Anda di halaman 1dari 23

PROPOSAL KERJA PRAKTIK

“ANALISIS DOSIS PAPARAN RADIASI DAN PROTEKSI


RADIASI PESAWAT SINAR-X ”

Diusulkan oleh :

Avinda Arnis Cahyani 24040118120052


Anugrah Rahma Ari Wigati 24040118120037
Isnaini Nurmia Safitri 24040118120042

DEPARTEMEN FISIKA
FAKULTAS SAINS DAN MATEMATIKA
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2020

i
LEMBAR PENGESAHAN

Nama Kegiatan : Kerja Praktik


Departemen/Fakultas : Fisika Fakultas Sains dan Matematika
Judul Proposal : Analisis Dosis Paparan Radiasi dan Proteksi Radiasi Pesawat
Sinar-X
Tempat Pelaksanaan : Loka Pengamanan Fasilitas Kesehatan
Jl. Sindoro Raya, Ring Road Mojosongo,Jebres 57127 Kota
Surakarta , Jawa Tengah
Waktu Pelaksanaan : 21 Juni-02 Juli 2021
Semarang,11 April 2021

Praktikan 1 Praktikan 2 Praktikan 3

Anugrah Rahma Ari Wigati Avinda Arnis Cahyani Isnaini Nurmia Safitri
NIM. 24040118120037 NIM.24040118120052 NIM. 24040118120042
Mengetahui, Koordinator Kerja Praktik/Dosen
Ketua Departemen Fisika Pembimbing

Zaenul Muhlisin, S. Si., M. Si


Prof. Dr. Heri Sutanto, M.Si
NIP. 197806082003121001
NIP. 197502151998021001

ii
PRAKARTA

Puji syukur penyusun panjatkan kehadapan Tuhan Yang Maha Esa karena
atas berkat rahmat-Nya proposal kerja praktik di Badan Pengamanan Fasilitas
Kesehatan Surakarta dengan judul “Analisis Dosis Paparan Radiasi dan Proteksi
Radiasi Pesawat Sinar-X” dapat diselesaikan tepat pada waktunya.

Karya tulis ilmiah ini disusun sebagai persyaratan melaksanan Kerja Praktik
studi S1-Fisika Fakultas Sains dan Matematika Universitas Diponegoro,
Semarang. Dalam penyusunan Proposal ini, penyusun mendapat banyak bantuan,
masukan, bimbingan, dan dukungan dari berbagai pihak. Untuk itu, melalui
kesempatan ini penyusun menyampaikan terima kasih yang tulus kepada:

1. Kepala Loka Pengamanan Fasilitas Kesehatan Surakarta yang telah


mengizinkan penulis melaksanakan Kerja Praktik
2. Prof. Heri Sutanto,S.Si.,M.Si. selaku Ketua Departemen Fisika Universitas
Diponegoro Semarang
3. Bapak Zaenul Muhlisin, S.Si,M.Si selaku Dosen Pembimbing Kerja Praktik
4. Semua pihak yang ikut membantu penyusunan laporan, yang tidak dapat
penyusun sebutkan satu per satu.

Penyusun menyadari bahwa Proposal Kerja Praktik ini masih jauh dari
sempurna dan perlu pendalaman lebih lanjut. Oleh karena itu, penyusun
mengharapkan kritik dan saran dari pembaca yang bersifat konstruktif demi
kesempurnaan karya tulis ilmiah ini.

Semarang,11 April 2021

Tim Penyusun

iii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .................................................................................................................. i

HALAMAN PENGESAHAN ................................................................................................... ii

KATA PENGANTAR ............................................................................................................... iii

DAFTAR ISI ............................................................................................................................. iv

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang .................................................................................................................1


1.2 Rumusan masalah .............................................................................................................1
1.3 Tujuan ..............................................................................................................................1
1.4 Manfaat ............................................................................................................................2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pesawat Sinar-X


2.1.1 Pengertian Sinar-X ................................................................................ 3
2.1.2 Jenis Jenis Pesawat Sinar-X .................................................................. 4
2.2 Proteksi Radiasi terhadap Sumber Eksternal .................................................... 6
2.3 Uji Kesesuaian Pesawat Sinar-X....................................................................... 7
2.4 Dosis Radiasi..................................................................................................... 8
2.5 Alat Ukur Dosis Radiasi
2.5.1 Dosimetri Perorangan ......................................................................... 10
2.5.2 Surveymeter ....................................................................................... 13
2.5.3 Monitor kontaminasi ........................................................................... 13

BAB III METODE PENELITIAN

3.1 Pelaksanaan Kerja Praktik...............................................................................................15

iv
3.2 Time Schedule Kerja praktik .........................................................................................15
3.3 Metode Kegiatan .............................................................................................................16
3.4 Penyusunan laporan Kerja Praktik ..................................................................................16

BAB IV

PENUTUP .................................................................................................................................17

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................18

v
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pemantauan dosis radiasi pengion sudah sangat berkembang seiring
dengan peningkatan kebutuhan dalam teknologi nuklir di bidang kesehatan
(medis), industri, pertanian dll. Alat ukur radiasi yang digunakan para pekerja
radiasi maupun pasien adalah agar dapat mengetahui berapa besar dosis yang di
terimanya, dan hal ini dapat mencegah para pekerja maupun pasien menerima
paparan radiasi secara berlebihan. Berdasarkan Peraturan Kepala (Perka) Badan
Pengawas Tenaga Nuklir (BAPETEN) Nomor 3 Tahun 2013 (Lasman, 2013),
keselamatan radiasi adalah tindakan yang dilakukan untuk melindungi pasien,
pekerja, anggota masyarakat, dan lingkungan hidup dari bahaya radiasi. Proteksi
radiasi yang dilakukan untuk mengurangi pengaruh radiasi yang merusak akibat
paparan radiasi, menjadi suatu keharusan agar dapat mewujudkan keselamatan
radiasi. Pemantauan dosis radiasi yang diterima oleh pekerja radiasi dapat
dilakukan dengan menggunakan alat alat tertentu.Pelaksanaan Uji kesesuaian
sesuai dengan standarisasi yang diterbitkan oleh BAPETEN menjadi kualifikasi
dasar seorang Fisikawan Medis

Dalam rangka melakukan pemenuhan kesesuaian terhadap persyaratan


standar, maka Perlu untuk dilakukan uji kesesuaian (Compliance Test) terhadap
pesawat sinar-X yang digunakan untuk paparan medik. Hal tersebut sesuai dengan
Peraturan Pemerintah No. 33 Tahun 2007 [5] tentang “Keselamatan Radiasi
Pengion dan Keamanan Sumber Radioaktif” yang menyatakan bahwa untuk
memastikan dipatuhinya penerapan optimisasi proteksi dan keselamatan radiasi
pada paparan medik yaitu tingkat panduan paparan medik maka uji kesesuaian

1
wajib dilakukan terhadap pesawat sinar-X untuk radiologi diagnostik dan
intervensiona. Oleh karena itu kerja praktik di Loka Pengamanan Fasilitas
Kesehatan Surakarta ini kami lakukan sebagai bentuk kaingintauan dan proses
analisa lebih lanjut dari proses uji kesesuaian pesawat sinar X dan kaitannya
dengan pengukuran dosis paparan radiasi pada khususnya dan parameter uji
lainnya.

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana Perlakuan setiap Parameter Uji pada kegiatan Uji Kesesuaian
Pesawat Sinar-X
2. Bagaimana cara menghitung Dosis Radiasi dalam Uji kesesuaian
menggunakan Thermoluninosence Dosimeter (TLD) Badge dan Dosimeter
Film Badge
3. Bagaimana pemantauan dosis radiasi dalam ruang penyinaran bagi pekerja
radiasi dan pasien
1.3 Tujuan
1. Memberikan gambaran dunia kerja yang sebenarnya kepada mahasiswa.
2. Menambah pengetahuan,keterampilan, dan pemahaman yang tidak didapat
langsung dalam perkuliahan.
3. Memperoleh pengalaman, pengamatan dan pengenalan visual secara langsung
mengenai kondisi yang ada di lapangan.
4. Menyiapkan tenaga kerja yang ahli dan siap pakai dalam bidang pengawasan
radiologi.
1.4 Manfaat
Hasil penelitian , Analisa dan Pengalaman kerja di lapangan ini diharapkan
dapat memberi informasi mengenai pengukura dosis paparan radiasi dan kegiatan
proteksi radiasi serta pesawat sinar X serta kaitannya dengan kegiatan uji
Kesesuaian pada pesawta sinar- x.

2
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pesawat Sinar-X


2.1.1 Pengertian Pesawat Sinar-X

Pembangkit sinar-X atau biasa disebut dengan istilah pesawat


sinar-X merupakan alat yang digunakan dalam memproduksi sinar-X.
Instrumentasi pada pembangkit sinar-X antara lain tabung sinar-X yang
mempunyai filamen (tungsten) dan anoda (platina, wolfram atau tungsten),
trafo tegangan tinggi yang digunakan untuk mempercepat elektron didalam
tabung dan pelipat tegangan rendah menjadi tegangan tinggi yakni 30 kV
sampai 100 kV dan instrumentasi kontrol yang digunakan untuk mengatur
parameter dalam sistem pembangkit sinar-X. Tegangan tabung pada
pembangkit sinar-X merupakan salah satu faktor yang dapat dikontrol untuk
mengurangi radiasi hambur dan mengurangi dosis yang digunakan dalam
radiodiagniostik (Vassileva, 2004).

Peningkatan nilai tegangan tabung pembangkit sinar-X yang


digunakan harus diimbangi dengan penurunan nilai arus tabung pembangkit
sinar-X dan waktu penyinaran sehingga diperoleh intensitas radiasi yang
menghasilkan densitas bayangan yang cukup. Penentuan kontras pada
tegangan tabung pesawat sinar-X dilakukan dengan cara pengukuran
dosimetrik yang diterapkan secara langsung dalam suatu pengaturan
eksperimental (Kramer dan Selbach, 2008). Pada pengaturan tegangan
tabung rendah biasanya diikuti dengan peningkatan kontras (Vollmar dan
Kalender, 2009).

3
Tabung sinar-X berisi filament yang juga sebagai katoda dan berisi
anoda. Filamen terbuat dari tungsten, sedangkan anoda terbuat dari logam
anoda (Cu, Fe atau Ni). Anoda biasanya dibuat berputar supaya
permukaannya tidak lekas rusak yang disebabkan tumbukan elektron
(Suyatno, 507: 2008)

2.1.2 Jenis Pesawat Sinar-X

Jenis pesawat sinar-X berdasarkan Perka BAPETEN No. 8 Tahun 2011,


Perban BAPETEN No. 2 Tahun 2018 dan Peraturan Pemerintah No. 56
Tahun 2014 dapat dikategorisasikan berdasarkan kelompok Jenis Kegiatan,
meliputi:

1) Radiografi Umum
Pesawat sinar-X yang terpasang secara tetap dalam ruangan yang
digunakan untuk pemeriksaan umum secara rutin.
2) Radigrafi Mobile

Pesawat sinar-X yang dilengkapi dengan atau tanpa baterai charger dan
roda sehingga mudah digerakan yang dapat dibawa ke beberapa ruangan
untuk pemeriksaan umum secara rutin.

3) Flouruskopi

Terdapat 2 jenis Flouroskopi yaitu Fluoroskopi Konvensional dan


Flouruskopi Intervensional

Flouroskopi Konvensional meliputi :

- Pesawat sinar-X Fluoroskopi untuk diagnostik, yaitu pesawat sinar-X


yang memiliki tabir atau lembar penguat fluorosensi yang dilengkapi

4
dengan sistem video yang dapat mencitrakan obyek secara terus
menerus.
- Pesawat Sinar-X Penunjang Extracorporeal Shock Wave Lithotripsy
(ESWL), yaitu pesawat sinar-X yang dilengkapi dengan tabir penguat
citra, untuk mengetahui letak batu dalam tubuh manusia dan
menghancurkan batu tersebut dengan pembangkit gelombang kejut,
dengan jenis pesawat sinar-X berupa C-Arm atau konvensional.
- Pesawat Sinar-X Pengukur Densitas Tulang(Bone Densitometry),
yaitu pesawat sinar-X yang secara khusus dipergunakan untuk
mengetahui densitas tulang atau pemeriksaan kekeroposan tulang
(Osteoporosis), misalnya dual energy X-ray absorptiometry (DXA).
- Pesawat Sinar-X Tomografi, yaitu pesawat sinar
X yang menggunakan metode pencitraan tomografi untuk
mengetahui gambaran obyek dalam potongan irisan (slice per slice).
Fluoroskopi Intervensional meliputi:
- Pesawat Sinar-X Fluoroskopi, yaitu pesawat sinar-X yang memiliki
tabir atau lembar penguat fluorosensi yang dilengkapi dengan sistem
video yang dapat mencitrakan obyek secara terus menerus untuk
tindakan intervensi.
- Pesawat Sinar-X C-Arm/U Arm Angiografi, yaitu pesawat sinar-X
yang secara khusus dipergunakan untuk pemeriksaan pembuluh darah.
- Pesawat sinar-X C-Arm Penunjang Bedah, yaitu pesawat sinar-X
bentuk C-Arm yang ditempatkan di ruang bedah yang secara khusus
digunakan untuk membantu tindakan pembedahan.

5
4) Mammografi

Pesawat sinar-X dengan energi Radiasi rendah yang secara khusus untuk
pemeriksaan payudara dengan obyek berada diantara film radiografi dan
tabung sinar-X, termasuk Digital Breast Tomosynthesis (DBT) .

5) CT Scan

yaitu pesawat sinar-X yang menggunakan metode pencitraan tomografi


dengan proses digital yang dapat membuat gambar 3 (tiga) dimensi organ
internal tubuh dari pencitraan sinar-X 2 (dua) dimensi yang dihasilkan
dari sejumlah data dasar yang dapat dimanipilasi sesuai pencitraannya.

6) Dental Radiography
Terdapat 2 jenis yaitu extraoral (panoramic dan Chemaplometric) dan
intraoral (BAPETEN,2021)

2.2 Proteksi Radiasi Terhadap Sumber Eksternal


Tiga langkah yang harus selalu diperhatikan dalam proteksi radiasi
eksternal adalah sebagai berikut :
1. Jarak
Menjaga jarak sejauh mungkin dari sumber radiasi. Intensitas radiasi akan
berkurang dengan pertambahan jarak mengikuti hukum kuadrat terbalik
(inverse square law).
D = 1 / R2
2. Waktu
Apabila harus berada di dekat sumber radiasi maka usahakan hanya dalam
selang waktu yang sesingkatsingkatnya. Jumlah dosis yang terserap tubuh
manusia akan berbanding lurus dengan selang waktu terpapari radiasi.
3. Penahan radiasi

6
Penggunaan bahan penahan radiasi dapat mengurangi paparan radiasi
secara eksponensial. Jenis bahan harus disesuaikan dengan jenis
radiasinya khususnya perbedaan antara radiasi foton dan radiasi neutron
(BAPETEN,2016).

2.3 Uji Kesesuaian Pesawat Sinar-X


Uji kesesuaian dimaksudkan untuk memastikan bahwa peralatan yang
digunakan dalam prosedur radiologi diagnostik berfungsi dengan benar
sehingga pasien tidak mendapat paparan yang tidak diperlukan, dan
menerapkan program jaminan mutu untuk radiologi diagnostik.

Pemeriksaan pesawat sinar-X secara teratur dalam bahasa peraturan


dinamakan uji kesesuaian (compliance test). Pengujian tersebut termasuk
dalam program jaminan mutu radiologi diagnostik. Dalam program jaminan
mutu radiologi diagnostik terdapat beberapa pengujian yang dilakukan yaitu :

a) Uji Penerimaan (Acceptance Test) yang dilakukan pada pesawat yang


baru dipasang untuk verifikasi terhadap spesifikasi teknis dan untuk
menetapkan batasan kinerja alat.
b) Uji Kesesuaian (Compliance Test) yang dilakukan secara periodik pada
pesawat sinar-X yang sudah digunakan untuk pelayanan. Ada beberapa
jenis pengujian yang termasuk dalam uji kesesuaian, yaitu:
1) Uji monitoring untuk menguji beberapa parameter vital yang biasa
digunakan dalam pelayanan. Uji ini dilakukan dengan frekuensi 2-3
bulan sekali.
2) Uji tahunan (annual test) untuk menguji seluruh parameter vital
pesawat sinarX, frekuensi pengujian ini adalah 1-2 tahun sekali
3) Uji pesawat sinar-X setelah diperbaiki atau terjadi penggantian ulang.

7
Definisi kesesuaian (compliance) adalah kesesuaian atau kesesuaian
terhadap peraturan perundangan dan peraturan pelaksanaannya. Dalam hal
pesawat sinar-X adalah kesesuaian atau kesesuaian terhadap peraturan
perundangan keselamatan radiasi dan peraturan pelaksanaannya untuk
peralatan pesawat sinar-X. Tujuan dari uji kesesuaian atau kesesuaian pesawat
sinar-X adalah terjaminnya keselamatan radiasi dalam pemanfaatan pesawat
sinar-X.

2.4 Dosis Radiasi


Besaran dan satuan dasar yang dipakai dalam pengukuran dosis radiasi
telah didefinisikan oleh The International Commission of Radiation Units and
Measurements (ICRU). Berikut ini adalah besaran dan satuan dasar dalam
dosimetri.
1. Dosis Serap
Besaran dosis serap digunakan untuk mengetahui jumlah energi dari
radiasi pengion yang diserap oleh medium. Dosis serap ditunjukkan oleh
Persamaan :
D= DE/dm (2)
D adalah dosis serap, dE adalah energi yang diserap oleh medium
bermassa dm dan dm adalah massa medium.
2. Dosis Ekuivalen
Dosis ekuivalen merupakan besaran dosimetri yang berhubungan
langsung dengan efek biologi, yang didapatkan dari perkalian dosis serap
dengan faktor bobotnya. Dosis ekuivalen ditunjukkan oleh persamaan :
HT,R = WR . DT,R (3)
HT,R adalah dosis ekuivalen organ atau jaringan T dari radiasi R, wR
adalah faktor bobot dari radiasi R dan DT,R adalah dosis serap organ atau
jaringan T dari radiasi R.

8
3. Dosis Efektif
Dosis efektif diperlukan untuk menunjukkan keefektifan radiasi dalam
menimbulkan efek tertentu pada suatu organ. Dosis efektif ditunjukkan
oleh Persamaan:
HE = WTHT
HE adalah dosis efektif, wT adalah faktor bobot organ atau jaringan T, dan
HT adalah dosis ekuivalen organ atau jaringan T.
Pengukuran dosis radiasi menggunakan dosimeter dilakukan secara
akumulasi. Dosis radiasi yang mengenai dosimeter personal akan dijumlahkan
dengan dosis yang telah diterima sebelumnya (ICRU,1985).
Berdasarkan Peraturan Badan Pengawas Tenaga Nuklir (BAPETEN)
Nomor 3 Tahun 2013, keselamatan radiasi adalah tindakan yang dilakukan
untuk melindungi pasien, pekerja, anggota masyarakat, dan lingkungan hidup
dari bahaya radiasi. Proteksi radiasi yang dilakukan untuk mengurangi
pengaruh radiasi yang merusak akibat paparan radiasi, menjadi suatu
keharusan untuk mewujudkan keselamatan radiasi. Nilai Batas Dosis (NBD)
untuk pekerja radiasi tidak boleh melampaui 20 mSv (millisievert) per tahun
rata-rata selama 5 tahun berturutturut dan 50 mSv dalam 1 tahun tertentu,
sedangkan NBD untuk anggota masyarakat tidak boleh melampaui 1 mSv
dalam 1 tahun. Pemantauan dosis radiasi yang diterima oleh pekerja radiasi
dilakukan dengan menggunakan film badge atau Thermoluminisence
Dosemeter (TLD) badge, dan dosimeter pembacaan langsung yang
terkalibrasi.

9
2.5 Alat Ukur Dosis Radiasi
Berdasarkan kegunaannya, alat ukur radiasi dapat dibedakan menjadi 2, yaitu
:
1. Alat ukur proteksi radiasi , digunakan untuk kegiatan keselamatan kerja
dengan radiasi,nilai yang ditampilkan dalam satuan dosis radiasi seperti
Rontgen,rem,atau Sievert
2. System pencacah dan spektroskopi , digunakan untuk melakukan
pengukuran intensitas radiasi dan energy radiasi secara akurat.Sistem
pencacah lebih banyak digunakan di fasilitas labolatorium.
Alat ukur proteksi radiasi sebagai suatu ketentuan yang diatur dalam
undang undang bahwa setiap pengguna zat radioaktif atau sumber radiasi
pengion lainnya harus memiliki alat ukur proteksi radiasi. Alat ukur proteksi
radiasi dibedakan menjadi tiga, yaitu:
 Dosimetri perorangan
 Surveymeter
 Monitor kontaminasi

2.5.1 Dosimeter perorangan


Dosimeter perorangan digunakan untuk “mencatat” dosis radiasi yang
telah mengenainya secara akumulasi dalam selang waktu tertentu, misalanya
selama satu bulan. Contoh dosimeter perorangan adalah film badge,TLD dan
dosimeter saku. Setiap pekerja radiasi diwajibkan menggunakan dosimeter
perorangan (Wiyatmo,2009: 68).
2. Dosimeter Film
Dosimeter film / Film Badge adalah suatu alat yang digunakan untuk
memantau dosis radiasi yang diterima oleh seseorang dari radiasi pengion.
Film Badge terdiri dari dua bagian yaitu film fotografi dan Holder. Film

10
fotografi ini sangat sensitive terhadap cahaya, dapat terbakar apabila terkena
cahaya sehingga harus dibungkus oleh lapisan pembungkus kemudian
dimasukkan ke dalam Holder. Semakin banyak paparan radiasi yang
ditangkap oleh film maka semakin hitam warna film tersebut. Tingkat
kehitaman film ini berbanding lurus dengan paparan radiasi/dosis dan
memiliki rentang ukur sampai dengan 10 mSv. Dosimeter film ini digunakan
untuk memantau dosis akumulasi seseorang pada suatu tempat sekaligus
untuk menilai potensi efek kesehatan jangka panjang seseorang. Dosimeter
film hanya dapat digunakan sekali selama periode satu bulan dan tidak dapat
digunakan kembali. Dosimeter film ini digunakan pada permukaan tubuh oleh
seorang pekerja radiasi untuk mencatat dosis radiasi yang diterima. Dosimeter
film digunakan untuk mengukur dan merekam paparan radiasi dari sinar
gamma, sinar-X dan partikel beta. Pada bagian Holder Film Badge telah
dibuat sedemikian rupa menggabungkan beberapa filter (timah, timah,
kadmium, dan plastik) dengan ketebalan dan bahan yang berbeda untuk
menentukan kualitas radiasi yang diterima. (BPFK,2021)

11
Keuntungan menggunakan Dosimeter Film :

1) Dosimeter film adalah alat pemantauan dosis personil yang sangat


sederhana dan tidak mahal.
2) Dosimeter film menghasilkan hasil dosis yang permanen/tetap.
3) Dosimeter film dapat digunakan untuk mengukur dan merekam paparan
radiasi akibat sinar gamma, sinar-X dan partikel beta.

Kerugian menggunakan Dosimeter Film :

1) Hasil bacaan Dosimeter film tidak dapat langsung diketahui melainkan


harus dikirim dan diproses oleh Laborotorium Dosimetri.
2) Dosimeter film hanya dapat digunakan untuk sekali pakai sehingga tidak
dapat digunakan kembali.
3) Dosimeter Film tidak dapat mengukur paparan radiasi gamma dibawah
0,2 mSv (BPFK,2021)

3. Thermoluninasence Dosimeter (TLD)

TLD adalah alat ukur dosis personal yang bekerja berdasarkan adanya
proses lumenisensi. Prinsip kerjanya seperti efek fotolistrik. Ketika bahan
TLD mendapatkan dosis radiasi dengan energi tertentu, maka elektron-
elektron dalam kristalnya akan naik ke level energi yang lebih tinggi.
Kebanyakan electron tersebut akan kembali ke level energi awalnya (keadaan
dasar), namun ada beberapa elektron yang terjebak dalam impuritas. Apabila
bahan TLD dipanaskan, maka elektron yang terjebak tersebut akan terangkat
ke level energi yang lebih tinggi dimana dari sana elektronelektron tersebut
akan kembali ke keadaan dasar dengan memancarkan cahaya. Banyaknya
cahaya yang dipancarkan proporsional dengan energi yang terserap dari
pemberian dosis radiasi. Beberapa bahan TLD yang bersifat luminisense

12
tersebut antara lain CaSO4:Mn,Dy; LiF:Mg,Ti; dan LiF:Mg, Cu,P
(Noerwasanah, 2010 : 248).

Keuntungan menggunakan TLD Badge

1. TLD mampu mengukur rentang dosis yang lebih besar dibandingkan


dengan Dosimeter film.
2. Sensitif terhadap dosis dan mampu mengukur dosis paling rendah 0,01
mSv
3. Dapat dibacakan secara langsung saat dikirimkan ke Laboratorium
Dosimetri
4. Dapat digunakan kembali setelah dilakukan pembacaan di Laboratorium
Dosimetri

Kerugian menggunakan TLD Badge

1. Tidak dapat dibaca ulang setelah diproses/diuji oleh TLD Reader


2. Setelah TLD diproses/diuji , dosis TLD menjadi nol (BPFK,2021)

2.5.2 Surveymeter
Salah satu instrumen yang dibutuhkan dalam sistem proteksi radiasi
adalah Surveymeter yang berfungsi untuk memonitor laju paparan radiasi dari
suatu lokasi yang diperkirakan ada benda atau zat yang mengandung radioaktif.
Zat radioaktif didefinisikan sebagai zat yang mengandung inti atom tidak stabil,
atau setiap zat yang memancarkan radiasi pengion dengan aktivitas jenis lebih
besar dari 70kBq/kg Surveymeter radiasi digunakan untuk mengukur tingkat
radiasi dan biasanya memberikan data hasil pengukuran dalam laju dosis (dosis
radiasi per satuan waktu), misal dalam mrem/jam atau μSv/jam. Surveymeter
terdiri dari detektor dan peralatan penunjang elektronik lainnya (Abimanyu,
282: 2013).

13
2.5.3 Monitor Kontaminasi

Intensitas suatu radiasi yang dipancarkan oleh sesuatu yang telah


terkontaminasi sangat rendah, maka alat ukur ini harus mempunyai efisiensi
pencacahan yang sangat tinggi. Detektor yang digunakan untuk monitor
kontaminasi ini harus mempunyai jendela (window) yang luas, karena
kontaminasi tidak selalu terjadi pada satu daerah tertentu. Tampilan dari
monitor kontaminasi ini biasanya menunjukkan kuantitas radiasi (laju cacah)
seperti cacah per menit atau cacah per detik. Nilai ini harus dikonversikan
menjadi satuan aktivitas radiasi, currie atau becquerel, dengan hubungan
sebagai berikut:

A= R/r

A adalah aktivitas radiasi, R adalah laju cacah dan η adalah efisiensi alat
pengukur. Monitor kontaminasi dapat dibedakan menjadi tiga, yaitu monitor
kontaminasi permukaan, monitor kontaminasi perorangan dan monitor
kontaminasi udara (airborne). Monitor kontaminasi permukaan (surface
monitor) digunakan untuk mengukur tingkat kontaminasi segala permukaan,
misalnya meja kerja, lantai, alat ukur ataupun baju kerja (E-learning BATAN).

14
BAB III

METODELOGI PENELITIAN

3.1 Pelaksanaan Kerja Praktek

Adapun rincian pelaksanaan Kerja Praktik adalah sebagai berikut:

Judul Proposal : Analisis Dosis Paparan Radiasi dan Proteksi Radiasi


Pesawat Sinar-X
Tempat Pelaksanaan : Loka Pengamanan Fasilitas Kesehatan Surakarta
Jl. Sindoro Raya, Ring Road Mojosongo,Jebres
57127 Kota Surakarta , Jawa Tengah
Waktu Pelaksanaan : 21 Juni-02 Juli 2021

3.2 Time Schedule Kerja Praktik


No. Agenda Waktu
Minggu I
1. Pengenalan Alat dan
Lingkungan kerja
2. Pelaksanaan
Minggu II
3. Pelaksanaan
4. Penyusunan Laporan Kerja
Praktik

3.3 Metode Kegiatan


Dalam melaksanakan kerja praktik, mahasiswa diharapkan melakukan studi
kasus, yaitu mengangkat suatu kasus yang dijumpai di tempat kerja praktek

15
menjadi suatu kajian sesuai dengan bidang keahlian yang ada, ataupun
melakukan pengamatan terhadap kerja suatu proses atau alat untuk kemudian
dikaji sesuai dengan bidang keahlian yang dimiliki. Untuk mendukung kerja
praktik dan kajian yang akan dilakukan maka dapat dilakukan beberapa metode
pelaksanaan, antara lain:
1) Survei Lapangan
Menghubungi pihak instansi tempat pelaksanaan Kerja Praktek yang terkait
untuk mendapatkan informasi tentang prosedeur apa saja yang diperlukan
dalam mengajukan Kerja Praktik.
2) Kerja Praktik
Waktu pelaksanaan 2 minggu atau sesuai dengan ketentuan dan kebijaksanaan
tempat Kerja Praktek yang bersangkutan. Adapun hal-hal yang ingin kami
lakukan saat Kerja Praktik adalah melakukan pengamatan secara langsung
saat proses radioterapi.
3) Studi Literatur
Studi pustaka yaitu mencari data keterangan dari literatur sebagai acuan untuk
membandingkan hasil yang diperoleh dengan teori dan diambil kesimpulan
sesuai dengan kenyataan yang ada. Sistem Kerja praktik yang akan
dilaksanakan disesuaikan dengan kondisi lapangan yang ada atau sesuai
dengan yang ditentukan oleh pihak LPFK. Selama melakukan kerja praktik,
kami akan mentaati peraturan yang ditetapkan oleh pihak rumah sakit, dan
data-data yang diperoleh selama kerja praktik akan dijaga kerahasiaannya dan
tidak akan disebarluaskan, hanya digunakan sebagai kelengkapan penulisan
laporan saja serta laporan tersebut telah diperiksa serta disetujui oleh pihak
instansi.

16
3.4 Penyusunan Laporan Kerja Praktik
Luaran yang akan dihasilkan dari kerja praktek ini yaitu laporan kerja praktek.
Laporan kerja praktek disusun berdasarkan hasil analisis dari proyek penelitian
yang dilakukan secara terperinci serta sesuai dengan data dan fakta yang ada.
BAB IV
PENUTUP

Demikian Proposal Kerja Paktik ini kami ajukan, semoga dapat memberikan
penjelasan maksud dan tujuan Kerja Praktik kami ini kepada Loka Pengamanan
Fasilitas Kesehatan (LPFK) Surakarta. Segenap bantuan serta dukungan dari semua
pihak sangat kami harapkan demi terlaksananya kerja praktik ini. Besar harapan kami
untuk dapat diterima melaksanakan Kerja Praktik di Loka Pengamanan Fasilitas
Kesehatan (LPFK) Surakarta. Atas perhatian dan kerjasamanya kami ucapkan terima
kasih.

17
DAFTAR PUSTAKA

Akhadi, M. 2000. Dasar-dasar Proteksi Radiasi. Rineka Cipta:Jakarta


BAPETEN, 2003, Peraturan Kepala BAPETEN No. 3 Tahun 2013 tentang
Keselamatan Radiasi dalam Penggunaan Radioterapi, Jakarta.
BAPETEN, 2018, Peraturan Kepala BAPETEN No. 2 Tahun 2018 tentang Uji
Kesesuaian Pesawat sinar X
Bapeten. Ketentuan Proteksi Radiasi. Diakses pada laman
http://www.batan.go.id/pusdiklat/elearning/Pengukuran_Radiasi/Proteksi_0
2.htm. pada tanggal 30 Maret 2016
International Commission on Radiation Units and Measurements (CRU) Report 39,
Bethesda (1985).
Pengujian Dosimeter Film Badge dan TLD Film Badge Badan Pengamanan Fasilitas
Kesehatan Surakarta diakses pada laman
https://bpfksurakarta.or.id/pelayanan/tld-dan-film-badge/ pada tanggal 11
April 2021

Rassad, S. dkk, Radiologi Diagnostik, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia


Rumah Sakit Dr Cipto Mangunkusumo, Jakarta (2000).

Susilowati, P., Sri W, P dan Susilo, D. Pengukuran Laju Dosis Paparan Radiasi
Sekunder Sinar-X di Ruangan dan Lingkungan Sekitar Instalasi Radiologi
(Studi Kasus : Ruang Radiologi Poliklinik Fakultas Kedokteran). Fisika
Mulawarman. Volume 7. No 2. Halaman 41. November 2011

18

Anda mungkin juga menyukai