Disusun oleh :
Kelompok 2
2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, yang atas berkat dan
rahmat-Nya kami dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya. Adapun
judul dari makalah ini adalah “Proses Radioterapi di TPS (Treatment Planning
System)”.
Kami menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna
dikarenakan terbatasnya pengalaman dan pengetahuan yang kami miliki. Oleh
karena itu, kami mengharapkan segala bentuk saran serta kritik yang membangun
dari berbagai pihak. Kami berharap semoga makalah ini dapat memberikan
manfaat bagi semuanya.
Penulis
i
DAFTAR ISI
3.1 Kesimpulan....................................................................................... 10
3.2 Saran ................................................................................................ 10
ii
BAB I
PENDAHULUAN
Radioterapi adalah suatu tindakan medis terapi radiasi yang dilakukan pada
pasien dengan kasus keganasan (kanker) dengan memanfaatkan radiasi pengion
untuk mematikan dan menghentikan pertumbuhan sel-sel kanker. Dengan
menggunakan radiasi sinar yang dapat menimbulkan ionisasi dalam jaringan
(Susworo, 2007). Radioterapi biasanya dilakukan untuk pengobatan tumor ganas
(kanker) yang tidak dapat dilakukan pada pengobatan sistem pembedahan atau
kemoterapi. Dalam pemeriksaanya memiliki dua metode, yaitu teleterapi dan
brakhiterapi.
1
medik. Pelaksanaan alur pelayanan ini harus dilakukan dengan sangat teliti karena
dikhawatirkan akan mempengaruhi jaringan sehat disekitarnya, oleh sebab itu
untuk mengurangi kesalahan pengukuran dosis, sistem ini menggunakan teknik
yang berasal dari teknologi modern. Terdapat dua jenis teknik yang digunakan
dalam alur pelayanan ini. Pada penggunaanya tergantung dengan jenis kanker
yang diperiksa, darimana asal kanker tersebut, dan radiasi yang digunakan. Alur
pelayanan radioterapi ini sangat penting untuk dilakukan oleh pasien karena
dalam prosesnya sangat berpengaruh dalam kualitas pelayanan dan keberhasilan
pengobatan radioterapi.
Pada alur pelayanan TPS ada berbagai proses yang harus dilalui, sebelum
dilakukan penyinaran radiasi pasien harus melakukan pemeriksaan CT simulator
terlebih dahulu sebelum proses TPS dilakukan agar dapat memastikan letak
tumor (kanker) dan posisi pasien pada saat penyinaran, setalah itu dilakukan
planning fisika, dan terakhir verifikasi dan treatment penyinaran. Oleh sebab itu,
penulis ingin menjelaskan lebih detail tentang proses yang harus dilakukan pada
alur pelayanan TPS agar pelayanan selanjutnya dapat dilakukan dengan baik dan
tepat.
2
1.4 Manfaat
Adapun manfaatnya yaitu:
Manfaat teoritis
Dapat memberikan wawasan yang lebih tentang treatment planning system
pada alur pelayanan radioterapi dan dapat digunakan sebagai referensi bagi
pembaca.
Manfaat praktis
Dapat memberikan informasi tentang proses treatment Planning system
(TPS) pada pemeriksaan radioterapi sehingga tidak ada kesalahan pada saat
dilakukanya terapi radiasi dan tidak menimbulkan efek samping yang berlebih
setelah dilakukannya terapi radiasi.
3
BAB II
PEMBAHASAN
4
dan target bergerak akibat palpasi jantung, pernafasan atau proses
menelan.
d. Organ At Risk (OAR) adalah organ berisiko, organ atau jaringan yang
sangat sensitif terhadap radasi dan secara signifikan dapat
memengaruhi proses perencanaan dosis radiasi yang telah
direncanakan. Tingkat sensitivitas organ berisiko berbeda-beda. Selain
itu organ berisiko juga memiliki nilai ambang batas terhadap
penerimaan radiasi, jika melebihi nilai ambang batas maka akan
menimbulkan efek yang dapat merugikan jaringan normal.
e. TV (Treated Volume) merupakan volume yang tecakup oleh suatu
isodosis tertentu yang telah ditentukan sebagai daerah yang akan
memperoleh dosis optimal. Apabla TV ternyata lebih kecil atau tidak
mencakup seluruh PTV, maka kemungkinan kendali tumor berkurang,
dalam hal ini perencanaan terapi harus di evaluasi ulang.
f. Irradiated Volume (IV, volume terpajan) merupakan volume yang
terkena radiasi di dalam TV sekalipun tidak direncanakan untuk
memperoleh radiasi.
2. Planning Fisika
Setelah Dokter Onkologi Radiasi selesai melakukan contouring, Fisikawan
Medik kemudian melakukan planning fisika. Hasil dari planning fisika dapat
diperoleh yaitu:
a. Energi radiasi
Mengukur besarnya energi radiasi yang diserap oleh medium perlu
dipekenalkan suatu besaran yang tidak bertanggung pada jenis radiasi,
energi radiasi maupun sifat bahan penyerap. Akan tetapi, bergantung pada
jumlah energi yang diserap persatuan massa bahan yang menerima
penyinaran tersebut, untuk mengetahui jumlah energi yang diserap oleh
medium ini digunakan besaran dosis serap.
5
b. Luas lapangan
Penentuan luas lapangan ini dilakukan oleh seorang fisikawan
medik melalui Multi Leaf Collimator (MLC). MLC adalah sebuah alat
yang terbuat dari tungsten yang digunakan pada pesawat linac. MLC
digunakan pada proses TPS untuk mengatur distibusi radiasi yang
berbentuk target tumor dan batasan organ berisiko di sekitar tumor. MLC
menggunakan filter wedge untuk membatasi radiasi pada daerah target
tumor. Ketepatan penggambaran target, organ berisiko, dan jumlah dosis
yang akan diberikan akan diinput pada komputer.
c. Arah penyinaran
Pada umumnya dirumah sakit menggunakan metode SSD (source
surface distance) konstan. Teknik SSD merupakan teknik penyinaran
dengan jarak sumber diletakan pada titik isosenter dari target.
e. Teknik penyinaran
Teknik penyinaran yang digunakan pada radioterapi tergantung
dengan jenis kanker yang diperiksa, darimana asal kanker tersebut, dan
radiasi yang digunakan. teknik penyinaran yang digunakan diantaranya
adalah:
• IMRT (Intensity Modulated Radiation Therapy ) merupakan teknik
penyinaran radioterapi yang diberikan pada pasien dengan beberapa jumlah
6
arah penyinaran dan lapangan yang tidak seragam di mana sudah
dioptimalisasi untuk memberikan dosis maksimal ke organ target dan
memberikan dosis minimal pada organ sekitar. IMRT menggunakan
teknik perencanaan yang disebut dengan inverse planning. Inverse planning
merupakan kebalikan dari forward planning. Istilah inverse digunakan untuk
menunjukkan proses yang berasal dari parameter penyinaran yang tidak
diketahui dari distribusi dosis yang sudah diketahui.
• 3DCRT (Three Dimension Recontruction Tehnique) merupakan teknik
pengobatan radiasi yang diawali dengan penggunaan pencitraaan
berupa CT scan maka akan memberikan informasi anatomis tiga
dimensi yang dapat mengidentifikasi tumor secara sempurna dan
mengetahui struktur anatomi jaringan disekitar tumor juga, karena
gambaran yang dihasilkan berupa potongann axial, sagital, dan
coronal.
3. Verifikasi dan Treatment Penyinaran
Menurut Beyzadeoglu (2010) verifikasi radioterapi adalah proses untuk
memastikan bahwa volume tumor yang diradiasi adalah sama seperti yang
direncanakan. Tujuan verifikasi adalah untuk memastikan bahwa akurasi
geometris dari radiasi yang diberikan masih di dalam batas-batas yang
diperbolehkan dalam rencana penyinaran. Verifikasi dilakukan dengan
menggunakan Electronic Portal Image Device (EPID). EPID merupakan
sebuah perangkat tambahan yang diintegrasikan pada perangkat Linac.
Perangkat ini menghasilkan citra dua dimensi dengan sistem elektronik/digital
yang dapat langsung dilihat pada monitor komputer. EPID pada awalnya hanya
digunakan untuk verifikasi posisi pasien (verifikasi geometri) namun saat ini
EPID telah dikembangkan untuk mengidentifikasi kesalahan perhitungan dosis
radiasi penyinaran (Mayles, 2007). Pada penggunaannya, EPID membutuhkan
nilai variasi dosis MU yang spesifik. Nilai dari dosis MU dapat ditentukan dari
energi yang dipancarkan Linac, tebal tubuh pasien dan ukuran tubuh pasien
(Podgorsak, 2005).
7
Setelah semua proses dilalui, radioterapis dapat menyiapkan alat dan
imobilisasi yang diperlukan, radioterapis melakukan positioning dan
melakukan pengaturan sesuai hasil dari TPS, lakukan eksposi sesuai dengan
perencanaan, cek hasil verifikasi dapat berupa gambar 2D, jika sudah tepat
dapat dilakukan penyinaran radiasi.
8
b. Kurva Isodosis
Kurva isodosis adalah kurva yang menggambarkan besarnya energi
foton/elektron yang menembus suatu objek pada kedalaman kurva
isodos harus mengandung PTV dari kontur organ tumor target. Energi
yang digunakan dalam pemberian terapi radiasi dapat berupa foton
atau elektron. Besarnya energi foton dan elektron akan mempengaruhi
dosis yang sampai pada suatu tingkat kedalaman tertentu. Selain itu,
kurva isodosis juga dapat menggambarkan distribusi dosis pada target
volume dan dosis pada organ beresiko disekitarnya.
Semua proses ini memilki peranan yang sangat penting dalam pengobatan
radioterapi sehingga dokter spesialis onkologi radiasi dan fisikawan medik
bekerja sama agar pengobatan dapat berjalan dengan baik tanpa menimbulkan
kesalahan karena dalam pemeriksaanya menggunakan alat-alat yang memiliki
sumber radiasi yang cukup tinggi. Oleh sebab itu, tidak dapat dipungkiri dalam
pengobatan radioterapi ini dapat terjadi kesalahan yang dapat berakibat fatal bagi
pasien maupun teknisi radioterapi sekalipun menggunakan alat pelindung diri.
Setelah semua proses dilakukan hasil akhirnya akan mendapatkan Dose Volume
Histogram (DVH) dan Kurva Isodosis yang akan digunakan ke tahap selanjutnya
untuk dilakukan penyinaran.
9
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
10
DAFTAR PUSTAKA
Anggraini, S. 2019. Teknik Radioterapi 3 Dimensional Conformal Radiation
Therapy Pada Kasus Kanker Paru Dengan Blok Konvesional
Cerrobend Di Rumah Sakit Pusat Pertamina. Skirpsi. Politeknik
Kesehatan Kementerian Kesehatan Jakarta II.
Arofah, F, A. 2019. Analisi Teknik Intensity Modulated Radiotherapy Dan
Teknik Volumetric Modulated ARC Therapy Terhadap Dosis Organ
Beresiko Pada Kasus Kanker Nasofaring Di Instalasi Radiotherapi
Rumah Sakit Kanker Dharmais. Skripsi. Politeknik Kesehatan
Kementerian Kesehatan Jakarta II.
Fatimah, N, Kuntjoro,E, Darmini. 2018. Tata Laksana Penyinaran Radiasi
Eksterna Pada Metastasis Otak Dengan Teknik 3D-CRT Tanpa
Menggunakan MLC Di Intalasi Radioterapi Rumah Sakit Ken Saras.
Jurnal Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan Semarang Vol
1 (1).
Hadi, B, S, W. 2018. Verifikasi Geometri Dan Dosis Radiasi Penyinaran
Linac Tipe Clinax CX Terintegrasi Electronic Portal Imaging Device
(EPID) Menggunakan Teknik IMRT Di RSP Universitas Andalas.
Skripsi. Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam.
Pranandya, B, I, Wibowo, G, M, Suwardi. 2018. Penyinaran Radiasi Eksterna
Kasus Kondosarkoma Mandibula Replaning Di Instalasi Radioterapi
RS Ken Saras. Jurnal Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan
Semarang.
Suhartono, B, H, Budi, S, W, Hidayanto, E. 2014. Distribusi Dosis Photon
Menggunakan Teknik 3DRCT Dan IMRT Pada Radiasi Whole
Pelvic Karsinoma Serviks. Jurnal Berkala Fisika Vol 17 (4).
11