Anda di halaman 1dari 23

MAKALAH

PROSES LAKTASI DAN MENYUSUI

Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Askeb Nifas dan Menyusui

DOSEN PENGAMPU :
Reni Wahyu Triningsih, SST., M.Kes.

DISUSUN OLEH :
Kelompok 2/ Semester 5/ Kelas A
1. Clariya Devi Utami (P17311211001)
2. Alsyahra Najwa Marshella (P17311211002)
3. Vivi Tiara Putri (P17311211005)
4. Nurulloh Oktavia K. M. W. (P17311211007)
5. Yasmin Firdausi (P17311211009)
6. Aurelia Corrina Orizanty (P17311211011)
7. Hayunda Shasta Deasy (P17311211020)
8. Fransisca Erlita Dewi (P17311213033)
9. Galuh Dwi Septianingrum (P17311213035)
10. Icha Dwi Febrean (P17311213038)

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MALANG
JURUSAN KEBIDANAN
PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN KEBIDANAN
TAHUN AJARAN 2023/2024
KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kasih dan sayang Allah SWT., atas budi dan akhlak, serta
nikmat sehat yang dilimpahkan sehingga kami berhasil menyelesaikan makalah
ini guna memenuhi tugas mata kuliah Asuhan Kebidanan Nifas dan Menyusui
dengan judul “PROSES LAKTASI DAN MENYUSUI”.
Kami tentu menyadari bahwa keberhasilan tersebut tidak luput dari
bantuan segala pihak yang telah terlibat. Untuk itu, kami mengucapkan terima
kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Allah SWT. yang telah memberikan rahmat dan karunia sehingga kami
dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini dengan tepat waktu,
2. Kedua orang tua dan keluarga besar yang memberi dukungan moral,
finansial dan, spiritual,
3. Bapak dan Ibu dosen yang telah membimbing kami dalam mencari ilmu
dan pemahaman yang baik,
4. Reni Wahyu Triningsih, SST., M.Kes. selaku dosen pengampu,
5. Rekan-rekan kelompok dua yang selalu bersemangat dan tulus ikhlas
dalam menjalankan tugas, serta
6. Pihak lain yang tidak dapat kami sebutkan satu per satu.
Dalam proses belajar, kami tidak menyangkal bahwa akan terdapat banyak
kekurangan maupun kesalahan pada penyusunan makalah ini. Untuk itu, kami
berharap bahwa Bapak/Ibu bisa menyampaikan kritik dan saran yang bersifat
membangun demi kesempurnaan tugas ini.

Malang, 6 September 2023

Penulis
Kelompok 2

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................ii

DAFTAR ISI.........................................................................................................iii

BAB 1......................................................................................................................1

PENDAHULUAN...................................................................................................1

1.1 Latar Belakang.............................................................................................1


1.2 Tujuan..........................................................................................................2
1.2.1 Tujuan Umum....................................................................................2
1.2.2 Tujuan Khusus...................................................................................2
1.3 Manfaat........................................................................................................3
1.3.1 Manfaat Teoritis.................................................................................3
1.3.2 Manfaat Praktis..................................................................................3

BAB 2......................................................................................................................4

PEMBAHASAN.....................................................................................................4

2.1 Perubahan Anatomi Dan Fisiologi Payudara Pada Masa Laktasi................4


2.1.1 Pembentukan Payudara (Mammogenesis).........................................4
2.1.2 Struktur Eksternal Payudara...............................................................5
2.1.3 Fisiologi Laktasi.................................................................................6
2.2 Manfaat Pemberian ASI...............................................................................8
2.3 Upaya Memperbanyak ASI..........................................................................9
2.4 Tanda Bayi Cukup ASI..............................................................................11
2.5 Pengelolaan ASIP.......................................................................................13
2.6 Dukungan Bidan dalam Pemberian ASI....................................................16

BAB 3....................................................................................................................17

PENUTUP.............................................................................................................17

3.1 Kesimpulan................................................................................................17
3.2 Saran...........................................................................................................17

DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................18

iii
iv
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pertumbuhan dan perkembangan bayi sebagian besar dipengaruhi oleh
jumlah ASI yang diterima, termasuk kandungan energi dan nutrisi lainnya di
dalamnya. ASI mampu memenuhi kebutuhan pertumbuhan hingga sekitar
enam bulan usia bayi tanpa memerlukan tambahan makanan. Setelah itu, ASI
masih berperan sebagai sumber utama protein, vitamin, dan mineral bagi bayi
yang juga mengkonsumsi makanan tambahan, terutama berbasis beras. Salah
satu faktor yang sangat berperan dalam meningkatkan kualitas manusia
adalah pemberian ASI (Pranajaya, 2017).
Proses laktasi dan menyusui adalah bagian penting dari perawatan bayi
yang baru lahir. Pembentukan ASI dimulai sejak awal kehamilan, dan status
gizi ibu selama kehamilan mempengaruhi proses laktasi. Selain faktor nutrisi,
faktor-faktor lain yang mempengaruhi keberhasilan laktasi melibatkan aspek
psikologis ibu serta kondisi fisiologis payudaranya. Upaya untuk
meningkatkan tingkat ASI eksklusif perlu dilakukan dengan tujuan membantu
ibu mencapai sukses dalam menyusui bayinya. Ini terbagi menjadi tiga tahap,
yaitu tahap antenatal (selama kehamilan), tahap prenatal (saat ibu
melahirkan), dan tahap postnatal (selama masa menyusui hingga anak
berumur 2 tahun). Manajemen laktasi adalah usaha yang dilakukan oleh ibu,
ayah, dan keluarga untuk mendukung keberhasilan menyusui. Salah satu
faktor yang berkontribusi pada pemberian ASI eksklusif adalah pemahaman
ibu tentang manajemen laktasi (Seftia, et al., 2020).
Manajemen laktasi memiliki dampak positif pada ibu, bayi, dan proses
menyusui mereka, meliputi perawatan payudara, posisi menyusui, teknik
menyusui yang benar, pengamatan teknik menyusui, cara melepaskan isapan
bayi, metode menyendawakan bayi, penyimpanan ASI, dan ekspresi ASI.
Keberhasilan pelaksanaan manajemen laktasi dalam memenuhi kebutuhan
ASI bayi bisa dipengaruhi oleh pengalaman ibu sesuai dengan status
paritasnya. (Wijayati, 2022). Penting bagi seorang ibu untuk mengelola

1
pengelolaan laktasi dengan baik agar sukses dalam memberikan ASI kepada
bayi atau anaknya, mulai dari produksi ASI hingga proses bayi menghisap
dan menelan ASI (Wahyuni, 2015). Kesuksesan dalam manajemen laktasi
sangat bergantung pada pemahaman ibu dan kemampuan ibu dalam
menerapkan teknik dan posisi menyusui yang benar, sehingga bayi atau anak
dapat menghisap ASI dengan lancar. Dengan cara ini, bayi atau anak akan
merasa kenyang dan kebutuhan nutrisinya dapat terpenuhi dengan baik.
Beberapa masalah yang sering dihadapi oleh ibu yang tidak melakukan
manajemen laktasi dengan baik meliputi ketidakbersihan payudara sebelum
menyusui anak dan masalah pelekatan karena posisi menyusui yang salah,
sehingga bayi atau anak hanya menghisap puting susu, sementara seharusnya
bagian areola juga masuk ke dalam mulut bayi atau anak untuk
memungkinkan penghisapan ASI dengan lancar. Kegiatan menyusui bagi ibu
bisa menjadi pengalaman yang menyenangkan dan memberikan manfaat
besar bagi bayi atau anak (Yuliarti & Fiva, 2010). ASI lengkap mengandung
nutrisi yang dapat meningkatkan sistem kekebalan tubuh, mencegah penyakit,
dan mendukung proses penyembuhan. Selain itu, menyusui lebih nyaman dan
ekonomis dibandingkan dengan penggunaan susu formula. ASI selalu
tersedia dan memiliki suhu yang sesuai dengan tubuh. Pada dasarnya, dalam
kondisi normal, semua wanita dapat menyusui (Djamil et al., 2018). Selama
periode menyusui, ibu melakukan upaya agar proses pemberian ASI kepada
bayi atau anaknya berjalan secara optimal (Wijayati, 2022).

1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Untuk mengetahui apa saja yang terjadi pada saat proses laktasi
dan menyusui dan dukungan apa saja yang diperlukan guna menunjang
keberhasilan proses menyusui.
1.2.2 Tujuan Khusus
1. Untuk mengidentifikasi mengenai anatomi fisiologi payudara
2. Untuk mengidentifikasi apa saja manfaat pemberian ASI
3. Untuk menganalisa apa saja yang menjadi tanda bayi cukup ASI

2
4. Untuk mengetahui peran dan tanggung jawab bidan dalam masa
pemberian ASI
5. Untuk menganalisa bagaimana pengelolaan ASIP (Air Susu Ibu
Perah)

1.3 Manfaat
1.3.1 Manfaat Teoritis
Dapat digunakan untuk mengembankan ilmu dan sebagai bahan
sumber literasi untuk penulisan berikutnya yang berkaitan dengan
proses laktasi dan menyusui
1.3.2 Manfaat Praktis
1. Bagi Penulis
Dapat mempraktikan teori yang didapat secara langsung dalam
memberikan asuhan kebidanan pada proses laktasi dan menyusui
2. Bagi Institusi.
Hasil penulisan ini dapat dijadikan perencanaan untuk
meningkatkan pengetahuan proses laktasi dan menyusui, sehingga
diharapkan ibu dapat mengatasinya dengan baik.
3. Bagi Akademisi
Hasil penulisan ini diharapkan dapat menjadi masukan dan
wawasan dalam proses belajar mengajar dan mengedukasi
masyarakat setempat mengenai proses laktasi dan menyusui.

3
BAB 2

PEMBAHASAN

2.1 Perubahan Anatomi Dan Fisiologi Payudara Pada Masa Laktasi


2.1.1 Pembentukan Payudara (Mammogenesis)
Mammogenesis adalah istilah yang digunakan untuk pembentukan
kelenjar mammae atau payudara yang terjadi dalam beberapa tahap
berikut ini (Pollard, 2015).
1. Embriogenesis
Pembentukan payudara dimulai kira-kira minggu keempat
pada masa kehamilan, baik janin laki-laki maupun janin
perempuan. Pada usia 12 hingga 16 minggu pembentukan puting
dan areola jelas tampak. Saluran-saluran laktiferus membuka ke
dalam cekungan payudara, yang kemudian terangkat menjadi
puting dan areola (Walker, 2002).
2. Pubertas
Tidak ada pertumbuhan payudara lagi sampai tingkat
pubertas, ketika kadar estrogen dan progesteron mengakibatkan
bertumbuhnya saluran-saluran laktiferus, alveoli, putting dan
areola. Penambahan ukuran payudara disebabkan oleh adanya
penimbunan jaringan lemak (Geddes, 2007).
3. Kehamilan
Pada minggu keenam kehamilan estrogen memacu
pertumbuhan saluran-saluran laktiferus, sementara progesteron,
prolaktin dan human placental lactogen (HPL) menyebabkan
timbulnya proliferasi dan pembesaran alveoli, payudara terasa berat
dan sensitif (Stables dan Rankin, 2010). Dengan bertambahnya
suplai darah, vena-vena dapat terlihat pada permukaan payudara.
Pada usia 12 minggu kehamilan terjadi pigmentasi dalam jumlah
banyak pada areola dan puting karena bertambahnya sel-sel
melanosit, yang berubah warna menjadi merah/coklat. Kelenjar
Montgomery juga lebih besar dan mulai mengeluarkan lubrikan

4
serosa untuk melindungi puting dan areola. Kira-kira pada 16
minggu, diproduksi kolustrum (laktogenesis I) di bawah pengaruh
prolaktin dan HPL, tetapi produksi yang menyeluruh ditekan oleh
bertambahnya kadar estrogen dan progesteron. Laktasi merupakan
titik dimana payudara sudah mencapai pembentukannya yang
sempurna.

2.1.2 Struktur Eksternal Payudara


Payudara berada di antara iga kedua dan keenam dari sternum
kearah tengah, melalui otot pektoralis. Kedua payudara tersebut
ditunjang oleh jaringan ikat fibrosa yang dinamakan ligamen cooper.
Setiap payudara ibu mempunyai ukuran bervariasi, ini ditentukan oleh
banyaknya jaringan lemak, dan bukan jaringan kelenjar. Ukuran
bukanlah indikator kapasitas penyimpanan rendah air ASI. Setiap
kapasitas penyimpanan ibu juga bervariasi, meskipun demikian setelah
periode 24 jam, semua ibu yang menyusui memproduksi jumlah air ASI
yang sama (rata-rata 798 g/24 jam) (Kent et al.,2006).
Daerah areola yang berwarna gelap diperkirakan diperlukan untuk
membantu bayi dalam mencari puting pada saat lahir dan bau ASI juga
diduga memantu menarik bayi untuk mengisap (suckle) payudara
(Schaal et al 2005; Geddes, 2007). Putting adalah struktur yang sensitif
dan bersifat erektil, terdiri dari otot-otot polos, kolagen dan jaringan
ikat elatis yang terdapat dalam kedua bentuk, yaitu sirkuler dan radial.
Bereaksinya puting dirangsang oleh respon-respon sentuhan dan
respon-respon otonom saraf simpatis. Puting terletak di tengah-tengah
areola, dari mana ASI dipancarkan atas permintaan. Stimulasi pada
puting menyebabkan menyemburnya air ASI melalui hipothalamus,
yang merangsang lepasnya oksitosin dari bagian posterior kelenjar
pituitari (Walker, 2002).
Pada masa laktasi terdapat banyak alveoli yang berkelompok (10-
100) membentuk lobuli (lobus-lobus kecil), yang bersatu menjadi lobus.
Alveoli sering kali digambarkan seperti seikat buah anggur seperti yang

5
terlihat pada gambar 4.1 di atas. Alveoli terdiri dari selapis laktosit yang
menghasilkan ASI (secretory epithelium), yang dikelilingi oleh jaringan
kapiler. Laktosit berbaris membentuk lumen alveoli yang berbentuk
kubus bila penuh dan berbentuk seperti kolom atau pilar yang kosong.
Masing-masing saling berhubungan dan mengatur komposisi ASI untuk
ditampung dalam lumen alveoli. Bentuk atau penuhnya laktosit inilah
yang mengatur sintesis ASI. Bila laktosit menjadi terlalu penuh dan
bentuknya berubah, daerah reseptor prolaktin tidak berfungsi, yang
menyebabkan sintesis air ASI menurun. Begitu dikosongkan, laktosit
kembali membentuk kolumner dan sintesis ASI dapat dimulai lagi. Taut
kedap mempersatukan sel-sel tersebut dan taut tersebut tertutup pada
hari-hari pertama laktasi, mencegah lewatnya molekul-molekul melalui
ruang tersebut (Pollard, 2015).

2.1.3 Fisiologi Laktasi


Laktogenesis adalah mulainya produksi ASI. Ada tiga fase
laktogenesis; dua fase awal dipicu oleh hormon atau respon
neuroendokrin, yaitu interaksi antara sistem saraf dan sistem endokrin
(neuroendocrine responses) dan terjadi ketika ibu ingin menyusui
ataupun tidak, fase ketiga adalah autocrine (sebuah sel yang
mengeluarkan hormon kimiawi yang bertindak atas kemauan sendiri),
atau atas kontrol lokal.

6
1. Kontrol neuroendokrin
Laktogenesis I terjadi pada sekitar 16 minggu kehamilan
ketika kolustrum diproduksi oleh sel-sel laktosit dibawah kontrol
neuroendokrin. Prolaktin, walaupun terdapat selama kehamilan,
dihambat oleh meningkatnya progesteron dan estrogen serta HPL
(Human Placental Lactogen), dan faktor penghambat prolaktin
(PIF = Prolactin Inhibiting Factor) dan karena hal itu produksi ASI
ditahan (Walker, 2010 cit Pollard, 2015).
Pengeluaran kolustrum pada ibu hamil, umumnya terjadi
pada kehamilan trimester 3 atau rata-rata pada usia kehamilan 34-
36 minggu. Laktogenesis II merupakan permulaan produksi ASI.
Terjadi menyusul pengeluaran plasenta dan membran-membran
yang mengakibatkan turunnya kadar progesteron, estrogen, HPL
dan PIF (kontrol neuroendokrin) secara tiba-tiba. Kadar prolaktin
meningkat dan bergabung dengan penghambat prolaktin pada
dinding sel-sel laktosit, yang tidak lagi dinonaktifkan oleh HPL dan
PIF, dan dimulailah sintesis ASI (Lawrence & Lawrence, 2005).
Laktogenesis II dimulai 30-40 jam setelah melahirkan, maka
ASI matur keluar lancar pada hari kedua atau ketiga setelah
melahirkan.
a. Prolaktin
Prolaktin merupakan hormon penting dalam pembentukan
dan pemeliharaan produksi ASI dan mencapai kadar
puncaknya setelah lepasnya plasenta dan membran (200 μg l).
b. Oksitosin
Oksitosin dilepaskan oleh kelenjar hipofisis anterior dan
merangsang terjadinya kontraksi sel-sel mioepithel di
sekeliling alveoli untuk menyemburkan (ejection) ASI melalui
duktus laktiferus. Hal ini disebut sebagai pelepasan oksitosin
(oxcytocine releasing) atau reflek penyemburan (ejection
reflex).

7
2. Kontrol autokrin
Laktogenesis III mengindikasikan pengaturan autokrin, yaitu
ketika suplai dan permintaan (demand) mengatur produksi air susu.
Sebagaimana respon neuroendokrin yang sudah kita bahas di atas,
suplai ASI dalam payudara juga dikontrol oleh pengeluaran ASI
secara autokrin atau kontrol lokal. Dari kajian riset diperoleh
informasi bahwa protein whey yang dinamakan feedback inhibitor
of lactation (FIL) yang dikeluarkan oleh laktosit yang mengatur
produksi ASI di tingkat lokal. Ketika alveoli menggelembung
terjadi peningkatan FIL dan sintesis ASI akan terhambat. Bila ASI
dikeluarkan secara efektif melalui proses menyusui dan konsentrasi
FIL menurun, maka sintesis ASI akan berlangsung kembali. Ini
merupakan mekanisme lokal dan dapat terjadi di salah satu atau
kedua payudara.
Hal ini memberikan suatu umpan balik negatif (negative
feedback hormone), ketika terjadi pengeluaran ASI yang tidak
efektif dari payudara, misalnya proses menyusui tidak efektif atau
ibu tidak menyusui bayinya (Czank, 2007 cit Pollard, 2015).

2.2 Manfaat Pemberian ASI


Pemberian ASI eksklusif menurut (Fikawati & Syafiq, 2010) dapat
menurunkan angka mortalitas dan morbiditas, mengoptimalkan pertumbuhan
bayi, membantu perkembangan kecerdasan anak dan meningkatkan ikatan
antara ibu dan bayi. Manfaat lain juga dapat didapatkan oleh ibu, yaitu untuk
mempercepat pengembalian berat badan seperti sebelum hamil dan
membantu dalam memperpanjang jarak kehamilan dan Pemberian ASI
eksklusif secara adekuat terbukti merupakan salah satu intervensi efektif
dapat menurunkan AKB.
1. Manfaat ASI bagi bayi
a. ASI mengandung zat-zat gizi yang dibutuhkan oleh bayi.
b. ASI mudah dicerna dan secara efisien digunakan oleh tubuh bayi. 16

8
c. ASI melindungi bayi dari infeksi, yang sangat penting bagi bayi baru
lahir.
d. ASI berdampak pada kesehatan jangka panjang, seperti mengurangi
resiko obesitas dan alergi
e. ASI mampu mencegah stunting (Wulandari, 2020)

2. Manfaat ASI bagi Ibu


a. Memperkuat bonding ibu dan bayi sehingga tercipta kedekatan yang
penuh kasih.
b. Dapat menunda kehamilan baru.
c. Membantu rahim kembali ke ukuran semula. Hal ini dapat
mengurangi resiko perdarahan dan mencegah anemia.
d. Mengurangi resiko kanker payudara, kanker ovarium, dan diabetes
tipe 2 (Wulandari, 2020).

3. Manfaat ASI bagi Keluarga


a. Dari aspek ekonomi, ASI tidak perlu dibeli, bayi yang menapatkan
ASI terlihat lebih sehat,bugar dan jarang sakit.
b. Dari aspek psikologis, mendekatkan bayi dengan keluarga dan bayi
akan mendapatkan kasih sayang dari keluarga.
c. Dari aspek kemudahan, menyusui adalah cara terbaik agar bayi
terhindar dari penyakit, dan menyusui sangatlah praktis tanpa
merepotkan orang lain. (Nugroho et al., 2014)

2.3 Upaya Memperbanyak ASI


Cara terbaik agar ASI dapat keluar dengan baik dan lancar adalah
dengan cara mengusahakan agar setiap kali menyusui payudara benar-benar
telah menjadi kosong. Pengosongan pada payudara akan merangsang kelenjar
payudara untuk memproduksi ASI lebih banyak. Selama menyusui ekslusif
ibu harus mendapat 700 kalori pada 0-4 bulan pertama, 500 kalori pada 6
bulan berikutnya, dan tahun kedua sebanyak 400 kalori.

9
1. Upaya Untuk Memperbanyak ASI
a. Pada minggu pertama, ibu harus lebih sering menyusui guna
merangsang produksi ASI. Tingkatkan frekuensi menyusui atau
memompa ASI. Jika bayi tidak mau menyusu karena masih kenyang,
maka pompalah ASI. Produksi ASI prinsipnya based on demand.
Jika sibu semakin sering menyusui atau memompa ASI maka makin
banyak ASI yang akan diproduksi.
b. Motivasi untuk pemberian ASI sedini mungkin yaitu 30 menit segera
setelah bayi lahir.
c. Membina ikatan batin antara ibu dan bayi dengan cara memberiakan
bayi bersama ibunya segera setelah lahir.
d. Bidan atau petugas kesehatan mengajari cara perawatan payudara.
e. Berikan bayi kedua payudara setiap kali menyusui.
f. Biarkan bayi menghisap lama pada tiap payudara.
g. Jangan terburu-buru memberi susu formula sebagai tambahan.
h. Ibu dianjurkan untuk banyak minum baik berupa susu maupun air
putih (8-10 gelas/hari) atau 1 liter susu perhari untuk meningkatkan
produksi ASI.
i. Makanan ibu seharihari harus cukup dan berkualitaas untuk
menunjang pertumbuhan bayi serta menjaga kesehatan bayi atau ibu.
j. Ibu harus banyak istirahat dan tidur yang cukup.
k. Bila jumlah ASI tidak cukup, ibu boleh mencoba menggunakan
tablet Moloco B12 atau obat lain sesuai petunjuk dokter.
l. Menghindari makanan yang menimbulkan kembung seperti ubi,
singkong, kol, sawi, dan daun bawang, makanan yang merangsang
seperti cabe, merica, jahe, kopi, alcohol dan makanan yang banyak
mengandung lemak dan gula.
m. Ibu harus dalam keadaan relaks. Kondisi psikologis ibu menyusui
sangat menentukan keberhasilan pemberian ASI Ekslusif.
n. Datangi klinik laktasi dan pijat oksitosin (Sutanto, 2018)

10
2. Pijat Oksitosin
Untuk memperlancar ASI ibu dapat melakukan pijat oksitosin. Pijat
oksitosin adalah pemijatan tulang belakang pada costa ke 5-6 sampai
scapula yang akan mempercepat kerja saraf para simpatis dalam
merangsang hipofisis posterior untuk mengeluarkan oksitosin. Adapun
manfaat Pijat Oksitosin yaitu sebagai berikut.
a. Merangsang oksitosin
b. Meningkatkan kenyamanan
c. Meningkatkan gerak ASI ke payudara
d. Menambah pengisian ASI ke payudara
e. Memperlancar pengeluaran ASI
f. Mempercepat proses involus uterus (Sutanto, 2018)

2.4 Tanda Bayi Cukup ASI


Sejak bayi baru lahir, payudara ibu awalnya menghasilkan kolostrum.
Kolostrum adalah cairan berwarna kuning keemasan yang diproduksi tubuh
sejak minggu-minggu terakhir kehamilan. Menurut IDAI, ASI biasanya
muncul menggantikan kolostrum di hari ketiga atau keempat setelah kelahiran
bayi. Berbeda dengan kolostrum, ASI berwarna putih dan lebih cair. Air susu
ibu menjadi satu-satunya makanan bagi bayi baru lahir yang berusia kurang
dari 6 bulan. Untuk memenuhi kecukupan ASI, bayi harus menyusu setiap 2-
3 jam sekali. Artinya, kemungkinan bayi menyusu 8 kali dalam sehari.
Berikut ini merupakan tanda-tanda bayi yang cukup ASI Eksklusif :
1. Bayi Tampak Tenang dan Kenyang setelah Menyusu
Tanda bayi kenyang dan cukup minum ASI bisa terlihat dari
suasana hatinya. Biasanya, ia akan terlihat ceria, tidak rewel, serta tidak
gelisah. Jika ia sudah kenyang, tetapi masih rewel biasanya karena sakit
perut, mengantuk, popok terlalu penuh, ruam popok, dan lainnya.
2. Berat Badan Bayi Bertambah
Pada minggu awal kelahiran, berat badan bayi biasanya sedikit
menurun di awal-awal kelahiran. Namun, karena kemungkinan berat
badannya akan bertambah pada usia 2 minggu. Hal ini tentunya bisa

11
terjadi jika asupan ASI yang ia minum pun sesuai dengan kebutuhannya.
Tanda bayi cukup ASI pun terlihat melalui penambahan berat badan yang
sesuai dengan grafik pertumbuhan bayi.
3. Bayi Buang Air Kecil 6-8 kali per hari
Ketika bayi menunjukkan tanda bayi kenyang minum ASI, mereka
akan buang air kecil lebih sering. Saat bayi minum kolostrum, ia hanya
buang air kecil 1-2 kali dalam 24 jam pertama. Namun, setelah bayi
mendapatkan cukup ASI dan minum secara teratur atau setelah berusia 5
hari, intensitas buang air kecilnya bertambah menjadi 6-8 kali per hari.
4. Bayi Sering Menyusu
Seiring berjalannya waktu, jadwal menyusu bayi akan semakin
teratur. Frekuensinya pun akan menurun mengikuti perkembangan bayi.
Jika bayi mampu mengisap payudara dengan benar, tentu akan
memperoleh kecukupan ASI. Oleh karena itu, perlekatan yang baik juga
bisa dijadikan ciri atau tanda bayi kenyang minum ASI.
5. Bayi Ceria dan Aktif ketika Bangun Tidur
Cara mengetahui bayi sudah kenyang dan cukup minum ASI bisa
terlihat dari suasana hatinya. Jika bayi cukup menyusu, terutama sebelum
tidur, ia akan lebih aktif dan ceria ketika bangun tidur. Hal ini tentu
bagus untuk perkembangannya.
6. ASI Ditelan dengan Baik
Ketika bibir bayi menempel ke puting payudara untuk menyusu,
maka ia akan mengisap dengan cepat. Dalam hal ini, tanda bayi cukup
ASI bisa diperhatikan dari kemampuannya saat menyusu. Saat gerakan
bibirnya melambat dan tarikannya terasa lebih dalam, tandanya ia sedang
menelan ASI.
7. Warna Feses Kuning
Warna feses juga penting sebagai tanda bayi cukup ASI. Ketika
buang air besar pertama, biasanya feses berwarna hitam dan lengket.
Namun setelah mendapat ASI, feses akan berwarna hijau dan berubah
menjadi kuning dengan sedikit berair karena cairan ASI. Pastikan juga
bayi buang air besar minimal satu kali sehari.

12
8. Urine Berwarna Jernih
Urine yang berwarna jernih dapat menandakan bayi minum ASI
dengan baik. Sebab, jika asupan ASI atau susu formulanya kurang, maka
warna urinenya berwarna lebih gelap atau yang lebih parah bisa
mengalami dehidrasi.
9. Bayi Tidur Nyenyak
Ketika bayi menunjukkan tanda sudah kenyang minum ASI, bayi
bisa langsung mengantuk dan bersiap untuk tidur. Sebagai contoh, tanda
ia mengantuk terlihat dari lehernya seperti melemah dan langsung
bersandar pada pundak ibu.
10. Pencernaannya Lancar
Selain warna feses, tanda bayi cukup ASI juga bisa dilihat
dari banyaknya BAB. Dalam hal ini, jumlah BAB yang ideal
menunjukkan jika bayi sudah kenyang. Saat ia mengonsumsi ASI atau
susu formula secara teratur bersamaan dengan sistem pencernanannya
semakin matang, buang air besarnya pun semakin lancer.

2.5 Pengelolaan ASIP


1. Prinsip-Prinsip Menyusui bagi Ibu Bekerja
a. Siapkan pengasuh bayi sebelum ibu kembali bekerja
b. Latihlah pengasuh untuk menghangatkan ASI Perah (ASIP) dan
terampil memberikan ASIP pada bayi dengan sendok atau gelas
c. Berlatih memerah ASI sebelum ibu kembali bekerja
d. Susui bayi sampai kenyang sebelum ibu berangkat bekerja. Perah
ASI untuk payudara yang belum di hisap bayi sampai kosong
e. Perahlah ASI 3-4 jam sekali selama di kantor
f. Susuilah bayi sepulang bekerja dan dilanjutkan malam hari
g. Menjaga pola makan yang bergizi
h. Olahraga teratur

13
2. Cara Memerah ASI
Memerah ASI dapat dilakukan dengan menggunakan tangan,
dengan pompa secara manual atau pompa elektrik. Memerah ASI dapat
dilakukan setiap 3-4 jam sekali untuk menjaga produksi ASI tetap baik.
Secara umum langkah-langkah dalam memerah ASI sebagai berikut:
a. Semua peralatan di sterilkan
b. Pilih tempat yang tenang dan nyaman
c. Cuci tangan dengan sabun, payudara dibersihkan dengan air
d. Minum segelas air sebelum memerah ASI
e. Lakukan pemijatan payudara
f. Mulai memerah ASI menggunakan alat yang sesuai
g. Memerah ASI dengan tangan :
1) Condongkan badan ke depan dan sangga payudara dengan satu
tangan, dan tangan yang lain memegang cangkir
2) Letakkan ibu jari di atas kalang payudara dan jari telunjuk di
bawah kalang payudara membentuk seperti huruf C
3) Tekan kedua jari ke dalam kemudian pijat ke depan sehingga
kedua jari memerah dan mengeluarkan ASI, dan lepaskan
4) Ulangi gerakan tekan-pijat-lepas beberapa kali pada tempat atau
posisi yang sama
5) Setelah pancaran ASI berkurang, pindahkan posisi ibu jari dan
jari telunjuk pada sisi yang lainnya pada sekeliling payudara
6) Lakukan gerakan tersebut pada kedua payudara
7) Tidak boleh menekan, memijat, dan menarik daerah puting susu
h. Jaga kondisi tubuh rileks saat memerah ASI
i. Segera simpan ASI pada lemari es atau freezer atau cooler bag

3. Cara Menyimpan ASIP


a. Simpan ASI pada botol kaca yang telah di sterilkan atau plastik steril
khusus ASI

14
b. Tuliskan jam dan tanggal memerah ASI pada label dan tempelkan
pada botol ASI, atau tuliskan pada label yang sudah tersedia di
plastik ASI
c. Simpan ASI perah sebanyak 15-60 ml per wadah untuk menghindari
ASI perah yang terbuang karena tidak di habiskan oleh bayi

Tabel penyimpanan ASI perah (ASIP)

Tempat Penyimpanan Suhu Lama Penyimpanan


ASI baru diperah yang 15°C 24 jam
disimpan dalam cooler bag
Dalam ruangan (ASIP 27°C s/d 32°C 4 jam
segar) <25°C 6-8 jam

Kulkas <4°C 48-72 jam (2-3 hari)


Freezer pada lemari es 1 -15°C s/d 0°C 2 minggu
pintu
Freezer pada lemari es 2 -20°C s/d 18°C 3-6 bulan
pintu

4. Cara Pemberian ASI Perah (ASIP)


Sebelum memberikan ASIP kepada bayi, terlebih dulu ASI beku di
cairkan dengan cara ASIP yang masih di dalam botol kaca atau plastik
ASI di rendam ke dalam mangkok atau wadah yang berisi air hangat,
atau menghangatkan ASIP dengan membiarkan botol dialiri air hangat.
Perlu diingat, ASI tidak di campur dengan air hangat tersebut. Setelah
mencair seluruhnya, ASI perah dapat diberikan dengan gelas atau
sendok.
ASI yang telah dihangatkan harus segera di habiskan dalam satu
jam dan tidak boleh di simpan ke dalam freezer atau lemari es lagi. Oleh
karena itu ketika menghangatkan ASI secukupnya saja, sesuai kebutuhan
bayi. ASI tidak boleh dipanaskan secara langsung di atas api, di rendam
dengan air panas mendidih, memanaskan dengan microwave atau alat
pemanas lain, karena dapat merusak beberapa kandungan ASI.

15
2.6 Dukungan Bidan dalam Pemberian ASI
Rekomendasi praktik yang perlu dilakukan oleh bidan berdasarkan
evidence based adalah sebagai berikut:
1. Anjurkan ibu untuk melakukan kontak skin-to-skin setelah kelahiran
selama minimal 1 jam melalui inisiasi menyusu dini (IMD).
2. Usahakan agar bayi melakukan kombinasi menghisap, menelan dan
bernapas di payudara segera setelah dilahirkan untuk merangsang
produksi prolaktin.
3. Doronglah agar ibu menyusui secara teratur dan anjurkan juga menyusui
pada malam hari ketika kadar prolaktin berada pada puncaknya.
4. Hindari pemisahan antara ibu dan bayi dan anjurkan perawatan gabung
(roming in).
5. Ciptakan lingkungan atau suasana relaks pada waktu menyusui atau
memerah ASI, karena stres dapat menghambat pengeluaran hormon
oksitosin (Pollard, 2015)
6. Pastikan posisi dan perlekatan yang benar pada payudara untuk
menjamin pengeluaran ASI secara efektif.
7. Anjurkan menyusui atas permintaan bayi (baby led feeding) dan atas
keinginan bayi (on demand).
8. Hindari pemberian makanan tambahan seperti susu formula, air atau
makanan tambahan lain, karena dapat menyebabkan keluarnya ASI tidak
teratur dan meningkatnya FIL menyebabkan menurunnya suplai ASI.
9. Memperbanyak rangsangan pada payudara melalui aktifitas menyusui
atau memerah ASI dapat menambah tumbuhnya jaringan sekresi
payudara dan juga menginduksi laktasi.

16
BAB 3

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Laktasi merupakan teknik menyusui mulai dari ASI dibuat sampai pada
keadaan bayi menghisap dan menelan ASI. ASI lengkap mengandung nutrisi
yang dapat meningkatkan sistem kekebalan tubuh, mencegah penyakit, dan
mendukung proses penyembuhan. tanda-tanda bayi yang cukup ASI.
Manajemen laktasi memiliki dampak positif pada ibu, bayi, dan proses
menyusui mereka, meliputi perawatan payudara, posisi menyusui, teknik
menyusui yang benar, pengamatan teknik menyusui, cara melepaskan isapan
bayi, metode menyendawakan bayi, penyimpanan ASI, dan ekspresi
ASIMemerah ASI dapat dilakukan dengan menggunakan tangan, dengan
pompa secara manual atau pompa elektrik. Memerah ASI dapat dilakukan
setiap 3-4 jam sekali untuk menjaga produksi. Tanda-tanda bayi yang cukup
ASI Eksklusif yaitu bayi tampak tenang dan kenyang setelah menyusui, berat
badan bayi bertambah, bayi buang air kecil 6-8 kali per hari, Bayi sering
menyusu, Bayi ceria dan aktif ketika bangun tidur, ASI ditelan dengan baik.

3.2 Saran
Proses laktasi dan menyusui merupakan bagian penting dari perawatan
bayi yang baru lahir. Pembentukan ASI dimulai sejak awal kehamilan, dan
status gizi ibu selama kehamilan mempengaruhi proses laktasi maka dari itu
diharapkan bagi tenaga kesehatan untuk selalu memantau pemberian ASI
secara eksklusif. Diharapkan untuk lebih memperhatikan asupan gizi bayi,
serta memberikan ASI eksklusif hingga usia 6 bulan

17
DAFTAR PUSTAKA

Djamil, A., Hermawan, N. S. A., & Setiarini, N. (2018). Hubungan Pelaksanaan


Manajemen Laktasi oleh Petugas Kesehatan terhadap ASI Eksklusif pada
Ibu Menyusui. Jurnal Kesehatan, 9(1), 113–116.
Fikawati, S., & Syafiq, A. (2010). Kajian Implementasi Dan Kebijakan Air Susu
Ibu Eksklusif Dan Inisiasi Menyusu Dini Di Indonesia. 14(1), 17–24.
Nugroho, T. dr, Nurrezki, A. M. K., Warnaliza, A. M. K., & Desi Wilis, A. M. K.
(2014). Buku Ajar Asuhan Kebidanan Nifas (askeb 3) (1st ed.). Nuha
Medika.
Pranajaya, R., & Rudiyanti, N. (2017). Determinan produksi asi pada ibu
menyusui. Jurnal Ilmiah Keperawatan Sai Betik, 9(2), 227-237.
Rahmawati D. 2022. 12 Tanda bayi cukup asi dan kenyang, agar tidak
overfeeding. Diakses pada 4 September 2023. Dari :
https://www.sehatq.com/artikel/ibu-wajib-tahu-apa-saja-tanda-bayi-cukup-
asi
Seftia, B. A., Novianti, N., & Maryani, D. (2020). Implementasi Manajemen
Persiapan Laktasi. Journal Of Midwifery, 8(2), 15-23.
Sutanto, A. V. (2018). Asuhan Kebidanan Nifas & Menyusui: Teori Dalam
Praktik Kebidanan Profesional (R. Putri Widianing (ed.)). PT.Pustaka Baru.
Wahyuni, N. (2015). Hubungan Pengetahuan Ibu Tentang Asi Ekslusif Dengan
Pelaksanaan Manajemen Laktasi Pada Anak 0-6 Bulan Di Wilayah Kerja
Puskesmas Balam Kecamatan Medan Sunggal. Jurnal Keperawatan Flora,
8(2), 46–54.
Wijayati, W. (2022). Pelaksanaan Manajemen Laktasi Berdasarkan Paritas Ibu
Menyusui Di Desa Parakan Trenggalek. Khatulistiwa Nursing Journal, 4(1),
10-18.
Wulandari, N. F. (2020). Happy Exclusive Breastfeeding: Buku Lengkap untuk
Sehat dan Bahagia Selama Menyusui (N. Dhiva (ed.); 1st ed.). Laksana.

Yuliani, Diki Retno., dkk. 2021. Modul Kelas Persiapan Meyusui. Politeknik
Kesehatan Kemenkes Semarang.

18
19

Anda mungkin juga menyukai