Anda di halaman 1dari 12

PANDUAN

CODE BLUE

RS PKU MUHAMMADIYAH GAMPING


Jl. Wates KM 5,5 Gamping, Sleman, Yogyakarta—55294
Telp. 0274 6499706, Fax. 0274 6499727 i
KEPUTUSAN DIREKTUR
RUMAH SAKIT PKU MUHAMMADIYAH GAMPING
Nomor : 2116/SK.3.2/X/2016
Tentang
PANDUAN CODE BLUE

DIREKTUR RUMAH SAKIT PKU MUHAMMADIYAH GAMPING


Menimbang : a. Bahwa dalam upaya meningkatkan keselamatan pasien,
maka diperlukan adanya Panduan Code Blue di Rumah
Sakit PKU Muhammadiyah Gamping.
b. Bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana
dimaksud pada huruf a, perlu menetapkan Panduan
Code Blue dengan Keputusan Direktur Rumah Sakit
PKU Muhammadiyah Gamping.
Mengingat : 1. Undang-Undang RI Nomor 36 Tahun 2009 tentang
Kesehatan
2. Undang-Undang RI Nomor 44 Tahun 2009 tentang
Rumah Sakit
3. Undang-Undang RI Nomor 29 Tahun 2004 tentang
Praktek Kedokteran
4. Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor
1165.A/MenKes/SK/X/2004 tentang Komisi Akreditasi
Rumah Sakit.
5. Surat Keputusan Badan Pelaksana Harian Rumah Sakit
PKU Muhammadiyah Yogyakarta nomer 0163/B-II/BPH-
III/III/2016 tanggal 2 Maret 2016 M, tentang Penetapan
Susunan Direksi Rumah Sakit PKU Muhammadiyah
Gamping periode 2016 – 2020.

MEMUTUSKAN
Menetapkan :
PERTAMA KEPUTUSAN DIREKTUR RUMAH SAKIT PKU
MUHAMMADIYAH GAMPING TENTANG PANDUAN
CODE BLUE .

i
KEDUA : Dengan ditetapkannya keputusan ini maka Keputusan
Direktur Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Yogyakarta
Unit II Nomer: 0417/SK.3.2/IV/2015 tentang Panduan
Code Blue dinyatakan tidak berlaku lagi.
KETIGA : Panduan Code Blue sebagaimana dimaksud diktum
pertama dipergunakan sebagai acuan bagi staf dalam
penanganan henti nafas dan henti jantung di RS PKU
Muhammadiyah Gamping.
KEEMPAT : Keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan.

Ditetapkan di : Sleman
Pada Tanggal : Oktober 2016
Direktur,

dr. H. Ahmad Faesol, Sp. Rad. M. Kes.


NBM: 797.692

ii
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum.Wr.Wb
Puji syukur kami panjatkan kepada Allah.SWT ,Tuhan Yang Maha Esa atas
segala berkat dan Anugerah-Nya yang telah diberikan kepada penyusun sehingga
tersusunlah buku panduan Code Blue Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Gamping.
Panduan Code Blue adalah sistem pertolongan pertama yang harus dapat
dilakukan oleh seluruh komponen rumah sakit, baik tenaga medis (dokter dan
perawat) dan tenaga non medis. Diperlukan suatu sistem atau strategi pencegahan
kejadian henti jantung di rumah sakit dan memastikan bahwa tindakan bantuan hidup
dasar dan lanjut dapat dilakukan dengan efektif.
Semoga dengan adanya panduan ini dapat meningkatkan pelayaan di Rumah
Sakit PKU Muhammadiyah Gamping dan sebagai bahan panduan untuk pasien yang
akan dilakukan resusitasi.
Wasaalamu’alaikum.Wr.Wb

Sleman, Oktober 2016

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KEPUTUSAN DIREKTUR
KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii
A. Definisi 1
B. Ruang Lingkup 1
C. Tatalaksana 2
D. Dokumentasi 6

ii
PANDUAN CODE BLUE

A. Devinisi
Sistem code blue : Code Blue merupakan salah satu sistem kegawatdaruratan di
rumah sakit untuk pasien dengan kondisi kegawatdaruratan medis dan henti
napas/henti jantung dimana seluruh komponen rumah sakit dapat terlibat dalam
proses resusitasi termasuk petugas non medis. Sistem meliputi strategi
pencegahan dan aktivasi sistem kegawatdaruratan di rumah sakit dengan 1 nomor
telepon (888) yang langsung terhubung dengan tim medis dengan kemampuan
bantuan hidup lanjut.

B. Ruang Lingkup
Ruang lingkup dalam code blue disebut area/zonasi, Area adalah wilayah yang
dicover oleh layanan code blue. Area di RS PKU Gamping dibagi menjadi 4
area, yaitu :
1. Lantai 1 Area lantai 1 dan 2
a. Area 1 A : poli rawat jalan, laboraturium, pendaftaran, relasi, tata usaha,
radiologi, fisioterapi, gizi, farmasi, kantin, bank, CSSD, parkir, masjid,
HD, pemeliharaan, elektromedik.
b. Area 1 B/ Lantai 2 : Fisioterapi, R. BPH, R. Ranap : Firdaus, Naim,
Arroyan, Al Kautsar, R.

2. Area lantai 3 dan 4 terdapat ruang rawat inap dan R. operasi, sehingga dibagi
menjadi 2 area.
a. Area 2A : R. Ranap lantai 3 ; Wardah, Zaitun
b. Area 2B : R. Operasi dan R. tunggu pasien ICU

1
3. Area Gedung skill Lab : lantai 1 sampai 4
a. Area 1 : R. Skill lab, musholla dan Parkir
b. Area 2 : R. Direksi dan Komite Medik dan TU
c. Area 3 : R. Mutu, CBT dan R Kuliah
d. Area 4 : R. Auditorium, R Sidang Komisi 1, R Sidang Komisi 2/

C. Tatalaksana
1. Tim Code Blue
Tim Code Blue adalah semua komponen rumah sakit terlibat dalam proses
resusitasi untuk dapat melakukan tindakan bantuan hidup dasar dan hidup
lanjut, terdiri dari:
a. Petugas Non medis terlatih : merupakan petugas non medis dengan
keterampilan bantuan hidup dasar dan aktivasi sistem code blue.
b. Tim Primer : merupakan petugas medis dengan kemampuan bantuan
hidup dasar untuk petugas medis termasuk penggunaan defibrillator
otomatis (merupakan personel/tim yang pertama kali menjumpai
kejadian pasien kritis/henti napas atau henti jantung).
c. Tim sekunder : merupakan petugas medis dengan komponen dokter
dan perawat dengan kemampuan bantuan hidup lanjut dan didukung
dengan peralatan dan obat-obatan emergency termasuk penggunaan
defibrillator (merupakan tim kedua yang bergerak atas aktivasi code
blue dari tim primer).

2. Syarat anggota tim sekunder :


Perawat : laki laki usia < 40 tahun, perempuan usia < 35 tahun (tidak sedang
hamil)
Dokter : tidak ada batasan.

2
Pelatihan : Dokter : ACLS
Perawat : PPGD / BLCS
Masa kerja : Minimal 1 tahun

3. Modified Early Warning System / BLS


Modified Early Warning System adalah . Sistem ini digunakan di bangsal
untuk aktivasi code blue. Aktivasi sistem code blue bila ditemukan skore
Modified MEWS ≥ 5.
BLS adalah . sistem ini digunakan untuk non pasien ( pengunjung,
karyawan, dokter, dll.)

4. Aktivasi dan indikasi pemanggilan


Aktivasi code blue sesuai dengan MEWS untuk pasien dan BLS untuk non
pasien, contoh :
a. Pasien kritis atau potensial kritis (obstruksi jalan napas, jika RR > 36
kali atau < 5 kali/menit, jika Nadi > 140 kali/menit atau < 40 kali/menit,
Jika tekanan darah sistole > 220 mmHg atau < 80 mmHg, Penurunan
kesadaran dan Kejang.
b. Pasien henti napas atau henti jantung (terutama kasus-kasus di mana
angka harapan keberhasilan tindakan resusitasi jantung paru tinggi
(reversible).

5. Langkah-langkah aktivasi pasien henti jantung dan henti napas:


a. Petugas non medis yang menemukan korban (pasien, keluarga,
pengunjung atau petugas) dengan henti jantung segera memberikan
pertolongan Bantuan Hidup Dasar sambil berteriak minta tolong orang
lain untuk membantu memberikan pertolongan bantuan hidup dasar dan
memanggil bantuan tim code blue primer (telepon code blue sistem (888)

3
/atau langsung menuju ke petugas medis terdekat). Telepon secara jelas
menyebutkan lokasi kejadian, jumlah korban, kasus anak atau dewasa.
1) Telepon dari petugas awam (888) akan diterima oleh tim sekunder dan
secara simultan sambil menyiapkan peralatan resusitasi, tim sekunder
akan mengaktifkan (via telepon) perawat terdekat (tim primer) dengan
korban untuk membantu bantuan hidup dasar
2) Jika penolong awam langsung meminta bantuan tim primer (tidak via
telepon) Tim code blue primer secara simultan datang memberikan
bantuan hidup dasar dan mengaktifkan tim sekunder (via telepon code
blue sistem 888)
b. Resusitasi jantung paru harus dilakukan dengan kualitas tinggi,
perbandingan kompresi dan ventilasi 30 dibanding 2, dengan perhatian
pada kompresi yang dalam (minimal 5 cm), kompresi yang cepat
(minimal 100 kali/menit), dan menghindari interupsi selama siklus
kompresi dan ventilasi. Untuk mencegah kelelahan penolong setiap 2
menit atau 5 siklus petugas yang melakukan kompresi harus berganti.
Masing-masing penolong bekerja secara tim dengan 1 orang sebagai
pemimpin atau leader (untuk lebih jelas teknik resusitasi jantung paru
yang ideal dapat dilihat lebih lanjut dalam materi pelatihan BLS/ALS
oleh RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta).
c. Bantuan hidup dasar dengan kualitas tinggi dilakukan terus sambil
menunggu tim sekunder datang. (Respon maksimal tim sekunder adalah 5
menit untuk seluruh area rumah sakit)
d. Tim Sekunder datang dengan personel dokter dan perawat terlatih
BCLS/ALS dengan membawa peralatan resusitasi termasuk defibrillator.
Tim sekunder bekerja simultan bersama tim primer melakukan bantuan
hidup lanjut termasuk pemberian obat-obatan dan penggunaan
defibrillator apabila diindikasikan.

4
e. Jika resusitasi jantung paru berhasil, ditandai dengan kembalinya fungsi
sirkulasi dan pernapasan korban, maka korban akan di transport menuju
ke ruang dengan peralatan monitoring (pasien ditrasnfer ke ICU
sedangkan non pasien ditransfer ke UGD) untuk selanjutnya dilakukan
penatalaksanaan yang sesuai untuk pasien dengan paska henti jantung
termasuk kemungkinan rujukan ke rumah sakit lain.

6. Langkah-langkah aktivasi pasien henti jantung dan henti napas:


a. Bangsal perawatan, poliklinik dan ruang tindakan, harus dipantau secara
kontinyu sesuai dengan kondisi masing-masing pasien. Monitoring harus
dicatat dan jika pasien menunjukkan perubahan atau penurunan kondisi
maka kondisi pasien harus dilaporkan kepada dokter penanggung jawab
pasien dan dilakukan terapi untuk sementara dan monitoring yang lebih
ketat.
b. Jika pasien menunjukkan tanda-tanda kegawatan Pasien kritis atau
potensial kritis (obstruksi jalan napas, jika RR > 36 kali atau < 5
kali/menit, jika Nadi > 140 kali/menit atau < 40 kali/menit, Jika tekanan
darah sistole > 220 mmHg atau < 80 mmHg, Penurunan kesadaran dan
Kejang  maka petugas medis akan menelepon code blue sistem 888
untuk memanggil tim sekunder.
c. Tim sekunder datang (respon maksimal 10 menit) dengan membawa
peralatan emergency (obat-obatan dan defibrillator), melakukan
assessmen awal pada pasien dan melakukan resusitasi apabila diperlukan
d. Jika kondisi pasien sudah membaik dan layak transport maka pasien akan
dipindahkan ke ruang IGD/ICU untuk dilakukan monitoring yang lebih
ketat termasuk kemungkinan proses merujuk ke rumah sakit yang lebih
sesuai.
e. Tim sekunder Melaporkan kondisi pasien kepada dokter penanggung
jawab pasien.
5
7. Transfer
Transfer adalah pemindahan pasien pasca resusitasi ke ruang perawatan
dengan monitoring, untuk pasien akan dipindahkan ke ICU dan untuk non
pasien akan dipindahkan ke IGD. Kriteria dan pendampingan selama transfer
sesuai dengan panduan transfer internal.

D. Dokumentasi
Hasil pelaksanaan code blue didokumentasikan tertulis dalam rekam medis
pasien, sedangkan untuk non pasien akan ditulis di lembar observasi dan lembar
assesment gawat darurat.

6
7

Anda mungkin juga menyukai