Trilogi Juran :
1. Quality Planning = Perencanaan
2. Quality Control = Kontrol
3. Quality Improvement = Dikembangkan
14 Langkah Crosby :
1. Komitmen manajerial = komitmen pihak manajemen. Bila ada ketidaklayakan,
PPR memberi masukan pada manajemen untuk menghentikan alat.
2. Pembentukan kelompok kerja mutu gugus kendali mutu
3. Pengukuran
4. Penetapan biaya mutu
5. Kembangkan kesadaran akan mutu
6. Lakukan Tindakan koreksi
7. Perencanaan cacat nihil (zero defect)
8. Pendidikan dan pelatihan
9. Penetapan tujuan yang jelas
10. Hilangkan penyebab terjadinya penyimpangan
11. Penghargaan
12. Pembentukan dewan mutu
13. Lakukan sebagai kegiatan yang berkesinambungan
12 Konsep Utama :
1. Kepemimpinan manajemen puncak
2. Merumuskan kerangka kerja mutu
3. Transformasi budaya kerja
4. Fokus pada pelanggan
5. Focus pada proses
6. Pendekatan kerja sama untuk perbaikan proses
7. Pendidikan dan pelatihan
8. Belajara dari praktek dan pengajaran
9. Patok duga
10. Pengukuran mutu dan laporan
11. Pengakuan dan penghargaan
12. Integrasi manajemen
Deming Crosby Juran
12 Konsep Utama
Dimensi Mutu
a) Efficiancy : Pelayanan yang diberikan menujuakan manfaat dan hasil
yang di inginkan.
b) Appropriateness : Pelayanan yang diberikan relevan dengan kebutuhan
klinis pasien dan berdasaekan IP.
c) Availability : Pelayanan yang dibutuhkan tersedia.
d) Accessibility : Pelayanan dapat di akses pasien.
e) Eficiency : Pelayanan diberikan dengan efisien.
f) Effectiveness : Pelayanan yang diberikan dengan cara yang benar berdasar
IP dan dapat mencapai hasil yang di inginkan.
g) Amenities : Kenyamanan fasilitas pelayanan yang tersedia.
h) Safety : Pelayanan secara aman.
i) Technical Competence : Tenaga yang memberikan pelayanan
mempunyai kompetensi teknis yang di persyaratkan.
j) Timelines : Pelayanan yang diberikan tepat waktu.
k) Affordability : Pelayanan dapat dijangkau secara finansial bagi
yang membutuhkan.
Standar Struktur :
1. Misi
2. Filosofi
3. Tujuan
4. Lingkup
5. Kebijakan
6. Uraian kerja
Standar Proses :
1. Prosedur / tata laksana : Pembagian tugas dan intersepsi
2. Intruksi kerja
3. Care plan : keamanan kerja
Kriteria QA :
1. Harus simple
2. Murah
3. Cepat
4. Mengharap lebih penting
5. Mudah di adaptasi
Indikator QA Radiologi :
1. Kebijakan tertulis informasi klinis agar pemeriksaan sesuai secara periodic di
audit informasi sesuai sehingga pelayanan efektif.
2. Pelatihan pada PPR untuk antisipasi perubahan
3. Protap di edit annual
4. Penangguhan infeksi dan proteksi radiasi
5. Dokumentasi QC : Kalibrasi
6. Review oleh radiologi / residen
Ruang Lingkup QA :
1. Sumber daya manusia (SDM)
2. Image (produk medik radiologi)
3. Diagnosa (produk medik radiologi)
4. Fasilitas radiologi (sarana dan prasarana)
5. Tindakan proteksi radiasi
Justifikasi (manfaat)
Optimasi
Limitasi (resiko)
3 Level QC :
1. Non-Invasive dan Simple
• Program pengujian alat
Sederhana
2. Non-Invasive
Komplek namun belum tahap perbaikan
Dikerjakan oleh QC teknologis
3. Invasive dan Komplek
Sangat komplek dan menyangkut perbaikan vital maupun kalibrasi
Dikerjakan oleh engineer dan fisikawan medis
3 Jenis QC :
a) Asceptane Test
Pengujian kinerja alat baru setelah digunakan / perbaikan
b) Routine Performance Test
Pengujian alat setela digunakan dalam rentang waktu tertentu
c) Error Connection Test
Pengujian pada alat yang mengalami multifungsi
Perkembangan QA dan QC :
a. Inspeksi
b. Quality control statistic
c. Quality assurance
d. Total quality management
Quality Control Radiologi Diagnostik
Tujuan dalam diagnostik adalah kualitas citra yang bagus
QC Goals :
1. Harus seminimal mungkin untuk pasien dan petugas medis
2. Kualitas citra yang maksimal
QC dapat mendeteksi :
1. Malfungsi
2. Unpredictability untuk kecelakaan radiasi
3. Ketidakefesienan penggunaan radiasi
4. Radiasi tidak mencapai detector
Penggunaan filter
Kolimasi melebar
Penerimaan Citra
1. Citra megandung informasi yang dibutuhkan radiologis untuk interpretasi yang
benar
2. Tujuan : meminimalkan paparan ketika penerimaan
3. Paparan tinggi seringkali menghasilkan penampilan yang bagus
QC dan Baseliner
Baseliner : data kuantitatif apabila alat berkerja normal
1. Berguna untuk mengatur generator
2. Bertanggung jawab : Engineer
X-Ray QC
1. Proses sensitometry
2. Filtrasi
3. Ukuran fokal spot
4. Kolimasi
5. Output fluoroskopi maksimum
6. Verifikasi kalibrasi
7. Performance fototimer
Densitas Fotografi
1. Optical density
Mengukur kegelapan film dan sifat tak tembus cahaya
Io
D=log
It
Keterangan :
Io : Cahaya datang ke film
It : Cahaya melewati film
1
D=1
10
1
D=1
100
1
D=1
1000
Io
FILM
It
2. Kurva H dan D
1. Menunjukkan hubungan antara radiation striking film dan optical density
2. Melihat karakteristik dari masing-masing film
H2O
- Kulit
- Bahu
Long
Relative
Exposure
Problem Temperature
1. Developer
2. Wash Water
3. Dryer
Filtrasi : mengurangi dosis agar berkas yang tidak diperlukan bisa dihalangi
Half Value Layer : mengurangi I radiasi (Io I), sebagai fungsi kedalaman,
dan bergantung pada KVP, wave form, filtrasi in heren
Focal Spot Size :
Mengukur focal spot
Anoda dibuat miring untuk mencegah e- Kembali agar bisa keluar
Focal spot = daerah keluarnya sinar-x
Nilai kemiringan ada aturannya
Bar Phantom : Phantom yang digunakan untuk bisa menguji apakah pesawat
bisa membedakan jarak dan akurat paling kecil
-
Input
Pasi -
Proses
Kin
Output
- Dia
en erja gno
- Staf Staf sa
f - Dos
is
QC QA
(dikontrol)
Bisa
Diperbaiki
Peningkatan Kualitas Pelayanan
Efektivitas biaya
Akreditasi peningkatan arus pasien kepuasan
Swadana / otonomi
Riset dan pengembangan
Siklus Pelayanan
a sien
P
Diagnosis Permintaan
Image
Quality
Reject Analisis Program (RAP)
Image
Pasien Processing
YA
Keputusan
TIDAK
Ditolak
QC Processor
Citra Bagus Diagnosa
Acceptance Bagus
Pengulangan sedikit dosis sedikit
Penolakan :
Exposure
Positioning
Processing
Area
Tujuan RAP :
Menganalisis quality improvement
Menganalisis alasan penolakan
Menganalisis prosedur RAP
Pengulangan radiograph :
Posisi 50 %
Penyinaran 30 %
Faktor Penghambat RAP :
Ketidaktauan pentingnya kualitas yang bagus
Budaya dan pembiasan yang salah
Implikasi praktis reject analysis
Metode
Implementasi mentoring period post implementasi
↓ ↓ ↓
________________________________________________
1 bulan 1 minggu
Monitoring period :
Data dikumpulkan dan dianalisis
±6500 film yang tidak diproses dievaluasi
Variabel-variabel diamati : exam type, time of day, day of week and technologist
work load
Prosedur dasar :
1. Repeat film
Kumpulkan semua film rusak untuk satu periode waktu
Tentukan total jumlah film yang telah dipakai periode tersebut
Tentukan total jumlah film yang diulang dan setiap penyebabnya
2. Rejected film
Hitung presentase repeated film berdasarkan total jumlah film yang digunakan
dalam periode waktu tsb
1. Periode monitoring
Repeat respon :
- Disebabkan pasien
- Disebabkan teknologi
Problem :
- Bagian tubuh hilang
- Pbjek tidak terekspose
- Perhiasan
Remedial action :
- Memperbaiki citra
- Meluaskan film
2. Post-implementasi period
Alasan pengulangan : Karena pasien (pengulangan 16%-82%)
Problem : -
Efek : Meningkatkan kualitas
Kesimpulan :
1. Metodelogi yang diperkenalkan mudah
2. Temuan masalah dapat terpecahkan
3. Penurunan yang sangat bermakna repeat rate % dari sebelum implementasi (p-
volume)\
Rejected analysis penting sebagai strategi assesment efektif terpadu. Bilamana hendak
meyakinkan adanya suatu improvement dalam kualitas mutu
Data/informasi RA berguna untuk :
- Data/audit
- Memperbaiki kinerja → mutu pelayanan
Keuntungan rejected analysis :
- RA merupakan perangkat yang flexibel
- Keberadaan AQ dapat dievaluasi
- Pengontrolan dalam konstusi (time, dose, )
- Menaikan standar
Kendali mutu :
- KMK n0 1041 th 2008 standar pelayanan rad diag
- KMK no 1250 tentang QC peralatan rad diag
SENSITOMETRI
Sensitometri : metode mengukur karakteristik respon film terhadap radiasi/cahaya tampak
Sinar X
Cahaya tampak → film
↓ ↓
Nilai eksposi
1 2 3
cahaya datang
Opacity =
cahaya transmisi
Densitas = log opacity = log 10 = 1
Densitas
It
Rasio frekuensi = x 100%
Ii
I0
Opacity = It
I0
Density = It x 100%
Kurva karakteristik
- Kurva yang menggambarkan hubungan
Contoh :
Area A B C D E F G H I
relatif
Eksposi 1 2 4 8 16 32 64 128 256
Log 0 0,3 0,6 0,9 1,2 1,5 1,8 2,1 2,4
eksposi
densitas 0,25 0,3 0,4 0,9 1,45 2,1 2,5 2,7 2,9
2. Intensity scale sensitometry
a) Variasi intensitas
V (jarak tetap) > konstan : mA variasi
Variasi ketinggian tabung terhadap film dengan I dan L
Jarak semakin jauh → I semakin kecil
b) Dengan step wedge/sensitometer step wedge
1. Disiapkan stepwedge/penetrometer/sensitometer
2. Diexpose dengan kV dan mAs/lightexposure
3. Hasil diplotting kurva
Dasar linier
- Daerah penting untuk diagnostik (diatas tumit-dibawahnbahu)
- Ada 2 titik penting :
Kecepatan film
Kontras (slope)
Kontras
Gamma
Slope maximum (biasanya 1,5 – 2,5)
Gradien rata-rata
Slope antara titik max dan min
Gradien rata-rata
Dengan step wedge ada variasi ketebalan yang dilewati cahaya
Semakin tebal → putih
Semakin tipis → hitam
Setelah diukur dengan sensitometer
Film diproses diukur OD dengan densitometer
LATITUDE
Kemampuan sebuah film untuk mencatat suatu jangka eksposi dengan rentang tertentu
Latitude film : menggambrakan selisih antara batas atas dan bawah eksposi relatif
Speed
Banyaknya eksposi x ray yang diperlukan untuk menghasilkan nilai densitas
tertentu
Film A telatif terhadap film B : rasio eksposi yang diperlukan oleh film B
terhadap film A untuk memperoleh nilai densitas tertentu dengan jumlah eksposi
yang sama
Speed point : titik pada kurva karakteristik dimana nilai densitasnya 1+b+f
Speed exposure point : log eksposi yang menghasilkan speed point (SPE)
SPE film A = 2,0 → beda speed = antilog (2-1,5)
SPE film B = 1,5 ↗ = 3,16
Jadi film A 316% kali lebih cepat dr film B
Latihan :
Area
Eksposi relatif
Log eksposi
Densitas film A
Densitas film B
Gangguan citra
Noise : alat
Artefak : gambar
Fog : film
Kontrol Kualitas dalam Radiologi Diagnostik
Sumber : http://cantikmegawati.blogspot.com/2014/02/qc-quality-controldan-qaquality.html
1. Persyaratan resmi
2. Akreditasi (JCAHO dan )ACR
3. Perbaikan klinis (kinerja peralatan dan kualitas gambar)
4. Fisikawan Medis di Tempat Kerja
Tujuan QC
QC dapat mendeteksi
QC & Dasar
1. data kuantitatif pada peralatan yang diperoleh selama operasi normal berguna
untuk pemecahan masalah (komponen : generator dan prosesor)
2. Memungkinkan penggunaan teknisi / personel perbaikan secara efisien
Sensitometri Prosesor
Penyaringan
Ukuran Titik Fokus
Collimation
Output Fluoroskopik Maksimum
Verifikasi Kalibrasi
Kinerja Phototimer
Kepadatan Fotografi
D= log I0/It
Kurva H & D : Menunjukkan hubungan antara film / layar yang terkena radiasi dan
kepadatan optic
Parameter Sensitometri
Base + Fog (garis mula mula atau OD dari bagian film yang tidak terpapar)
Speed / Kecepatan : OD dari langkah yang dipilih sekitar 1.0 di atas base + fog
Masalah Suhu
pengembang (kritis)
o mempengaruhi
kontras
kecepatan
dasar + kabut
o harus dikontrol dalam waktu sekitar +/- .5o
mencuci air : pada prosesor model lama, air cucian adalah prapemanasan untuk
pengembang
pengering
Sensitometer
o menyinari irisan langkah dikalibrasi pada film
Densitometer
o membaca kerapatan optik (OD) dari langkah-langkah yang dipilih
Hasil plot
Catatan
o Gunakan Film Kontrol
o Lakukan sebelum penggunaan prosesor secara klinis
Half Value Layer (HVL) : jumlah penyerap yang mengurangi intensitas sinar tepat 50%
. besarnya Tergantung pada kVp , bentuk gelombang (fase tunggal / tiga) dan filtrasi
yang melekat
Filter
kVp HVL
R
Tabletop
(mm Al)
30 0.3
Memeriksa Kepatuhan HVL (Radiografi) 40 0.4
49 0.5
Berapa banyak aluminium yang harus ditempatkan pada balok untuk mengurangi
intensitas tepat 50%? 50 1.2
60 1.3
filter mR filter mR filter mR
70 1.5
(mm Al) (mm Al) (mm Al)
71 2.1
------------------- ------------------- -------------------
80 2.3
0 250 0 250 0 250
90 2.5
2.5 133 2.5 125 2.5 111
100 2.7
110 3.0
Langkah 1 : lihat table standarisasi , HVL tidak boleh melebihi 2,5 pada KvP 90
120 3.2
130 3.5
Dapat diterima , HVL> 2,5 mm : BAIK! Harus menambahkan Al untuk
140 3.8
mengurangi balok hingga tepat 50%
150 4.1
filter mR
(mm Al)
-------------------
0 450
2.5 205
Fluoroscopic HVL
Lubang jarum
Kamera
Celah
Kamera
Bar Phantom
Kolimasi Radiografi
Kolimasi Fluoroskopik
Kolimasi Fluoroskopik
Kolimasi Fluoroskopik
Memimpin
Fancy
o Ruang ion
o Kotak Hitam Elektronik
Tidak semewah itu
o Kaset Uji Wisconsin
o Dosimeter Saku
o Putar Atas
Peninjauan Waktu
Fase tunggal
o Gelombang penuh diperbaiki
120 pulsa / detik
o Setengah gelombang diperbaiki
60 pulsa / detik
o Diperbaiki sendiri
60 denyut detik
Tiga Fase / Potensi Konstan / Frekuensi Menengah atau Tinggi
o keluaran kontinu (tidak berdenyut)
Pengukuran Waktu
0,575
Putar Atas
https://slideplayer.com/sl
ide/7868926/
Putar Atas
1 putaran / detik
90o
Pengukuran kVp
78.3
Kalibrasi
mR / mAs harus tetap konstan untuk semua kombinasi mA & kVp pada kVp
tertentu
120 kVp
MAs konstan
Kalibrasi
mR / mAs harus tetap konstan untuk semua kombinasi mA & waktu pada kVp
tertentu
120 kVp
Reproduksibilitas
Kontrol Kepadatan
Penempatan Lapangan
Neraca Lapangan , Operasi Phototiming harus Dapat Diprediksi
Penempatan
o tutupi bidang yang diinginkan dengan timah
o pilih bidang seperti yang ditunjukkan
Keseimbangan
o tidak ada bidang yang tercakup
Pimpin untuk memeriksa penempatan lapangan
kV Respon
o redaman pengambilan fototimer dapat bervariasi dengan kV
o phototimer harus melacak respons kV film rare-earth
Beri Nilai Tanggapan
o Periksa dengan memvariasikan
ketebalan phantom (lucite)
mA
Phototiming (dll.)