STANDAR
Tanggal Terbit
PROSEDUR
16 Maret 2021
OPERASIONAL
PENGERTIAN Delineasi yang dimaksud adalah penggambaran volume target, baik GTV
(Gross Tumor Volume), CTV (Clinical Target Volume), dan PTV (Planning
Target Volume), serta organ berisiko (OAR) berdasar pada informasi
geometric / topografi yang ada pada pencitraan (imajing).
TUJUAN Prosedur ini ditujukan sebagai panduan dalam melakukan delineasi,
sehingga dapat menjamin ketepatan penentuan volume target pada
tatalaksana radioterapi yang baik dan terutama dalam aspek patient
safety.
KEBIJAKAN
1. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
1691/Menkes/PER/VII/2011 tentang Keselamatan Pasien Rumah
Sakit.
2. Keputusan Direktur Rumah Sakit Umum Daerah Bali Mandara
Provinsi Bali Nomor B.37.188.4/1953/HHP/RSBM tanggal 4 Februari
2022 tentang Kebijakan Pelayanan Instalasi Kanker Terpadu (INKAT)
pada Rumah Sakit Umum Daerah Bali Mandara Provinsi Bali
PROSEDUR
Delineasi Volume Target
1. Mengimpor hasil CT simulasi di treatment planning system (TPS).
2. Menentukan volume target secara manual dengan menggunakan
sebuah mouse atau bentuk lain dari digitizer.
3. Untuk delineasi organ-organ dengan batasan yang jelas misalnya
kulit dapat dilakukan secara otomatis.
4. Menentukan GTV (Gross Tumor Volume). GTV merupakan tumor
yang teraba atau dapat dilihat baik dengan pemeriksaan fisik
maupun dengan imajing. GTV dapat terdiri dari tumor primer
(GTVp), metastasis kelenjar getah bening (GTVn), dan metastasis
lainnya (GTVm).
Untuk delineasi GTV, dapat dibantu dengan gambar modalitas
pencitraan lain (misalnya MRI) dengan cara fusi pencitraan
tersebut ke dalam TPS. GTV bisa saja tidak ada apabila tumor
telah diangkat keseluruhannya misalnya dengan operasi.
5. Menentukan CTV (Clinical Target Volume). CTV merupakan
volume jaringan yang terdiri dari GTV dan atau kemungkinan
penyebaran mikroskopik atau perluasan subklinik. Tingkat
probabilitasnya berdasarkan pengalaman klinis yang
terdokumentasi. CTV dapat terdiri atas CTVp dan CTVn.
6. Menentukan PTV (Planning Target Volume). PTV merupakan
volume yang terdiri dari CTV ditambah kompensasi yang diberikan
bagi variasi yang terjadi pada perubahan posisi pasien, jaringan
target dan penyinaran.
7. Menentukan OAR (Organ at Risk). OAR adalah berbagai jaringan
normal yang memiliki toleransi masing-masing terhadap radiasi
sehingga dapat mempengaruhi peresepan dosis dan/atau
perencanaan radiasi.
UNIT TERKAIT
1. Dokter Spesialis Onkologi Radiasi
2. Fisikawan Medis
SPO QA Planning Pasien 3D-CRT dan IMRT
Tanggal Terbit
STANDAR
PROSEDUR 08/02/2022
OPERASIONAL
UPTD RSUD
BALI MANDARA
BALI MANDARA
STANDAR
Tanggal Terbit
PROSEDUR
25 November 2020
OPERASIONAL
PENGERTIAN
Tata cara penanggulangan keadaan darurat
TUJUAN
Sebagai acuan dalam penanggulangan keadaan darurat
KEBIJAKAN
SK Direktur No. 188.4/19443/UPT.RSBM.DISKES/2018 tentang Kebijakan
Pelayanan dan Asuhan Pasien pada UPT RSUD Bali Mandara Provinsi Bali
UPTD RSUD
BALI MANDARA
BALI MANDARA 2. Bila terdapat penanda/interlock pada monitor pesawat, print dan
tunjukkan pada teknisi elektromedik.
3. Buka pintu penyinaran.
4. Berikan penjelasan secara singkat kepada pasien apa yang sedang
terjadi,
5. Temani pasien hingga ada kejelasan dari teknisi elektromedik berapa
lama kerusakan bisa diperbaiki,
6. Bila membutuhkan waktu yang lama turunkan pasien dari meja
penyinaran.
UPTD RSUD
BALI MANDARA
BALI MANDARA radiasi yang berlebihan, dilakukan pertolongan pertama di ruangan
onkologi radiasiserta dibuatkan kronologi oleh tim, kemudian
dilaporkan ke pemegang izin.
10. Kepala Tim Jaminan Mutu/Kepala Unit Kerja Fisika Medik/PPR membuat
laporan ke Kepala Bidang Pelayanan Medik, cc: K3RS dan Patient
Safety, dan dilaporkan ke Direktur RS.
11. Langkah berikutnya akan ditentukan melalui keputusan bersama
(Kepala Tim Jaminan Mutu, kepala Bidang Pelayanan Medik, PPR dan
Direktur).
12. Jika diperlukan dilaporkan ke Bapeten secara lisan (maksimal 1 jam
setelah kejadian), tertulis dengan formulir “Pelaporan Kedaruratan”
(maksimal 2 hari setelah kejadian), dan laporan pencarian keterangan
dengan formulir “Pencarian Keterangan” (maksimal 5 hari setelah
kejadian).
UNIT TERKAIT 1. Instalasi Radioterapi
2. Instalasi IPSRS
3. K3RS
4. Badan Pengawas Tenaga Nuklir (BAPETEN)