Anda di halaman 1dari 37

Apa itu Fluoroskopi: Gambaran Umum,

Manfaat, dan Hasil yang Diharapkan


Definisi dan Gambaran Umum
Fluoroskopi adalah tindakan pencitraan medis yang digunakan
oleh dokter untuk mengambil gambar dari organ tubuh tertentu
dan untuk melihat video pergerakan berbagai bagian tubuh di
layar fluoresen secara langsung. Tindakan ini menggunakan
teknologi sinar-X dan bahan pewarna pembanding, yang
membuat bagian tubuh menjadi tidak tembus pandang dan
terlihat dengan lebih jelas. Fluoroskopi umumnya digunakan
untuk mendiagnosis penyakit dan juga sebagai tindakan
intervensi dalam bidang ortopedi, gastroenterologi, dan
kardiovaskuler.
Siapa yang harus menjalani Fluoroskopi dan apa hasil yang
diharapkan
Fluoroskopi biasanya digunakan untuk mendiagnosis penyakit
dalam bidang:

Gastroenterologi Fluoroskopi yang dilakukan untuk


memantau bagian perut dan usus biasanya menggunakan barium
sebagai agen pembanding untuk menilai kondisi organ
pencernaan dan melihat pergerakannya, yang mencakup
kerongkongan, lambung, usus besar, dan usus kecil untuk
menemukan penyebab gejala gangguan pencernaan,
seperti muntah, kesulitan menelan, nyeri perut, atau gangguan
pencernaan. Tindakan ini juga dapat digunakan untuk
menemukan polip, tumor, atau untuk memastikan keberadaan
sindrom kelainan penyerapan.

Ortopedi Fluoroskopi paling umum digunakan dalam


bidang ortopedi untuk melihat proses penyembuhan dari tulang
yang rusak untuk memastikan bahwa tulang tersebut telah
kembali ke posisi dan susunan yang benar selama
penyembuhan. Fluoroskopi juga digunakan untuk membantu
proses pemasangan implan

Perawatan Kardiovaskuler Fluoroskopi kardiovaskuler


biasanya dilakukan ketika diduga ada penyumbatan pembuluh
darah; tindakan ini dapat membantu proses masuknya kateter
dan pergerakannya yang digunakan untuk mendiagnosis dan
mengobati penyakit.
Fluoroskopi diharapkan dapat memberikan informasi yang tidak
bisa didapatkan oleh dokter melalui tes lain. Informasi ini
digunakan untuk menentukan tindakan yang tepat dalam
pengobatan atau untuk menentukan apakah perlu dilakukan
tindakan lebih lanjut dalam hal melakukan tindakan yang
memakai monitor.
Cara Kerja Fluoroskopi
Fluorosokopi adalah uji pencitraan rutin yang biasanya
membutuhkan waktu 45 menit 1 jam, walaupun durasi setiap
fluoroskopi dapat beragam, tergantung pada bagian tubuh yang
diperiksa. Proses fluoroskopi biasanya dimulai dengan pemberian
zat warna pembanding. Apabila fluoroskopi digunakan untuk
pencitraan saluran pencernaan, proses ini dapat menyebabkan
sedikit ketidaknyamanan karena pasien harus menelan zat
pewarna tersebut. Saat zat pewarna tersebut mengalir melalui
saluran pencernaan, dokter akan mendapatkan gambar yang

jelas dari kerongkongan, perut, usus kecil, dan usus besar. Zat
warna pembanding juga dapat digunakan untuk pemeriksaan
rektum, namun zat tersebut tidak ditelan oleh pasien, melainkan
dimasukkan ke tubuh melalui tabung enema.
Fluoroskopi membutuhkan persiapan yang sederhana. Setelah
pasien tiba di tempat pencitraan, ia akan diminta untuk
menggunakan pakaian laboratorium. Kemudian, tindakan
dilanjutkan dengan memberikan obat bius atau obat penenang.
Ada beberapa aturan yang harus diikuti mengenai pemberian
obat bius dan peraturan ini biasanya dikirim ke pasien beberapa
hari sebelum fluoroskopi. Daftar peraturan ini harus terus ditinjau
dan diikuti.
Setelah persiapan selesai dilakukan, pemindaian fluoroskopi
akan dimulai. Ada dua jenis peralatan yang dapat digunakan
dalam tindakan ini, yaitu sistem tetap dan alternatif berjalan.
Sistem tetap digunakan dalam laboratorium pencitraan yang
tetap, sedangkan unit fluoroskopi C-arm berjalan memberikan
fleksibilitas dalam lokasi pelaksanaan fluoroskopi.
Tindakan fluoroskopi pada dasarnya menggunakan sinar-X, yang
menghasilkan gambar dari lapisan tubuh saat melewati tubuh
dengan kecepatan maksimum 25-30 frame setiap detiknya,
sehingga video dari tubuh dapat dibuat. Hasil dari fluoroskopi
akan diproses dengan peralatan khusus yang membantu
memperjelas dan mencerahkan gambar sebelum gambar
tersebut dipindahkan ke layar fluoresen. Model peralatan yang
lebih baru dapat menghasilkan gambar digital.
Kemungkinan Komplikasi dan Resiko Fluoroskopi

Seperti sebagian besar tindakan medis, fluoroskopi memiliki


risiko yang kebanyakan disebabkan oleh radiasi. Inilah alasan
mengapa tindakan ini tidak disarankan bagi wanita hamil, karena
fluoroskopi memiliki efek radiasi yang dapat membahayakan
janin. Sebagai peraturan, tindakan pencitraan ini hanya boleh
dilakukan apabila manfaat yang diharapkan melebihi
kemungkinan risikonya.
Sebisa mungkin, ahli medis akan menggunakan radiasi dalam
dosis rendah untuk mengurangi risiko. Namun, dosis radiasi akan
bergantung pada kondisi pasien. Dalam kasus di mana
fluoroskopi digunakan untuk membantu tindakan yang
membutuhkan waktu yang lama (misalnya dalam tindakan
intervensi yang membutuhkan pemasangan cincin), dosis radiasi
akan disesuaikan, sehingga ada kemungkinan pasien akan
mendapatkan radiasi dalam dosis yang tinggi.
Risiko fluoroskopi dapat dibedakan menjadi dua jenis, yaitu
deterministic dan stochastic. Risiko ini meliputi:

Cedera pada kulit dan jaringan, seperti luka bakar

Katarak akibat radiasi

Kanker
Selain radiasi, ada juga elemen lain dari tindakan ini yang bisa
menyebabkan efek yang tidak diinginkan, seperti komplikasi yang
terjadi akibat obat bius atau obat penenang.
Untuk mengurangi risiko dari fluoroskopi, ahli medis harus
memeriksa:

Jumlah kumulatif dari radiasi yang mengenai pasien

Ukuran medan sinar-X, yang dapat dikurangi agar sinar-X


hanya akan berada dalam area target gambar dan tidak
mengenai bagian tubuh di sekitarnya

Posisi pasti dari sinar-X agar sinar-X tidak harus


dipancarkan lagi

Filtrasi sinar-X, yang sangat penting terutama dalam


tindakan yang lama

Fitur last-image hold khusus untuk melihat gambar berulang


kali tanpa harus terus menerus memancarkan sinar-X pada
pasien

Rujukan:

Rockville, MD. Food and Drug Administration. Public Health


Advisory: Avoidance of Serious X-Ray-Induced Skin Injuries to
Patients During Fluoroscopically-Guided Procedures. Center for
Devices and Radiological Health, FDA. 1994.

Wagner LK, Eifel PJ, Geise RA. Potential biological effects


following high X-ray dose interventional procedures. J Vasc Interv
Radiol. 1994 Jan-Feb. 5(1):71-84.

Huda W, Peters KR. Radiation-induced temporary epilation


after a neuroradiologically guided embolization procedure.
Radiology. 1994 Dec. 193(3):642-4.

Mengenal Fluoroscopy
Pratama Nur Fandi
Add Comment
RADIODIAGNOSTIK
Selasa, 03 Juni 2014

Selamat pagi... (Walaupun sore atau malam anggap saja


pagi biar pada tetap semangat :D).. Yuk kali ini kita mau
belajar sedikit tentang fluoroscopy. ayuk simak terus ya..

Fluoroskopi apasih fluoroscopy itu?? flouroscopy adalah


suatu alat yang digunakan untuk studi visual (langsung) dari
jatuhnya bayangan laten pada tabir fluoroskopi menjadi
bayangan
permanen
pada
film
atau
spot
film.
Dalam aplikasi medik fluoroscopy digunakan untuk
memvisualisasikan gerakan dari struktur-struktur internal.
Seorang
radiografer maupun dokter radiologi dapat
mengamati gambaran struktur organ secara dinamik (real
time imaging). Selai itu radiograf dapat pula diambil saat
dilakukannya
fluoroscopy
(spot
film).
Aplikasi penggunaan fluoroscopy biasanya adalah pada
pemeriksan angiografi maupun gastro intestinal study.
Berikut ini adalah bagian-bagian dari pesawat fluoroskopi
ditunjukkan pada gambar di bawah ini :

Tabung sinar-X diletakkan dibawah pasien (berada di meja


pemeriksaan). Di atas meja pemeriksaan terdapat penguat
bayangan dan detektor penguat lainnya. Tetapi ada beberapa
pesawat fluoroskopi yang memiliki tabung sinar-X di atas dan
juga terdapat film di bawah meja pemeriksaan. Beberapa
pesawat fluoroskopi dioperasikan dengan jarak jauh yang
berada di luar ruang pemeriksaan. Setiap pesawat pesawat
fluoroskopi mempunyai rancangan yang berbeda-beda,
sehingga seorang radiographer harus mampu untuk
menguasainya.

Pada
pemeriksaan
fluoroskopi
mA
yang
digunakan
berbeda
dengan
pemeriksaan radiografi konvensional. Selama pemeriksaan
fluoroskopi berlangsung, tabung sinar-X dioperasikan tidak
lebih dari 50 mAs. Meskipun menggunakan mA yang kecil,
tetapi dosis yang diterima pasien akan lebih besar
dibandingkan dengan pemeriksaan radiografi konvensional.
Hal ini disebabkan karena sinar-X yang diemisikan oleh
tabung pada pesawat fluoroskopi membutuhkan waktu yang
lebih lama dibandingkan dengan tabung pada pesawat
konvensional.
Pengaturan kVp tergantung pada organ yang akan diperiksa.
Ciri-ciri dari fluoroskopi adalah adanya: Automatic Brightness
Control (ABC), Automatic Brightness Stabilization (ABS),
atau Automatic Gain Control (AGC).
Keuntungan dari fluoroskopi yaitu meningkatkan ketajaman
gambar yang dihasilkan. Tahap perpendaran diukur dalam
satuan Lambert (L) dan mililambert (mL), dimana 1L = 1000
mL.

Fluoroskopi dan angiografi adalah aplikasi khusus pencitraan


X-ray, di mana layar fluorescent dan intensifier gambar tabung
dihubungkan ke sistem televisi sirkuit tertutup. Hal ini
memungkinkan real-time pencitraan struktur dalam gerakan atau
ditambah dengan agen radiocontrast. Agen radiocontrast yang
diberikan, sering ditelan atau disuntikkan ke tubuh pasien, untuk
menggambarkan anatomi dan fungsi pembuluh darah, sistem
Genitourinary atau saluran pencernaan. Dua radiocontrasts saat
ini digunakan. Barium (sebagai Baso 4) dapat diberikan secara
lisan atau dubur untuk evaluasi dari saluran GI. Yodium, dalam
bentuk kepemilikan beberapa, dapat diberikan melalui oral,
rektal, rute intraarterial atau intravena. Para agen radiocontrast
kuat menyerap atau menyebarkan radiasi sinar-X, dan dalam
hubungannya dengan pencitraan real-time memungkinkan
demonstrasi proses dinamis, seperti peristaltik di saluran
pencernaan atau aliran darah dalam arteri dan vena. Yodium
kontras mungkin juga terkonsentrasi di daerah abnormal lebih
atau kurang dari pada jaringan normal dan membuat kelainan
(tumor, kista, radang) lebih mencolok. Selain itu, dalam keadaan
tertentu udara dapat digunakan sebagai agen kontras untuk
sistem pencernaan dan karbon dioksida dapat digunakan
sebagai agen kontras dalam sistem vena, dalam kasus ini, agen

kontras melemahkan radiasi sinar-X kurang dari jaringan


sekitarnya

Komponen-komponen utama
pesawat sinar x system charger
BagianUtama
a.

TabungSinar X

Padatabungsinar-x mobile terdapatkomponen-komponen yang


samadenganjenispesawatsinar-x lain, yaituduakutub (anodadankatoda)
danfocussing cup.
Tabungdalamdisebut insert tube. Insert tube diselimutitsbungluar (tube
housing). Pada tube housing terdapat window sebagaitempatkeluarnyaradiasi
b.

Kolimator

Komponen yang terpasang pada jendela tabung yang berfungsiuntuk


membatasi lapangan penyinaran agar bisa disesuaikan dengan luas objek dan
juga sebagai titik sentrasi lapangan penyinaran.Kolimator dilengkapi dua knop
untuk membuka dan menutup pembatas dan lampu untuk membantu
menentukan lapangan penyinaran.
c.

Panel Kontrol

Komponen untuk mengatur faktor eksposi.Pada panel kontrol biasanya


terdapat kV selector untuk mengatur tegangan tabung, mA selector untuk
mengatur arus tabung, timer selector untuk mengatur lamanya waktu
penyinaran.Indikasi kV, mA, dan focus selector
untukmenentukanbesarkecilnyafokus.
d.

Handswitch

Tombol yng digunakan untuk me-ready dan mengekspose.


e.

Generator

Catudaya yang menghasilkan tenaga listrik untuk pembangkitan sinar-x.


f.

X-ray Tube

X-ray tube berfungsi sebagai tempat terjadinya proses


kerja sinar x
g.

HTT (high tension travo)

berfungsi sebagai penghasil tegangan tinggi pada


pesawat rontgen.
h.

Roda

berfungsi sebagai penggerak pesawat rongent mobile.

i. Casette box
berufungsi sebagai tempat penyimpanan kaset

b.

2.

Bagian tambahan

a.

Lengan penopang untuk memudahkan memposisikan tabung

Pegangan pengemudi dan roda untuk memudahkan radiografer saat

memindahkan
pesawat dari ruang satu keruang lain
c.

Bok kaset untuk meletakkan kaset.

Prinsip dasar

X Ray mobile terdiri dari cart beroda yang membawa x ray generator, x
ray tube, tubestand, collimator, dan penyimpana film cassette. Ada juga battery
untuk mengecharge tenaga pada x ray mobile.
Dialat ini ada 2 prinsip kerja bisa dari supply tegangan 220 v ac langsung
atau battery, alur kerja dari sumber 220 V yaitu masuk ke step up trafo lalu ke
rectifier yang kemudian ke x ray tube. Dimana diantara x rectifier dan x ray tube
terdapat battery dan kapasitor. Jika battery terisi maka dia akan meyalurkan
tegangannya ke kapasitor. Setelah penuh kapasitor akan mendischarge ke x ray
tube dan menghasilkan sinar x.

Standart Operasional Pengoperasian:


a.

Nyalakan power untuk memberikan supply ke pesawat

b.

Tekan tombol on untuk mengaktifkan pesawat

c.

Atur posisi area yang akan di ekspose

d.

Setting kV dan mA sesuai dengan yang dibutukan pada control table

e.

Tekan tombol ekspose

f.

Setelah selesai, tekan tombol off untuk mematikan pesawat

by: http://materipelajaranaktro.blogspot.com/2010/12/pesawat-sinarx_23.html

Diposkan oleh Rhyni di 01.51 Tidak ada komentar:


Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke
FacebookBagikan ke Pinterest

FLUOROSKOPI
Fouroscopy adalah suatu alat yang digunakan untuk studi visual
(langsung) dari jatuhnya bayangan laten pada tabir fluoroskopi
menjadi bayangan permanen pada film atau spot film.
Dalam aplikasi medik fluoroscopy digunakan untuk
memvisualisasikan gerakan dari struktur-struktur internal. Seorang
radiografer maupun dokter radiologi dapat mengamati gambaran
struktur organ secara dinamik (real time imaging). Selai itu radiograf
dapat pula diambil saat dilakukannya fluoroscopy (spot film).
Aplikasi penggunaan fluoroscopy biasanya adalah pada pemeriksan
angiografi maupun gastro intestinal study.
Berikut ini adalah bagian-bagian dari pesawat fluoroskopi ditunjukkan

pada gambar di bawah ini :


Tabung sinar-X diletakkan dibawah pasien (berada di meja
pemeriksaan). Di atas meja pemeriksaan terdapat penguat bayangan
dan detektor penguat lainnya. Tetapi ada beberapa pesawat
fluoroskopi yang memiliki tabung sinar-X di atas dan juga terdapat film
di bawah meja pemeriksaan. Beberapa pesawat fluoroskopi
dioperasikan dengan jarak jauh yang berada di luar ruang
pemeriksaan. Setiap pesawat pesawat fluoroskopi mempunyai
rancangan yang berbeda-beda, sehingga seorang radiographer harus

mampu untuk menguasainya.


Pada pemeriksaan fluoroskopi mA yang digunakan berbeda dengan
pemeriksaan radiografi konvensional. Selama pemeriksaan
fluoroskopi berlangsung, tabung sinar-X dioperasikan tidak lebih dari
50 mAs. Meskipun menggunakan mA yang kecil, tetapi dosis yang
diterima pasien akan lebih besar dibandingkan dengan pemeriksaan
radiografi konvensional. Hal ini disebabkan karena sinar-X yang
diemisikan oleh tabung pada pesawat fluoroskopi membutuhkan
waktu yang lebih lama dibandingkan dengan tabung pada pesawat
konvensional.Pengaturan kVp tergantung pada organ yang akan
diperiksa. Ciri-ciri dari fluoroskopi adalah adanya: Automatic
Brightness Control (ABC), Automatic Brightness Stabilization (ABS),
atau Automatic Gain Control (AGC).Keuntungan dari fluoroskopi yaitu
meningkatkan ketajaman gambar yang dihasilkan. Tahap
perpendaran diukur dalam satuan Lambert (L) dan mililambert (mL),
dimana 1L = 1000 mL.

Fluoroskopi adalah cara pemeriksaan yang menggunakan sifat


tembus sinar roentgendan suatu tabir yang bersifat luminisensi bila
terkena sinar tersebut. Fluoroskopi utamanyadiperlukan untuk
menyelidiki fungsi serta pergerakan suatu organ atau sistem tubuh
seperti dinamika alat peredaran darah, misalnya jantung, dan
pembuluh darah besar, serta pernafasan berupa pergerakan
diafragma dan aerasi paru-paru. (Sjahriar Rasad, 1998).
Komponen pesawat fluoroskopi

a)

X-ray tube dan generator.


Tube sinar-X fluoroskopi sangat mirip desainnya dengan tube
sinar-X diagnostik konvesional kecuali bahwa tube sinar-X fluoroskopi
dirancang untuk dapat mengeluarkan sinar-X lebih lama dari pada
tube diagnostik konvensional dengan mA yang jauh lebih kecil.

b)

Image Intisifier.

Komponen - komponen tabung Image Intensifier


(Bushong,2001)

Semua sistem fluoroskopi menggunakan Image Intisifier yang


menghasilkan gambar selama fluoroskopi dengan mengkonversi low
intensity full size image ke high-intensity minified image. Image
Intisifier adalah alat yang berupa detektor dan PMT (di dalamnya
terdapat photocatoda, focusing electroda, dinode, dan output
phospor). Sehingga memungkinkan untuk melakukan fluoroskopi
dalam kamar dengan keadaan terang dan tanpa perlu adaptasi gelap
(Sjahriar Rasad, 1998). Image Intisifier terdiri dari:

1.

Detektor
Terbuat dari crystals iodide (CsI) yang mempunyai
memendarkan cahaya apabila terkena radiasi sinar-X.

2.

sifat

PMT (Photo Multiplier Tube).


Terdiri Dari :

a.

Photokatoda.
Terletak setelah input phospor. Memiliki fungsi untuk merubah cahaya
tampak yang diserap dari input phospor menjadi berkas elektron.

b.

Focusing Electroda.
Elektroda dalam focus Image Intensifier meneruskan elektron-elektron
negatif dari photochatode ke output phospor.

c.

Anode dan Output Phospor.


Elektron dari photochatode diakselerasikan secara cepat ke anoda
karena adanya beda tegangan seta merubah berkas elektron tadi
menjadi sinyal listrik.
Komponen-komponen tabung yang terdapat pada kaca atau
pembungkus dari logam berfungsi untuk melindungi komponenkomponen tersebut, tetapi fungsi yang lebih penting yaitu agar tabung
tetap hampa udara. Saat diinstall, tabung dimasukkan ke dalam peti
logam untuk melindunginya dari penanganan yang kasar.
Sinar-X yang keluar dari pasien dan terjadi pada tabung penguat
gambar ditransmisikan ke kaca pelindung (glass Envelope) dan
berinteraksi dengan input phosphor yaitu Cesium Iodide (CsI). Ketika
sinar-X berinteraksi dengan input phosphor, energinya diubah menjadi
cahaya tampak sama dengan efek Intensifying Screen (IS) radiografi.

c)

Sistem Monitoring dan Video.


Umumnya penempatan monitor berada di luar ruang
pemeriksaan. Monitor televisi juga digunakan untuk menyimpan
gambar dalam bentuk elektronik untuk ditampilkan kembali dan

menipulasi gambar. Monitor televisi merupakan bagian penting dari


pesawat fluroskopi digital.
1)

Kamera Televisi
Kamera terdiri dari rumah silindris dengan diameter 15 cm dan
panjangnya 25 cm, dimana inti kamera yaitu tabung kamera televisi.
Kamera
televisi
juga
tersusun
oleh
gulungan-gulungan
elektromagnetik untuk member petunjuk sinar elekron ke dalam
tabung.

2)

Monitor Televisi
Video signal televisi diperkuat dan ditransmisikan oleh kabel
monitor televisi dimana monitor televisi ditransformasikan kembali
menjadi gambar tampak. Monitor televisi adalah tabung televisi
gambar, atau cathode ray tube (CRT).

3)

Gambar televisi
Gambar pada monitor televisi dibentuk dalam bentuk komplek,
yaitu lebih simple. Gambar televisi mentransformasi gambar cahaya
tampak pada output fosfor menjadi signal video elektrik yang dibentuk
oleh sinar electron kontiyu pada tabung kamera televisi.

4)

Perekam Gambar
Cassete loaded spot film konvensional adalah metode yang
digunakan oleh fluroskopi penguat gambar. Spot film diposisikan
diantara pasien dan penguat gambar.
Saat dieksposi spot film kaset dinginkan, radiolog harus mengontrol
pergerakan posisi dari kaset dan merubah operasi tabung sinar x dari
fluroskopi mA rendah ke radiografi mA tinggi.

Pada saat pemeriksaan fluoroskopi berlangsung, berkas cahaya


sinar-x primer menembus tubuh pasien menuju input screen yang
berada dalam Image Intensifier Tube yaitu sebuah tabung hampa
udara yang terdiri dari sebuah katoda dan anoda. Input screen yang
berada pada Image Intensifier adalah layar yang menyerap foton
sinar-x dan mengubahnya menjadi berkas cahaya tampak, yang
kemudian akan ditangkap oleh PMT (Photo Multiplier Tube). PMT
terdiri dari photokatoda, focusing elektroda, dan anoda dan output
phospor. Cahaya tampak yang diserap oleh photokatoda pada PMT
akan dirubah menjadi elektron, kemudian dengan adanya
focusing elektroda elektron-elektron
negatif
dari
photokatoda
difokouskan dan dipercepat menuju dinoda pertama. Kemudian
elektron akan menumbuk dinoda pertama dan dalam proses
tumbukan akan menghasilkan elektron-elektron lain. Elektron-elektron
yang telah diperbanyak jumlahnya yang keluar dari dinoda pertama
akan dipercepat menuju dinoda kedua sehingga akan menghasilkan
elektron yang lebih banyak lagi, demikian seterusnya sampai dinoda
yang terakhir. Setelah itu elektron-elektron tersebut diakselerasikan
secara cepat ke anoda karena adanya beda potensial yang kemudian
nantinya elektron tersebut dirubah menjadi sinyal listrik.

Sinyal listrik akan diteruskan ke amplifier kemudian akan


diperkuat dan diperbanyak jumlahnya. Setelah sinyal-sinyal listrik ini
diperkuat maka akan diteruskan menuju ke ADC (Analog to Digital
Converter). Pada ADC sinyal-sinyal listrik ini akan diubah menjadi
data digital yang akan ditampilkan pada tv monitor berupa gambaran
hasil fluoroskopi.
by : http://bocah-radiography.blogspot.com/2014/06/mengenalflouroscopy.html

Diposkan oleh Rhyni di 01.51 Tidak ada komentar:


Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke
FacebookBagikan ke Pinterest

Pesawat Sinar-X Konventional


Pesawat Sinar-X konvensional adalah salah satu jenis pesawat Sinar-X yang
digunakan untuk radiografi.Arti konvensional di sini, menunjukkan jenis pesawat
dari pergerakannya, dimana pesawat konvensional pergerakannya terbatas pada
stasionernya dan bedanya dgn pesawat mobile tidak dapat berpindah dari suatu
ruangan keruangan lain.

Perbandingan atau kemampuan pesawat sinar-X konventional yaitu :

Fungsi
Digunakan pada pasien yang bisa diajak kerja sama, dengan kata lain pasien
bisa atau mampu di periksa di kamar pemeriksaan.
Kapasitas
Kapasitasnya tinggi sehingga dapat digunakan dalam berbagai variasi mA.
Tingkat keawetan
Lebih awet karena dapat digunakan dalam berbagai variasi mA yang membuat
pesawat terpelihara keawetannya.
Kenyamanan dalam digunakan radiographer
Lebih nyaman karena lebih mudah digunakan.
Penggunaan faktor eksposi
Faktor eksposi yang digunakan tinggi, sehingga memungkinkan pemeriksaan
pada seluruh bagian tubuh dan juga dapat dilakukan pemeriksaan menggunakan
contrass media dan fluoroskopi.

B. KOMPONEN PESAWAT ROENTGEN


1.RANGKAIAN PESAWAT RONTGEN
Blok
konvensional

diagram

Pesawat

roentgen

Blok Rangkaian Power Supply

Rangkaian ini berfungsi untuk mendistribusikan tegangan pada seluruh


rangkaian pesawat sesuai yang dibutuhkan oleh masing-masing rangkaian.
Rangkaian ini terdiri dari :
1.

Saklar.

Berfungsi untuk menghubungkan supply listik PLN dengan pesawat


roentgen.
2.

Fuse / sekring
Berfungsi sebagai pengaman.

3.

Voltage Compensator

Alat yang berfungsi untuk mengkompensasi nilai tegangan yang diperlukan


pesawat jika terjadi penurunan atu kenaikan pada supply PLN Jika tegangan naik
kita harus menambah jumlah lilitan primer dengan memutar selector voltage
compensator dan begitun pun sebaliknya.
4.

Auto Trafo

Alat untuk memindahkan daya listrik dari satu rangkaian ke rangkaian lain
dengan cara menaikkan atau menurunkan tegangan keseluruh pesawat.
5.

Voltage Indicator :

Untuk mengetahui apa tegangan PLN mengalami kenaikan atau penurunan.


6.

KVP selector Mayor

Untuk memilih tegangan tinggi / memilih besarnya beda potensial antara anoda
dan katoda, yang besar selisih tiap terminal x 10 KV
7.

KVP selector Minor

Untuk memilih tegangan tinggi / memilih besarnya beda potensial antara anoda
dan katoda, yang besar selisih tiap terminalnya 1 KV.

2.TABUNG X-RAY

Pada tabung sinar-x terdapat dua kutub, yaitu anoda (+) dan katoda
(-).Pada katoda, terdapat kawat filamen sebagai sumber elektron dan focusing
cup untuk mengarahkan berkas elektron ke target.Pada Anoda, terdapat target
tumbukan yang terbuat dari tungsten yang terhubung dengan motor
(rotor+stator) agar anoda bisa berputar (untuk jenis rotating anode). Tabung
dalam ini disebut Insert Tube.Kemudian tabung dalam ini diselimuti tabung
luar yang disebut Tube Housing.Pada Tube Housing terdapat jendela sebagai
tempat keluarnya radiasi.Tabung sinar-X terdiri dari Tube Housing , Glass
Envelope / Tube Insert , Minyak , Windows , Katoda , Anoda , Filter tabung sinar X
, Diagfragma , Tabung Vakum , Kolimator , Tegangan Line , Line Voltage
Compensator , Autotrafo ( Automatic Transformer ) , dan Transformator.

3. . High Tension Transformer (HTT)


High Tension Transformer berfungsi untuk memberikan beda potensial pada
tabung rontgen (Xray tube over table) high tension cable, high tension cable
yang lain untuk memberi beda potensial antara anoda dan katoda pada Xray
tube under table. Bagian bagian dari HTT yaitu transformator tegangan tinggi ,
Trafo Filamen , Penyearah , dan Oli.
4. Universal Patient Table
Universal patient table atau disebut patient table saja adalah alat untuk
tempat tidur pasien yang akan di foto rontgen atau meja pemeriksaan. Disebut
universal karena dapat dipakai untuk membuat berbagai macam tindakan foto
rontgen. Meja pemeriksaan ini dapat digerakkan dari 0 180 derajat sesuai
kebutuhan. Patient table mempunyai 2 Bucky yaitu.
Bucky yang ada dibawah meja disebut Bucky Table
Digunakan pada saat membuat foto rontgen dengan menggunakan X-ray tube
Overtable.
Bucky yang ada di Exploratory
Digunakan pada saat melakukan foto rontgen menggunakan X-ray tube
Undertable.

C.Syarat-syarat terjadinya sinar-x pada tabung


1. Sumber Elektron
2. Gaya pemercepat elektron
3. Ruang yang hampa udara
4. Alat pemusat berkas elektron
5. Benda penghenti gerakan elektron/target

D.Proses terjadinya sinar X

Didalam tabung roentgent ada katoda dan anoda , dan bila kawat filamen
dipanaskan lebih dari 20.000 dearajat celcius sampai menyala dengan
mengantarkan listrik dari transformator.

Karena panas yang ditimbulkan memberikan tegangan tinggi maka elektonelekton dipercepat gerakannya menuju anoda (target)

Elektron-elektron mendadak dihentikan pada anoda sehingga membentuk


panas 99% dan sinar X 1 %

Sinar X akan keluar dan diarahkan dari tabung melalui jendela yang disebut
diagfragma

Panas yang ditimbulkan ditiadakan oleh radiator pendingin

by: http://www.scribd.com/doc/228391736/PESAWAT-RONTGENKONVENSIONAL#scribd

Diposkan oleh Rhyni di 01.46 Tidak ada komentar:


Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke
FacebookBagikan ke Pinterest

KOLIMATOR SEBAGAI
PEMBATAS AREA PENYINARAN
Kolimator merupakan salah satu bagian dari pesawat sinar-X yang memiliki
fungsi untuk pengaturan besarnya ukuran lapangan radiasi. Kolimator memiliki
beberapa komponen yaitu lampu kolimator, plat timbal pembentuk lapangan,
meteran untuk mengukur jarak dari fokus ke detektor atau ke film, tombol untuk
menghidupkan lampu kolimasi, dan filter Aluminium (Al) dan/atau tembaga (Cu)
sebagai filter tambahan.
Setiap pesawat sinar-X dapat memiliki bentuk dan disain kolimator yang berbeda
namun secara garis besar komponen kolimator seperti yang sudah disebutkan.

Gambar 1. Kolimator Pesawat Sinar-X untuk radiografi umum

Sesuai dengan Peraturan Kepala (PERKA) BAPETEN No. 9 Tahun 2011 tentang Uji
Kesesuaian pesawat Sinar-X Radiologi Diagnostik dan Intervensional, Pasal 5,
kolimasi merupakan salah satu parameter yang harus diuji dan merupakan salah
satu parameter utama uji kesesuaian. Maksud dari parameter utama ini adalah
parameter yang secara langsung mempengaruhi dosis radiasi pasien dan
menentukan kelayakan operasi pesawat Sinar-X.

Uji kolimasi dalam perka tersebut meliputi 2 (dua) komponen, yaitu: iluminasi
dan selisih lapangan kolimasi dengan lapangan berkas radiasi.

Berikut ini disampaikan salah satu cara untuk menguji tingkat iluminasi (kuat
cahaya) dan kesesuaian berkas radiasi dengan lapangan kolimasi.

1. Tingkat Iluminasi
Tujuan: memastikan bahwa lampu kolimator mempunyai kuat cahaya atau
tingkat kecerahan yang cukup untuk menunjukkan bidang berkas sinar-X dan
secara mudah terlihat di bawah kondisi pencahayaan ruangan.
Persyaratan: sesuai dengan Perka BAPETEN No. 9/2011, Tingkat iluminasi dari
lampu kolimator tidak boleh kurang dari 100 lux pada jarak fokus film 100 cm.
Metode Pengukuran :

alat ukur: light meter / iluminasi meter

dengan kolimasi terbuka penuh, nyalakan lampu kolimator.

Posisikan light meter pada jarak 100 cm dari fokus.

Ukur kuat cahaya pada tiap kuadran dari bidang kolimator untuk
menentukan keseragaman intensitas cahaya. Catat iluminasi tiap kuadran dan
hitung iluminasi rata-rata.

Ukur kuat cahaya latar (background) dengan kondisi lampu ruang pesawat
Sinar-X nyala dan lampu kolimator mati. Catat iluminasi latar.

Hitung tingkat iluminasi dengan mengurangkan kuat cahaya rata-rata


dengan latarnya.

Bandingkan dengan persyaratannya.

2. Kongruensi Lapangan Kolimasi dengan Berkas


Ketegaklurusan Berkas Radiasi

Radiasi dandan

Tujuan : memastikan dalam batas yang dapat diterima bahwa bidang berkas
sinar-X kongruen dengan bidang cahaya kolimator.
Persyaratan:

Apabila

terjadi

penyimpangan

maka

harus

memehuhi

persyaratan bahwa penyimpangan bidang cahaya kolimator dengan berkas sinarX bagian horizontal (x) maupun vertikal (y) tidak boleh melebihi 2% dari jarak
fokus ke bidang film/citra dan total penyimpangan dari bidang horizontal dan
vertical (|x| + |y|) tidak boleh melebihi 3% dari jarak fokus ke bidang film.
Metode pengukuran:

alat ukur yang digunakan adalah collimator test tool, yang terdiri dari satu
plat dengan garis berbentuk empat persegi panjang (rectangular) yang tidak
tembus radiasi (radioopaque) dan sebuah silinder dengan bola baja di bagian
tengah setiap dasarnya yang tidak tembus radiasi. Jika gambar yang ada di bola
atas overlap dengan gambar yang ada di bola bawah, maka penyimpangannya
<= 0,50; jika gambar dari bola atas ada pada lingkaran dalam maka
penyimpangannya = 1,50 dan untuk lingkaran terluar penyimpangannya = 3 0.

Pastikan pesawat sinar-X sudah siap untuk pengujian, yaitu: sudah


dilakukan warm-up.

Posisikan fokus tabung sinar-X tegak lurus menghadap ke meja pasien.


Untuk memastikan posisi tabung horizonal dapat digunakan water pass.

Posisikan plat rectangular di atas kaset yang berisi film ukuran 20 cm x 25


cm atau lebih besar pada jarak yang telah ditentukan, yaitu 100 cm dari fokus.
Gunakan meteran untuk memastikan jarak pengukuran tepat.

Silinder ditempatkan pada plat tepat di bagian tengah. Setting alat seperti
pada Gambar 2 di bawah ini.

Gambar 2. Setting pengujian kongruensi kolimasi

Meja pasien harus horizontal dan tegak lurus dengan tabung sinar-X.
Untuk memastikan posisi tabung horizonal dapat digunakan water pass.

Kolimator diatur sedemikian rupa sehingga bidang lampu kolimator


sebangun dengan garis rectangular yang ada di plat seperti pada Gambar 3.

Gambar 3. Bidang lampu sebangun dengan garis rectangular

Kalau bidang lampu tidak sebangun dengan garis rectangular maka catat
penyimpangannya.

Kemudian dilakukan penyinaran dengan kondisi diatur pada nilai


sekitar 50 - 60 kVp, dan 3 - 8 mAs atau disesuaikan dengan kondisi pesawat
sinar-X untuk penyinaran ekstrimitas.

Interprestasi citra yang diperoleh dari film memberikan informasi nilai


ketidaksesuaian dengan melihat garis rectangular sebagai identitas kolimasi dan
berkas radiasi yang menembus film (Gambar 4).

Gambar 4. Hasil uji kongruensi kolimasi

Sesuai dengan persyaratan, batas toleransi maksimum kongruensi


kolimasi adalah (X1+X2), (Y1+Y2) tidak boleh lebih dari 2% jarak fokus film dan
[(X1+X2) + (Y1+Y2)] tidak boleh lebih dari 3%. Apabila salah
satu persyaratannilainya melebihi batas toleransi tersebut maka berkas radiasi
dinyatakan tidak kongruen dengan bidang lampu kolimator.

Gambar 5. Penyimpangan ketegaklurusan berkas radiasi

Penyimpangan ketegaklurusan berkas seperti terlihat pada Gambar di atas


dapat dihitung menggunakan persamaan , dengan r = panjang penyimpangan
(cm), t = panjang silinder (cm), dan FFD = jarak fokus film (cm).

Kalau kita perhatikan mengenai prosedur pengujian kolimasi di atas, ada satu
parameter yang tidak dipersyaratkan di Perka BAPETEN No. 9/2011, yaitu
ketegaklurusan berkas radiasi. Namun, pada Lampiran III Perka tersebut
mempersyaratkan harus memiliki alat ukur ketegaklurusan berkas.
Ada yang bisa membantu menjelaskan?

Selanjutnya, ada beberapa hal yang penting untuk dicatat dan diingat mengenai
peran pentingnya water pass. Biasanya sering terabaikan dan terlupakan. Water
pass fungsinya untuk mengukur tingkat kedataran suatu permukaan. Bagaimana
kalau diukur dengan water pass tidak sesuai? Kalau tabung pesawat yang tidak
sesuai water pass-nya maka diatur tabungnya sehingga pass ukuran water passnya. Kemudian jika meja pasiennya yang tidak sesuai maka kalau meja
pasiennya bisa diatur kemiringannya maka diatur disesuaiakan kedatarannya
dengan water pass. Kalau meja pasien tidak dapat diatur kemiringannya maka
sebaiknya pengukuran dilakukan dengan alas lantai ruangan. Mayoritas lantai
ruangan sudah sesuai kedatarannya. Kemudian pasang kasetnya di atas lantai
atau meja pasien, dan ukur kembali kedatarannya dengan water pass. Biasanya
ada beberapa kaset yang mengalami penyimpangan kedataran. Kalau kasetnya
kurang datar maka bisa di atur dengan menyelipkan kertas atau benda tipis di
bawah kaset sehingga datar. Kemudian tak lupa juga plat rektangularnya
dipastikan tidak melengkung, harus datar. Terakhir pastikan juga bahwa tabung
silinder juga datar.
Setelah setting yang dilakukan benar dan tepat, maka dilakukan penyinaran dan
analisis film. Jika ditemukan penyimpangan yang melebihi persyaratan Perka
BAPETEN No. 9/2011 maka tindakan selanjutnya adalah perbaikan.

Permasalahan yang sering dihadapi pada kolimator.


1.

Penyimpangan iluminasi.
Pada pengujian iluminasi sering ditemui bahwa iluminasi kurang dari 100 lux.
Bahkan ada standar Negara lain harus lebih besar 160 lux. Kalau terjadi
penyimpangan tersebut maka solusinya harus diperbaiki dengan penggantian
lampu kolimasi. Apakah sesederhana itu solusinya? Itu adalah solusi cepat yang
sering kita sampaikan, memanggil teknisi untuk mengganti lampu.
Ada beberapa hal yang ditemui ditemui saat melakukan pengukuran iluminasi,
kondisi seperti:

a. Pengukuran iluminasi latar sering terpengaruh oleh isban-bayang kita. Jadi harus
diingat jangan menghalangi sinar lampu ruangan isband alat ukur iluminasi.
Sehingga tidak ada kontribusi penyimpangan dari personil penguji.
b. Posisi lampu ruangan terhalang oleh tabung pesawat dan penyangganya. Kondisi
pengukuran dilakukan di atas meja pasien atau di lantai. Sehingga dapat
mempengaruhi iluminasi latar yang terukur. Seharusnya iluminasi latar tinggi
karena terhalang jadi rendah. Hasilnya, seharusnya tidak lolos jadi lolos uji.
c. Tingkat iluminasi tiap kuadran menunjukkan perbedaan yang signifikan, seperti
kuadran bagian dalam lebih besar tingkat iluminasinya dibanding dengan bagian
luar.

Gambar 6. Hasil Pembacaan tingkat iluminasi

d. Saat mengukur iluminasi, nilai yang keluar di alat ukur memiliki tingkat variasi
yang tinggi, berubah-ubah dengan cepat. Sehingga memerlukan ketelitian untuk
menentukan nilai yang dipilih.

2.

Penyimpangan lapangan kolimasi dengan berkas radiasi


Terjadinya penyimpangan lapangan kolimasi dapat disebabkan oleh kolimator
yang pernah dibongkar karena perbaikan atau penggantian lampu kolimator,
kolimator

sering

diputar-putar,

dan

adanya

goncangan

sehingga

terjadi

pergeseran plat timbal dan/atau cerminnya. Penyimpangan lapangan kolimasi


dapat diperbaiki dengan mengatur posisi kemiringan cermin dan/atau dengan
mengatur posisi plat timbal atau diserahkan pada teknisi yang berpengalaman.

3.

Penyimpangan ketegaklurusan berkas radiasi.


Jika

terjadi

penyimpangan

lapangan

kolimasi

biasanya

diiringi

dengan

penyimpangan ketegaklurusan berkas. Ilustrasinya seperti gambar 7 di bawah


ini. Penyimpangan ini dapat disebabkan oleh posisi kolimator yang berubah atau
rotasi tabung sinar-X yang memiliki tingkat kedataran rendah.

Gambar 7. Ilustrasi pengukuran ketegaklurusan berkas radiasi

Besarnya sudut dce sebanding dengan sudut aeb dan diindikasikan dengan
lambang . Besarnya penyimpangan ketegaklurusan berkas dapat dihitung
dengan persamaan di bawah ini.

Dari ke-3 penyimpangan yang terjadi pada kolimasi, pemanggilan petugas


perbaikan oleh pihak pemilik pesawat sinar-X merupakan hal yang lumrah
dilakukan. Namun setidaknya sebelum memanggil petugas perbaikan, terlebih
dahulu dilakukan pengecekan secara fisik oleh radiografer dan teknisi.
Pengecekan yang tersebut dapat berupa pengecekan tingkat kedataran,
pengecekan posisi kolimator, pengecekan rotasi tabung, dll.
Pada saat perbaikan, misal penggantian lampu kolimasi, harus diperhatikan cara
membuka dan mengganti lampu kolimasi dengan benar sehingga tidak

menimbulkan penyimpangan lainnnya. Awalnya hanya tingkat iluminasinya yang


kurang

dan

setelah

dilakukan

penggantian

lampu

justru

menimbulkan

penyimpangan lain seperti ketidaksesuaian lapangan kolimasi dengan berkas


radiasi dan ketegaklurusan berkas radiasi.

Gambar 8. Kolimator yang dapat diputar

Filtrasi (Filtration)
Filtrasi merupakan indikator yang menunjukkan kualitas berkas radiasi akibat
proses atenuasi berkas radiasi pesawat sinar-X yang keluar dari tabung karena
adanya bahan penghalang atau filter dan biasanya ditunjukkan dalam satuan
ekivalen mm Al.
Pada pesawat sinar-X, filtrasi ada dua macam yaitu filtrasi bawaan (inherent
filtration) dan filtrasi tambahan (added filtration). Kadang istilahnya sama
yaitu inherent filtration. Cara membedakan jika istilahnya sama adalah dengan
mencatat inherent filtrationpada label tabung dan inherent filtration pada label
kolimator.Inherent filtration yang ada di label kolimator itulah yang disebut
dengan added filtration.
Pembahasan filtrasi lebih jauh akan dilakukan saat kita membicarakan masalah
kualitas berkas radiasi.

Komponen lain yang ada dalam kolimator selain yang telah dibahas di atas
adalah filter. Filter yang dimaksud ini sering disebut dengan filter tambahan
(added filter). Karena berupa filter tambahan maka filter ini biasanya dapat
diatur penggunaannya. Ada beberapa pesawat sinar-X yang filter tambahannya
tidak dapat diatur pemilihannya. Namun sering kita temui untuk pesawat sinar-X
yang baru kita mendapati bahwa filter tambahan itu data diatur sesuai
penggunaannya. Oleh karenanya sering kita mendengar atau mendapati kalau
mau melakukan pengukuran kualitas berkas radiasi maka filter tambahannya di
nol-kan dulu.

Gambar 9. filter tambahan yang dapat di atur

Gambar 10. Label yang tertera pada kolimator untuk mengidentifikasi spesifikasi
kolimasi

Referensi

1.

BAPETEN, Peraturan Kepala No. 9 Tahun 2011 tentang Uji Kesesuaian


pesawat Sinar-X Radiologi Diagnostik dan Intervensional.

2.

FOOD AND DRUG ADMINISTRATION (FDA), Routine Compliance Testing


Procedures For Diagnostic X-Ray Systems or Components of Diagnostic X-Ray
Systems to which 21 CFR Subchapter J is applicable, Center For Devices And
Radiological Health (CDRH), Rockville, Maryland, 2000.

3.

RADIATION SAFETY ACT 1975, Workbook 3 : Major Radiographic


Equipment, Diagnostic X-Ray Equipment Compliance Testing, Health Department
of Western Australia, Australia, 2000.

4.

New South Walles Environment Protection Authority, Registration


Requirements & Industry Best Practice For Ionising Radiation Apparatus Used in
Diagnostic Imaging, Test Protocols For Part 2 5 of Radiation Guideline 6,
Department of Environment and Conservation, Sydney South, 2004.

5.

BC CENTRE FOR DISEASE CONTROL, Diagnostic X-Ray Unit QC Standards in


British Colombia, Radiation Protection Service, Canada, 2004.

6.

Queensland Government, Standard for Radiation Apparatus Used to Carry


Out Radioscopy, Radiation Safety Standard, HR002:2004, Queensland Health,
2004.

7.

DEPARTMENT OF HUMAN SERVICES, Radiation Safety Standard: Fixed and


Mobile Radiographic Equipment, Victoria, 2007.

Anda mungkin juga menyukai