Lampung
PANDUAN
CODE BLUE DAN TEAM CODE BLUE
TAHUN 2019
Jl. Teuku Umar No. 48, Bandar Lampung 35148, Indonesia, Telp.0721 – 703459 (Hunting) Fax.0721 - 786349
1
DAFTAR ISI
BAB IV TATALAKSANA..................................................................................................................... 5
2
Rumah Sakit Advent Bandar
Lampung
Jl. Teuku Umar No. 48, Bandar Lampung 35148, Indonesia, Telp.0721 – 703459 (Hunting) Fax.0721 - 786349
TENTANG
Menimbang : a. Bahwa dalam rangka pelaksanaan kegawat daruratan di lingkungan Rumah Sakit
Advent Bandar Lampung, maka di pandang perlu untuk menunjuk Team Code
Blue.
b. Bahwa dalam rangka untuk menghasilkan pelayanan yang aman dan berkualitas
bagi setiap pasien yang dilayani di Rumah Sakit Advent Bandar Lampung.
c. Bahwa untuk koordinasi pelayanan yang lebih baik kepada pasien yang dirawat
di Rumah Sakit Advent Bandar Lampung.
d. Bahwa Sehubungan dengan hal tersebut pada huruf a,b dan c diatas perlu
ditetapkan Team Code Blue Rumah Sakit Advent Bandar Lampung untuk
koordinasi Pelayanan yang lebih baik kepada pasien.
MEMUTUSKAN
Menetapkan :
KEDUA : Hal-hal yang berhubungan dengan Pelayanan Resusitasi (Code Blue) yang
baku di Rumah Sakit Advent Bandar Lampung.
3
KETIGA : Keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan dan apabila di kemudian hari
di perlukan perubahan dalam ketetapan ini akan diadakan pembaharuan
sebagaimana mestinya. Anggotan Tim Code Blue
Direktur,
4
5
Lampiran Peraturan Direktur Rumah Sakit Advent Bandar Lampung
Nomor : 217/PER/DIR-RSABL/IV/2019
Tentang : Kebijakan Pelayanan dan Asuhan Pasien
Tugas : semua anggota tim harus segera ketempat kejadian dan melakukan resusitasi sesuai tugas
atau sesuai intruksi ketua tim Code Blue.
1
BAB I
DEFINISI
1. Kejadian code blue adalah kejadian henti nafas dan atau henti jantung
2. Tim code blue adalah tim yang ditentukan untuk datang segera setelah mengetahui
adanya kejadian code blue dan terdiri dari 3 orang, yaitu pemimpin tim resusitasi yang
bertanggung jawab dalam memimpin resusitasi dan melakukan defibrilasi, individu yang
berperan dalam membantu kompresi dinding dada, individu yang berperan dalam
memberikan ventilasi tekanan positif termasuk intubasi endotracheal dan pemberian obat-
obatan serta pendokumentasian di bawah koordinasi pemimpin tim resusitasi
3. Pemimpin resusitasi adalah individu yang paling menguasai algoritma henti jantung dan paru.
Prioritas pemimpin dalam resusitasi pada kejadian code blue menurut urutan prioritas adalah
sebagai berikut:
a. Prioritas pertama dokter spesialis Anestesi/ Spesialis Kardiologi
b. Prioritas kedua dokter jaga IGD
c. Prioritas ketiga perawat IGD
d. Prioritas keempat perawat ICU
e. Prioritas kelima perawat anestesi
4. Respon time adalah waktu yang diperlukan sampai dengan terkumpulnya minimal jumlah
anggota tim resusitasi yang lengkap, yaitu maksimal 5 menit, mulai dari berangkat sampai
dengan tiba di tempat kejadian code blue
5. Emergency Kit adalah tas yang memuat obat-obatan dan alat-alat medis untuk kasus
kegawatdaruratan medis termasuk pada kejadian code blue (henti jantung dan atau henti
nafas) dan dibuka pada saat terjadi kegawatdaruratan medis
2
BAB II
RUANG LINGKUP
1. Sasaran
a. Karyawan rumah sakit
b. Petugas Cleaning service
c. Pasien
d. Keluarga pasien
e. Pengunjung
3. Area penanganan
Area penanganan adalah lingkungan rumah sakit
3
BAB III
KEBIJAKAN
Sesuai dengan Peraturan Direktur Rumah Sakit Advent Bandar Lampung Nomor 124/PER/DIR-
RSABL/IV/2019 Tentang Kebijakan Panduan Pelayanan dan Asuhan Pasien Pasal 12, maka kebijakan
panduan Code Blue adalah sebagai berikut:
1. Pelayanan resusitasi di Rumah Sakit Advent Bandar Lampung tersedia dan diberikan selama 24
jam setiap hari di seluruh area rumah sakit, serta peralatan medis untuk resusitasi dan obat
untuk bantuan hidup dasar terstandar sesuai dengan kebutuhan populasi pasien.
2. Rumah Sakit Advent Bandar Lampung membentuk Tim Code Blue siaga 24 jam,bila ada pasien
yang mengalami kegawatdaruratan seperti Henti Jantung dan Henti Nafas tertangani dengan
respon time < 5 menit ke lokasi dimana terjadi Code Blue.
3. Seluruh petugas baik medis dan non medis harus dapat mengenali pasien dengan kebutuhan
resusisitasi.
4. Petugas yang menemukan pasien dengan kebutuhan resusitasi segera mengaktifkan “code Blue
“ atau kode biru.
5. Setiap petugas dilatih untuk melakukan bantuan hidup dasar dan pengaktifan code blue.
6. “Code Blue “ terdiri atas tim, yang bekerja sama terdiri atas dokter dan petugas medis lainnya.
7. Ketua tim adalah seorang dokter yang mampu melakukan resusitasi baik dasar maupun
lanjutan.
8. Tim” Code Blue” melakukan resusitasi sesuai dengan Standar Operasional Prosedur yang
berlaku.
4
BAB IV
TATA LAKSANA
1. Prosedur code blue dimulai dengan adanya kejadian code blue di lingkungan Rumah Sakit.
Individu pertama yang menemukan kejadian code blue akan meminta pertolongan dengan
mengeluarkan suara teriakan “code blue” serta sambil melakukan resusitasi jantung paru
2. Perawat yang berada di nurse station yang mendengar teriakan itu segera menghubungi
Instalasi Gawat Darurat dengan nomor telepon 103 atau 2 0 3 dan memberitahukan
informasi mengenai adanya kejadian code blue dan lokasi terjadinya (Irna mana dan kamar
berapa) bila kejadian di ruang instalasi rawat inap
3. Bila kejadian code blue terjadi di luar ruang instalasi rawat inap pasien dan atau teriakan tidak
terdengar di “nurse station” maka staf lain yang mendengar teriakan itu harus menghubungi
dengan nomer extension terdekat ke Instalasi Gawat Darurat nomer telepon 103 atau 203 dan
memberitahukan adanya kejadian code blue beserta lokasi kejadian
4. Individu pertama yang menemukan adanya kejadian code blue segera memulai bantuan hidup
dasar sampai dengan code blue tiba di lokasi kejadian
5. Individu Instalasi Gawat Darurat yang menerima telepon atau informasi segera
memberitahukan informasi itu ke tim code blue Rumah Sakit
6. Setelah tim code blue tiba ditempat kejadian maka upaya resusitasi jantung paru dilanjutkan
oleh tim code blue dengan pembagian tugas dalam resusitasi jantung paru disesuaikan dengan
jumlah anggota tim code blue.
7. Pemimpin resusitasi dalam tim code blue adalah individu yang dianggap paling menguasai
algoritma henti jantung dan atau henti nafas dengan prioritas seperti di bawah ini:
a. Prioritas pertama dokter spesialis Anestesi
b. Prioritas kedua dokter jaga IGD
c. Prioritas ketiga perawat IGD
d. Prioritas keempat perawat ICU
8. Sebelum tim code blue tiba di tempat kejadian maka individu yang dianggap paling
menguasai algoritma henti jantung dan atau henti nafas bertindak sebagai pemimpin
resusitasi sesuai dengan keadaan saat kejadian code blue
9. Dokter jaga ruangan dan perawat ruangan memiliki kewajiban berespon terhadap
pemberitahuan adanya kejadian code blue dan segera menuju tempat kejadian code blue bila
kejadian code blue di ruang perawatan
10. Dokter jaga IGD memiliki kewajiban berespon terhadap pemberitahuan adanya kejadian code
blue dan segera menuju tempat kejadian code blue. Ketidak hadiran dimungkinkan bila
terdapat kegawatan di unit masing-masing pada saat bersamaan yang tidak memungkinkan
untuk segera menuju tempat kejadian code blue
11. Setidaknya satu orang perawat IGD, satu perawat ICU dan satu perawat supervisi
memiliki kewajiban berespon terhadap pemberitahuan adanya kejadian code blue dan
segera menuju tempat kejadian code blue
12. Perawat IGD dan perawat ICU yang memiliki tugas untuk berespon itu ditentukan di
setiap shift jaga oleh koordinator atau penanggung jawab shift
13. Respon time adalah waktu yang diperlukan sampai dengan tim code blue tiba di tempat
kejadian code blue sejak pemberitahuan kejadian code blue mulai ada telepon,
yaitu maksimal 5 menit
5
14. Penentuan berakhirnya upaya resusitasi pada kejadian code blue ditentukan oleh
pemimpin tim code blue sesuai dengan pertimbangan medis
15. Kejadian code blue dan hasil dari resusitasi jantung paru yang dilakukan
didokumentasikan di dalam rekam medis pasien
Resusitasi jantung paru didasarkan pada panduan bantuan hidup dasar dan lanjutan yang
dikeluarkan America Heart Association tahun 2010 (AHA 2010). Setelah dilakukan penilaian
respon pada korban yang tidak sadar dan didapatkan tidak adanya respon serta dilakukan
aktivasi code blue sesuai dengan prosedur code blue yang berlaku maka penolong yang
menemukan kejadian code blue harus segera memulai upaya bantuan hidup dasar
1. Lakukan pemeriksaan ada tidaknya nadi dalam waktu <10 detik. Pemeriksaan nadi dilakukan
pada arteri carotis untuk dewasa dan anak >1 tahun. Pada bayi <1 tahun pemeriksaan nadi
dilakukan pada arteri femoralis atau arteri brachialis.
2. Bila tidak didapatkan adanya nadi maka segera lakukan kompresi eksternal. Hal-hal yang harus
diperhatikan saat kompresi dada:
a. Korban diletakkan di tempat yang datar dan keras
b. Letakkan telapak tangan di pertengahan tulang dada
c. Kompresi dengan kecepatan minimal 100x/menit
d. Kompresi dengan kedalaman minimal 2 inch (5 cm) pada dewasa, kedalaman
minimal 1/3 diameter dinding dada anterior-posterior atau sekitar 2 inch (4 cm) pada
anak, dan sekitar 1.25 inch (2.5 cm) pada bayi
e. Full recoil
f. Minimal interupsi dalam melakukan kompresi
g. Teknik kompresi pada anak usia 1-8 tahun dengan meletakkan tumit dari tangan
h. Pada setengah bawah sternum dengan menghindari jari-jari pada costae
i. Pada bayi dengan menggunakan dua jari di setengah bawah sternum tanpa melepas
jari-jari dari sternum
j. Kompresi dan ventilasi dilakukan dengan ratio 30:2 untuk dewasa, 30:2 untuk satu
penolongpada anak usia 1-8 tahun dan 15:2 untuk dua penolong pada korban anak
usia 1-8 tahun.
3. Kompresi eksternal diikuti dengan ventilasi tekanan positif Hal-hal yang perlu diperhatikan saat
memberikan ventilasi tekanan positif:
a. Ventilasi diberikan dua kali dalam waktu satu detik setiap kali pemberian dan dengan
volume tidal yang cukup untuk mengembangkan paru-paru
b. Ventilasi pada korban yang telah dilakukan pemasangan ETT, LMA, atau combitube
dilakukan dengan frekuensi satu kali ventialsi setiap 6-8 detik
c. Hindari ventilasi berlebihan karena dapat menimbulkan distensi lambung sehingga
dapat menyebabkan regurgitasi dan aspirasi
d. Jalan nafas korban harus dipertahankan terbuka (patent) pada saat melakukan
ventilasi tekanan positif terutama sebelum dilakukan intubasi endotracheal dengan
melakukan manuver head tilt chin lift atau manuver jaw thrust
e. Pada korban dengan kecurigaan trauma cervical hanya boleh dilakukan
manuver jaw thrust
6
4. Defibrilasi dilakukan bila ditemukan korban henti jantung dengan irama ventricular
takicardia (VT) tanpa nadi atau ventricular fibrilasi (VF). Defibrilasi dilakukan dengan
menggunakan energy 200 Joule untuk defibrilator yang tersedia di Rumah Sakit Advent Bandar
Lampung Teknik:
a. Letakkan paddle pada posisi sterno-apikal, yaitu sterna pada dada bagian superoanterior
bagian kanan dan apical pada dada bagian inferolateral kiri
b. Bila tidak dimungkinkan dapat pula dilakukan dengan posisi bi-aksilar, yaitu di dinding
lateral kanan dan kiri atau posisi apical dan punggung kanan atau kiri
c. Bila terdapat pacu jantung permanen atau ICD (Internal Cardioverter Defibrilator),
elektroda tidak boleh diletakkan di atas atau di dekat generatornya karena defibrilasi
dapat menyebabkan malfungsi pacu jantung, dan diletakkan pada jarak minimal 8 cm
d. Hindari meletakkan lempeng AED tepat di atas medikasi transdermal, missal:
durogesic patch karena dapat menghambat penghantaran energy ke jantung dan
menyebabkan luka bakar pada kulit. Medikasi transdermal harus dilepaskan terlebih
dahulu dan permukaan kulit dibersihkan terlebih dahulu.
e. Bila ditemukan masih VT tanpa nadi atau VF maka ulangi defibrilasi. Proses yang
sama terus diulang sampai dengan return of Spontaneous circulation (ROSC) atau irama
henti jantung yang ditemukan bukan merupakan indikasi untuk dilakukan defibrilasi,
yaitu asistole atau PEA
5. Medikasi:
a. VT tanpa nadi/ VF
Setelah dilakukan defibrilasi pertama dan dilanjutkan dengan kompresi eksternal dan
ventilasi selama 2 menit maka lakukan penilaian ulang irama jantung di monitor.
Bila masih ditemukan VT tanpa nadi/ VF maka ulangi defibrilasi dan diikuti ulang
kompresi eksternal dan ventilasi selama 2 menit serta berikan epinephrine bolus dosis 1
mg iv dan dapat diulang setiap 3-5 menit Amiodarone dapat pula diberikan setelah
pemberian epinephrine pertama dengan dosis 300 mg iv dan dapat diulangsetelah
pemberian epinephrine kedua dengan dosis 150 mg iv
b. PEA/ Asistole
Pada PEA atau asistole medikasi yang digunakan hanya epinephrine dengan dosis bolus 1
mg iv dan dapat diulang setiap 3-5 menit
c. Torsade de Pointes
Bila didapatkan irama torsade de pointes maka dapat diberikan MgSo4 dengan dosis 1-2
gram iv
6. Resusitasi jantung paru tidak dilakukan bila terdapat permintaan dari pasien atau keluarga inti
pasien dengan menandatangani surat penolakan tindakan kedokteran (DNR) dan tidak
direkomendasikan dilakukan pada penyakit- penyakit kronik stadium akhir, missal: kanker
stadium terminal.
7. Resusitasi jantung paru pada kejadian code blue dihentikan bila tim code blue telah melakukan
bantuan hidup dasar dan lanjut secara optimal, termasuk defibrilasi bila terdapat indikasi,
pemberian epinephrine, pemberian ventilasi dan oksigenasi dengan bantuan jalan nafas
tingkat lanjut selama 30 menit. Resusitasi jantung paru juga dihentikan bila didapatkan
asistole yang menetap selama 10 menit atau lebih Defibrillator terdapat di atas trolley
emergency dan harus dipastikan berfungsi dengan baik pada saat digunakan pada kejadian
code blue. Pemeriksaan fungsi defibrillator dilakukan setiap shift pagi dengan melakukan
7
pembuangan energi. Pembuangan energi dilakukan dengan menggunakan energi maksimal
pada defibrillator yaitu dengan energi 200 Joule. Hal ini untuk membuktikan bahwa
defibrillator dapat berfungsi pada penggunaan energy maksimal.
Prosedur:
a. Koneksi difibrilator dengan sumber listrik diputuskan
b. Defibrillator dinyalakan dengan menekan tombol power
c. Pilih energi 200 Joule
d. Lakukan charge diikuti defibrilasi dengan paddle tetap terpasang di defibrillator
tanpa dilepas
e. Lakukan print hasil pembuangan energi dan dokumentasikan
Defibrillator berfungsi baik bila energi yang tercatat pada kertas hasil print tidak melebihi 10% dari
energi yang diberikan yaitu 200 Joule
Defibrillator juga perlu dilakukan pengisian energi pada baterai defibrillator. Pengisian energi ini
dilakukan setiap pagi selama 4 jam mulai pukul 08.00–12.00
Bila pada interval waktu ini terdapat penggunaan trolley emergency sehingga proses pengisian
energi pada defibrillator terhenti maka pengisian energi harus diulang selama 4 jam. Pengisian
ulang energi juga harus dilakukan bila terdapat pemakaian defibrillator.
Defibrillator juga dilengkapi dengan paddle anak. Paddle ini harus dilepaskan setiap shift pagi
sebelum dilakukan pemeriksaan fungsi defibrillator dan dipasang kembali untuk memastikan bahwa
dapat dengan mudah dilepaskan dari paddle dewasa.
Paddle anak dipergunakan untuk pasien anak usia <8 tahun atau anak dengan perkiraan berat
badan < 25 kg.
Protokol pemanggilan Team Code Blue Rumah Sakit Advent Bandar Lampung:
a. Petugas atau karyawan rumah Sakit Advent Bandar Lampung yang pertama menemukan
korban/pasien dengan kriteria korban tidak sadarkan diri dan tidak bernafas segera
melakukan penilaian dan segera langsung melakukan langkah-langkah BHD.
b. Minta pertugas terdekat memanggil segera Team Code Blue dengan No.101 dan pada malam
hari hubungi 103 mulai jam (20.00-07.-00).
c. Petugas yang pertama menemukan korban harus melakukan Bantuan Hidup Dasar sambil
Team Code Blue tiba di tempat kejadian.
d. Respon time Team Code Blue 2 menit dan mengambil alih resusitasi.
e. Transportasi menuju OR, untuk ibu hamil pro SC cito dalam waktu 15 menit.
f. Transportasi menuju ICU/HCU menit ke 20.
g. Tim ICU/HCU mengambil alih korban menit ke 30.
8
BAB V
DOKUMENTASI
9
ALUR TEAM KODE BLUE RSABL
Pasien dengan
kriteria : Team Code Blue di pimpin
1. Korban tidak Dr.Sp.Anestesi atau Dr. Sp.JP
sadarkan diri
2. Korban tidak
bernafas
Pemeriksaan
Resusitasi penunjang di tempat
Yes
No
Permintaan
rawat/Tindakan Inform Consent
Perawatan/Tindakan lanjutan
Transportasi Medis
Standart Waktu :
1. First Responder
Kompresi detik ke 20
Ruang rawat/tindakan 2. Team Blue Code
1.ICU Kompresi detik ke 120
2.HCU 3. Kamar Operasi pro
3.Ruang Operasi 10 SC menit ke 15
4.RS Lain 4. Ke ICU menit ke 30
Pasien dengan Alur TEAM CODE BLUE di
kriteria : Fasilitas Penunjang Non Medis Team Code Blue di pimpin
1. Korban tidak – IPSRS – Perkantoran dan Dr.Sp.Anestesi atau Dr. Sp.JP
sadarkan diri
2. Korban tidak
parkir
bernafas
Hubungi Team Code Blue
segera Laporan Pemanggilan:
Aktifkan Code Blue Telp : 1. Nama
179 /paging (07.00 s/d 2. No.Telpon
07.00) 3. Lokasi kejadian
103 IGD (07.00 s/d 07.00) 4. Kondisi korban
5. Jumlah korban
6. Mohon segera
Penolong pertama langsung datang bantuannya.
melakukan BHD
Resusitasi
Permintaan
rawat/Tindakan
Transportasi Medis
Ruang rawat/tindakan
1. ICU
2. HCU
3. Ruang Operasi
4. RS Lain
11
Alogaritme Bradikardia
Atropine IV
Dosis pertama 0.5 mg bolus diulang 3-5 menit maksimal 3 mg
Perkembangan :
- Konsultasi ahli
- Pacu jantung transvena
GAMBARAN VT/VT
DC SHOCK 1
DC SHOCK 2
RJP 2 menit
Adrenalin
DC SHOCK 3
RJP 2 menit
Amiodaron
13
Atasi Hipotensi
(TD Sistolik<90mmhg)
-
Bolus IV/IO
-
Infuse vasopresor
-
ya
ya
Reperfusi Koroner STEMI atau
kecurigaan besar IMA
tidak
14
ALUR PEMANGGILAN CODE BLUE
Ambil AED (berteriak atau minta 103 atau 179 (24 Jam)
tolong orang lain untuk menelepon
15
No. RM :
Nama Pasien :
RS. Advent Bandar Lampung Jenis Kelamin :
Jl. Teuku Umar No. 48 Tanggal Lahir :
(Wajib diisi / Tempelkan stiker pasien)
Tipe Arrest/onset : Cardiac / Respirasi Nafas : Spontan/Apnea/assisted Nadi : Y/T Irama : ________
TINDAKAN RESUSITASI
RJP Diberikan : ___________ wib
Intubasi : ___________ wib Dr. Jaga :
Akses infus : ___________ wib
___________ : ___________ wib Keadaan Ps.
OBAT-OBATAN
OBAT/CAIRAN Jam/Dosis Jam/Dosis Jam/Dosis Jam/Dosis Jam/Dosis Jam/Dosis
Epinephrine Bolus
Atropine Bolus
Amiodarone 300 mg
Amiodaron 50 mg/ml – 3 ml
Dopamin Drip
Dobutamin Drip
Magnesium Sulfate Bolus
Sodium Bicarbonat Bolus
Calsium Gluconas
Adenosin
Lidocaine Bolus
HASIL RESUSITASI
ROSC RJP Stop : BP: / mmhg HR : /mnt RR : /mnt Irama :
Transfer ke Unit : Jam :
MENINGGAL Jam : wib Dokter yang menyatakan :
Nama & T.T Dokter : Nama & T.T Perawat
16