THORAX
SKRIPSI
ERWITA BR TARIGAN
170821009
DEPARTEMEN FISIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2019
SKRIPSI
ERWITA BR TARIGAN
170821009
DEPARTEMEN FISIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2019
ii
Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas berkat dan anugerahnya penulis
dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul Analisis Dosis Radiasi Pada Pemeriksaan CT-
Scan Thorax. Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan rasa hormat maupun ucapan
2. Bapak Dr. Perdinan Sinuhaji, MS selaku Ketua Depertemen Fisika FMIPA USU.
3. Bapak Drs. Herli Ginting, MS selaku pembimbing pada penyelesaian skripsi ini,
yang telah memberikan panduan dan bimbingan untuk menyempurnakan skripsi ini.
mnegenyam Perkuliahan
5. Seluruh Staf Pegawai Depertemen Fisika FMIPA USU yang telah memberikan
6. Kepada Seluruh Keluarga besar saya yang telah memberikan doa dan dukungan
7. Seluruh Manajemen Rumah Sakit Efarina Etaham Berastagi yang telah memberika
Izin kuliah serta saran dan bantuan dalam menyelesaikan Skripsi Ini
8. Seluruh Staf Unit Radiologi di Rumah Sakit Efarina Etaham Berastagi yang telah
9. Seluruh Teman-teman saya maupun kakak dan abang saya satu jurusan Fisika Medik
yang telah memberikan saya motivasi dan dukungan untuk menyelesaikan skripsi ini.
iv
yang membangun dari semua pihak sangatlah diharapkan demi penyempurnaan selanjutnya.
Akhirnya hanya pada Tuhan Yang Maha Esa kita kembalikan segala harapan kita dan
semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak, khususnya bagi penulis dan para
Terima kasih
Penulis
Erwita Br Tarigan
ABSTRAK
vi
ABSTRACT
Thoracic CT scan is widely used in hospitals to find out about diseases or abnormalities
found in the mediastinum or lungs. During scanning, patients get radiation on a CT scan
plane. Estimated dosage received by the patient is on the monitor screen, namely the CTDI
value, but to find out the actual dose received by the patient it is necessary to use direct
measurements using the TLD that is attached to the patient's body during the scanning
process. The purpose of this study was to determine the dose received by patients during the
thoracic CT scan, compare the dosage size received by the patient using the TLD and the
CTDI value printed on the monitor screen during the thorax CT scan. determined or not,
knowing the relationship between the results of measuring doses with DLP in patients
during thorax CT scan.
vii
viii
ix
xi
PENDAHULUAN
2.1. Sinar-X
1. Sinar-X Bremsstrahlung
Sebuah elektron dipercepat atau diperlambat, maka ia akan memancarkan
energi elektromagnetik. Ketika menumbuk suatu sasaran, elektronnya diperlambat
sehingga pada akhirnya berhenti, karena bertumbukan dengan atom-atom materi
sasaran. Karena pada tumbukan seprti itu terjadi transfer momentum dari elektron ke
atom, maka kecepatan elektron menjadi berkurang sehingga elektron memancarkan
foton. Pada peristiwa perlambatan elektron tersebut akan disertai dengan
pembentukan spektrum radiasi sinar-X yang bersifat kontinu (Krane,1992). Sinar-X
yang terbentuk melalui proses ini disebut proses sinar-X Bremsstrahlung (Akhadi,
2000 :33).
2. Sinar-X Karakteristik
Sinar-X dapat pula terbentuk malalui proses perpindahan elektron atom dari
tingkat energi yang lebih tinggi menuju ke tingkat energi yang lebih rendah (Krane,
A. Efek Deterministik
Efek Deterministik (efek non stokastik) Efek ini terjadi karena adanya
proses kematian sel akibat paparan radiasi yang mengubah fungsi jaringan yang
terkena radiasi. Efek ini dapat terjadi sebagai akibat dari paparan radiasi pada seluruh
tubuh maupun lokal. Efek deterministik timbul bila dosis yang diterima diatas dosis
ambang dan umumnya timbul beberapa saat setelah terpapar radiasi. Tingkat
keparahan efek deterministik akan meningkat bila dosis yang diterima lebih besar
dari dosis ambang yang bervariasi bergantung pada jenis efek. Pada dosis lebih
rendah dan mendekati dosis ambang, kemungkinan terjadinya efek deterministik,
dengan demikian adalah nol. Sedangkan diatas dosis ambang, peluang terjadinya
efek ini menjadi 100% (Zibaidah, 2005).
2.4 Radiasi
Radiasi adalah pancaran energi melalui suatu meteri atau ruang dalam
bentuk panas, partikel atau gelombang elektro magnetik atau cahaya (foton) dari
sumber radiasi. Bila radiasi melewati materi membentuk partikel bermuatan positif
dan negatif (ion), proses ini disebut radiasi ionisasi. Tidak semua radiasi dapat
mengubah ion atau partikel yang dilaluinya, radiasi ini disebut sebagai radiasi
nonpengion. Sinar-α, sinar-β, sinar-γ dan sinar-X adalah beberapa contoh radiasi
pengion karena sifatnya yang dapat mengubah ion-ion atau pertikelpartikel yang
A. Roentgen
Roentgen ialah satuan paparan radiasi yang memberikan muatan 2,58 x 10-4
coulomb per kg udara.
B. Rad
Rad adalah satuan dosis serap. Satu rad adalah radiasi yang diperlukan untuk
melepaskan tenaga 100 erg dalam 1 gram bahn yang disinari (1 rad = 100erg/gram).
Rad tak tergantung pada komponen bahan yang disinari dan tenaga radiasi, akan
tetapi jumlah rad per R pemaparan berbeda dengan tenaga berkas
sinar dan komposisi bahan sera.
C. Gray (Gy)
Dalam satuan SI, Satuan dosis radiasi serap disebut dengan Gray yang
disingkat Gy. Dalam hal ini Gy sama dengan energi yang diberikan kepada medium
sebesar 1 joule/kg. Dengan demikian maka:
1 Gray = 100 rad
(Anonim, 2009).
D. Rem
Rem ialah satuan dosis ekuivalen. Rem adalah sama dengan dosis serap
dikalikan dengan faktor kualitas (Q x F) Rem = Rad x faktor kualitas. Rem
Sinar-X bisa berbahaya, Kita tidak dapat meraskan atau melihatnu\ya bisa
saja kita tidak mengetahui bahwa kita berada dalam sorotan sinar-X. Exposure
berulang terhadap sinar-X, biarpun itu berasal dari sinar hamburan baik dari
penderita atau peralatannya, dan biarpun dengan dosis yag kecil dapat
mengakibatkan kerusakan kesehatan yang permanen pada operator
(Sulistijaningsih,1992).
Resiko penderita sinar-X dalah kecil, karena mereka jarang terkena sinar-X
dan karena hanaya sebagian kecil dari tubuhnya yang terkena sinar-X pada setiap
kali foto. Usahakan untuk melaksanakan foto radiografi setiap detail dengan benar
pada pertama kali sehingga tidak perlu dibuat foto ulangan (Sulistijaningih, 1992).
10
11
Dosis radiasi yang diterima oleh seseorang dalam menjalankan suatu kegiatan
tidak boleh melebihi nilai batas dosis yang telah ditetapkan oleh instansi yang
berwenang. Dengan menggunakan program proteksi radiasi yang disusun dan
dikelola secara baik, maka semua kegiatan yang mengandung resiko paparan radiasi
cukup tinggi dapat ditangani sedemikian rupa sehingga nilai batas dosis yang telah
ditetapkan tidak akan terlampaui. Adapun dosis tipical yang diterima oleh pasien
fluoroskopi tidak boleh melebihi 15 mGy/menit dan dosis maksimum di udara tidak
boleh melebihi 150 mGy/menit. Organisasi Internasional yang menangani masalah
nilai batas dosis ini adalah International Commission on Radiologycal Protection
(ICRP).
Alat ukur radiasi adalah alat yang mampu mengukur kuantitas radiasi baik
secara langsung maupun tidak langsung. Alat ukur radiasi merupakan suatau sistem
yang terdiri dari detektor dan rangkaian eletrometer. Detektor adalah bagian
12
13
Arus ini dinyatakan dalam miliampere (mA). Dengan waktu eksposi yang
tetap, mA mengontrol kuantitas sinar-X dan dosis radiasi yang diterima pasien.
Semakin banyak aliran electron yang menuju tabung sinar-X, maka akan semakin
banyak sinar-X yang dihasilkan.
Waktu eksposi dinyatakan dalam second (s). Waktu eksposi biasanya diatur
sependek mungkin dengan tujuan untuk mengurangi dosis radiasi yang diterima
pasien dan meminimalisasi terjadinya ketidaktajaman akibat pergerakan pasien.
2.7.4 Focus Film Distance (FFD)
Focus Film Distance (FFD) adalah jarak antara sumber sinar-X ke image
reseptor. Pengaruh jarak penyinaran terhadap intensitas sesuai dengan hukum
terbalik kuadrat. FFD menentukan intensitas paparan sinar-X pada image reseptor
tetapi tidak mempengaruhi kualitas sinar-X .
2.8 Phantom
14
15
1. CT-Scan generasi I
16
17
18
Keterangan gambar:
1. Meja pemeriksaan
2. Gantry
3. Perangkat multi
4. Unit komputasi
19
20
21
Gambar CT-scan yaitu gambar yang berasal dari CRT (Cathode Ray Tube)
yang dibuat oleh ribuan pixel (picture element) kecil. Setiap gambar yang
direkonstruksi Komputer akan memberi nilai bilangan CT (computed tomography)
spesifik untuk setiap pixel dari CRT (Cathode Ray Tube), dimana gambar
ditunjukkan dari CRT, operator dapat merubah sesuai keinginan untuk merubah
skala yang ditampilkan. Bilangan CT yang ditampilkan oleh CRT mendeteksi
gambar yang sebenarnya.
22
1) Spatial resolusi
Spasial resolusi adalah kemampuan untuk dapat membedakan objek/ organ
yang berukuran kecil dengan densitas yang berbeda pada latar belakang
yang sama. Resolusi Spatial adalah kemampuan untuk dapat membedakan
obyek yang berukuran kecil dengan densitas yang berbeda pada latar
belakang yang sama. Dipengaruhi oleh faktor geometri, rekonstruksi
algoritma/filter kernel, ukuran matriks, pembesaran gambar (magnifikasi),
Focal Spot, Detektor
2) Kontras resolusi
Kontras resolusi adalah kemampuan untuk membedakan atau
menampakan obyek-obyek dengan perbedaan densitas yang sangat kecil
dan dipengaruhi oleh faktor eksposi, slice thicknees (ketebalan potongan),
FOV dan filter kernel.
3) Noise
Noise adalah fluktuasi (standar deviasi) nilai CT number pada jaringan
atau materi yang homogen. Noise tergantung pada beberapa faktor antara
lain :
a. Faktor eksposi, meliputi kuat Arus (mA), scan time (second) ,
tegangan tabung (kV), tebal irisan (mm), dan ukuran objek. semakin
besar faktor eksposi akan menurunkan noise. Salah satu parameter
23
24
Dimana:
T: Tebal irisan
(Brooker, 1986).
CTDI=1/n.T ∫ D(Z)
(2.2)
Dimana:
n = jumlah irisan
D(z) = distribusi dosis
T = ketebalan irisan
(Euclid, 2001)
25
Dosis rata-rata yang diterima pasien / fantom dapat diilustrasikan pada Gambar 2.8
26
27
Dimana :
D : Dosis Radiasi (mGy)
TL : Intensitas Thermo Luminescence bersih (hasil pengukuran
intensitas TL total dengan intensitas latar)
Fk = Faktor kalibrasi yang merupakan fungsi energi.
28
29
30
31
Udara dapat masuk atau keluar paru-paru karena adanya tekanan antara
udara luar dengan udara dalam paru-paru. Perbedaan tekanan ini terjadi disebabkan
oleh karena terjadinya perubahan besar kecilnya rongga dada, rongga perut, dan
rongga alveolus. Perubahan besarnya rongga ini terjadi karena pekerjaan otot-otot
pernafasan, yaitu otot antara tulang rusuk dan otot diafragma. Berdasarkan kegiatan
otot-otot pernafasan tersebut, maka pernafasan dibedakan menjadi dua, yaitu
pernafasan dada dan pernafasan perut Pernafasan Dada Merupakan pernafasan yang
menggunakan gerakan otot-otot antar tulang rusuk (interkostal).
Rongga dada membesar karena tulang dada dan tulang rusuk terangkat
akibat kontraksi otot-otot yang terdapat diantara tulang-tulang rusuk. Paru-paru
turut mengembang, volumenya menjadi besar, sedangkan tekanannya menjadi lebih
kecil daripada tekanan udara luar. Dalam keadaan demikian, udara luar dapat
32
33
34
35
a. Untuk mengukur Dosis radiasi yang diterima pasien untuk pemeriksaan CT-Scan
Thorax Phantom dengan Computer Tomography Dose Index (CTDI)
1. Mencatat segala speifikasi pesawat CT-Scan
2. Memasukan data pemeiksaan thorax dan memilih parameter thorax pada layar
monitor dan akan muncul tegangan tabung sebesar 130 kV, 140 mAs
3. dilakukan CT-Scan pada pemeriksaan Ct - Scan thorax
4. CT-Scan ini dilakukan sebanyak sembilan kali
5. Setelah mendapatkan nilai CTDI maka dilakukan pencatatan nilai dosis yang
didapatkan
b. Untuk mengukur dosis radiasi pada phantom thorax dengan TLD BARCH
dengan pesawat CT-Scan
1. Mencatat segala spesifikasi pesawat CT-Scan
2. Menyiapkan TLD BARCH
3. TLD diletakan di tiga titik pada phantom thorax
36
A B
c
37
MULAI
IDENTIFIKASI
MASALAH
STUDI PUSTAKA
OBSERVASI
PAPANGAN DAN
PERIZINAN
PENGAMBILAN DATA
PENGOLAHAN DATA
SELESAI
38
Pada tabel 4.1 menunjukan dosis radiasi yang diterima pada pasien yang melakuan
CT-Scan Thorax yang paling besar mendapatkan dosis radiasi adalah 14,43 mGy.
39
Berdasarkan Tabel 4.1 dan 4.2 diatas dapat diketahui bahwa besarnya dosis
radiasi yang diterima pasien selama CT-Scan thorax sebesar 16,19 – 27,77 mGy,
dengan rata-rata 19,85 mGy. dari ketiga titik yang diukur dosisnya, area yang
menyerap dosis radiasi yang paling besar adalah sternum. Hal tersebut diakibatkan
karena sternum berada ditengah-tengah objek sehingga menerima radiasi hambur
yang lebih banyak dibandingkan yang diterima pada caput humerus kanan dan caput
humerus kiri sehingga dosis radiasi yang pada area sternum lebih besar, selain itu
juga disebabkan karena sternum berada dititik isosentris ( titik awal dan ahir )
perputaran gantry sehingga dosis yang diterima lebih besar dibandingkan pada
kedua titik pengukuran yang lain karena CT Scan yang digunakan merupakan CT
Scan multislice (helical).
Perbandingan hasil ukur dosis terhadap CTDIvol rata-rata hasil ukur dosis
pasien hampir semuanya berada diatas CTDIvol. Namun hasil ukur dosis yang
40
35
30
25
Hasil Ukur Dosis Titik A (mGy)
20
Hasil Ukur Dosis Titik B (mGy)
15
Hasil Ukur DosisTitik C (mGy)
10 CTDI vol (mGy)
0
1 2 3 4 5 6 7 8 9
Gambar 4. 1 Diagram Perbandingan Dosis pasien pada caput humerus kanan, caput
humerus kiri, sternum dan nilai CTDIvol
41
30
25
Hasil Ukur Dosis (mGy)
20
15
10
DLP(mGy.cm)
Gambar 4. 2 Diagram Perbandingan hasil ukur dosis Sternum dan DLP
Dari gambar diatas terlihat bahwa semakin tinggi dosis yang diterima sternum
maka semakin tinggi pula DLP yang didapatkan oleh pasien. Hal tersebut
dikarenakan semakin luas area lapangan penyinaran, maka semakin banyak radiasi
yang keluar dari pesawat CT Scan. Hal ini mengakibatkan semakin besar dosis yang
diterima sternum karena memproleh radiasi hambur yang lebih banyak dari area yang
terpapar radiasi selama penyinaran berlangsung.
Berdasarkan penelitian, penerimaan dosis rata-rata pasien pada CT Scan thorax
masih dalam batas panduan dosis CT Scan yang ditetapkan olehn IAEA, yaitu
sebesar 30 mGy untuk CT Scan thorax rutin.
42
5.1 Kesimpulan
Dari hasil data diatas dapat dimabil kesimpulan dalam penelitian tersebut
adalah :
1. Hasil pengukuran nilai dosis pada pasien yang menjalani pemeriksaan
CT Scan thorax yang dilakukan dengan menggunakan tegangan tabung
130 kVp, arus tabung 250 mAs, Slice thicknes 1,5 mm memproleh nilai
dosis pada thorax sebesar 15,05 mGy sampai dengan 28,0 mGy
2. Perbedaan rata-rata dosis pada tiga titik pengukuran yaitu caput humerus
kanan sebesay 18,3 mGy, caput humerus kiri sebesar 16,4 mGy, dan
sternum sebesar 25,2 mGy.
3. Penerimaan dosis rata-rata pasien pada CT Scan Thorax masih dalam
batas panduan dosis yang ditetapkan oleh IAEA, yaitu sebesar 30 mGy.
5.2 Saran
1. Berdasarkan kesimpulan tersebut maka dapat disarankan bahwa :
Untuk penelitian selanjutnya sebaiknya pada pengukuran dosis radiasi
menggunakan arus tabung dan waktu yang bervariasi untuk melihat
perbandingan dosis radiasi.
2. Untuk Pengulangan CT-Scan Thorax faktor justifikasi sangat
diperlukan mengingat dosis yang diterima cukup besar, sehingga
manfaat harus lebih besar daripada resiko yang diterima oleh pasien
43
Aprilyanti, Dinda Dyesti, dkk. 2013. “Pengaruh Diameter Phantom dan Tebal Slice
Terhadap Nilai CTDI Pada Pemeriksaan Menggunakan CT-Scan”. Jurnal.
Jurusan Fisika FMIPA Universitas Andalas, Padang.
Akhadi, Mukhlis: 2000, Dasar- dasar Proteksi Rasiasi,PT. Rineka Cipta: Jakarta
44