Anda di halaman 1dari 30

CATATAN QUALITY CONTROL FISIKA MEDIS

 Mutu : Suatu karakteristik yang harus dipenuhi sepenuhnya tanpa ada


kekurangan sedikitpun. (SNI)

 Mutu pelayanan kesehatan (menurut kemenkes) yaitu kinerja merujuk


pada kesempurnaan pelayanan untuk kepuasan serta standar dari pelayanan
yang dicapai.

 Trilogi Juran :
1. Quality Planning = Perencanaan
2. Quality Control = Kontrol
3. Quality Improvement = Dikembangkan

 14 Langkah Crosby :
1. Komitmen manajerial = komitmen pihak manajemen. Bila ada ketidaklayakan,
PPR memberi masukan pada manajemen untuk menghentikan alat.
2. Pembentukan kelompok kerja mutu  gugus kendali mutu
3. Pengukuran
4. Penetapan biaya mutu
5. Kembangkan kesadaran akan mutu
6. Lakukan Tindakan koreksi
7. Perencanaan cacat nihil (zero defect)
8. Pendidikan dan pelatihan
9. Penetapan tujuan yang jelas
10. Hilangkan penyebab terjadinya penyimpangan
11. Penghargaan
12. Pembentukan dewan mutu
13. Lakukan sebagai kegiatan yang berkesinambungan

 12 Konsep Utama :
1. Kepemimpinan manajemen puncak
2. Merumuskan kerangka kerja mutu
3. Transformasi budaya kerja
4. Fokus pada pelanggan
5. Focus pada proses
6. Pendekatan kerja sama untuk perbaikan proses
7. Pendidikan dan pelatihan
8. Belajara dari praktek dan pengajaran
9. Patok duga
10. Pengukuran mutu dan laporan
11. Pengakuan dan penghargaan
12. Integrasi manajemen
Deming Crosby Juran

12 Konsep Utama
 Dimensi Mutu
a) Efficiancy : Pelayanan yang diberikan menujuakan manfaat dan hasil
yang di inginkan.
b) Appropriateness : Pelayanan yang diberikan relevan dengan kebutuhan
klinis pasien dan berdasaekan IP.
c) Availability : Pelayanan yang dibutuhkan tersedia.
d) Accessibility : Pelayanan dapat di akses pasien.
e) Eficiency : Pelayanan diberikan dengan efisien.
f) Effectiveness : Pelayanan yang diberikan dengan cara yang benar berdasar
IP dan dapat mencapai hasil yang di inginkan.
g) Amenities : Kenyamanan fasilitas pelayanan yang tersedia.
h) Safety : Pelayanan secara aman.
i) Technical Competence : Tenaga yang memberikan pelayanan
mempunyai kompetensi teknis yang di persyaratkan.
j) Timelines : Pelayanan yang diberikan tepat waktu.
k) Affordability : Pelayanan dapat dijangkau secara finansial bagi
yang membutuhkan.

 Tiga Kelompok Standar :


Pentingnya standar :
1. Konsistensi
2. Peningkatan profit
3. Meningkatkan responsive terhadap perubahan

 Standar Struktur :
1. Misi
2. Filosofi
3. Tujuan
4. Lingkup
5. Kebijakan
6. Uraian kerja
 Standar Proses :
1. Prosedur / tata laksana : Pembagian tugas dan intersepsi
2. Intruksi kerja
3. Care plan : keamanan kerja

 Standar Outcome : Hasil yang di dapat dari pelaksanaan proses.

 Lima pilar menajemen mutu :


1. Produk
2. Proses
3. Organisasi
4. Komitmen
5. Kepemimpinan

 Prinsip Pengembangan Kualitas :


Dengan metode saintifik
Sebab Umum  Variasi  Masalah Mutu
Sebab Khusus  Proses  Ketidakpuasan

 3 Cara Memperbaiki Proses :


1. Pendekatan dengan menetapkan standar mengikuti siklus SDCA (Standarize, Do,
Check, Act).
2. Pendekatan bertahap melalui tim dengan siklus PDCA (Plan, Do, Study, Act).
3. Pendekatan perbaikan proses secara radikal dengan re-enginering.

 Jaminan Mutu (QA) :


1. Kepercayaan pelanggan
2. Reduksi pekerjaan yang diulanh
3. Luasnya praktek radiologi
4. Besarnya paparan radiasi
5. Harga pelayanan radiasi (upah pekerja)

 Kriteria QA :
1. Harus simple
2. Murah
3. Cepat
4. Mengharap lebih penting
5. Mudah di adaptasi
 Indikator QA Radiologi :
1. Kebijakan tertulis informasi klinis agar pemeriksaan sesuai secara periodic di
audit informasi sesuai sehingga pelayanan efektif.
2. Pelatihan pada PPR untuk antisipasi perubahan
3. Protap di edit annual
4. Penangguhan infeksi dan proteksi radiasi
5. Dokumentasi QC : Kalibrasi
6. Review oleh radiologi / residen

 Ruang Lingkup QA :
1. Sumber daya manusia (SDM)
2. Image (produk medik radiologi)
3. Diagnosa (produk medik radiologi)
4. Fasilitas radiologi (sarana dan prasarana)
5. Tindakan proteksi radiasi
 Justifikasi (manfaat)
 Optimasi
 Limitasi (resiko)
 3 Level QC :
1. Non-Invasive dan Simple
• Program pengujian alat
 Sederhana
2. Non-Invasive
 Komplek namun belum tahap perbaikan
 Dikerjakan oleh QC teknologis
3. Invasive dan Komplek
 Sangat komplek dan menyangkut perbaikan vital maupun kalibrasi
 Dikerjakan oleh engineer dan fisikawan medis

 3 Jenis QC :
a) Asceptane Test
Pengujian kinerja alat baru setelah digunakan / perbaikan
b) Routine Performance Test
Pengujian alat setela digunakan dalam rentang waktu tertentu
c) Error Connection Test
Pengujian pada alat yang mengalami multifungsi

 Perkembangan QA dan QC :
a. Inspeksi
b. Quality control  statistic
c. Quality assurance
d. Total quality management
Quality Control Radiologi Diagnostik
 Tujuan dalam diagnostik adalah kualitas citra yang bagus

 QC Goals :
1. Harus seminimal mungkin untuk pasien dan petugas medis
2. Kualitas citra yang maksimal

 QC dapat mendeteksi :
1. Malfungsi
2. Unpredictability untuk kecelakaan radiasi
3. Ketidakefesienan penggunaan radiasi
4. Radiasi tidak mencapai detector
 Penggunaan filter
 Kolimasi melebar
 Penerimaan Citra
1. Citra megandung informasi yang dibutuhkan radiologis untuk interpretasi yang
benar
2. Tujuan : meminimalkan paparan ketika penerimaan
3. Paparan tinggi seringkali menghasilkan penampilan yang bagus

 QC dan Baseliner
Baseliner : data kuantitatif apabila alat berkerja normal
1. Berguna untuk mengatur generator
2. Bertanggung jawab : Engineer

 X-Ray QC
1. Proses sensitometry
2. Filtrasi
3. Ukuran fokal spot
4. Kolimasi
5. Output fluoroskopi maksimum
6. Verifikasi kalibrasi
7. Performance fototimer

 Densitas Fotografi
1. Optical density
Mengukur kegelapan film dan sifat tak tembus cahaya
Io
D=log
It
Keterangan :
Io : Cahaya datang ke film
It : Cahaya melewati film
1
D=1
10
1
D=1
100
1
D=1
1000

Io

FILM
It

2. Kurva H dan D
1. Menunjukkan hubungan antara radiation striking film dan optical density
2. Melihat karakteristik dari masing-masing film

H2O
- Kulit
- Bahu

Long
Relative
Exposure

Kemitraan Profesi FM & RG


 Fisikawan Medik : profesi yang memiliki keahlian di bidang ilmu fisika dan
dalam hal terapan keilmuaanya di bidang ilmu kedokteran

 Radiografer : profesi membuat citra medik / radiografi medik dari organ


tubuh manusia untuk kepentingan penyakit

 Peran dan Tanggung Jawab Radiografer :


1. Mempersiapkan pasien-pasien prosedur sesuai dengan teknik pemeriksaan
2. Mengoperasionalkan peralatan radiologi sesuai SOP termasuk pemeriksaan
kontras
3. Melakukan pengolahan film / citra medis
4. Melakukan penjamin dan kendali mutu
5. Melaksanakan program keselamatan radiasi
6. Merawat dan memelihara alat pemeriksaan radiologi secara rutin
 Kemitraan Fisika Medik dan Radiografer
a. 3 Level
1. Invasive Complex
2. Non-Invasive Complex
3. Non-Invasive Simple
b. 3 Steps
1. Acceptance test
2. Routine performance test
3. Error correction test
 Kemitraan
1. Fisikawan Medik – Radiografer
Merealisasikan program QC secara kuantitatif
 Pengukuran QC peralatan
 Periodic survey kondisi alat keselamatan radiasi
2. Fisikawan Medik – Radiografer – Cal Engineer
Merealisasikan program perbaikan, perawatan, dan pencegahan pada peralatan
agar :
 Biaya efektif
 Perawatan berkualitas
 Kemanan penggunaan alat

 Gray Area : tumpang tindih pekerjaan sehingga perlu pendelegasian tugas


kepada profesi lain secara khusus demi efektivitas
kelangsungan program

 Problem Temperature
1. Developer
2. Wash Water
3. Dryer

 Sensitomeri Prosesor Film


A. Sensitometer
Step wedge disinari  film proses  citra skala keabuan
B. Densitometer
Perbedaan warna
C. Di plot grafik
D. Diperoleh nilai

 Filtrasi : mengurangi dosis agar berkas yang tidak diperlukan bisa dihalangi

 Half Value Layer : mengurangi I radiasi (Io  I), sebagai fungsi kedalaman,
dan bergantung pada KVP, wave form, filtrasi in heren
 Focal Spot Size :
 Mengukur focal spot
 Anoda dibuat miring untuk mencegah e- Kembali agar bisa keluar
 Focal spot = daerah keluarnya sinar-x
 Nilai kemiringan ada aturannya

Actual Focal Spot Kecil  mengurangi


ketidaksempurnaan geometri
Besar  menaikkan panas

Appearent Focal Spot


 Focal spot size diubah dengan teknik tertentu dan memerlukan :
 75 kV (typical)
 50 % max. mA untuk focal spot pada kV yang digunakan
 Paparan langsung (no-screen)

 NEMA Standar mendefinisikan toleransi


 Normal Size
A. > 1,5 mm
B. > 0,8 dan ≤ 1,5 mm
C. < 0,8 mm
 Toleransi
A. 30 %
B. 40 %
C. 50 %

 Cara Pengukuran Focal Spot adalah direct dan indirect

 Bar Phantom : Phantom yang digunakan untuk bisa menguji apakah pesawat
bisa membedakan jarak dan akurat paling kecil

 Detector bisa membedakan 2 tingkat energi

 Kalibrasi : diubah salah satu variabel dan dilihat konsistensinya (paparan


harus konstan)
 QA / QC Radiologi

-
Input
Pasi -
Proses
Kin
Output
- Dia
en erja gno
- Staf Staf sa
f - Dos
is

QC QA
(dikontrol)

Bisa
Diperbaiki
 Peningkatan Kualitas Pelayanan
 Efektivitas biaya
 Akreditasi  peningkatan arus pasien  kepuasan
 Swadana / otonomi
 Riset dan pengembangan

 Lost providing : film, bahan kimia

 Siklus Pelayanan
a sien
P

R adiol gis adi ografe r


R

Diagnosis Permintaan

Image
Quality
Reject Analisis Program (RAP)

Image
Pasien Processing

YA
Keputusan

TIDAK

Ditolak

 Reject analysis mengacu pada presentase penolakan dari gambar radiografi

 QC Processor
Citra Bagus Diagnosa
Acceptance Bagus
 Pengulangan sedikit  dosis sedikit

 Penolakan :
 Exposure
 Positioning
 Processing
 Area

 Tujuan RAP :
 Menganalisis quality improvement
 Menganalisis alasan penolakan
 Menganalisis prosedur RAP

 Pengulangan radiograph :
 Posisi 50 %
 Penyinaran 30 %
 Faktor Penghambat RAP :
 Ketidaktauan pentingnya kualitas yang bagus
 Budaya dan pembiasan yang salah
 Implikasi praktis reject analysis

Metode
Implementasi mentoring period post implementasi
↓ ↓ ↓
________________________________________________
1 bulan 1 minggu

Monitoring period :
 Data dikumpulkan dan dianalisis
 ±6500 film yang tidak diproses dievaluasi
 Variabel-variabel diamati : exam type, time of day, day of week and technologist
work load

Post implementation period :


 Repeat analysis dilanjut selama 3 pekan
 ±7500 film yang telah diproses dievaluasi
 Semua corrective actions harus sudah dilakukan sebelum periode post-implementasi
sistem labil

Prosedur dasar :
1. Repeat film
 Kumpulkan semua film rusak untuk satu periode waktu
 Tentukan total jumlah film yang telah dipakai periode tersebut
 Tentukan total jumlah film yang diulang dan setiap penyebabnya
2. Rejected film
 Hitung presentase repeated film berdasarkan total jumlah film yang digunakan
dalam periode waktu tsb

Repeated Vs Rejected Rate


1. Repeated Rate
Jumlah film yang diulang
x 100%
total film yang digunakan
→ periode tertentu 1w, 1m, 1y
2. Rejected rate
total film yang ditolak
x 100%
total film yang digunakan dibagianitu
3. Total repeated/Rejected rate
Rejected film+ Repeated film
x 100%
total film yang dipakai

1. Periode monitoring
Repeat respon :
- Disebabkan pasien
- Disebabkan teknologi
Problem :
- Bagian tubuh hilang
- Pbjek tidak terekspose
- Perhiasan
Remedial action :
- Memperbaiki citra
- Meluaskan film
2. Post-implementasi period
Alasan pengulangan : Karena pasien (pengulangan 16%-82%)
Problem : -
Efek : Meningkatkan kualitas

Kesimpulan :
1. Metodelogi yang diperkenalkan mudah
2. Temuan masalah dapat terpecahkan
3. Penurunan yang sangat bermakna repeat rate % dari sebelum implementasi (p-
volume)\

Rejected analysis penting sebagai strategi assesment efektif terpadu. Bilamana hendak
meyakinkan adanya suatu improvement dalam kualitas mutu
Data/informasi RA berguna untuk :
- Data/audit
- Memperbaiki kinerja → mutu pelayanan
Keuntungan rejected analysis :
- RA merupakan perangkat yang flexibel
- Keberadaan AQ dapat dievaluasi
- Pengontrolan dalam konstusi (time, dose, )
- Menaikan standar

Kerugian reject analysis : ketidakkonsistenan staff → adanya solusi yang bagus


Prosedur :
1. Lakukan survey terhadap
a) Jumlah film yang belum terekspose di ruang prosesif termasuk dalam kaset
b) Jumlah film yang belum terekspose di masing-masing ruang pemeriksaan
c) Tentukan jumlah dari film yang di reject untuk masing-masing kategori :
- Underexposure
- Over exposure
- Positioning
- Motion
- Processif
- Equipment
d) Masing-masing ruang mencatat jumlah film yang digunakan dan jumlah film yang
ditolak
e) Tim analysis melakukan pengumpulan data dari masing-masing ruang seminggu
sekali (film yang ditolak dan disortir dan dikelompokkan)
Contoh kasus :
 Film yang digunakan 1225 lembar
 Film yang direject/repeat 153
Angka reject/repeat
153
x 100% = 12,5%
1225

 Menentukan reject/repeat rate setiap kategori


- Film yang direject/repeat 153 lembar
- Kasus yang too dark 49 lembar
49
x 100% = 32%
153

RAP dilakukan oleh :


- 2-3 radiografer (QC teknologi)
- Disupervisi oleh senior radiografer
- Diskusikan dengan radiografer super intendent/radiologis
Citra sama ≠ hasil bacaan sama

Problem yang ada :


- Seolah checking kinerja mereka
- Sentimen negatif terhadap radiografer

Yang harus dilakukan :


- Diskusi dengan seluruh radiografer dan radiologis
- Mengingatkan pentingnya pengurangan angka reject
- Analisis bersama radiografer dan radiologis

Quality control dilakukan agar :


1. Meningkatkan kualitas radiograf
2. Konistensi pelayanan

Batasan radiograf diterima :


 reject/repeat < 10% (ideal <5%)
 reject rate >10% C QC ditingkatkan
 reject rate 5%-10% :
1. kualitas radiografi baik
2. radiologis bisa membaca radiograf yang buruk yang ada kerjasama untuk
perbaikan

Kendali mutu :
- KMK n0 1041 th 2008 standar pelayanan rad diag
- KMK no 1250 tentang QC peralatan rad diag

SENSITOMETRI
Sensitometri : metode mengukur karakteristik respon film terhadap radiasi/cahaya tampak

Sinar X
Cahaya tampak → film
↓ ↓
Nilai eksposi

Densitas : derajat kehitaman pada film


Ii
- Diketahui dengan rasio D = → (Ii = cahaya datang, It = cahaya transmisi)
It
- Densitas bentuk logaritmik

1 2 3
cahaya datang
Opacity =
cahaya transmisi
Densitas = log opacity = log 10 = 1

Densitas
It
Rasio frekuensi = x 100%
Ii
I0
Opacity = It
I0
Density = It x 100%

Opacity 0D number presentase cahaya yang lewat film


1 0,0 100
2 0,3 50
3 0,6 25
4 0,9 12,5
5 1,0 6,25

Kurva karakteristik
- Kurva yang menggambarkan hubungan

- Ilustrasi film terhadap berbagai


Cara membuat kurva :
1. Eksposi processing film
2.
3. Ploting kurva

Seri eksposi dengan 2 cara :


1. Timel scale sensitomety
Tegangan dan arus tetap (v dan i)
Waktu (s) variasi
2. Intensity scale sensitomety
Tegangan dan waktu tetap (v dan t)
Jarak divariasi secara exponensial (log jarak)
Time scale sensitometry
mA (jarak) > tetap : waktu, exposure → variasi faktor 2
1. Exposure sudah cukup untuk membuat kurva H dan D
Keuntungan :
- Waktu diketahui
- Kemungkinan dilm dengan densitor lebioh rendah memasuki prosesor
“mengurangi drag umum” lapisan artifak di film
Kerugian : boros waktu

Contoh :

Area A B C D E F G H I
relatif
Eksposi 1 2 4 8 16 32 64 128 256
Log 0 0,3 0,6 0,9 1,2 1,5 1,8 2,1 2,4
eksposi
densitas 0,25 0,3 0,4 0,9 1,45 2,1 2,5 2,7 2,9
2. Intensity scale sensitometry
a) Variasi intensitas
V (jarak tetap) > konstan : mA variasi
Variasi ketinggian tabung terhadap film dengan I dan L
Jarak semakin jauh → I semakin kecil
b) Dengan step wedge/sensitometer step wedge
1. Disiapkan stepwedge/penetrometer/sensitometer
2. Diexpose dengan kV dan mAs/lightexposure
3. Hasil diplotting kurva

Bagian kiri tumit : dasar densitas, fog, ambag batas


Antara tumit-bahu menunjukkan :
 Kontras
 Gradien
 Latitude film
 Latitud eksposi
 Spread

Bagian kanan bahu : maksimal densitas

Dasar linier
- Daerah penting untuk diagnostik (diatas tumit-dibawahnbahu)
- Ada 2 titik penting :
Kecepatan film
Kontras (slope)

Kontras
 Gamma
Slope maximum (biasanya 1,5 – 2,5)
 Gradien rata-rata
Slope antara titik max dan min

Gradien rata-rata
 Dengan step wedge ada variasi ketebalan yang dilewati cahaya
 Semakin tebal → putih
 Semakin tipis → hitam
Setelah diukur dengan sensitometer
Film diproses diukur OD dengan densitometer

Informasi dari kurva karakteristik


A kabut dasar = berdasar penyinaran
B tumit = nilai ambag OD naik cepat
C (B-D) = rentang densitas diagnostik
D bahu =

LATITUDE
Kemampuan sebuah film untuk mencatat suatu jangka eksposi dengan rentang tertentu
Latitude film : menggambrakan selisih antara batas atas dan bawah eksposi relatif

L=log Ey – log Ex kontras naik, latitude film turun

Latitude berguna untuk rentang densitas


Latitude eksposi :
 Toleransi film terhadap kesalahan pemilihan faktor eksposi seperti tegangan (kVp)
arus waktu (mAs) FFD pada saat eksposi dilakukan
 Latitude eksposi dipengaruhi oleh latitude film dan kontras subject
Contoh :

Speed
 Banyaknya eksposi x ray yang diperlukan untuk menghasilkan nilai densitas
tertentu
 Film A telatif terhadap film B : rasio eksposi yang diperlukan oleh film B
terhadap film A untuk memperoleh nilai densitas tertentu dengan jumlah eksposi
yang sama
 Speed point : titik pada kurva karakteristik dimana nilai densitasnya 1+b+f
 Speed exposure point : log eksposi yang menghasilkan speed point (SPE)
SPE film A = 2,0 → beda speed = antilog (2-1,5)
SPE film B = 1,5 ↗ = 3,16
Jadi film A 316% kali lebih cepat dr film B

Manfaat kurva H dan D


(QCP processor fertrecated, controlled IQ related)
1. Mengetahui besar kecilnya fog level
2. Menilai kontras film
3. Menilai kecepatan film
4. Menilai densitas maximum
5. Mengetes cairan pembangkit (QCP image receptor, controlled IQ)
6. Untuk membandingkan film
7. Membandingkann 15 satu dengan yang lain
8. Mengetahui latitude film

Latihan :
Area
Eksposi relatif
Log eksposi
Densitas film A
Densitas film B

Kurva karakteristik (D vs Log Eksposure)


Gambar yang memberikan respon terhadap berbagai tingkatan eksposi
(hurter-Driffeld) H dan D

Gangguan citra
 Noise : alat
 Artefak : gambar
 Fog : film
Kontrol Kualitas dalam Radiologi Diagnostik

Pengendalian mutu (quality control) merupakan kegiatan mengendalikan mutu dengan


memeriksa (inspeksi) hasil produksi apakah mutu telah seperti yang dikehendaki yang
sesuai standar. Sedangkan tujuan quality kontrol memberikan kepuasan kepada pelanggan
dari suatu jasa atau produk yang ditawarkan dengan cara memeriksa hasil produksi,
memonitor dan menilai produk yang bermutu.

jaminan mutu atau quality assurance merupakan suatu program yang termasuk di


dalamnya quality control, untuk proses perbaikan dengan memberikan informasi diagnostik yang
tepat untuk mengurangi paparan radiasi dan meningkatkan citra radiodiagnostik dengan biaya
serendah mungkin dan meminimalisasi suatu kesalahan dengan membuat program kegiatan agar
dapat mengukur kembaliuntuk menentukan apakah peningkatan  mutu telah tercapai. 

Sumber : http://cantikmegawati.blogspot.com/2014/02/qc-quality-controldan-qaquality.html

Faktor pendorong QC Mengapa kita melakukannya?

1. Persyaratan resmi
2. Akreditasi (JCAHO dan )ACR
3. Perbaikan klinis (kinerja peralatan dan kualitas gambar)
4. Fisikawan Medis di Tempat Kerja

Tujuan QC

1. Minimalkan dosis pasien dan pekerja


2. Optimalkan kualitas gambar
3. Tetapkan garis dasar

Mengapa QC Penting: QC sebagai satu-satunya cara untuk mengidentifikasi masalah


adalah pada gambar pasien. Dan beberapa masalah yang tidak muncul pada gambar.

QC dapat mendeteksi

 Malfunctions / Kerusakan pada suatu alat


 Unpredictability : Tidak dapat diprediksi , mungkin sulit untuk diisolasi
secara klinis
 Penggunaan Radiasi yang tidak efisien yaitu keluaran fluoroskopik yang
tinggi
 Radiasi tidak mencapai reseptor diantaranya akibat filtrasi yang tidak
memadai dan collimation yang terlalu besar

Tujuan dari Program QC : Mendapatkan  image terbaik dengan kemungkinan


paparan radiasi terkecil  untuk pasien dan staf dan mengidentifikasi
masalah sebelum muncul di film pasien

“ Acceptable ” Gambar (gambar yang dapat diterima dengan baik/sesuai)


1. Gambar berisi informasi yang dibutuhkan oleh ahli radiologi untuk interpretasi
yang benar
2. tujuan: meminimalkan eksposur sambil mempertahankan penerimaan
3. film eksposur tinggi seringkali memiliki penampilan yang sangat baik : kaset
karton

QC & Dasar

1. data kuantitatif pada peralatan yang diperoleh selama operasi normal berguna
untuk pemecahan masalah (komponen : generator dan prosesor)
2. Memungkinkan penggunaan teknisi / personel perbaikan secara efisien

Kontrol Kualitas Sinar-X

 Sensitometri Prosesor
 Penyaringan
 Ukuran Titik Fokus
 Collimation
 Output Fluoroskopik Maksimum
 Verifikasi Kalibrasi
 Kinerja Phototimer

Kepadatan Fotografi

Kepadatan optic , untuk menghitung ukuran kegelapan film atau opasitas

D= log I0/It

o Dimana D = densitas Io = kejadian cahaya pada film It = cahaya yang


ditransmisikan oleh film
o D = 1 ==> 1/10 cahaya yang ditransmisikan
o D = 2 ==> 1/100 cahaya yang ditransmisikan
o D = 3 ==> 1/1000 cahaya yang ditransmisikan

Kurva H & D : Menunjukkan hubungan antara film / layar yang terkena radiasi dan
kepadatan optic

 Fungsi dari : film , layer , kVp , pengembang temp , kondisi kimia

Parameter Sensitometri

 Base + Fog (garis mula mula atau OD dari bagian film yang tidak terpapar)

 Speed / Kecepatan : OD dari langkah yang dipilih sekitar 1.0 di atas base + fog

 Kontras : slope H & D


o Perbedaan antara kerapatan optik dari dua langkah yang dipilih
 OD langkah lebih tinggi - OD langkah lebih rendah
H&D
Curve
OD

Log Relative Exposure(step)

Masalah Suhu

 pengembang (kritis)
o mempengaruhi
 kontras
 kecepatan
 dasar + kabut
o harus dikontrol dalam waktu sekitar +/- .5o
 mencuci air : pada prosesor model lama, air cucian adalah prapemanasan untuk
pengembang
 pengering

Sensitometri Prosesor Film

 Sensitometer
o menyinari irisan langkah dikalibrasi pada film
 Densitometer
o membaca kerapatan optik (OD) dari langkah-langkah yang dipilih
 Hasil plot
 Catatan
o Gunakan Film Kontrol
o Lakukan sebelum penggunaan prosesor secara klinis

Mengapa Filtrasi Penting? : ketika Tabung memancarkan spektrum energi sinar-x .


Filtrasi secara istimewa melemahkan foton berenergi rendah , foton energi rendah
mengekspos pasien sehingga tidak ada pengaruh pada gambar dan penetrasi menajdi
rendah

Half Value Layer (HVL) : jumlah penyerap yang mengurangi intensitas sinar tepat 50%
. besarnya Tergantung pada kVp , bentuk gelombang (fase tunggal / tiga) dan filtrasi
yang melekat

Penyetelan HVL Radiografi


Radiographic

Filter

kVp HVL
R
Tabletop
(mm Al)

30 0.3
Memeriksa Kepatuhan HVL (Radiografi) 40 0.4

49 0.5
Berapa banyak aluminium yang harus ditempatkan pada balok untuk mengurangi
intensitas tepat 50%? 50 1.2

60 1.3
filter mR filter mR filter mR
70 1.5
(mm Al) (mm Al) (mm Al)
71 2.1
------------------- ------------------- -------------------
80 2.3
0 250 0 250 0 250
90 2.5
2.5 133 2.5 125 2.5 111
100 2.7

110 3.0

 Langkah 1 : lihat table standarisasi , HVL tidak boleh melebihi 2,5 pada KvP 90
120 3.2

130 3.5
 Dapat diterima , HVL> 2,5 mm : BAIK! Harus menambahkan Al untuk
140 3.8
mengurangi balok hingga tepat 50%
150 4.1

 Marjinal , HVL = 2,5 mm

 Tidak bisa diterima , HVL <2,5 mm Tidak baik! Harus menghilangkan Al untuk


mengurangi balok hingga tepat 50%

Memeriksa Kepatuhan HVL (Radiografi)

 Apakah mesin ini legal? : Filtrasi minimum 2,5 mm Al pada 90 kVp

filter mR

(mm Al)

-------------------

0 450

2.5 205

Penyetelan HVL Fluoroskopik

Fluoroscopic HVL

 Atur kilovoltage yang diinginkan secara manual


 mengukur tingkat eksposur daripada eksposur
 Pindahkan peredam menjadi balok sesuai kebutuhan

Ukuran Titik Fokus

 Kami mengukur titik fokus yang jelas


 Pertukaran
o titik yang lebih kecil mengurangi ketidaktajaman geometris
o tempat yang lebih besar meningkatkan peringkat panas

 Ukuran titik fokus berubah dengan teknik


 Teknik standar diperlukan
o 75 kV (umum)
o 50% mA maksimum untuk titik fokus pada kV yang digunakan
o eksposur langsung (tanpa layar)
 Standar NEMA mendefinisikan toleransi

 Toleransi Ukuran Nominal


 -------------------------------------
 > 1,5 mm 30%
 > 0,8 dan <= 1,5 mm 40%
 <0,8 mm 50%

Alat Pengukur Titik Fokus

 Kamera Lubang Pin Pengukuran Langsung


o Kamera Celah
 Pengukuran Tidak Langsung dari Daya Pemutusan
o Pola Uji Bintang
o Bar Phantom

Pengukuran Titik Fokus Langsung

 Ukur titik fokus langsung di setiap arah


 Gunakan triangulasi untuk mengoreksi jarak
o rumus mengoreksi ukuran alat hingga
 dua eksposur diperlukan untuk celah

 Lubang jarum
 Kamera

 Celah
 Kamera

Pola Uji Bintang

 Mengukur daya pisah


o menyimpulkan ukuran titik fokus
o Bergantung pada distribusi energi titik fokus
 mengukur
o diameter blur terbesar (di setiap arah)
o pembesaran
 gunakan persamaan untuk menghitung ukuran titik fokus

Bar Phantom

 Mengukur daya pisah


 Temukan kelompok terkecil tempat Anda dapat menghitung tiga batang di setiap
arah

Pengaturan Bar Phantom

Kolimasi Radiografi

 X-Ray / Light Field Alignment


 Balok Sumbu Tengah
o harus berada di tengah sinar x-ray
 Indikator ukuran bidang kolimator
 PBL (collimation otomatis)
o bidang secara otomatis terbatas pada ukuran reseptor
 Perataan Bucky
o Menggunakan lampu bucky longitudinal & penahan melintang, bidang x-
ray harus dipusatkan pada film bucky

X-Ray / Light Field Alignment

 Tandai bidang terang di atas meja dengan uang receh

Radiografi X-Ray / Light Field Alignment

Kolimasi Fluoroskopik

 bidang gambar adalah skala yang terlihat di monitor


 paparkan film pada tabel di atas skala
 Bandingkan bidang visual (monitor) dengan bidang x-ray pada film
 harus memeriksa semua mode perbesaran

Kolimasi Fluoroskopik

Kolimasi Fluoroskopik

Output Fluoro Maksimum

 letakkan ruang dalam balok di atas meja


 balok balok dengan timbal di atas ruang
o membodohi generator agar memberikan output maksimum
 10 R / menit. batas untuk ABS fluoro

Output Fluoro Maksimum

 Memimpin

Parameter Kinerja Kalibrasi

 Akurasi Pengatur Waktu


 Pengulangan
 Linearitas / Timbal Balik
 Akurasi kilovoltage
 mA
o harus diukur secara invasif

Alat Kalibrasi Non-invasif

 Fancy
o Ruang ion
o Kotak Hitam Elektronik
 Tidak semewah itu
o Kaset Uji Wisconsin
o Dosimeter Saku
o Putar Atas

Peninjauan Waktu

 Fase tunggal
o Gelombang penuh diperbaiki
 120 pulsa / detik
o Setengah gelombang diperbaiki
 60 pulsa / detik
o Diperbaiki sendiri
 60 denyut detik
 Tiga Fase / Potensi Konstan / Frekuensi Menengah atau Tinggi
o keluaran kontinu (tidak berdenyut)

Pengukuran Waktu

 Meteran Kotak Hitam Digital


 Putar Atas
o berputar secara manual
o satu titik per pulsa (fase tunggal)
o tidak dapat digunakan dengan 3 fase
 Spin Top sinkron
o berputar pada kecepatan yang ditentukan
o bisa digunakan untuk single atau 3 phase
o mengukur sudut untuk 3 fase

 0,575

 Satu lubang di hard disk

Putar Atas

https://slideplayer.com/sl
ide/7868926/

 Jika ini adalah penyearah setengah gelombang, berapakah waktu pencahayaan?

Putar Atas

 Jika ini adalah penyearah gelombang penuh, berapakah waktu pencahayaan?

Spin Top sinkron

 Apa bentuk gelombang ini?


 Berapa waktu eksposur?

 1 putaran / detik

 90o

Pengukuran kVp

 Bentuk gelombang diwakili oleh satu nomor


 Kaset Uji Wisconsin
 Alat analisa sinar digital
o gunakan filtrasi diferensial
 Pengukuran invasif
o dynalyzer.dll

 78.3
Kalibrasi

 mR / mAs harus tetap konstan untuk semua kombinasi mA & kVp pada kVp
tertentu

 mA waktu mAs mR mR / mAs


 (mdet)
 -------------------------------------------------- ----
 100 .1 10 240 24
 200 .05 10? ?
 50 .2 10? ?

 120 kVp

 MAs konstan

Kalibrasi

 mR / mAs harus tetap konstan untuk semua kombinasi mA & waktu pada kVp
tertentu

 mA waktu mAs mR mR / mAs


 (mdet)
 -------------------------------------------------- ---
 100 .1 10 240 24
 200 0,1 20? ?
 100 .4 40? ?

 120 kVp

Phototiming (periksa dengan keluaran atau film)

 Reproduksibilitas
 Kontrol Kepadatan
 Penempatan Lapangan
 Neraca Lapangan , Operasi Phototiming harus Dapat Diprediksi

 Pengaturan Kontrol Densitas Phototimer

 Phototiming Density Steps harus dapat diprediksi & kira-kira sama

Penempatan / Keseimbangan Bidang Phototimer

 Penempatan
o tutupi bidang yang diinginkan dengan timah
o pilih bidang seperti yang ditunjukkan
 Keseimbangan
o tidak ada bidang yang tercakup
 Pimpin untuk memeriksa penempatan lapangan

Penempatan / Keseimbangan Bidang Phototimer

Phototiming diperiksa dengan kerapatan film

 kV Respon
o redaman pengambilan fototimer dapat bervariasi dengan kV
o phototimer harus melacak respons kV film rare-earth
 Beri Nilai Tanggapan
o Periksa dengan memvariasikan
 ketebalan phantom (lucite)
 mA

Phototiming (dll.)

 Waktu respons minimum


o Keterbatasan fototimer dengan sistem tanah jarang
 Fungsi waktu cadangan
o MAs maksimum
 600 mAs (di atas 50 kVp)
 2.000 mAs (di bawah 50 kVp

Anda mungkin juga menyukai