Anda di halaman 1dari 17

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Semua zat radioaktif dan radiasi pengion dapat menimbulkan resiko bahaya radiasi baik
untuk kesehatan dan keselamatan manusia dan lingkungannya, jika tidak dikendalikan
dengan baik. Proteksi radiasi adalah suatu sistem untuk mengendalikan bahaya tersebut
dengan menggunakan peralatan proteksi dan kerekayasaan yang canggih serta mengikuti
peraturan proteksi yang sudah dibakukan. Kemungkinan bahaya radiasi itu disebabkan
penyinaran tubuh sebelah luar (eksternal), jika sumber radiasi berada di luar tubuh dan
mungkin disebabkan penyinaran dalam tubuh jika sumber radiasi berada di dalam tubuh.
Dengan alasan itulah Pemerintah mengeluarkan peraturan-peraturan yang bertujuan
mengurangi akibat-akibat yang merugikan ini berupa PP no 11, 12, 13 tahun 1975,
sedangkan ketentuan pelaksanaannya dikeluarkan melalui SK Dirjen BATAN no.
24/DJ/II/1983. Di dalamnya dijelaskan ruang lingkupnya sebagai berikut ketentuan
keselamatan kerja dimaksudkan sebagai petunjuk bagi mereka yang bekerja dengan sumber
radiasi pangion dibidang kesehatan, industri, pendidikan, penelitian dan sebagainya.
Ketentuan yang terdapat dalam buku petunjuk ini memuat dasar-dasar proteksi radiasi antara
lain mengatur nilai batas dosis (NBD) radiasi yang diijinkan, Persyaratan kerja dengan
sumber radiasi, dan prosedur kerja yang harus ditaati dan dilaksanakan oleh setiap orang
yang bekerja dengan sumber radiasi.

1.2 Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam makalah ini, yaitu:
a. Pendahuluan mengenai Nilai Batas Dosis (NBD)
b. Sejarah Perkembangan Nilai Batas Dosis (NBD)
c. Nilai Batas Dosis yang diberlakukan di Indonesia



1.3 Tujuan Penulisan
a. Mengetahui apa itu yang dimaksud Nilai Batas Dosis
b. Mengetahui sejarah perkembangan awal mulanya di berlakukannya Nilai Batas Dosis
c. Mengetahui dan dapat menerapkan dalam nilai batas dosis radiasi yang dapat diterima
seorang individu.

















BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pendahuluan
Dosis radiasi yang diterima oleh seseorang dalam menjalankan suatu kegiatan
tidak boleh melebihi nilai batas dosis yang telah ditetapkan oleh instansi yang
berwenang. ICRP mendefinisikan dosis maksimum yang diizinkan diterima seseorang
sebagai dosis yang diterima dalam jangka waktu tertentu atau dosis yang berasal dari
penyinaran intensif seketika, yang menurut tingkat pengetahuan dewasa ini memberikan
kemungkinan yang dapat diabaikan tentang terjadinya cacat somatik gawat atau cacat
genetik.
ICRP (Komisi Internasional untuk Perlindungan Radiologi), merupakan suatu
organisais Internasional yang menangani masalah nilai batas dosis. Kegiatan-kegiatan
yang dilakukan oleh ICRP diarahkan pada penyusunan rekomendasi proteksi terhadap
kesehatan oleh para pekerja radiasi. ICRPP menyatakan bahwa tujuan komisi dalam
memberikan rekomendasi adalah untuk menangani masalah-masalah proteksi radiasi.
Sedangkan penyusunan peraturan, pedoman kerja, dan sebagainya diserahkan kepada
masing-masing organisasi pengawasan nasional pada masing-masing Negara. Setiap
penguasa instansi nuklir diizinkan untuk menentukan sendiri nilai batas yang sesuai
dengan kondisi setempat, asal tidak melebihi nilai tertinggi yang telah ditetapkan.
Nilai batas dosis bukan merupakan batas pemisah antara aman dan bahaya, tetapi
jika nilai batas dosis itu sedikit saja terlampaui, maka peristiwa itu mengindikasi telah
terjadinya suatu kekeliruan dalam pengendalian radiasi. Nilai batas dosis radiasi yang
ditetapkan tidak berlaku untuk penyinaran dari radiasi alamiah dan penyinaran untuk
bidang medis.





2.2 Sejarah Perkembangan Nilai Batas Dosis
Sejarah perkembangan nilai batas dosis tidak lepas dari munculnya kesadaran
akan pentingnya kesadaran akan pentingnya proteksi radiasi yang dimulai pada awal
tahun 1920-an. Pada saat itu the british X-ray and radium protection committe dan
american roentgen ray society mengeluarkan rekomendasi umum mengenai proteksi
radiasi. Selajutnya pada tahun 1925 diadakan kongres internasional radiologi yang
pertama, dijelaskan mengenai penting dan perlunya ada besaran fisika untuk
menyatakan paparan radiasi. Kongres ini akhirnya melahirkan komisi internasional
untuk satuan dan pengukuran radiologi (ICRU).
Pada tahun 1925 diperkenalkan konsep dosis tenggang (tolerance dose) yang
disefinisikan sebagai : dosis yang tidak mungkin dapat diterima oleh seseorang terus-
menerus atau secara periodik dalam menjalankan tugasnya, tanpa menyebabkan
terjadinya perubahan dalam darah, atau tanpa menyebakan kerusakan pada kulit maupun
organ reproduktif pada individu yang bersangkut. Pada tahun 1925 Mutscheller
memperkirakan secara kuatitatif bahwa dosis total yang diterima selama sebulan dengan
nilai dosis kurang dari 1/100 nilai dosis menyebabkan terjadinya erythema kulit, tidak
mungkin akan menyebabkan kelainan jangka panjang. Nilai penyinaran yang mungkin
timbulnya erythema kulit diperkirakan 600R. Dengan demikian nilai dosis tenggang
untuk pekerja radiasi diusulkan sebesar 6 R untuk jangka penerimaan satu bulan (30
hari), atau rata rata 200 mR per hari. Nilai tersebut kira kira setara dengan 30 R/tahun
untuk sinar-x 100 kV atau 70 R/tahun untuk sinar-x 200 kV. Penentuan dosis tenggang
oleh mutscheller tersebut diambil berdasarkan hasil pengamatan terhadap operator
pesawat sinar-x, di mana dari dosis yang diterima dalam waktu yang cukup lama tidak
teramati munculnya kelainan yang berarti pada oprator tersebut. Pada masa itu dosis
tenggang per definisi ditentukan sebesar 10-5 R/detik atau kira kira 288 mR/hari.
Pada tahun 1928 diadakan kongres internasional radiologi ke-2. Kongres
menyetujui pembentukan Komisi Internasional untuk perlindungan Sinar-x dan Radium
dan secara resmi mengadopsi satuan rontgen (R) sebagai satuan untuk menyatakan
paparan sinar-x dan gamma.
Pada tahun 1934, komisi tersebut mengeluarkan rekomendasi untuk menurunkan
dosis tenggang menjadi 0,2 R/hari atau 1 R/minggu. Selain itu dosis tenggang yang lebih
tinggi sebesar 50 R/tahun juga merekomendasikan untukseluruh tubuh. Sedang pada
tahun 1936, nilai dosis tenggang diturunkan menjadi 100 mR/hari dengan asumsi bahwa
diperhitungkan ada hamburan balik ( dengan energi sinar X yang umumnya digunakan
pada saat itu ) di mana dosis 100 mR pada permukaan tubuh.
Karena berkecambuknya perang dunia ke II, maka para anggota komisi
Internasional untuk Perlindungan Sinar-x dan Radium tidak pernah melakukan aktivitas
apapun antara 1937-1950. Dosis tenggang 1 R per minggu masih tetap bertahan hingga
tahun 1950. komisi kembali aktif dan melakukan pertemuan pada tahun 1950. pada tahun
itu juga komisi tersebut berubah nama menjadi Komisi Internasional untuk Perlindungan
Radiologi (ICRP). Berbagai perkembangan dalam penelitian radoibiologi dan dosimetri
radiasi telah mengantarkan ke arah perubahan dalam teknik penentuan nilai batas dosis,
sehingga pertemuan ICRP tahun 1950 itu memutuskan untuk :
1. Menurunkan dosis tenggang menjadi 0,05 R ( 50 mR ) per hari atau 0,3 R ( 300mR )
per minggu atau 15 R per tahun.
2. Menetapkan kulit sebagai organ kritis dengan dosis tenggang sebesar 0,6 R per
minggu pada kedalaman 7 mg/cm
2

Perkembangan dalam dosimetri radiasi membuktikan bahwa nilai paparan tidak
tepat jika digunakan sebagai alat ukur untuk menyatakan dosis radiasi pada jaringan.
Oleh sebab itu pada tahun 1953, ICRU merekomendasikan untuk mempertimbakan
energi radiasi yang diserap jaringan sebagai dasar untuk menyatakan nilai dosis radiasi.
Untuk keperluan ini ICRU memperkenalkan besaran dosis serap dengan satuan rad
(radiation absorbed dose).
Komisi internasional untuk perlindungan radiologi melakukan pertemuan lagi
berturut turut pada tahun 1953 dan 1956. ICRP melalui publikasi ICRP No. 2 tahun
1958 menetapkan dosis tenggang sebesar 0,1 rem/minggu. Sejak saat itu, dosis tenggang
disebut sebagai Nilai Batas Rata-Rata Tertinggi (NBRT). Biasanya untuk keperluan
praktis diajurkan untuk menggunakan Nilai Batas Rata rata Tertinggi tahunan (NBRTT)
yang nilainya 5 rem atau 5.000 mrem.
Sejak tahun 1942 mulai timbul keinginan untuk memperluas pengertian nilai batas
dosis sehingga berlaku juga untuk anggota masyarakat bukan pekerja radiasi. Dalam
rekomendasi tahun 1958 tersebut juga disertakan Nilai Batas Tertnggi Tahunan ( NBTT )
untuk anggota masyarakat dalam jangka waktu 1 tahun yang nilainya 1/10 NBRTT, yaitu
0,5 rem atau 500 mrem.
Dosis tertinggi yang diizinkan yang diterima oleh pekerja radiasi didasarkan atau
rums dosis akumulasi sebagai berikut :
D = 5 ( N 18 )
Dengan :
D = dosis tertinggi yang diizinkan untuk diterima oleh seorang pekerja radiasi selama
masa kerjanya, dinyatakan dalam rem.
N = usia pekerja radiasi yangbersangkutan, dinyatakan dalam tahun.
18= usia terendah dari seorang yang diizinkan untuk bekerja dalam medan radiasi,
dinyatakan dalam tahun.

Selain NBRTT dan NBTT, ICRP juga merekomendasikan penggunaaan nilai
batasturunan seperti :
1. Nilai batas rata-rata tertinggi kuartalan (NBRTK) untuk penerimaan rata-rata dosis
selama 1 kuartal (3 bulan) yang nilai nya 1,25 rem.
2. Nilai Batas Tertinggi Kuartalan (NBTK) untuk penerimaan tertinggi selama 1 kuartal
yang nilainya 3 rem.
3. Nilai Batas Rata-rata Tertinggi Mingguan ( NBRTM ) untuk penerimaan rata-rata
dosis selama 1 minggu yang nilai 0,1 rem.
4. Nilai Batas Tertinggi Mingguan (NBTM) untuk penerimaan tertinggi selama 1
minggu yang nilainya 0,3 rem.
Konsep terbaru mengenai prisip-prinsip dasar proteksi radiasi telah diperkenalkan
dalam publikasi ICRP No.60 tahun 1990. Dalam pulikasi ini terdapat beberapa perubahan
dibandingkan dengan publikasi ICRP No.26 tahun 1977. Dalam publikasi tahun 1977
nilai batas dosis efektif untuk pekerja radiasi dan masyarakat umum berturut turut 50
mSv/tahun dan 5 mSv/ tahun. Sedangkan dalam publikasi tahun 1990 diturunkan menjadi
20 mSv/tahun untuk pekerja radiasi dan 1mSv/tahun untuk masyarakat.
Nilai batas dosis untuk masyarakat bukan pekerja radiasi juga diturunkan dari
5mSv/tahun menjadi 1 mSv/tahun. Penurunan ini dimaksukan untuk melindungi
masyarakat dari resiko yang lebih besar. Dosis 1 mSv/tahun ini mengakibatkan
timbulnya peluang kematian karena kangker sebesar 4x10
-3
, angka ini sama dengan
peluamg kematian karena kangker oleh sebab-sebab lain (karsinogenik kimia) pada
semua orang masa usia kerja. Radiasi 1 mSv/tahun untuk masyarakat tidak termasuk
radiasi alam yang mau tidak mau harus diterima oleh setiap orang.
Perkembangan nilai batas dosis untuk pekerja radiasi dari waktu ke waktu
disajikan pada tabel 1.1, sedangkan untuk masyarakat umum disajikan pada tabel 1.2.
Adapun alasan-alasan untuk membedakan antara nilai batas dosis untuk pekerja radiasi
dan masyarakat umum adalah:
1. Jumlah anggota masyarakat jauh lebih besar dibandingkan jumlah pekerja radiasi,
sehingga efek kelainan per rem dosis radiasi yang diterima tubuh akan menimpa lebih
banyak pada masyarakat dibandingkan pekerja radiasi.
2. hubungan kerja yang melibatkan risiko penyinaran dalam pekerja bersifat suka rela
dan bahaya radiasi yang dihadapinya dapat dikrtahui sebelumnya.
3. pekerja radiasi telah dipilih sedemikian rupa sehingga mereka yang dianggap tidak
mampu menghadapi setiap bahaya tertentu akan disalurkan untuk kegiatan yang lain.
4. dalam suatu instalasi nuklir, bahaya radiasi dapat dievaluasi dan diawasi melalui
pemantawan radiasi.
5. anggota masyarakat bukan pekerja radiasi kemungkinan besar terdiri juga atas anak-
anak dan janin yang lebih peka terhadap kerusakan radiasi, dan mungkin juga terdiri
atas orang lanjut usia yang mungkin lebih mudah terpengaruh oleh kerusakan radiasi.
6. jangka waktu penyinaran karena pekerja lebih pendek dibandingkan jangka waktu
penyinaran oleh lingkungan luar.
7. setiap instalasi tidak dibenarkan untuk mengenakan ukuran penuh dari bahaya
pekerjaanya yang khusus untuk sekitarnya.
Tabel 1.1 Perkembangan Rekomendasi Penerimaan Dosis Maksimum yang Diizinkan
untuk Seluruh Tubuh bagi Pekerja Radiasi


Tabel 1.2 Perkembangan Rekomendasi Penerimaan Dosis Maksimum yang Diizinkan
untuk Seluruh Tubuh bagi Masyarakat Umum


2.3 Nilai Batas Dosis yang Diberlakukan di Indonesia
Nilai batas dosis (NBD) adalah suatu proteksi radiasi yang unsur utamanya
optimalisasi. Nilai batas dosis mungkin saja akan diturunkan hingga sama dengan dosis
latar dari alam. Penentuan NBD yang agak tinggi di masa lalu disebabkan oleh tingkat
pemahaman efek biologi radiasi saat itu yang masih agak terbatas. Sifat dari rekomendasi
ICRP ini juga tidak mengikat, dalam arti setiap negara diberikan kebebasan untuk
memilih sistem proteksi radiasi yang paling sesuai dengan kondisi negara masing-
masing. Jadi boleh sajah suatu negara tidak mengoptimalisasi secara penuh Rekomendasi
ICRP No.60 tahun 1990, misalnya tidak mengikuti rekomendasi tentang NBD baik untuk
pekerja maupun untuk masyarakat bukan pekerja.
Nilai batas dosis yang berlakukan di Indonesia dituangkan dalam surat Keputusan
Direktur Jendral Badan Tenaga Atom Nasional Nomor: PN03/160/DJ/89 tentang
Ketentuan Keselamatan Kerja terhadap Radiasi. Peraturan tersebut disusun lebih banyak
mengacu kepada Publikasi ICRP NO.26 TAHUN 1977. Dalam peraturan ini ditekankan
bahwa pekerja yang berumur kurang dari 18 tahun tidak dizinkan untuk ditugaskan
sebagai pekerja radiasi atau tidak dijinkan untuk diberikan tugas yang memungkinkan
pekerja tersebut mendapatkan penyinaran radiasi. Selain itu, pekerja wanita dalam masa
menusui tidak diijinkan mendapat tugas yang menagandung resiko kontaminasi radioaktif
yang tinggi, jika di perlu terhadap pekerja wanita ini dilakukan pengecekan khusus
terhadap kemungkinan kontaminasi. Untuk itu, dalam peraturan tersebut juga dilakukan
klafikasi terhadap pekerja radiasi. Untuk tujuan pemonitoran dan pembatasan penyinaran
dibedakan dua kategori pekerja radiasi, yaitu :
1. Kategori A untuk pekerja radiasi yang mungkin menerima dosis sama dengan atau
lebih besar dari 15 mSv (1500 mrem) per tahun.
2. Kategori B untuk pekerja radiasi yang mungkin menerima dosis lebih kecil dari 15
mSv (1500 mrem) per tahun.

Adapun 5 macam Nilai Batas Dosis yang diberlakukan di Indonesia, yaitu:
1. NBD untuk Seluruh Tubuh
Ada tiga NBD untuk seluruh tubuh bergantung pada pekerja radiasinya yaitu
NBD untuk pekerja radiasi umumnya dan dua pengecualian NBD masing masing
untuk wanita dalam usia subur dan wanita dalam usia hamil. Adapun nilai NBD
tersebut adalah :
a. NBD untuk pekerja radiasi yang memperoleh penyinaran seluruh tubuh
ditetepkan 50 mSv (5000 mrem) per tahun
b. Batas tertinggi peneriamaan dosis pada abdomen pada pekerja radiasi wanita
dalam usia subur ditetapkan tidak lebih dari 13 mSv (1300 mrem) dalam jangka
waktu 13 minggu dan tidak melebihi NBD untuk pekerja radiasi.
c. Segera setelah seorang pekerja wanita dinyatakan mengandung harus dilakukan
pengaturan agar dalam melaksanakan tugasnya jumlahnya penerima dosis pada
janin, terhitumg sejak dinyatakan mengandung hingga saat kelahirkan, diusahakan
serendah-rendahnya yang sama sekali tidak boleh melebhi 10 mSv (1000 mrem).
Umumnya kondisi ini dicapai dengan mepekerjakan mereka pada kondisi kerja
yang seduai untuk pekerja radiasi Kategori B.

2. NBD untuk Penyinaran Lokal
Dalam hal penyinaran hanya bersifat lokal, yaitu hanya pada bagian khusus dari
tubuh, NBD ditetapkan sebagai berikut:
a. Batas dosis efektif yang dievaluasi berdasarkan persamaan H
E
= W
T
H
T
adalah
50 mSv (5000 mrem) dalam setahun, dosis rata-rata pada setiap organ atau bagian
jaringan yang terkena radiasi harus tidak melebihi 500 mSv (50000 mrem) dalam
setahun.
b. Batas dosis untuk lensa mata adalah 150 mSv (15000 mrem) dalam setahun.
c. Batas dosis untuk kulit adalah 500 mSv (50000 mrem) dalam setahun. Apabila
penyinaran berasal dari kontaminasi radioaktif pada kulit, batas ini berlaku untuk
dosis yang dirata-ratakan pada setiap permukaan 100 cm
2
.
d. Batas dosis untuk tangan, lengan, kaki, dan tungkai adalah 500 mSv (50000
mrem) dalam setahun.

3. NBD untuk Masyarakat Umum
Setiap penguasa instalasi atom harus menjamin agar kontribusi penyinaran yang
berasal dari instalasinya pada anggota masyarakat secara keseluruhan serendah
mungkin. Jumlah penyinaran dari semua kontribusi tersebut harus dikaji ulang dan
khususnya harus diperkirakan dosis genetik sebagai akibat dari semua kontribusi
penyinaran ini. Setiap penguasa instalasi atom juga diwajibkan secara teratur
melaporkan hasil kajian ulang ini kepada instansi yang berwenang. Dengan tidak
mengurangi ketentuan- ketentuan tadi, pembatasan dosis untuk anggota masyarakat
umum berikut ini harus dipatuhi :
a. Dalam hal penyinaran seluruh tubuh, NBD untuk anggota masyarakat umum ialah
5 mSv (500 mrem) dalam setahun.
b. Dalam hal penyinaran bersifat lokal, yaitu hanya bagian bagian khusus dari
tubuh, NBD untuk anggota masyarakat umum yang ditetapkan bahwa batas dosis
efektif yang dievaluasi berdasarkan persamaan : H
E
= W
T
.H
T
adalah 5 mSv (500
mrem) dalam setahun
c. Batas dosis untuk lensa mata adalah 15 mSv (1500 mrem) dalam setahun.
d. Batas dosis untuk kulit adalah 50 mSv (5000 mrem) dalam setahun. Apabila
penyinaran berasal dari penyinaran dari radioaktif pada kulit, batas ini berlaku
untuk dosis yang rata- ratakan pada setiap permukaan seluas 100 cm
3

e. Batas dosis untuk tangan, lengan, kaki, dan tungkai adalah 50 mSv (5000 mrem)
dalam setahun.

4. NBD untuk Magang dan Siswa
Magang dalam peraturan ini diartikan sebagai seseorang yang menerima latihan
dan petujuk dalam melaksanakan suatu pekerjaan yang memerlukan keakhlian
khusus. Baik untuk magang dan siswa berlaku ketentuan- ketentuan sebagai berikut :
a. NBD untuk para magang dan siswa yang berumur serendah rendahnya 18 tahun,
yang sedang melaksanakan latihan atau kerja praktek, atau yang karena keperluan
pendidikannya terpaksa menggunakan sumber radiasi pengion, sama dengan NBD
yang berlaku untuk pekerja radiasi sebagaimana telah dikemukakan sebelumnya.
b. NBD untuk para magang dan sisa yang berumur antara 16 dan 18 tahun, yang
sedang melaksanakan latihan atau kerja praktek, atau yang karena keperluan
pendidikan terpaksa menggunakan radiasi pengion, sam dengan NBD yang
berlaku untuk pekerja radiasi pengion, adalah 0,3 NBD yang berlaku untuk
pekerja radiasi.
c. Para pegawai magang dan siswa yang sedang melaksanakan latihan atau kerja
praktek, atau yang karena keperluan kependidikannya tidak menggunakan sumber
radiasi pengion dan mereka yang berumur kurang dari 16 tahun, NBD untuk
mereka adalah sama dengan masyarakat umum sebagaimana telah dikemukakan
sebelumnya. Apanila mereka karena latihan atu kependidikannya terpaksa terkena
radiasi, maka dosis yang boleh diterima dalam sekali penyinaran tidak boleh
melebihi 0,01 dari NBD untuk anggota masyarakat umum, sedang kontribusi
dosis yang boleh diterima selama kependidikan setiap tahun tidak boleh melebihi
0,1 NBD untuk anggota masyarakat umum.

5. Penyinaran Khusus direncanakan
Penyinaran khusus direncanakan hanya boleh dilakukan bagi pekerja radiasi
kategori A. Semua penyinaran khusus direncanakan hanya boleh dilaksanakan setelah
mendapatkan izin dari penguasa instalasi atom setempat. Izin itu hanya diberikan
dalam keadaan khusus selama operasi apabila cara lain yang tidak melibatkan
penyinaran tidak dapat digunakan. Untuk tindakan ini harus dipertimbangkan usia
dan kesehatan pekerja yang bersamgkutan. Dosis atau dosis terikat untuk penyinaran
khusus yag direncanakan ini dalam setahun tidak boleh melebihi dua kali NBD untuk
penyinaran seluruh tubuh bagi pekerja radiasi, dan lima kali NBD untuk seumur
hidup.
Penyinaran khusus direncanakan tidak boleh diberikan kepada pekerja radiasi,
apabila:
a. Selama 12 bulan sebelumnya ia pernah menerima dosis melebihi NBD
b. Pekerja radiasi yang bersangkutan pernah menerima penyinaran akibat keadaan
darurat atau kecelakaan sehingga mengakibatkan penerimaan dosis seluruhnya
melebihi lima kali NBD
c. Pekerja radiasi yang bersangkutan adalah wanita dalam usia subur atau pekerja
radiasi tersebut menolaknya



6. Penyinaran Gabungan
Yang dimaksud penyinaran gabungan pada bagian ini adalah apabilah seseorang
menerima penyinaran dari sumber eksternal dan internal. Dalam hal ada kombinasi
dalam penyinaran eksternal dan internal, NBD yang ditetapkan sebelumnya (baik
untuk pekerja radiasi maupun masyarakat umum) dapat dianggap dipatuhi apabila
kondoso berikut ini dipenuhi: yang dimaksud penyinaran gabungan pada bagian ini
adalah apabilah seseorang menerima penyinaran dari sumber eksternal dan internal.
Dalam hal ada kombinasi dalam penyinaran eksternal dan internal, NBD yang
ditetapkan sebelumnya (baik untuk pekerja radiasi maupun masyarakat umum) dapat
dianggap dipatuhi apabila kondoso berikut ini dipenuhi:

Dengan
H
l,d
= indeks dosis dalam tahunan
H
l
= NBD tahunan untuk seluruh tubuh
I
j
= jumlah radionuklida j yang masuk dalam setahun
I
j,l
= Batas masukan tahunan (BMT) dari radionuklida j










BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
1. Pendahuluan.
ICRP (Komisi Internasional untuk Perlindungan Radiologi), merupakan suatu
organisais Internasional yang menangani masalah nilai batas dosis. Nilai batas dosis
bukan merupakan batas pemisah antara aman dan bahaya, tetapi jika nilai batas dosis
itu sedikit saja terlampaui, maka peristiwa itu mengindikasi telah terjadinya suatu
kekeliruan dalam pengendalian radiasi
2. Sejarah
Sejarah perkembangan nilai batas dosis tidak lepas dari munculnya kesadaran
akan pentingnya kesadaran akan pentingnya proteksi radiasi yang dimulai pada awal
tahun 1920-an. Sejak tahun 1942 mulai timbul keinginan untuk memperluas
pengertian nilai batas dosis sehingga berlaku juga untuk anggota masyarakat bukan
pekerja radiasi. Dalam rekomendasi tahun 1958 tersebut juga disertakan Nilai Batas
Tertnggi Tahunan ( NBTT ) untuk anggota masyarakat dalam jangka waktu 1 tahun
yang nilainya 1/10 NBRTT, yaitu 0,5 rem atau 500 mrem.
3. NBD yang diberlakukan di Indonesia
Terdapat 6 macam NBD yang diberlakukan di Indonesia, yaitu NBD untuk Seluruh
Tubuh, NBD untuk Penyinaran Lokal, NBD untuk Masyarakat Umum, NBD untuk
Magang dan Siswa, Penyinaran Khusus direncanakan, dan Penyinaran Gabungan

3.2 Saran
Dengan adanya materi mengenai Nilai Batas Dosis diharapkan dapat
mempermudah dalam memahami materi Nilai Batas Dosis.


Daftar Pustaka

Akhadi, Mukhlis. 1997. Dasar-Dasar Proteksi Radiasi. Reneka Cipta: Jakarta


















LAMPIRAN

1. Kilat Permana Putra
Pertanyaan: untuk rumus D = 5 (N-18) bagaimana untuk perhitungannya untuk ibu
hamil pekerja radiasi? Dan apa yang dijadikan penentuan nilai batas radiasi untuk ibu
hamil?
Jawab:
Rumus tersebut untuk pekerja radiasi kecuali untuk pekerja radiasi yang sedang hamil.
Penentuan untuk pekerja radiasi ibu hamil sudah ditetapkan oleh ICRPP, dalam pekerja
radiasi kategori B dimana kurang dari 15 mSv

2. Yayan Yuliananto
Pertanyaan: adakah aturan nilai batas dosis radiasi untuk di luar negeri selain Indonesia?
Jawab:
Aturan untuk nilai batas dosis sudah ditetapkan dari awalnya oleh ICRP. Selebihnya
ICRP menyerahkan wewenang penentuan nilai batas dosis pada tiap Negara masing-
masing, asal tidak melebihi batas yang sudah ditetapkan oleh ICRP. Penentuan nilai batas
dosis diberikan ke tiap Negara karena tiap Negara memiliki radiasi kosmik (alam) yang
berbeda.

3. Andik
Pertanyaan: kenapa nilai batas dosis untuk seluruh tubuh lebih kecil dibandingkan
dengan lensa mata atau pada bagian tertentu saja?
Jawab:
Karena kalau di sinari secara lokal akan lebih merusak sel jaringan organ itu langsung.





MAKALAH PROTEKSI RADIASI
Nilai Batas Dosis (NBD)




Disusun Oleh :
Siti Yuniar Pangestu (24040110120015)
Sheyza Rery Dynza Anggary (2404011011014)
Nazhira Sadrina (24040110130049)
Fajri Inayat (J2D009
Ponco Winarto (24040111



JURUSAN FISIKA
FAKULTAS SAINS DAN MATEMATIKA
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2014

Anda mungkin juga menyukai