Anda di halaman 1dari 7

Shielding dalam Radiologi Diagnostik

Kuantitas radiasi yang direkomendasikan oleh NCRP untuk perhitungan shielding dalam
Radiologi Diagnostik adalah kerma udara (K) dengan satuan Gy. Dapat pula menggunakan
besaran eksposi dengan satuan R (Roentgen) atau C/kg. Konversi R menjadi K (Gy) dengan
membagi dengan faktor 114. Dalam perhitungan, faktor konversi tidak diperlukan karena
faktor transmisi merupakan rasio antara besaran yang sama. Selanjutnya notasi berikut
digunakan untuk dasar perhitungan:
 K : kerma udara (air kerma)
 KP : kerma udara dari berkas primer
 P : tingkat kerma udara untuk proteksi pekerja dan publik.
 E : dosis efektif
 HT : dosis ekuivalen

Dalam proteksi radiasi dikenal daerah terkontrol (controlled area) dan tidak terkontrol
(uncontrolled area). Dalam daerah terkontrol pekerja radiasi memperoleh supervisi dari
pekerja proteksi radiasi. Dengan demikian untuk akses, kondisi kerja maupun penempatan
(occupancy) di daerah tersebut dikontrol. Umumnya daerah terkontril berada langsung di
samping ruang pesawat sinar X, sebagai contoh ruang panel kontrol. Adapun daerah tidak
terkontrol merupakan daerah lain dalam rumah sakit di lingkungan ruang radiologi
diagnostik, yang bebas untuk publik.

Dalam perhitungan shielding, tujuan desain dinyatakan dengan tingkat kerma udara P yang
sesuai dengan desain proteksi untuk pekerja radiasi dan anggota publik. Tentu saja hasil
desain untuk proteksi pekerja radiasi akan berbeda dengan untuk proteksi anggota publik.
Penggunaan dosis efektif (E) untuk perhitungan shielding tidak praktis, mengingat E tidak
dapat diukur secara langsung. Oleh karenanya, perhitungan shielding berdasarkan kerma
udara K (dalam mGy) pada titik yang ditempati (seseorang) paling dekat dan di luar
shielding. Untuk dinding pesawat sinar X titik yang dimaksud tidak kurang dari 0.3 m dari
dinding. Nilai P umumnya dinyatakan per minggu, mengingat workload (beban kerja)
sumber radiasi (pesawat sinar X) dihitung per minggu.

Batas dosis efektif (E) tahunan pekerja radiasi 50 mSv/th (USA), dan 20 mSv/th (Indonesia,
ICRP 60, 1991). Untuk desain shielding sebaiknya digunakan 10 mSv/th (NCRP, 1993).
Untuk pekerja wanita hamil dosis ekuivalen pada embryo fetus per bulan (H T) tidak boleh
lebih dari 0.5 mSv. Dengan menggunakan kedua batasan ini, maka untuk kalkulasi shielding
digunakan fraksi setengah nilai E, menjadi 5 mSv/tahun, dan dosis tujuan desain P pada
daerah terkontrol menjadi 0.1 mSv/minggu.

Sesuai dengan rekomendasi ICRP, 1991, batas dosis efektif tahunan untuk publik 1 mSv/th.
Rekomendasi ini digunakan pula oleh NCRP, dan digunakan sebagai dasar perhitungan
shielding, sehingga dosis tujuan desain P menjadi 0.02 mSv/minggu.

Sebetulnya perhitungan dosis tujuan desain P untuk pekerja radiasi maupun anggota publik
lebih rendah dari nilai E acuan, karena berbagai asumsi dengan dampaknya sebagai berikut:
1
 Atenuasi berkas primer oleh pasien diabaikan, yang nilainya mendekati faktor 10
sampai 100.
 Kalkulasi selalu mengandaikan berkas jatuh tegak lurus shielding. Padahal bila
berkas jatuh miring pada shielding past terjadi reduksi transmisi.
 Kalkulasi shielding selalu mengabaikan adanya material asesoris seperti rumbai Pb
pada pesawat fluoroskopi, apron Pb personel, lemari alat dsb, yang kesemuanya
mereduksi transmisi berkas sinar primer maupun hambur.
 Radiasi bocor tabung dianggap maksimum, menurut FDA maksimum yang
diperbolehkan 0.876 mGy/jam untuk kerma udara atau 100 mR/jam untuk eksposi.
Dalam praktek radiasi bocor lebih rendah dari nilai ini, sehingga kontribusinya
pada dosis hambur dalam perhitungan shielding menjadi lebih rendah.
 Ukuran lapangan dan fantom yang digunakan untuk kalkulasi shielding
menghasilkan radiasi hambur relatif lebih tinggi, kontribusinya pada kalkulasi
mencapai faktor mendekati empat.
 Rekomendasi faktor okupansi untuk daerah tidak terkontrol tinggi. Padahal sebagai
contoh hanya beberapa orang yang 100% berada pada ditempat selama waktu
kerjanya. Dampaknya dengan faktor okupansi yang digunakan, sebetulnya
mereduksi nilai eksposi yang diterima oleh individu yang berada di daerah tersebut.
 Lembaran Pb untuk shielding yang digunakan umunya lebih tebal dari hasil
kalkulasi, karena disesuaikan dengan ketebalan Pb yang tersedia di pasar. Dengan
demikian lembaran Pb yang lebih tinggi tentunya akan mereduksi transmisi sinar X
primer.
 Perhitungan menggunakan jarak titik okupansi diasumsikan 0.3 m dari dinding.
Apabila nilai diasumsikan > 0.3 m dari dinding, nilai P akan menurun cepat dengan
meningkatnya jarak.

Apabila screen film masih digunakan, direkomendasikan film tidak menerima radiasi
mencapai kerma udara > 0.1 mGy selama penyimpanan. Film dalam kaset, sebaiknya tidak
menerima radiasi sehingga peningkatan OD pada base ditambah fog tidak lebih dari 0.05,
sesuai dengan kerma udara 0.5 µGy yang pada umumnya diperoleh dalam beberapa hari
penyimpanan.

Shielding radiasi harus didesain oleh qualified expert untuk menjamin agar tercapai tingkat
proteksi radiasi yang diinginkan. Nilai P yang dikalkulasi adalah untuk fasilitas baru. Untuk
fasilitas yang sudah adatidak dapat dievaluasi kembali dengan rekomendasi ini
(kemungkinan nilai P pada saat pembangunan telah berbeda dengan yang seharusnya
digunakan sekarang).

Prinsip dasar shielding fasilitas Radiologi Diagnostik

Shielding radiasi dikalkulasi dengan memperhatikan berkas radiasi primer dan radiasi
hambur. Shielding berkaitan dengan berkas primer selanjutnya disebut perintang primer
(primary barrier), dan berkaitan dengan radiasi hambur dikenal sebagai perintang sekunder
(secondary barrier).

2
Adapun eksposi berasal dari berkas primer dan hambur yang diterima individu tergantung
pada beberapa faktor, utamanya:
 Jumlah radiasi yang diproduksi sumber
 Jarak antara individu dengan sumber radiasi
 Rentang waktu individu berada dalam daerah irradiasi
 Shielding yang berada diantara individu dengan sumber radiasi.

Gambar1. Radiasi primer, hambur, bocor, dan transmisi dalam ruang radiografi dengan
posisi pasien pemeriksaan di atas chest bucky. (NCRP 147).

Jenis fasilitas pencitraan

1. Instalasi radiografi

Sistem radiografi multi purpose, pesawat dioperasikan dengan kondisi 50 – 150 kVp,
biasanya berkas diarahkan ke pasien yang berada di atas meja, dan langsung ke lantai
(perintang). Namun tabung sinar x dapat diputar, sehingga berkas dapat diarahkan ke
perintang lain. Sering pula ruang multi guna ini dilengkapi dengan chest bucky atau wall
bucky untuk pemeriksaan thorax.

Ruang kontrol panel harus dapat memberi proteksi pekerja radiasi, tidak boleh radiasi primer
diarahkan ke ruang kontrol panel. Bila untuk observasi pasien disediakan jendela, maka
jendela terbuat dari kaca/fiber glass Pb harus dapat mengatenuasi radiasi sampai mencapai
kerma udara sama dengan dosis tujuan desain (P) untuk pekerja radiasi. Jendela harus
berukuran minimum 45 x 45 cm dan pusatnya berada 1.5 m di atas lantai. Skema dapat
dilihat dalam Gambar 2.

3
2. Instalasi fluoroskopi

Pesawat fluoroskopi umumnya dioperasikan dengan kondisi 60 – 120 kVp. Untuk sistem
fluoroskopi model lama, tabung image intensifier juga merupakan perintang berkas primer.
Oleh karenanya untuk pesawat fluoroskopi saja, shielding ruangan hanya memerlukan
perintang sekunder dari radiasi hambur dan bocor. Namun sistem fluoroskopi modern
seringkali dilengkapi dengan tabung radiografi dan kalkulasi shielding sistem menggunakan
kombinasi beban kerja kedua tabung.

3. Fasilitas intervensional

Termasuk fasilitas intervensional adalah ruang sistem pencitraan cardiovascular, ruang


peripheral angiography dan ruang neuro angiography. Fasilitas ini berisi beberapa tabung
sinar X, yang setiap tabung harus dievaluasi secara terpisah (independently). Perintang harus
didesain sedemikian sehingga kerma udara dari semua tabung tidak melebihi dosis tujuan
desain (P). Perlu diperhatikan bahwa fasilitas intervensional biasanya digunakan untuk
pemeriksaan dengan waktu fluoroskopi lama, dan juga untuk cine maupun radiografi.
Akibatnya beban kerja ruang intervensional tinggi, sehingga kalkulasi shielding, utamanya
untuk daerah terkontrol harus cukup lebar untuk menampung berbagai peralatan dan juga
beberapa orang.

4. Instalasi khusus pemeriksaan dada (chest)

Ruang khusus untuk pemeriksaan dada biasanya dilengkapi dengan chest bucky atau wall
bucky. Shielding dibelakang wall bucky didesain sebagai perintang primer, sedangkan
dinding lainnya sebagai perintang sekunder akibat radiasi hambur.

5. Instalasi mammografi
4
Pada umumnya pesawat mammografi dioprasikan dengan kondisi 25 – 35 kVp. Pada
umumnya ruangan tidak memerlukan shielding khusus, hanya untuk proteksi operator
diperlukan perintang lead acrylic atau lead glass yang dikhususkan untuk sistem
mammografi. Dinding dapat dibuat dari gypsum wallboard, atau batu bata. Pintu ruang
mammografi perlu diperhatikan, mengingat kayu tidak mengatenuasi sebagus gypsum wall
board. Pada umumnya gypsum wallboard mengandung voids (lobang udara), sehingga tidak
uniform. Oleh karenanya untuk pintu diperlukan gypsum wallboard lebih tebal dari hasil
kalkulasi yang diperlukan. Pesawat mobile mammografi mempunyai masalah khusus dalam
sistem proteksi bagi pasien, staff, dan anggota publik. Oleh karenanya sebaiknya untuk
evaluasi sistem proteksi radiasi perlu konsultasi khusus dengan qualified expert sebelum
pesawat digunakan.

6. Instalasi CT (computed tomography)

Pesawat CT umumnya dioperasikan dengan kondisi 80 – 140 kVp. Berkas sinar X dalam
bentuk fan diserap oleh pasien dan sistem detektor, sehingga shielding diperlukan untuk
perintang radiasi sekunder. Workload CT jauh lebih tinggi dari pesawat radiografi maupun
fluoroskopi, sehingga shielding untuk dinding, langit-langit, maupun lantai perlu perhatian.
Tambahan lagi radiasi hambur dan bocor tidak isotropik. Meskipun tingkat radiasi hambur
pada arah gantri lebih rendah dibanding dengan arah sumbu meja pasien, namun untuk
kalkulasi shielding diasumsikan radiasi hambur isotropik.

7. Unit radiografi dan fluoroskopi mobile

Unit fluoroskopi mobile berbentuk C arm biasanya digunakan untuk berbagai prosedur
jantung misalnya implantasi pace maker, dan berbagai pemeriksaan kateterisasi . Selain itu
unit fluoroskopi mobile juga digunakan dalam ruang bedah ortopedi.
Adapun unit radiografi mobile digunakan untuk radiografi, kadangkala untuk pencitraan
dada, abdomen, ataupun ekstremitas bagi pasien yang tidak dapat dibawa ke fasilitas
instalasi radiologi diagnostik.

Bila unit mobile digunakan pada lokasi tetap, atau sering pada tempat yang sama, shielding
ruangan perlu diperhatikan dan desainnya sebaiknya dikonsultasikan kepada qualified
expert.

8. Pesawat bone mineral measurement (bone densitometry)

Pesawat bone densitometry tidak digunakan untuk pencitraantetapi menggunakan modalitas


sinar x dengan kualitas sama dengan untuk pencitraan radiologi diagnosstik. Sebagian besar
pesawat bone densitometry tidak memproduksi tingkat radiasi hambur tinggi, hanya sekitar 1
mGy/tahun pada jarak 1 m untuk beban kerja 2500 pasien /tahun. Kerma udara ini sama
dengan dosis tujuan desain untuk daerah okupansi maksimum daerah tidak terkontrol. Oleh
karenanya tidak diperlukan struktur shielding, namun direkomendasikan tempat operator
(console) diletakkan sejauh mungkin untuk meminimalkan eksposi pada operator.

5
Unsur komponen shielding
 Lembar timbal (sheet lead). Untuk shielding lembar timbal dapat direkat dengan lim pada
material dinding gypsum dan tempelkan dengan paku pada permukaan Pb dengan tiang
kayu atau metal. Daya atenuasi paku lebih tinggi dari lembar sehingga kemungkinan
radiasi bocor kecil. Perhatikan kontinuitas shielding pada sambungan antar lembaran.
 Gypsum wallboard. Meskipun gypsum mempunyai daya atenuasi rendah untuk radiasi
energi tinggi, tetapi mempunyai daya atenuasi signifikan untuk radiasi energi rendah,
seperti yang digunakan pada mammografi. Densitas massa gypsum anisotropik, seringkali
mengandung void, sehingga perlu pemilihan spesifikasi khusus apabila akan digunakan
untuk shielding.
 Material lain, seperti blok beton, batu bata, tiles (porselen) untuk melapisi dinding.
Semua material ini kemungkinan mengandung voids (rongga udara), sehingga perlu
ditutup dengan pasir dan semen.
 Dinding luar bangunan. Dinding luar ruang sinar X dapat terbuat dari beton, batu bata,
plesteran, kayu, vinyl, plester sintetik, atau material lain. Daya atenuasi material ini
sangat bervariasi, oleh karenanya sebaiknya konsultasi qualified expert pada saat desain
fasilitas untuk menentukan keperluan shielding sesuai dengan spesifikasi dinding.
 Pintu dengan lapis lembar Pb. Pintu dengan bingkai sebaiknya dilapis lembar Pb yang
minimum memberikan atenuasi sehingga tercapai tujuan desain shielding. Pintu dapat
terbuat dari kayu ataupun kayu yang diisi dengan mineral. Door interlocks yang dapat
menginterupsi produksi sinar X harus dihindarkan. Sebaiknya pada pintu dipasang
warning lights, maupun warning signs.
 Jendela dapat terbuat dari lead glass ataupun lead acrylic, yang keduanya dijamin daya
transparansinya dalam jangka waktu lama. Lead acrylic mudah tergores dan kemungkinan
berkabut bila terkena larutan pembersih. Tersedia ketebalan ekuivalen lead acrylic 0.5,
0.8, 1.0, dan 1.5 mm Pb.
 Lantai dan langit-langit. Biasanya keduanya terbuat dari beton, yang daya atenuasinya
tergantung ketebalan, densitas dan komposisinya, dengan ketebalan disesuaikan dengan
hasil kalkulasi tujuan desain. Densitas standar beton 2.4 g/cm3. Beton ringan biasanya
mempunyai densitas massa 1.8 g/cm3 . Perhatikan bila void dalam beton berpengaruh
pada sifat shielding, sehingga perlu koreksi perencanaan.
 Floor slab construction. Jenis lantai ini bervariasi, terbuat dari suatu struktur yang dituang
pada a steel deck (lihat gambar). Tebal minimum yang digunakan untuk kalkulasi
shielding.

6
Tinggi lantai ke lantai harus menyediakan ruang untuk servis dan perawatan peralatan.
Meskipun tinggi lantai-ke lantai biasanya 3 – 5 m, shielding cukup setinggi 2.1 m diatas
lantai, kecuali bila diperlukan tambahan shielding pada langit-langit di atas pesawat sinar x.
 Ruang celah antar lantai. Biasanya ruang celah antar langit-langit dan lantai di atasnya 1.5
- 2.4 m. Ruang ini digunakan personel konstruksi bekerja, lantai ruang celah relatif lebih
tipis, mungkin terbuat dari lembar baja, lembar baja dilapis beton, steel deck dengan
gypsum di atasnya. Dalam ruang ini dimungkinkan orang bekerja tanpa mengganggu
operasional unit di bawahnya. Faktor okupansi ruang ini rendah.

Anda mungkin juga menyukai