Anda di halaman 1dari 10

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Radioterapi adalah suatu jenis pengobatan yang menggunakan atau

memanfaatkan radiasi pengion (sinar-X dan sinar Gamma) dan partikel lainnya untuk

mematikan sel-sel kanker tanpa akibat fatal pada jaringan sehat disekitarnya. Prinsip

radioterapi adalah memberikan dosis radiasi yang mematikan tumor pada daerah yang

telah ditentukan (volume target) sedangkan jaringan normal sekitarnya mendapat dosis

seminimal mungkin. Hal ini sangat ditunjang dengan kemajuan teknologi dari alat-alat

radioterapi dan kemajuan dari komputer. Perkembangan teknologi di dunia kedokteran

tidak dapat dipungkiri telah membantu penderita penyakit untuk sembuh dari sakit yang

dideritanya dan meningkatkan kualitas hidup penderita tersebut (Stephens, O Frederick,

2009).

Dalam melakukan terapi dengan menggunakan radiasi pengion, sangat

diperlukan adanya perencanaan sehingga akan didapatkan hasil yang optimal. Untuk

pembuatan perencanaan terapi, pasien akan melewati suatu proses, yaitu Treatment

Planning System.

Treatment Planning System merupakan suatu proses yang sistematik dalam

membuat rencana strategi terapi radiasi. Meliputi sekumpulan intsruksi dari prosedur

radioterapi dan mengandung deskripsi fisik, serta distribusi dosis berdasar pada

informasi geometrik/topografi yang ada pada pencitraan (imaging) agar terapi radiasi

dapat diberikan secara tepat.

1
B. Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan Treatment Planning System?

2. Apa tujuan dari Treatment Planning System?

3. Komponen apa sajakah yang ada dalam Treatment Planning System?

4. Bagaimanakah prosedur dari Treatment Planning System?

C. Tujuan Penulisan

1. Untuk mengetahui pengertian dari Treatment Planning System

2. Untuk mengetahui tujuan dari Treatment Planning System

3. Untuk mengetahui macam-macam komponen dari Treatment Planning System

4. Untuk mengetahui prosedur dari Treatment Planning System

D. Manfaat Penulisan

Adapun manfaat dari penulisan laporan ini yaitu :

1. Manfaat teoritis

Manfaat teoritis yang dapat diambil dari penulisan laporan ini adalah untuk

menambah wawasan ilmu pengetahuan bagi penulis khususnya dan bagi pembaca

pada umumnya mengenai Treatment Planning System pada radioterapi di Instalasi

Radioterapi Rumah Sakit Ken Saras.

2. Manfaat Praktis

Manfaat praktis yang dapat diambil dari penulisan laporan ini adalah untuk

memberi saran dan kritik yang membangun mahasiswa agar bisa diterapkan sehingga

dapat meningkatkan mutu dan kualitas sumber daya secara optimal.

2
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian dan Tujuan Treatment Planning System

1. Pengertian

Treatment Planning System atau dapat pula disebut dengan Sistem

Perencanaan Radiasi merupakan suatu proses yang sistematik dalam membuat

rencana strategi terapi radiasi. Meliputi sekumpulan instruksi dari prosedur

radioterapi dan mengandung deskripsi fisik, serta distribusi dosis berdasar pada

informasi geometrik/topografi yang ada pada pencitraan (imajing) agar terapi radiasi

dapat diberikan secara tepat. TPS ini dalam tampilannya bisa 2D bisa juga 3D.

2. Tujuan Treatment Planning System

Tujuan sistem perencanaan radiasi 2D dan 3D adalah untuk menyesuaikan

dosis pada volume target dan mengurangi dosis untuk jaringan normal atau organ

beresiko yang ada disekitarnya. Hal ini meliputi :

a) Posisi pasien dan imobilisasi

b) Mengumpulkan data pencitraan pasien

c) Menetapkan volume target dan organ-organ beresiko berdasarkan kumpulan data,

bentuk-bentuk sinar yang didesain secara grafis dan orientasi sinar

d) Bentuk lapangan yang dipilih menggunakan BEV (Beam’s Eye View) untuk

memilih luas lapangan penyinaran, arah sinar, bentuk dan ukuran sinar yang

sesuai dengan bentuk dan ukuran tumor.

e) Distribusi dosis pada target volume

3
f) Kalkulasi menggunakan algoritma tiga dimensi dan perbandingan informasi yang

didapat dari Histogram Dosis Volume (DHV).

DVH merupakan sejumlah volume yang menerima interval dosis tertentu.

Dose volume histogram merupakan grafik 2 dimensi yang mewakili distribusi

dosis 3 dimensi suatu organ. Hal ini berguna untuk mengevaluasi dan

membandingkan suatu treatment planning. Namun DVH tidak dapat

menggantikan distribusi dosis secara penuh karena DVH ini tidak memiliki

informasi geometris (DVH tidak dapat memberitahukan dimana lokasi tepat

sebuah dosis didalam organ). Dua jenis DVH yang digunakan yaitu:

1) DVH diferensial

Untuk memperoleh DVH ini, komputer menjumlahkan voxel dengan dosis

rata-rata dengan range yang telah diberikan dan memplot volume hasil (atau

yang lebih sering yaitu presentasi dari volume total organ).

2) DVH kumulatif

Komputer menghitung volume target (atau struktur kritis) yang menerima

dosis dan memplotkan volume ini (atau mempresentasikannya) dengan

dosisnya. Semua DVH kumulatif memulai plotnya pada 100% volume untuk

0 Gy, karena semua volume setidaknya menerima nol dosis.

B. Komponen Treatment Planning System

TPS terdiri dari 3 komponen pokok, yaitu:

1. Hardware

Komponen hardware terdiri dari CPU, High resolution graphics, mass storage (hard

disc), disks/CD-ROM, keyboard & mouse, high resolution graphics monitor,

digitizer, laser/color printer, backup storage facility, network connections.

4
2. Software

Komponen software terdiri dari input routines, bentuk dari anatomi, beam geometry

(virtual simulation), kalkulasi dosis, dosis volume histogram, digital recontruction

radiographic.

3. Image Aquisition

C. Faktor yang berperan pada Treatment Planning System

Ada 3 faktor yang sangat berperan pada pembuatan TPS antara lain :

1. Simulasi atau lokalisasi daerah radiasi

Pelaksanaan simulasi ini dilakukan di ruang simulator, di sini seolah-olah pasien

dilakukan radiasi. Untuk itu jarak sumber sinar ke kulit dan posisi pasien harus sama,

baik itu di ruang simulator maupun diruang sinar/linac.

2. CT Planning/CT Simulator

CT Scan/CT Planning penting untuk perencanaan terapi dan merupakan kebutuhan

utama data imajing untuk 3 Dimention Radiation Therapy Treatment Planning (3D

RTTP/Perencanaan Terapi Tiga Dimensi). Perencanaan CT Scan ádalah melokalisasi

tumor dengan jumlah irisan yang sangat banyak dan ketebalan 2–10 mm. Semakin

tipis irisan maka jumlah irisan akan semakin banyak dengan demikian kualitas

pencitraan dapat meningkat.

3. Penyusunan bentuk berkas sinar

a) Beam Eyes View (BEV) Display yaitu dipilih arah sinar, bentuk dan ukuran

berkas sinar yang sesuai dengan bentuk dan ukuran tumor serta perlu tidaknya

pelindung/shielding. Pemilihan tersebut berdasar pada tujuan sasaran, misalnya

5
PTV (Planning Tumor Volume) yang homogen dengan keakuratan 5% dari dosis

total 60 Gy dan pada saat yang sama dosis sinar pada jaringan kritis seperti

ginjal tidak lebih dari 20 Gy pada 50% volumenya dan tidak melebihi 40 Gy

untuk medula spinalis (J.R. Williams, 2000).

b) Room View Display (RVD), melengkapi BEV secara signifikan dalam fase

desain sinar dari perencanaan terapi, khususnya dalam menempatkan kedalaman

isocenter sinar dan memungkinkan tampilan sinar yang dipilih tehnik

membentuk terapi secara lebih baik (J.R.Williams, 2000).

c) Digitally Reconstructed Radiograph (DRR) yaitu radiografi yang dikonstruksi

secara digital untuk memproyeksikan gambar yang dihasilkan komputer dan

diperoleh dengan melalui sinar-sinar divergen secara matematis melalui suatu

kumpulan data CT/Computer Topografi (J.R.Williams, 2000). Volume untuk

perencanaan 3 dimensi, rincian bentuk tumor, ukuran untuk Gross tumor

Volume (GTV), dan Planning tumor Volume (PTV) dilakukan oleh staf

perencanaan terapi dan ahli onkologi radiasi. Struktur ditandai secara manual

menggunakan sebuah mouse atau bentuk lain dari digitizer. Beberapa struktur

dengan batasan yang jelas misalnya kulit dapat terkontur secara otomatis.

D. Prosedur Treatment Planning System

1. Menghidupkan sistem pada perangkat komputer

2. Membuka software (Monaco)

3. Mencari data pasien yang telah melakukan CT Simulator

4. Pengecekan ID harus dilakukan agar tidak terjadi kesalahan dalam perencanaan

terapi

5. Klick data pasien, kemudian gambar dieksport agar dapat diproses

6
6. Contouring citra/gambar, merupakan tahap dimana pendefinisian volume target dan

organ at risks (OARs) dilakukan

7. Menghitung dosis volume dengan menggunakan kurva histogram dosis volume. Hal

ini berguna untuk mengevaluasi dan membandingkan suatu treatment planning.

Hasil dari treatment planning system

7
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil tinjauan pustaka pada BAB II maka penulis dapat menarik

kesimpulan bahwa :

1. Treatment Planning System atau dapat pula disebut dengan Sistim Perencanaan

Radiasi merupakan suatu proses yang sistematik dalam membuat rencana strategi

terapi radiasi.

2. Tujuan sistem perencanaan radiasi adalah untuk menyesuaikan dosis pada volume

target dan mengurangi dosis untuk jaringan normal atau organ beresiko yang ada

disekitarnya.

3. Komponen dari treatment planning system ada 3, yaitu hardware, software, dan

image aquisition

4. Terdapat 3 faktor yang mempengaruhi treatment planning system, yaitu simulasi

atau lokalisasi daerah radiasi, CT Planning/CT Simulator, dan penyusunan bentuk

berkas sinar.

B. Saran

Adapun saran yang dapat penulis sampaikan sehubungan dengan penulisan

laporan ini adalah diperlukannya pemahaman pengolahan data pada proses treatment

planning system. Sehingga akan didapatkan hasil terapi yang optimal dan sesuai yang

diharapkan.

8
DAFTAR PUSTAKA

http://repository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/14553/JURNAL%20SUGIANTY

%20SYAM.pdf?sequence=1

http://repository.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/62639/Chapter%20II.pdf?

sequence=3&isAllowed=y

9
LAMPIRAN

Gambar pengoperasian proses treatment planning system

10

Anda mungkin juga menyukai