Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

Proses Radioterapi di TPS (Treatment Planning System)

Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Teknik Radioterapi Dasar

Disusun oleh :

Kelompok 2

1. Ade Pitriyani (45010620A001)


2. Adisty Adi Utami (45010620A003)
3. Eko Febrianto (45010620A023)
4. Jaenudin (45010620A024)
5. Khalda Aufa Nabila .H (45010620A010)
6. Magfiroh (45010620A029)
7. M. Firdi Ramadan Mumin (45010620A011)

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN CIREBON

PROGRAM STUDI TEKNIK RADIODIAGNOSTIK DAN RADIOTERAPI

2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, yang atas berkat dan
rahmat-Nya kami dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya. Adapun
judul dari makalah ini adalah “Proses Radioterapi di TPS (Treatment Planning
System)”.

Tidak lupa kami ucapkan terima kasih kepada Yusron Adi


Utomo,S.Tr.Rad (MRI).,CHt selaku dosen pengampu yang membimbing kami
dalam pengerjaan tugas makalah ini. Kami juga mengucapkan terima kasih
kepada teman-teman kami yang selalu setia membantu dalam hal mengumpulkan
data-data dalam pembuatan makalah ini.

Kami menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna
dikarenakan terbatasnya pengalaman dan pengetahuan yang kami miliki. Oleh
karena itu, kami mengharapkan segala bentuk saran serta kritik yang membangun
dari berbagai pihak. Kami berharap semoga makalah ini dapat memberikan
manfaat bagi semuanya.

Cirebon, 11 Oktober 2021

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................... i

DAFTAR ISI ................................................................................................. ii

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................. 1

1.1 Latar Belakang ................................................................................... 1


1.2 Rumusan Masalah .............................................................................. 2
1.3 Tujuan Penelitian................................................................................ 2
1.4 Manfaat .............................................................................................. 3

BAB II PEMBAHASAN .............................................................................. 4

2.1 Proses Treatment Planning System .................................................... 4


2.2 Data Treatment Planning System ....................................................... 8

BAB III PENUTUP .................................................................................... 10

3.1 Kesimpulan....................................................................................... 10
3.2 Saran ................................................................................................ 10

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................ 11

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Radioterapi adalah suatu tindakan medis terapi radiasi yang dilakukan pada
pasien dengan kasus keganasan (kanker) dengan memanfaatkan radiasi pengion
untuk mematikan dan menghentikan pertumbuhan sel-sel kanker. Dengan
menggunakan radiasi sinar yang dapat menimbulkan ionisasi dalam jaringan
(Susworo, 2007). Radioterapi biasanya dilakukan untuk pengobatan tumor ganas
(kanker) yang tidak dapat dilakukan pada pengobatan sistem pembedahan atau
kemoterapi. Dalam pemeriksaanya memiliki dua metode, yaitu teleterapi dan
brakhiterapi.

Teleterapi (eksternal) adalah jenis radioterapi yang sumber radiasinya berasal


dari luar tubuh sedangkan brakhiterapi (internal) adalah jenis radioterapi yang
sumber radiasinya diletakkan di dalam tubuh. Pada pemeriksaan radioterapi
radiasi yang digunakan cukup banyak karena pada dasarnya radioterapi bertujuan
untuk membunuh sel kanker sebanyak mungkin dengan kerusakan pada sel
normal serendah mungkin. Oleh sebab itu sebelum radiasi diberikan, pasien harus
melewati berbagai alur pelayanan terlebih dahulu agar radiasi yang diterima tidak
melebihi batas ambang dan efek yang ditimbulkan tidak berlebih. Salah satu alur
pelayanan radioterapi yang berperan penting dalam pemeriksaan radioterapi
adalah alur pelayanan treatment planning system (TPS).

Treatment planning system (TPS) merupakan proses Perencanaan yang


dilakukan untuk mengetahui distribusi dosis yang akan diterima pasien sebelum
dilakukan penyinaran radiasi. TPS digunakan untuk menentukan energi radiasi,
luas lapangan, jumlah lapangan radiasi, arah penyinaran dan perhitungan monitor
unit (MU). Perencanaan radioterapi bersifat individual untuk masing-masing
pasien yang akan diterapi (Mayles, 2007). Pada alur pelayanan ini dilakukan oleh
dokter onkologi radiasi dan fisikawan medik, setelah mendapatkan hasilnya
teknisi radioterapi dapat memberikan radiasi sesuai arahan dokter dan fisikawan

1
medik. Pelaksanaan alur pelayanan ini harus dilakukan dengan sangat teliti karena
dikhawatirkan akan mempengaruhi jaringan sehat disekitarnya, oleh sebab itu
untuk mengurangi kesalahan pengukuran dosis, sistem ini menggunakan teknik
yang berasal dari teknologi modern. Terdapat dua jenis teknik yang digunakan
dalam alur pelayanan ini. Pada penggunaanya tergantung dengan jenis kanker
yang diperiksa, darimana asal kanker tersebut, dan radiasi yang digunakan. Alur
pelayanan radioterapi ini sangat penting untuk dilakukan oleh pasien karena
dalam prosesnya sangat berpengaruh dalam kualitas pelayanan dan keberhasilan
pengobatan radioterapi.

Pada alur pelayanan TPS ada berbagai proses yang harus dilalui, sebelum
dilakukan penyinaran radiasi pasien harus melakukan pemeriksaan CT simulator
terlebih dahulu sebelum proses TPS dilakukan agar dapat memastikan letak
tumor (kanker) dan posisi pasien pada saat penyinaran, setalah itu dilakukan
planning fisika, dan terakhir verifikasi dan treatment penyinaran. Oleh sebab itu,
penulis ingin menjelaskan lebih detail tentang proses yang harus dilakukan pada
alur pelayanan TPS agar pelayanan selanjutnya dapat dilakukan dengan baik dan
tepat.

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana proses treatment planning system (TPS) dilakukan pada alur
pelayanan radioterapi.
2. Apa yang dihasilkan dalam proses treatment planning system pada alur
pelayanan radioterapi.

1.3 Tujuan Penulisan

Penulisan makalah ini bertujuan untuk mengetahui proses treatment planning


system (TPS) dan mengetahui data yang dihasilkan pada alur pelayanan
pemerikaan radioterapi.

2
1.4 Manfaat
Adapun manfaatnya yaitu:
Manfaat teoritis
Dapat memberikan wawasan yang lebih tentang treatment planning system
pada alur pelayanan radioterapi dan dapat digunakan sebagai referensi bagi
pembaca.
Manfaat praktis
Dapat memberikan informasi tentang proses treatment Planning system
(TPS) pada pemeriksaan radioterapi sehingga tidak ada kesalahan pada saat
dilakukanya terapi radiasi dan tidak menimbulkan efek samping yang berlebih
setelah dilakukannya terapi radiasi.

3
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Proses Treatment Planning System


Treatment planning system (TPS) merupakan salah satu alur pelayanan pada
pemeriksaan radioterapi yang harus dilakukan sebelum proses pengobatan terapi
radiasi diberikan. Pada alur pelayanan ini ada berbagai proses yang diperlukan
agar perencanaan radioterapi dapat dilakukan diantaranya adalah:
1. Penerimaan data CT Simulator
Data CT simulator merupakan data yang berisi lokasi objek yang akan
diradiasi dan Positioning yang akan dilakukan pasien, data ini berasal dari alur
pelayanan sebelum TPS, yaitu mould rooom. Pada pemeriksaan radioterapi data
CT simulator sangat penting karena dari data ini dokter spesialis onkologi radiasi
dapat menentukan counturing pada setiap bagian tumor dimulai dari awal adanya
massa sampai tidak terlihat massa. Hasil dari proses counturing diantaranya yaitu:
a. Gross Tumor Volume (GTV) adalah tumor teraba atau
terlihat/ditunjukan tingkat dan lokasi pertumbuhan keganasan (ICRU
Report No. 50), GTV biasanya didasarkan pada informasi yang
diperoleh dari kombinasi modalitas pencitraan (Computed Tomography
(CT), Magnetic Resonance Imaging (MRI), USG, dll), modalitas
diagnostik (patologi dan laporan histologi, dll) dan pemeriksaan klinis.
b. Clinical Target Volume (CTV) merupakan volume jaringan yang
berisi GTV ditambah dengan daerah yang potensial dijangkiti oleh
tumor yang subklinis atau mikroskopik. Daerah jangkitan ini tidak
dapat diperiksa secara klinis maupun imaging. Apabila daerah yang
potensial ini tidak memperoleh pengobatan yang terus-menerus maka
kemungkinan terjadinya kekambuhan sangat tinggi.
c. Planning Target Volume (PTV) adalah CTV dengan ditambah 1-2 cm
di luarnya untuk mikroskopik/subklinik mengurangi kemungkinan
kesalahan menetapkan CTV memperoleh radiasi yang tepat. Dalam
perencanaan ini diperhatikan faktor yang tidak statis atau pergerakan,

4
dan target bergerak akibat palpasi jantung, pernafasan atau proses
menelan.
d. Organ At Risk (OAR) adalah organ berisiko, organ atau jaringan yang
sangat sensitif terhadap radasi dan secara signifikan dapat
memengaruhi proses perencanaan dosis radiasi yang telah
direncanakan. Tingkat sensitivitas organ berisiko berbeda-beda. Selain
itu organ berisiko juga memiliki nilai ambang batas terhadap
penerimaan radiasi, jika melebihi nilai ambang batas maka akan
menimbulkan efek yang dapat merugikan jaringan normal.
e. TV (Treated Volume) merupakan volume yang tecakup oleh suatu
isodosis tertentu yang telah ditentukan sebagai daerah yang akan
memperoleh dosis optimal. Apabla TV ternyata lebih kecil atau tidak
mencakup seluruh PTV, maka kemungkinan kendali tumor berkurang,
dalam hal ini perencanaan terapi harus di evaluasi ulang.
f. Irradiated Volume (IV, volume terpajan) merupakan volume yang
terkena radiasi di dalam TV sekalipun tidak direncanakan untuk
memperoleh radiasi.

Setelah semua proses counturing dilalui kemudian dapat dilakukannya


treatment planning system (TPS) Fisika oleh fisikawan medik.

2. Planning Fisika
Setelah Dokter Onkologi Radiasi selesai melakukan contouring, Fisikawan
Medik kemudian melakukan planning fisika. Hasil dari planning fisika dapat
diperoleh yaitu:
a. Energi radiasi
Mengukur besarnya energi radiasi yang diserap oleh medium perlu
dipekenalkan suatu besaran yang tidak bertanggung pada jenis radiasi,
energi radiasi maupun sifat bahan penyerap. Akan tetapi, bergantung pada
jumlah energi yang diserap persatuan massa bahan yang menerima
penyinaran tersebut, untuk mengetahui jumlah energi yang diserap oleh
medium ini digunakan besaran dosis serap.

5
b. Luas lapangan
Penentuan luas lapangan ini dilakukan oleh seorang fisikawan
medik melalui Multi Leaf Collimator (MLC). MLC adalah sebuah alat
yang terbuat dari tungsten yang digunakan pada pesawat linac. MLC
digunakan pada proses TPS untuk mengatur distibusi radiasi yang
berbentuk target tumor dan batasan organ berisiko di sekitar tumor. MLC
menggunakan filter wedge untuk membatasi radiasi pada daerah target
tumor. Ketepatan penggambaran target, organ berisiko, dan jumlah dosis
yang akan diberikan akan diinput pada komputer.

c. Arah penyinaran
Pada umumnya dirumah sakit menggunakan metode SSD (source
surface distance) konstan. Teknik SSD merupakan teknik penyinaran
dengan jarak sumber diletakan pada titik isosenter dari target.

d. Perhitungan MU (Monitor Unit)


Monitor Unit adalah satuan yang digunakan untuk menghitung
dosis radiasi linac dari jarak 100cm pada luas lapangan (10x10)cm2. Dosis
ini juga digunakan sebagai parameter dalam menentukan pemberian dosis
pada treatment linac. Monitor unit dapat dihitung secara otomatis oleh
TPS dan juga dapat dihitung secara manual. Monitor Unit harus
ditentukan, dan dihitung untuk dosis per fraksi.

e. Teknik penyinaran
Teknik penyinaran yang digunakan pada radioterapi tergantung
dengan jenis kanker yang diperiksa, darimana asal kanker tersebut, dan
radiasi yang digunakan. teknik penyinaran yang digunakan diantaranya
adalah:
• IMRT (Intensity Modulated Radiation Therapy ) merupakan teknik
penyinaran radioterapi yang diberikan pada pasien dengan beberapa jumlah

6
arah penyinaran dan lapangan yang tidak seragam di mana sudah
dioptimalisasi untuk memberikan dosis maksimal ke organ target dan
memberikan dosis minimal pada organ sekitar. IMRT menggunakan
teknik perencanaan yang disebut dengan inverse planning. Inverse planning
merupakan kebalikan dari forward planning. Istilah inverse digunakan untuk
menunjukkan proses yang berasal dari parameter penyinaran yang tidak
diketahui dari distribusi dosis yang sudah diketahui.
• 3DCRT (Three Dimension Recontruction Tehnique) merupakan teknik
pengobatan radiasi yang diawali dengan penggunaan pencitraaan
berupa CT scan maka akan memberikan informasi anatomis tiga
dimensi yang dapat mengidentifikasi tumor secara sempurna dan
mengetahui struktur anatomi jaringan disekitar tumor juga, karena
gambaran yang dihasilkan berupa potongann axial, sagital, dan
coronal.
3. Verifikasi dan Treatment Penyinaran
Menurut Beyzadeoglu (2010) verifikasi radioterapi adalah proses untuk
memastikan bahwa volume tumor yang diradiasi adalah sama seperti yang
direncanakan. Tujuan verifikasi adalah untuk memastikan bahwa akurasi
geometris dari radiasi yang diberikan masih di dalam batas-batas yang
diperbolehkan dalam rencana penyinaran. Verifikasi dilakukan dengan
menggunakan Electronic Portal Image Device (EPID). EPID merupakan
sebuah perangkat tambahan yang diintegrasikan pada perangkat Linac.
Perangkat ini menghasilkan citra dua dimensi dengan sistem elektronik/digital
yang dapat langsung dilihat pada monitor komputer. EPID pada awalnya hanya
digunakan untuk verifikasi posisi pasien (verifikasi geometri) namun saat ini
EPID telah dikembangkan untuk mengidentifikasi kesalahan perhitungan dosis
radiasi penyinaran (Mayles, 2007). Pada penggunaannya, EPID membutuhkan
nilai variasi dosis MU yang spesifik. Nilai dari dosis MU dapat ditentukan dari
energi yang dipancarkan Linac, tebal tubuh pasien dan ukuran tubuh pasien
(Podgorsak, 2005).

7
Setelah semua proses dilalui, radioterapis dapat menyiapkan alat dan
imobilisasi yang diperlukan, radioterapis melakukan positioning dan
melakukan pengaturan sesuai hasil dari TPS, lakukan eksposi sesuai dengan
perencanaan, cek hasil verifikasi dapat berupa gambar 2D, jika sudah tepat
dapat dilakukan penyinaran radiasi.

2.2 Data Treatment Planning System


Setelah semua proses itu dilalui, alur pelayanan TPS akan memperoleh
data. Data tersebut akan diverifikasi oleh dokter spesialis onkologi radiasi dengan
mempertimbangkan kondisi pasien setalah itu, akan dilakukan penyinaran radiasi
oleh teknisi radioterapi. Data tersebut diantaranya adalah :
a. Dose Volume Histogram (DVH)
Dose Volume Histogram (DVH) adalah rangkuman distribusi
dosis 3D dalam format 2D grafis. Dalam terapi radiasi modern,
distribusi dosis 3D biasanya dibuat dalam sistem perencanaan secara
komputerisasi berdasarkan rekontruksi 3D dan CT-scan. Istilah
“volume” yang disebut dalam analisis DVH bisa berarti sasaran
pengobatan radiasi, organ sehat di dekat target atau disebut Organ At
Risk (OAR) dan berbagai struktur lainnya. DVH dibuat untuk menilai
kelayakan rencana radioterapi yang akan diberikan sebuah
perencanaan penyinaran 3D terdiri dari informasi distribusi dosis dan
anatomi pasien. DVH meringkas informasi distribusi dosis 3D dan
merupakan alat yang kuat untuk mengevaluasi kuantitatif dari planning
distribusi dosis dengan volume yang ditetapkan, mungkin PTV sendiri
atau organ spesifik di sekitar PTV. Daripada menampilkan frekuensi,
DVH biasanya ditampilkan dalam bentuk presentase volume dari total
volume pada ordinat terhadap dosis.

8
b. Kurva Isodosis
Kurva isodosis adalah kurva yang menggambarkan besarnya energi
foton/elektron yang menembus suatu objek pada kedalaman kurva
isodos harus mengandung PTV dari kontur organ tumor target. Energi
yang digunakan dalam pemberian terapi radiasi dapat berupa foton
atau elektron. Besarnya energi foton dan elektron akan mempengaruhi
dosis yang sampai pada suatu tingkat kedalaman tertentu. Selain itu,
kurva isodosis juga dapat menggambarkan distribusi dosis pada target
volume dan dosis pada organ beresiko disekitarnya.

Semua proses ini memilki peranan yang sangat penting dalam pengobatan
radioterapi sehingga dokter spesialis onkologi radiasi dan fisikawan medik
bekerja sama agar pengobatan dapat berjalan dengan baik tanpa menimbulkan
kesalahan karena dalam pemeriksaanya menggunakan alat-alat yang memiliki
sumber radiasi yang cukup tinggi. Oleh sebab itu, tidak dapat dipungkiri dalam
pengobatan radioterapi ini dapat terjadi kesalahan yang dapat berakibat fatal bagi
pasien maupun teknisi radioterapi sekalipun menggunakan alat pelindung diri.
Setelah semua proses dilakukan hasil akhirnya akan mendapatkan Dose Volume
Histogram (DVH) dan Kurva Isodosis yang akan digunakan ke tahap selanjutnya
untuk dilakukan penyinaran.

9
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Proses radioterapi di TPS (Treatment Planning System) merupakan suatu


proses sistematis dalam membuat rencana srategi terapi radiasi yang memerlukan
teknik-teknik tertentu. Perencanaan ini sangat bermanfaat untuk menentukan
energi radiasi, luas lapangan, jumlah lapangan, arah penyinaran dan perhitungan
MU (Monitor Unit). TPS memiliki peranan yang sangat penting dalam proses
pengobatan radioterapi seperti penerimaan data CT simulator, planning fisika
yang terdiri dari berbagai proses dan verifikasi treatment penyinaran. Dalam
proses-Nya rawan terjadi kesalahan sehingga pengerjaannya harus dilakukan
dengan sangat teliti dan fokus agar sesuai dengan tujuan yang diharapkan.

3.2 Saran

Mengetahui mekanisme proses TPS pada alur pelayanan radioterapi dapat


membantu proses pengobatan radioterapi berjalan dengan baik sehingga kesalahan
yang sering terjadi pada proses ini dapat diminimalisasi. Fisikawan medik yang
merupakan ahli dalam memperhitungkan dosis diusahakan menggunakan
perhitungan yang akurat karena penting untuk memerhatikan dosis serap yang
diberikan pada pasien. Jika terjadi kesalahan pada proses alur pelayanan ini akan
mengakibatkan kesalahan di alur pelayanan berikutnya sehingga pengobatan
radioterapi tidak efektif. Selain fisikawan medik, dokter onkologi radiasi atau
dokter spesialis radioterapi juga diusahakan memverifikasi alur pelayanan dengan
mempertimbangkan efek radiasi bagi pasien.

10
DAFTAR PUSTAKA
Anggraini, S. 2019. Teknik Radioterapi 3 Dimensional Conformal Radiation
Therapy Pada Kasus Kanker Paru Dengan Blok Konvesional
Cerrobend Di Rumah Sakit Pusat Pertamina. Skirpsi. Politeknik
Kesehatan Kementerian Kesehatan Jakarta II.
Arofah, F, A. 2019. Analisi Teknik Intensity Modulated Radiotherapy Dan
Teknik Volumetric Modulated ARC Therapy Terhadap Dosis Organ
Beresiko Pada Kasus Kanker Nasofaring Di Instalasi Radiotherapi
Rumah Sakit Kanker Dharmais. Skripsi. Politeknik Kesehatan
Kementerian Kesehatan Jakarta II.
Fatimah, N, Kuntjoro,E, Darmini. 2018. Tata Laksana Penyinaran Radiasi
Eksterna Pada Metastasis Otak Dengan Teknik 3D-CRT Tanpa
Menggunakan MLC Di Intalasi Radioterapi Rumah Sakit Ken Saras.
Jurnal Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan Semarang Vol
1 (1).
Hadi, B, S, W. 2018. Verifikasi Geometri Dan Dosis Radiasi Penyinaran
Linac Tipe Clinax CX Terintegrasi Electronic Portal Imaging Device
(EPID) Menggunakan Teknik IMRT Di RSP Universitas Andalas.
Skripsi. Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam.
Pranandya, B, I, Wibowo, G, M, Suwardi. 2018. Penyinaran Radiasi Eksterna
Kasus Kondosarkoma Mandibula Replaning Di Instalasi Radioterapi
RS Ken Saras. Jurnal Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan
Semarang.
Suhartono, B, H, Budi, S, W, Hidayanto, E. 2014. Distribusi Dosis Photon
Menggunakan Teknik 3DRCT Dan IMRT Pada Radiasi Whole
Pelvic Karsinoma Serviks. Jurnal Berkala Fisika Vol 17 (4).

11

Anda mungkin juga menyukai