kontrol maksimal terhadap staf, membuat keputusan sendiri dalam menentukan
tujuan kelompok. Lebih menekankan pada penyelesaian tugas dari pada hubungan interpersonal.
Gaya ini cenderung menyebabkan permusuhan dan agresif atau apatis sampai menurunnya
inisiatif.
Contoh Kepala Ruang menetapkan jadwal dinas, sanksi sesuai aturan, tanpa mempertimbangkan
alasan staf perawat yang mengajukan ijin.

2. Gaya kepemimpinan demokratis


Prinsipnya pemimpin melibatkan kelompok dalam pengambilan keputusan dan memberikan
tanggung jawab pada karyawannya (La Monica, 1986). Lebih menekankan pada hubungan
interpersonal dan kerja kelompok.

3. Gaya kepemimpinan Partisipatif


Merupakan gabungan bersama antara gaya kepemimpinan otoriter dan demokratis. Dalam
pemimpin partisipatif, manajer menyajikan analisa masalah dan mengusulkan tindakan kepada
para anggota kelompok, mengundang kritikan dan komentar mereka. Dengan menimbang
jawaban bawahan atas usulannya, manajer selanjutnya membuat keputusan final bagi tindakan
oleh kelompok tersebut (Gillies, 1986).

Bimbingan Belajar Appskep Indonesia | Hal. 5


4. Gaya kepemimpinan Laisserz Faire
Disebut juga bebas tindak atau membiarkan. Staf/bawahan mengevaluasi pekaryaan sesuai
dengan cara sendiri. Pimpinan hanya sebagai sumber informasi dan pengendali secara minimal
atau sebagai fasilitator (Nursalam. 2002). Pemimpin sangat sedikit merencanakan dan membuat
keputusan.

5. Gaya kepemimpinan Birokratis


Gaya kepemimpinan yang ditandai dengan keterikatan yang terus-menerus kepada aturan-aturan
organisasi. Gaya ini menganggap bahwa kesulitan-kesulitan akan dapat diselesaikan jika berpedoman
pada aturan aturan baku.

METODE ASUHAN KEPERAWATAN


a. Metode Kasus
Menurut Nursalam (2007), metode penugasan kasus biasa diterapkan satu klien satu
perawat, dan hal ini umumnya dilaksanakan untuk perawat privat atau untuk
keperawatan khusus seperti: isolasi, intensive care.

b. Metode Fungsional
Metode keperawatan yang membagi tugas perawat per tindakan tertentu, misal: ada
perawat yang bertugas hanya melakukan perawatan luka saja, ada yang bertugas injeksi
saja, dan ada yang bertugas mengisi laporan ASKEP saja. Keberhasilan asuhan
keperawatan secara menyeluruh tidak bisa dicapai dengan metode ini karena asuhan
keperawatan yang diberikan kepada klien terpisah-pisah sesuai dengan tugas yang
dibebankan kepada perawat.

c. Metode Tim
Metode tim merupakan pemberian asuhan keperawatan, yaitu seorang perawat
profesional memimpin sekelompok tenaga keperawatan dalam memberikan asuhan
keperawatan pada sekelompok klien melalui upaya kooperatif dan kolaboratif. Namun
pada metode ini, kesinambungan asuhan keperawatan belum optimal sehingga para
pakar mengembangkan metode keperawatan primer (Douglas, 1992).

d. Metode Keperawatan Primer

Bimbingan Belajar Appskep Indonesia | Hal. 6


Metode penugasan dimana satu orang perawat bertanggung jawab penuh selama
24 jam terhadap asuhan keperawatan klien mulai dari klien masuk sampai keluar
rumah sakit. Metode primer ini ditandai dengan adanya keterkaitan kuat dan
terus-menerus antara klien dan perawat yang ditugaskan untuk merencanakan,
melakukan, dan koordinasi asuhan keperawatan selama klien dirawat (Nursalam,
2007).

e. Metode Modular
Menurut Gillies (1994), metode modular merupakan bentuk variasi dari metode
keperawatan primer, dengan perawat profesional dan perawat non-profesional
bekerjasama dalam memberikan asuhan keperawatan. Dalam memberikan asuhan
keperawatan dengan menggunakan metode modifikasi primer, satu tim terdiri dari 2
hingga 3 perawat memiliki tanggung jawab penuh pada sekelompok klien berkisar 8 hingga
12 orang (Arwani & Supriyatno, 2005).

TINGKAT KETERGANTUNGAN PASIEN

Menurut Douglas (1992), klasifikasi derajat ketergantungan pasien dibagi dalam 3 kategori:

a. Perawatan Minimal

Memerlukan waktu 1 – 2 jam/24 jam

Kriteria:
a. Kebersihan diri, mandi, ganti pakaian dilakukan sendiri
b. Makan dan minum dilakukan sendiri
c. Ambulansi dengan pengawasan
d. Observasi tanda-tanda vital dilakukan setiap jaga (shift)
e. Pengobatan minimal dengan status psikologis stabil

b. Perawatan Parsial

memerlukan waktu 3 – 4 jam/24 jam

Bimbingan Belajar Appskep Indonesia | Hal. 7


Kriteria:
a. Kebersihan diri dibantu, makan dan minum dibantu
b. Observasi tanda-tanda vital setiap 4 jam
c. Ambulansi dibantu, pengobatan lebih dari sekali
d. Pasien dengan kateter urin, pemasukan dan pengeluaran intake output cairan dicatat/
dihitung.
e. Pasien dengan infus, persiapan pengobatan yang memerlukan prosedur.

c. Perawatan Total

memerlukan waktu 5 – 6 jam/24 jam


Kriteria:
a. Semua keperluan pasien dibantu
b. Perubahan posisi, observasi tanda-tanda vital dilakukan setiap 2 jam
c. Makan melalui slang (NGT/pipa lambung), terapi intravena
d. Dilakukan penghisapan lendir
e. Gelisah/disorientasi.

Tingkat Ketergantungan Pasien Menurut Hanson:


 Kategori I : Self Care
Biasanya membutuhkan waktu 1 - 2 jam dengan waktu rata-rata efektif, 1,5 jam / 24 jam.
 Kategori II: Minimal Care
Biasanya membutuhkan 3 - 4 jam dengan waktu rata-rata efektif 3,5 jam / 24 jam.
 Kategori III: Intermediate Care
Biasanya membutuhkan 5 - 6 jam dengan waktu rata-rata efektif 5,5 jam / 24 jam.
 Kategori IV: Modified Intensive Care
Biasanya membutuhkan 7 - 8 jam dengan waktu rata-rata efektif 7,5 jam / 24 jam.
 Kategori V: Intensive Care
Biasanya membutuhkan 10 - 14 jam dengan waktu rata-rata efektif 12 jam / 24 jam.

Bimbingan Belajar Appskep Indonesia | Hal. 8


PENUGASAN KEPALA RUANGAN, KETUA TIM, DAN PERAWAT PELAKSANA
1. KEPALA RUANGAN
Fungsi:
a) Menentukan standar pelaksanaan kerja.
b) Memberi pengarahan kepada ketua dan anggota tim.
c) Supervisi dan evaluasi tugas staf.

Uraian tugas:

PERENCANAAN PENGORGANISASIAN DAN KETENAGAAN

- Menunjuk ketua tim yang bertugas di kamar - Merumuskan metode penugasan keperawatan.
masing-masing. - Merumuskan tujuan dari metode penugasan
- Mengikuti serah terima pasien dari shift keperawatan.
sebelumnya. - Merumuskan rincian tugas ketua tim dan anggota
- Mengidentifikasi tingkat ketergantungan tim secara jelas.
pasien. - Membuat rentang kendali diruang rawat.
- Mengidentifikasi jumlah perawat yang - Mengatur dan mengendalikan tenaga
dibutuhkanberdasarkan aktivitas dan keperawatan, misal: membuat roster dinas,
kebutuhan pasien. mengatur tenaga yang ada setiap hari sesuai
- Merencanakan metode penugasan dan dengan jumlah dan kondisi pasien.
penjadwalan staf. - Mengatur dan mengendalikan pelaksanaan
- Merencanakan strategi pelaksanaan asuhan asuhan keparawatan dalam bentuk diskusi,
keperawatan. bimbingan dan penyampaian informasi.
- Merencanakan kebutuhan logistik dan - Mengatur dan mengendalikan logistik dan
fasilitas ruangan kelolaan. fasilitas ruangan
- Melakukan pelaporan dan - Mengatur dan mengendalikan situasi lahan
pendokumentasian praktek.
- Mendelegasikan tugas kepada ketua tim.
- Melakukan koordinasi dengan tim kesehatan lain.
- Melakukan pelaporan dan pendokumentasian.

Bimbingan Belajar Appskep Indonesia | Hal. 9


PENGARAHAN PENGAWASAN

- Memberi pengarahan tentang penugasan kepada - Melalui komunikasi: mengawasi dan


ketua tim. berkomunikasi langsung dengan ketua tim
- Memberikan pengarahan kepada ketua tim maupun anggota tim/ pelaksana mengenai
tentang pelaksanaan asuhan keperawatan dan asuhan keperawatan yang diberikan secara
fungsi-fungsi manajemen. langsung kepada pasien.
- Menginformasikan hal-hal yang dianggap penting - Melalui evaluasi: mengevaluasi upaya/ kerja
dan berhubungan dengan asuhan keperawatan ketua tim dan anggota tim/ pelaksana dan
pasien. membandingkan dengan peran masing-
- Memberikan motivasi dalam meningkatkan masing serta dengan rencana keperawatan
pengetahuan, keterampilan dan sikap. yang telah disusun.
- Melalui supervisi: - Memberi umpan balik kepada ketua tim.
 Supervisi langsung terhadap pelaksanaan - Mengatasi masalah dan menetapkan upaya
asuhan keperawatan melalui pengamatan tindak lanjut.
sendiri atau laporan langsung secara lisan - Pengendalian logistik dan fasilitas ruangan.
dari ketua tim. - Memperhatikan aspek etik dan legal dalam
 Supervisi tidak langsung dengan cara pelayanan keperawatan.
mengecek, membaca dan memeriksa - Melakukan pelaporan dan
rencana keperawatan serta catatan yang pendokumentasian.
dibuat selama dan sesudah proses
keperawatan dilaksanakan.
 Memperbaiki, mengatasi kelemahan atau
kendala yang terjadi pada saat itu juga.
- Membimbing bawahan yang kesulitan dalam
melaksanakan tugasnya.
- Memberi pujian kepada bawahan yang
melaksanakan tugas dengan baik.
- Memberi teguran kepada bawahan yang
membuat kesalahan.
- Melibatkan bawahan sejak awal hingga akhir
kegiatan.
- Melakukan pelaporan dan pendokumentasian.

Gaya kepemimpinan yang bisa diterapkan: demokratis, autokratis, partisipasif


Peran manajerial: informasional, interpersonal, decisional.

2. KETUA TIM
Fungsi:
a) Membuat perencanaan berdasarkan tugas dan kewenangannya yang didelegasikan oleh kepala
ruangan.

Bimbingan Belajar Appskep Indonesia | Hal. 10


b) Membuat penugasan, supervisi dan evaluasi kinerja anggota tim/pelaksana.
c) Mengetahui kondisi pasien dan dapat menilai kebutuhan pasien.
d) Mengembangkan kemampuan anggota tim/pelaksana.
e) Menyelenggarakan konferensi

Uraian Tugas:

PERENCANAAN PENGORGANISASIAN DAN KETENAGAAN

- Mengikuti serah terima pasien dari shift - Merumuskan tujuan dari metode penugasan
sebelumnya bersama kepala ruangan keperawatan tim.
- Bersama kepala ruangan melakukan - Bersama kepala ruangan membuat rincian tugas
pembagian tugas untuk anggota untuk anggota tim/pelaksana sesuai dengan
tim/pelaksana. perencanaan terhadap pasien yang menjadi
- Menyusun rencana asuhan keperawatan. tanggung jawabnya dalam pemberian asuhan
- Menyiapkan keperluan untuk pelaksanaan keperawatan.
asuhan keperawatan. - Melakukan pembagian kerja anggota tim/
- Memberi pertolongan segera pada pasien pelaksana sesuai dengan tingkat
dengan masalah kedaruratan. ketergantungan pasien.
- Melakukan ronde keperawatan bersama - Melakukan koordinasi pekerjaan dengan tim
kepala ruangan. kesehatan lain.
- Mengorientasikan pasien baru. - Mengatur waktu istirahat untuk anggota tim/
- Melakukan pelaporan dan pendokumentasian pelaksana.
- Mendelegasikan tugas pelaksanaan proses
keperawatan kepada anggota tim/pelaksana.
- Melakukan pelaporan dan pendokumentasian.

Bimbingan Belajar Appskep Indonesia | Hal. 11


PENGARAHAN PENGAWASAN

- Memberi pengarahan tentang tugas setiap - Melalui komunikasi: mengawasi dan


anggota tim/ pelaksana. berkomunikasi langsung dengan anggota tim/
- Memberikan informasi kepada anggota tim/ pelaksana asuhan keperawatan kepada pasien.
pelaksana yang berhubungan dengan asuhan - Melalui supervisi: melihat/ mengawasi
keperawatan pelaksanaan asuhan keperawatan dan catatan
- Melakukan bimbingan kepada anggota tim/ keperawatan yang dibuat oleh anggota tim/
pelaksana yang berhubungan dengan asuhan pelaksana serta menerima/ mendengar laporan
keperawatan. secara lisan dari anggota tim/pelaksana tentang
- Memberi pujian kepada anggota tim/ tugas yang dilakukan.
pelaksana yang melaksanakan tugasnya - Memperbaiki, mengatasi kelemahan atau
dengan baik, tepat waktu, berdasarkan kendala yang terjadi pada saat itu juga.
prinsip, rasional dan kebutuhan pasien - Melalui evaluasi:
- Memberi teguran kepada anggota  Mengevaluasi kinerja dan laporan anggota
tim/pelaksana yang melalaikan tugas atau tim/ pelaksana dan membandingkan
membuat kesalahan. dengan peran masing-masing serta dengan
- Memberi motivasi kepada anggota rencana keperawatan yang telah disusun.
tim/pelaksana.  Penampilan kerja anggota tim/ pelaksana
- Melibatkan anggota tim/ pelaksana dari awal dalam melaksanakan tugas.
sampai dengan akhir kegiatan.  Upaya peningkatan kemampuan,
- Melakukan pelaporan dan keterampilan dan sikap.
pendokumentasian. - Memberi umpan balik kepada anggota tim/
pelaksana.
- Mengatasi masalah dan menetapkan upaya
tindak lanjut.
- Memperhatikan aspek etik dan legal dalam
pelaksanaan asuhan keperawatan.
- Melakukan pelaporan dan pendokumentasian.

Gaya kepemimpinan yang bisa diterapkan: demokratis, autokratis, partisipasif


Peran manajerial: informasional, interpersonal, decisional.

Bimbingan Belajar Appskep Indonesia | Hal. 12


3. PERAWAT PELAKSANA/ANGGOTA TIM
Uraian Tugas:

PERENCANAAN PENGORGANISASIAN DAN KETENAGAAN

- Bersama kepala ruang dan ketua tim - Menerima penjelasan tujuan dari metode
mengadakan serah terima tugas. penugasan keperawatan tim.
- Menerima pembagian tugas dari ketua tim. - Menerima rincian tugas dari ketua tim sesuai
- Bersama ketua tim menyiapkan keperluan dengan perencanaan terhadap pasien yang
untuk pelaksanaan asuhan keperawatan. menjadi tanggung jawabnya dalam pemberian
- Mengikuti ronde keperawatan bersama kepala asuhan keperawatan.
ruangan. - Melaksanakan tugas yang diberikan oleh ketua
- Menerima pasien baru. tim.
- Melakukan pelaporan dan pendokumentasian - Melaksanakan koordinasi pekerjaan dengan
tim kesehatan lain
- Menyesuaikan waktu istirahat dengan anggota
tim/ pelaksana lainnya.
- Melaksanakan asuhan keperawatan.
- Menunjang pelaporan dan pendokumentasian
tindakan keperawatan yang dilakukan

PENGARAHAN PENGAWASAN
- Menerima pengarahan dan bimbingan dari - Menyiapkan dan menunjukkan bahan yang
ketua tim tentang tugas setiap anggota tim/ diperlukan untuk proses evaluasi serta terlibat
pelaksana. aktif dalam mengevaluasi kondisi pasien.
- Menerima informasi dari ketua tim b.d asuhan - Menunjang pelaporan dan pendokumentasian
keperawatan.
- Menerima pujian dari ketua tim.
- Dapat menerima teguran dari ketua tim
apabila melalaikan tugas atau membuat
kesalahan.
- Mempunyai motivasi terhadap upaya
perbaikan
- Terlibat aktif dari awal sampai dengan akhir
kegiatan.
- Menunjang pelaporan dan
pendokumentasian.

Bimbingan Belajar Appskep Indonesia | Hal. 13


PERAN DAN FUNGSI PERAWAT

Pada masa lalu pelayanan di bidang keperawatan lebih menuntut perawat untuk memiliki
pengetahuan dan keterampilan dalam memberikan pelayanan dan kenyamanan pada klien yang
memerlukanya, ini merupakan yang fungsi spesifik keperawatan pada masa lalu.
Namun sekarang ini telah terjadi perubahan peran perawat menjadi lebih luas dengan
penekanan pada peningkatan kesehatan, pencegahan penyakit dan memandang klien secara
komprehensif baik pada kondisi sehat maupun sakit. Peran yang harus dilakukan perawat sekarang ini
meliputi; pemberi perawatan, pembuat keputusan klinik dan etik, pelindung dan advokat bagi klien,
manager kasus/keperawatan, rehabilitator, pembuat kenyamanan, komunikator dan pendidik.

PERAN PERAWAT
Peran perawat diartikan sebagai tingkah laku yang diharapkan oleh orang lain terhadap
seseorang sesuai dengan kedudukan dalam sistem, dimana dapat dipengaruhi oleh keadaan sosial baik
dari profesi perawat maupun dari luar profesi keperawatan yang bersifat konstan.

Peran perawat menurut beberapa ahli sebagai berikut:


a. Peran perawat menurut Konsorsium Ilmu Kesehatan tahun 1989
1) Pemberi asuhan keperawatan, dengan memperhatikan keadaan kebutuhan dasar manusia
yang dibutuhkan melalui pemberian pelayanan keperawatan dengan menggunakan proses
keperawatan dari yang sederhana sampai dengan kompleks.
2) Advokat pasien /klien, dengan menginterprestasikan berbagai informasi dari pemberi
pelayanan atau informasi lain khususnya dalam pengambilan persetujuan atas tindakan
keperawatan yang diberikan kepada pasien, mempertahankan dan melindungi hak-hak pasien.
3) Pendidik /Edukator, perawat bertugas memberikan pendidikan kesehatan kepada klien dalam
hal ini individu, keluarga, serta masyarakat sebagai upaya menciptakan perilaku
individu/masyarakat yang kondusif bagi kesehatan.
4) Koordinator, dengan cara mengarahkan, merencanakan serta mengorganisasi pelayanan
kesehatan dari tim kesehatan sehingga pemberian pelayanan kesehatan dapat terarah serta
sesuai dengan kebutuhan klien.
5) Kolaborator, peran ini dilakukan karena perawat bekerja melalui tim kesehatan yang terdiri
dari dokter, fisioterapis, ahli gizi dan lain-lain berupaya mengidentifikasi pelayanan
keperawatan yang diperlukan termasuk diskusi atau tukar pendapat dalam penentuan bentuk
pelayanan selanjutnya.

Bimbingan Belajar Appskep Indonesia | Hal. 14


6) Konsultan, perawat sebagaitempat konsultasi terhadap masalah atau tindakan keperawatan
yang tepat untuk diberikan. Peran ini dilakukan atas permintaan klien terhadap informasi
tentang tujuan pelayanan keperawatan yang diberikan.
7) Peran perawat sebagai pengelola (manager). Perawat mempunyai peran dan tanggung jawab
dalam mengelola layanan keperawatan di semua tatanan layanan kesehatan (rumah sakit,
puskesmas, dan sebagainya) maupun tatanan pendidikan yang berada dalam tanggung
jawabnya sesuai dengan konsep manajemen keperawatan.
8) Peneliti dan pengembangan ilmu keperawatan, sebagai sebuah profesi dan cabang ilmu
pengetahuan, keperawatan harus terus melakukan upaya untuk mengembangkan dirinya.
Oleh karena itu, setiap perawat harus mampu melakukan riset keperawatan. Ada beberapa
hal yang harus dijadikan prinsip oleh perawat dalam melaksanakan peran dan fungsinya
dengan baik dan benar. Prinsip tersebut harus menjiwai setiap perawat ketika memberi
layanan keperawatan kepada klien.

b Peran Perawat Menurut Hasil “Lokakarya Nasional Keperawatan, 1983 ”


1) Pelaksana Pelayanan Keperawatan, perawat memberikan asuhan keperawatan baiK langsung
maupun tidak langsung dengan metode proses keperawatan.
2) Pendidik dalam Keperawatan, perawat mendidik individu, keluarga, kelompok dan masyarakat
serta tenaga kesehatan yang berada di bawah tanggung jawabnya.
3) Pengelola pelayanan Keperawatan, perawat mengelola pelayanan maupun pendidikan
keperawatan sesuai dengan manajemen keperawatan dalam kerangka paradigm
keperawatan.
4) Peneliti dan Pengembang pelayanan Keperawatan, perawat melakukan identifikasi masalah
penelitian, menerapkan prinsip dan metode penelitian, serta memanfaatkan hasil penelitian
untuk meningkatkan mutu asuhan atau pelayanan dan pendidikan keperawatan.

FUNGSI PERAWAT

Bimbingan Belajar Appskep Indonesia | Hal. 15


Fungsi perawat adalah suatu pekerjaan atau kegiatan yang dilakukan sesuai dengan perannya.
Fungsi tersebut dapat berubah disesuaikan dengan keadaan yang ada, perawat dalam menjalankan
perannya memiliki beberapa fungsi, seperti:
1. Fungsi Independen
Merupakan fungsi mandiri dan tidak tergantung pada orang lain, dimana perawat dalam
melaksanakan tugasnya dilakukan secara sendiri dengan keputusan sendiri dalam melakukan
tindakan dalam rangka memenuhi kebutuhan dasar manusia seperti pemenuhan kebutuhan
fisiologis (pemenuhan kebutuhan oksigenasi, pemenuhan kebutuhan cairan dan elektrolit,
pemenuhan kebutuhan nutrisi, pemenuhan kebutuhan aktifitas dan lain-lain), pemenuhan
kebutuhan keamanan dan kenyamanan, pemenuhan cinta mencintai, pemenuhan kebutuhan
harga diri dan aktualisasi diri.

2. Fungsi Dependen
Merupakan fungsi perawat dalam melaksanakan kegiatan atas pesan atau instruksi dari perawat
lain. Sehingga sebagian tindakan pelimpahan tugas yang di berikan. Hal ini biasanya dilakukan oleh
perawat spesialis kepada perawat umum atau dari perawat primer ke perawat pelaksana.

3. Fungsi Interdependen
Fungsi ini dilakukan dalam kelompok tim yang bersifat saling ketergantungan di antara tim satu
dengan yang lainnya. Fungsi ini dapat terjadi apabila bentuk pelayanan membutuhkan kerja sama
tim dalam pemberian pelayanan seperti dalam memberikan asuhan keperawatan pada penderita
yang mempunyapenyakit kompleks. Keadaan ini tidak dapat diatasi dengan tim perawat saja
melainkan juga dari dokter ataupun yang lainnya.

Bimbingan Belajar Appskep Indonesia | Hal. 16


MODALITAS KEPERAWATAN
1. Diskusi Refleksi Kasus
Diskusi Refleksi Kasus (DRK) merupakan komponen yang sangat efektif dan efisien untuk
mengembangkan pengetahuan, pengalaman dan akuntabilitas perawat. Pelaksanaan diskusi
sesuai dengan rekomendasi yang dianjurkan oleh DepKes yaitu bahwa kasus yang disajikan
merupakan kasus klinis maupun manajemen. Hasil penelitian yang dilakukan Ahmad Iqbal (2013)
menjelaskan bahwa diskusi refleksi kasus mampu meningkatkan individu dalam membuat
perencanaan dan efektif dalam upaya mengembangkan mutu keperawatan. Penelitian Mawardi
Pamungkas (2011) menunjukan hasil bahwa perawat merasa puas dengan hasil pembelajaran
melalui DRK, tetapi diperlukan pembentukan tim monitoring untuk pelaksanaan DRK, pemberian
reward untuk meningkatkan motivasi peserta diskusi dan perlu adanya dukungan stakeholder
rumah sakit. Hasil penelitian lain oleh Chi Yi Wu (2014) menyatakan bahwa dengan melakukan
discussion group perawat menunjukkan perbaikan perilaku yang signifikan dan konsisten terhadap
tindakan keperawatan setelah diadakannya kegiatan diskusi.
Manfaat DRK antara lain seorang perawat bias introspeksi diri terhadap tindakan atau kegiatan
kerja yang dilakukan sehingga akan meingkatkan kualitas keja yang diharapkan (Ahmad I, Said HB
Zed, at al, 2013) Diskusi dengan berdasarkan pada kasus mampu meningkatkan kualitas
pembelajaran dan pemberian umpan baik. Diskusi refleksi kasus yang dilakukan secara
berkelompok dapat meningkatkan kerjasama tim dan meningkatkan kemampuan berfikir kritis
dalam hubungan interpersonal serta mempunyai dampak positif terhadap pengetahuan klinis
perawat (Chris Dawber, 2013).
2. Handover / Serah Terima Pasien
Handover adalah proses pengalihan wewenang dan tanggung jawab utama untuk memberikan
perawatan klinis kepada pasien dari satu pengasuh ke salah satu pengasuh yang lain. Pengasuh
termasuk dokter jaga, dokter tetap ruang rawat, asisten dokter, praktisi perawat, perawat
terdaftar, dan perawat praktisi berlisensi. (The Joint Commission Journal on Quality and Patient
Safety, 2010). Sedangkan Australian Medical Association (2006), mendefinisikan handover sebagai
transfer tanggung jawab profesional dan akuntabilitas untuk beberapa atau semua aspek
perawatan untuk pasien, atau kelompok pasien, kepada orang lain atau kelompok profesional
secara sementara atau permanen.
3. Ronde Keperawatan
Ronde Keperawatan adalah suatu kegiatan yang bertujuan untuk mengatasi masalah keperawatan
klien yang dilaksanakan oleh perawat, disamping klien dilibatkan untuk membahas dan

Bimbingan Belajar Appskep Indonesia | Hal. 17


melaksanakan asuhan keperawatan pada kasus tertentu yang dilakukan oleh kepala tim (KATIM),
kepala ruangan, PA, serta melibatkan seluruh anggota tim .
4. Supervisi
Suatu tindakan merencanakan, mengarahkan, membimbing, mengajar, mengobservasi,
mendorong, memperbaiki, mempercayai, mengevaluasi secara terus menerus pada setiap
perawat dengan sabar, adil serta bijaksana (Kron, 1987).
5. Pre Conference
Suatu tindakan yang dilakukan oleh katim dan perawat pelaksana setelah selesai operan untuk
rencana kegiatan pada shift tersebut yang dipimpin oleh ketua tim atau penanggung jawab tim.
6. Post Conference
Suatu komunikasi katim dan perawat pelaksana tentang hasil kegiatan sepanjang shift dan
sebelum operan kepada shift berikut. Isi post conference adalah hasil askep tiap perawatan dan
hal penting untuk operan (tindak lanjut). Post conference dipimpin oleh katim atau Pj tim (Modul
MPKP, 2006)
7. Komunikasi S-BAR
SBAR adalah Kerangka komunikasi efektif yang digunakan di rumah sakit yang terdiri dari Situation,
Background, Assessment, Recommendation. Metoda komunikasi ini digunakan pada saat
perawat melakukan timbang terima (handover) ke pasien.
JENIS KONFLIK
Menurut James A.F. Stoner dan Charles Wankel dikenal ada lima jenis konflik, diantaranya :
1. Konflik Intrapersonal
Konflik intrapersonal adalah konflik seseorang dengan dirinya sendiri. Konflik terjadi bila pada
waktu yang sama seseorang memiliki dua keinginan yang tidak mungkin dipenuhi sekaligus.
2. Konflik Interpersonal
Konflik Interpersonal adalah pertentangan antar seseorang dengan orang lain karena
pertentangan kepentingan atau keinginan. Hal ini sering terjadi antara dua orang yang berbeda status,
jabatan, bidang kerja dan lain-lain.
Konflik interpersonal ini merupakan suatu dinamika yang amat penting dalam perilaku organisasi.
Karena konflik semacam ini akan melibatkan beberapa peranan dari beberapa anggota organisasi yang
bisa mempengaruhi proses pencapaian tujuan organisasi tersebut.
3. Konflik antar individu-individu dan kelompok
Hal ini seringkali berhubungan dengan cara individu menghadapi tekanan-tekanan untuk mencapai
konformitas, yang ditekankan kepada mereka oleh kelompok kerja mereka. Sebagai contoh: individu

Bimbingan Belajar Appskep Indonesia | Hal. 18


yang dihukum oleh kelompok kerjanya karena ia tidak dapat mencapai norma-norma produktivitas
kelompok dimana berada.
4. Konflik antara kelompok dalam organisasi yang sama (Intergroup)
Konflik ini merupakan tipe konflik yang banyak terjadi di dalam organisasi-organisasi. Konflik antar
anggota kelompok yang satu dengan anggota kelompok lainnya, anggota kelompok pekerja dan
anggota manajemen merupakan dua macam contoh konflik antar kelompok yang biasanya terjadi.
5. Konflik antar organisasi
Konflik antar organisasi adalah pertentangan antara organisasi yang satu dengan organisasi lainnya
karena pertentangan kepentingan atau keinginan. Konflik bisa juga terjadi karena adanya
ketidakcocokan suatu badan terhadap kinerja suatu organisasi.

KOMPENSASI / MOTIVASI
Kompensasi adalah sebagai pemberian imbalan jasa yang layak dan adil kepada karyawan-karyawan
karena mereka telah memberi sumbangan kepada pencapaian organisasi. (Suwatno, 2001).

JENIS-JENIS KOMPENSASI
Pada dasarnya kompensasi dapat dikelompokkan ke dalam dua kelompok, yaitu kompensasi finansial
dan kompensasi bukan finansial. Selanjutnya kompensasi finansial ada yang langsung dan ada yang
tidak langsung. Sedangkan kompensasi non-finansial dapat berupa pekerjaan dan lingkungan
pekerjaan.
Menurut Monday dan Noe (1996) dapat diketahui bahwa kompensasi keuangan langsung terdiri atas
gaji, upah dan insentif (komisi dan bonus). Sedangkan kompensasi keuangan tidak langsung dapat
berubah berbagai macam fasilitas dan tunjangan.
1. Gaji
Gaji adalah imbalan finansial yang dibayarkan kepada karyawan secara teratur, seperti tahunan,
caturwulan, bulanan atau mingguan. Harder (1992) mengemukakan bahwa gaji merupakan jenis
penghargaan yang paling penting dalam organisasi.
2. Upah
Upah merupakan imbalan finansial langsung yang dibayarkan kepada para pekerja berdasarkan jam
kerja, jumlah barang yang dihasilkan atau banyaknya pelayanan yang diberikan. Jadi tidak seperti gaji
yang jumlahnya relatif tetap, besarnya upah dapat berubah-ubah. Pada dasarnya, gaji atau upah
diberikan untuk menarik calon pegawai agar mau masuk menjadi karyawan.

Bimbingan Belajar Appskep Indonesia | Hal. 19


3. Insentif
Insentif merupakan imbalan langsung yang dibayarkan kepada karyawan karena kinerjanya melebihi
standar yang ditentukan. Dengan meng-asumsikan bahwa uang dapat digunakan untuk mendorong
karyawan bekerja lebih giat lagi, maka mereka yang produktif lebih menyukai gajinya dibayarkan
berdasarkan hasil kerja. Untuk itu diperlukan kemam-puan untuk menentukan standar yang tepat.
Tidak terlalu mudah untuk dicapai dan juga tidak terlalu sulit. Standar yang terlalu mudah tentunya
tidak menguntungkan bagi perusahaan. Sedangkan yang terlalu sulit menyebabkan karyawan frustrasi.
4. Kompensasi tidak langsung (fringe benefit)
Fringe benefit merupakan kompensasi tambahan yang diberikan berdasarkan kebijaksanaan
perusahaan terhadap semua karyawan dalam usaha meningkatkan kesejahteraan para karyawan.
Contohnya asuransi kesehatan, asuransi jiwa, dan bantuan perumahan. Penghargaan itu diberikan
untuk berbagai macam tujuan.

Bimbingan Belajar Appskep Indonesia | Hal. 20


KOMUNIKASI TERAPEUTIK
Ada beberapa fase Komunikasi Terapeutik :
1. Pre orientasi.
Ini merupakan tahap persiapan sebelum melakukan interaksi dengan pasien. Hal-hal yang biasanya
disiapkan adalah persiapan diri dan pasien, penetapan perkembangan interaksi dan rencana
interaksi dengan pasien.

2. Orientasi (Orientation).
Pada fase ini hubungan yang terjadi masih dangkal dan komunikasi yang terjadi bersifat
penggalian informasi antara perawat dan pasien.
Tujuan tahap orientasi adalah
a. mengevaluasi kondisi pasien
b. memvalidasi rencana yang telah Perawat buat sesuai dengan keadaan pasien saat ini
c. mengevaluasi hasil tindakan yang lalu. Umumnya dikaitkan dengan hal yang telah dilakukan
bersama pasien.
d. Menyepakati kontrak/pertemuanmeliputi waktu, tempat dan topik.

3. Fase kerja (Working)


Pada fase ini perawat dituntut untuk bekerja keras untuk memenuhi tujuan yang telah ditetapkan
pada fase orientasi. Bekerja sama dengan pasien untuk berdiskusi tentang masalah-masalah yang
merintangi pencapaian tujuan. Fase ini terdiri dari dua kegiatan pokok yaitu menyatukan proses
komunikasi dengan tindakan perawatan dan membangun suasana yang mendukung untuk proses
perubahan.

4. Fase penyelesaian (Terminasi)


Pada terminasi perawat melakukan evaluasi terhadap hasil tindakan yang telah dilakukan pada
tahap kerja berupa evaluasi subyektif dan obyektif, memberikan anjuran pada pasien (tindak
lanjut) terhadap tindakan yang telah dilakukan dan membuat perjanjian (kontrak) untuk
pertemuan berikutnya.
Evaluasi hasil :
a. Evaluasi subyektif: mengevaluasi perasaan pasien setelah melakukan kegiatanb.
b. Evaluasi obyektif: mengevaluasi pasien untuk menyebutkan kembali kegiatan yang telah
dilakukan.

Bimbingan Belajar Appskep Indonesia | Hal. 21


Tindak lanjut : meminta pasien untuk memasukkan kegiatan ke dalam kegiatan harian pasien
Membuat kontrak yang akan datang meliputi topik,waktu dan tempat

JENIS UPAYA PELAYANAN KESEHATAN


1. Promotif
Promotion of health yang terjemahan aslinya adalah promosi kesehatan, merupakan tingkatan
pencegahan pertama, yang oleh para ahli Kesehatan Masyarakat di Indonesia diartikan sebagai
peningkatan kesehatan.
Hal ini dikarenakan makna yang terkandung di dalam istilah promotion of health tersebut adalah
meningkatkan kesehatan seseorang, yaitu dengan melaui asupan gizi seimbang, olah raga teratur, dan
lain sebagainya agar orang tersebut tetap sehat, tidak terserang penyakit.
Pendidikan kesehatan adalah suatu kegiatan untuk membantu indivudu, kelompok atau
masyarakat dalam meningkatkan kemampuan atau perilakunya, untuk mencapai kesehatan secara
optimal.
Promosi kesehatan adalah proses untuk kemampuan masyarakat dalam memelihara dan
meningkatkan kesehatannya. Untuk mencapai derajat kesehatan yang sempurna, baik fisik, mental,
dan sosial, maka masyarakat harus mampu mengenal serta mewujudkan aspirasinya, kebutuhannya,
dan mampu mengubah atau mengatasi lingkungannya.

2. Preventif
Istilah preventif diartikan sebagai "pencegahan". Yang dimaksud dengan preventif kesehatan atau
upaya kesehatan preventif adalah suatu upaya melakukan berbagai tindakan untuk menghindari
terjadinya berbagai masalah kesehatan yang mengancam diri kita sendiri maupun orang lain di masa
yang akan datang.
Usaha pencegahan suatu penyakit lebih baik dari pada mengobati, hal ini dikarenakan usaha
pencegahan suatu penyakit akan memunculkan hasil yang lebih baik dan biaya yang lebih murah.
Menurut H.R. Leavell dan E.G. Clark usaha pencegahan (preventif) penyakit dapat dilakukan dalam
lima tingkatan yang dapat dilakukan, yaitu:
a. Pada Masa Sebelum Sakit, yaitu dengan :
 mempertinggi nilai kesehatan (health promotion).
 memberikan perlindungan khusus terhadap suatu penyakit (specific protection).

Bimbingan Belajar Appskep Indonesia | Hal. 22


b. Pada Masa Sakit, yaitu dengan :
 mengenal dan mengetahui jenis penyakit pada tingkat awal, serta mengadakan
pengobatan yang tepat dan segera (early diagnosis and prompt treatment).
 pembatasan kecacatan dan berusaha untuk menghilangkan gangguan kemampuan
bekerja yang diakibatkan oleh suatu penyakit (disibility limitation).
 rehabilitasi (rehabilitation).

3. Kuratif
Istilah kuratiff diartikan sebagai "penyembuhan". Yang dimaksud dengan kuratif kesehatan atau
upaya kesehatan kuratif adalah suatu upaya kesehatan yang dilakukan untuk mencegah penyakit
menjadi lebih parah melalui pengobatan.
Upaya kesehatan kuratif juga dapat diartikan sebagai usaha medis yang dilakukan untuk
menyembuhkan atau mengurangi rasa sakit yang diderita seseorang. Termasuk dalam tindakan ini
adalah mengenal dan mengetahui jenis penyakit pada tingkat awal serta mengadakan pengobatan
yang tepat dan segera.
Tujuan utama dari usaha pengobatan (kuratif) adalah pengobatan yang setepat-tepatnya dan
secepat-cepatnya dari setiap jenis penyakit sehingga tercapai penyembuhan yang sempurna dan
segera.

4. Rehabilitatif
Istilah rehabilitatif diartikan sebagai "pemulihan". Yang dimaksud dengan rehabilitatif
kesehatan atau upaya kesehatan rehabilitatif adalah suatu upaya maupun rangkaian kegiatan yang
ditujukan kepada bekas penderita (pasien yang sudah tidak menderita penyakit) agar dapat
berinteraksi secara normal dalam lingkungan sosial.
Usaha rehabilitatif ini memerlukan bantuan dan pengertian dari seluruh anggota masyarakat untuk
dapat mengerti dan memahami keadaan mereka (bekas penderita), sehingga memudahkan mereka
(bekas penderita) dalam proses penyesuaian dirinya dalam masyarakat dengan kondisinya yang
sekarang ini.
 Rehabilitasi fisik, yaitu agar penderita memperoleh perbaikan fisik semaksimalnya.
 Rehabilitasi mental, yaitu agar bekas penderita dapat menyesuaikan diri dalam hubungan
perorangan dan sosial secara memuaskan.

Bimbingan Belajar Appskep Indonesia | Hal. 23


 Rehabilitasi sosial vokasional, yaitu agar bekas penderita menempati suatu pekerjaan atau
jabatan dalam masyarakat dengan kapasitas kerja yang semaksimal mungkin sesuai dengan
kemampuannya.
 Rehabilitasi aesthetis, yaitu usaha yang dilakukan untuk mengembalikan rasa keindahan dari
bagian anggota tubuh, walaupun fungsinya tidak bekerja seperti anggota tubuh aslinya.

Yang dimaksud dengan promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif sebagai pendekatan pelayanan
kesehatan tersebut di atas, dijelaskan dalam ketentuan Pasal 1 angka 12 sampai dengan angka 15
Undang-Undang Nomor : 36 Tahun 2009, yaitu sebagai berikut.
a. Pelayanan kesehatan promotif, yaitu suatu kegiatan dan/atau serangkaian kegiatan pelayanan
kesehatan yang lebih mengutamakan kegiatan yang bersifat promosi kesehatan.
b. Pelayanan kesehatan preventif, yaitu suatu kegiatan pencegahan terhadap suatu masalah
kesehatan/penyakit.
c. Pelayanan kesehatan kuratif, yaitu suatu kegiatan dan/atau serangkaian kegiatan pengobatan
yang ditujukan untuk penyembuhan penyakit, pengurangan penderitaan akibat penyakit,
pengendalian penyakit, atau pengendalian kecacatan agar kualitas penderita dapat terjaga
seoptimal mungkin.
d. Pelayanan kesehatan rehabilitatif, yaitu kegiatan dan/atau serangkaian kegiatan untuk
mengembalikan bekas penderita ke dalam masyarakat sehingga dapat berfungsi lagi sebagai
anggota masyarakat yang berguna untuk dirinya dan masyarakat semaksimal mungkin sesuai
dengan kemampuannya.

Bimbingan Belajar Appskep Indonesia | Hal. 24

Anda mungkin juga menyukai