Anda di halaman 1dari 15

RESUME MATERI

UAS MATRIKULASI RADIOTERAPI

Dosen Pengampu
Dea Ryangga, S.Si.,M.Si

Disusun oleh :
MUHAMMAD ALI IMRON
NIM. 022205455

PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN


TEKNOLOGI RADIOLOGI PENCITRAAN
AKADEMI TEKNIK RADIODIAGNOSTIK DAN RADIOTERAPI BALI
(ATRO BALI)
2022
TREATMENT PLANNING SYSTEM RADIOTHERAPY

Treatment Planning System Radiothrapy Merupakan salah satu komponen penting


dalam proses Radioterapi. Terdapat fungsi utamanya adalah Dapat memberikan suatu
informasi anatomi dari pasien, Memfasilitasi pemanfaatan berkas radiasi dalam penyinaran
terhadap target dan Mereprensentasikan distribusi dosis yang akan di berikan ke pasien.
Dalam Treatment Planning System terdapat kekurangan (EROR) diantaranya Setiap
modelnya memiliki keterbatasan / limitasi dan akan menuntun pada resiko kesalahan dari
hasil perhitungan yang dilakukan.
Planning Process merupakan cara mengkombinasikan parameter karakteristik berkas /
mesin dengan spesifik data individualpasien dalam membentuk serta mengoptimasi
pelaksanaan penyinaran dan diperlukan machine data, patient data dan algoritma kalkulasi
sehingga menghasilkan sebuah data yang digunakan dalam penyinaran pasien, dikenal
dengan “treatment plan”.
Patient Information Required Radiotherapy merupakan penyinaran radiasi pada
kanker (umumnya), tidak hanya dosis yang perlu diketahui namun juga volume dimana dosis
tersebut harus diberikan secara akurat sehingga volume ini berlaku untuk tumor sebagai
target serta jaringan normal sebagai organ yang ingin dilindungi, pemberian radiasi para
jaringan sehat tentunya akan menyebabkan komplikasi yang tidak bisa ditoleransi.
Hal penting yang harus diketahui pada Treatment Planning System Radiotherapy
diantaranya adalah target location, target volume and shape, secondary targets – potential
tumor spread, location of critical structures, volume and shape of critical structures dan yang
terakhir radiobiology of structures.
Virtual Simulation pada TPS Radiotherapy merupakan simulasi virtual semua aspek
pekerjaan simulator dilakukan pada kumpulan data 3D pasien, membutuhkan data 3D
berkualitas tinggi dari pasien dalam posisi perawatan sehingga verifikasi dapat dilakukan
dengan menggunakan DRR (Digitally Reconstructed Radiographs). Setelah itu proses CT
Simulation dilakukan denga tujuan untuk perencanaan 3D sebelum melakukan radioterapi
dan dilanjutkan dengan Patient Marking.
Selanjutnya terdapat Tools for optimization of the radiotherapy approach diantaranya
adalah Choice of radiation quality, Entry point, Nomber of beams, Field size, Blocks,
Wedges dan Compensators.
PHOTON BEAM RADIOTHERAPY

Radioterapi dikenal juga dengan onkologi radiasi ataupun radiologi therapeutic yang
merupakan satu cabang keilmuan dalam kedokteran yang menggunakan radiasi pengion
dalam pengobatan kanker (malignant disesase). Radioterapi dibagi menjadi 2 kategori yaitu
Eksternal beam Radiotherapy dan Brachytherapy.
Ada beberapa Interaksi photon dengan materi (pasien) diantaranya berkas photon di
udara atau diruang hampa menurun kuadrat terbalik (inverse square law), berkas photon di
materi atau pasien tidak hanya mengalami penurunan berdasarkan inverse square law namun
juga mengalami atenuasi dan scattering dari photon didalam materi yang dilaluinya sehingga
3 efek yang terjadi menyebabkan dosis pada materi atau pasien menjadi proses yang rumit
sehingga mekanisme untuk perhitungannya juga menjadi kompleks.
Distribusi dosis pada berkas photon eksternal secara umum : berkas memasuki materi
atau pasien pada bagian permukaan dengan memberikan suatu nilai dosis permukaan, setelah
dosis permukaan, dosis akan meningkat dengan cepat hingga mencapai maksimum pada
suatu kedalaman Zmax Kemudian akan menurun secara eksponensial sampai dengan dosis
keluar dari materi, Dex.
Dosis Permukaan (surface dose) : berkas sinar-X Mega Voltage (MV), secara general
dosis permukaan akan lebih kecil dibandingkan dengan dosis maksimum pada Zmx,
sedangkan pada berkas superficial dan orthovoltage Zmax = 0 dan dosis permukaan
sebanding dengan dosis maksimum dan dosis permukaan diukur menggunakan plane parallel
chamber, dilakukan pada kedua polaritas (+dan -), hasil bacaan akan dirata2kan dan dianggap
sebagai dosis pemukaan.
Komponen dosis permukaan :
1. Hamburan / scattered photon dari komponen kepala gantry ; collimator, FF, dan udara
2. Hamburan balik / backscattered dari pasien
3. High energy electron yang diproduksi dari interaksi photon dangan udara dan berbagai
material
Typical values dari dosis permukaan :
1. 100% superficial dan orthovoltage
2. 30% Co-60
3. 15% 6MV
4. 10% 18MV
Build-up Region :
1. Region antara permukaan saat Z=0 sampai dengan ketika Z=Zmax pada Mega Voltage
photon disebut sebagai buildup region
2. dose buildup merupakan hasil dari secondary charged particles yang berinteraksi pertama
kali dengan materi atau pasien dengan mendepositkan energi kinetik pada pasien dalam
bentuk interaksi coulomb
3. CPE (charged particle equillibrium) tidak terjadi pada dose buildup region
Kedalaman dosis maksimum Zmax bergantung pada energi berkas photon (faktor
utama) dan luas Lapangan . Pada Luas lapangan tertentu (references) ; Zmax meningkat
dengan kenaikan energi berkas photon.
Mega Voltage Beam Profile terdiri dari 3 region :
1. Central region, merepresentasikan area central dari profile, mulai dari axis sampai dengan
1 -1.5 cm dari tepi geometri lapangan dari berkas
2. Penumbra, daerah yang berdekatan dengan batas tepi geometri lapangan dimana dosis
menurun signifikan; bergantung dari luas lapangan kolimator, ukuran focal spot/sumber
3. Umbra, area diluar lapangan radiasi, dosisnya rendah
Kriteria Clinical Photon Beam : Ketiga region, memiliki kriteria spesifik yang harus
dipenuhi :
1. Dose profile pada central region memenuhi kriteria flatness dan simmetry
2. Penumbra region,harus memiliki penurunan signifikan, sharpness pada area tepi
3. umbra region, harus mendekati dosis nol untuk meminimalisir pemberian dosis pada organ
at risk
Profile Dose Ideal :
1. central region : dosis konstan dari tengah samapai tepi
2. penumbra : lebar minimlal
3. umbra : dosis minimal
Profile Dose Actual :
1. central region : profile flat 80%
2. penumbra : jarak dosis 80-20%
3. umbra : 1% dosis
Geometrik / nominal field size :
1. Luas Lapangan, diindikasikan menggunakan cahaya tampak pada treatment machine
2. Secara general didefinisikan sebagai level dosis 50% pada berkas profile terukur pada
kedalaman maksimum
Flatness merupakan analisa berdasarkan kondisi dosis maksimum Dmax dan
minimum Dmin dari berkas profile pada area 80% dari lebar berkas. Spesifikasi Linac,
Flatness<3% ketika diukur menggunakan water phantom kedalaman 10 cm,SSD 100 cm pada
kondisi lapangan maksimum (general 40x40 cm2). Profile pada water phantom dengan luas
lapangan 40x40 cm2 SSD 100cm. Z=Zmax dan Z=10cm digunakan untuk memverifikasi
penerimaan peralatan (acceptance test).
Symmetry (S) Berdasarkan pengukuran Zmax. Spesifikasi simmetry pada lapangan
40x40 cm2 :
1. pada dua dosis titik pada berkas profile yang saling berhadapan, mengacu pada central
axis, tidak melebihi dari 2%
2. Area dibawah Zmax pada berkas profile pada kedua sisi (kanan dan kiri) dari central axis
sampai dengan 50% dosis level (normalisasi menjadi 100%)
SSD SetUp :
1. SSD Setup, nilai isodosis dinormalisasi 100% pada point P pada pertengahan axis dari
berkas
2. dimana point P merupakan point dosis maksimum pada sauatu kedalaman Zmax
3. SSD Setup, nilai isodosis akan dinormalisasi 100% pada isocenter.
Distribusi Single Beam Isodose. Parameter yang mempengaruhi distribusi isodosisi :
1. Kualitas berkas
2. Ukuran sumber
3. Kolimasi berkas
4. Luas lapangan
5. SSD (Source - skin distance)
6. SCD (Source - Collimator distance)
Pengukuran isodosis dilakukan dengan menggunakan :
1. Ionization chamber
2. Solid state detector
3. Dioida
4. Radiographic / radiochromic film
Isodosis ini yang akan menjadi salah satu dasar perhitungan pada treatment planning
system (TPS).
Phantom : Pengukuran dilakukan pada media yang disebut phantom, dimana
karakteristik dari phantom yaitu :
1. Permukaan rata (flat phantom surface)
2. Tegak lurus dengan berkas arah datang
3. Densitas yang homogen
Klinis, jauh lebih kompleks dari pada kriteria phantom :
1. Permukaan pasien tidak rata dan melengkung sehingga akan dibutuhkan faktor koreksi
untuk ketidak rataan tersebut
2. Berkas tidak selealu tegak lurus, dimungkinkan arah berkas oblique pada permukaan
pasien sehingga dibutuhkan faktor koreksi arah berkas datang
3. Jaringan lain seperti tulang dan paru memiliki densitas yang berbeda signifikan dari air
sehingga di butuhkan faktor koreksi untuk tissue heteroginites atau dikenal dengan
inhomogeneities
Wedge Filters digunakan untuk mengkompensasi isodosis pada berkas photon
sehingga menjadi rata akibat dari berkas datang yang tidak tegak lurus atau oblique pada
permukaan pasien.. Terdapat 2 tipe wedge :
1. Physical wedge : Terbuat dari lead, brass ataupun steel yang diletakkan pada berkas
radiasi, sehingga menyebabkan perubahan intensitas atau kurva isodosis
2. Dynamic wedge : Efek wedge pada kurva isodosis disebakan oleh pergerakan collimator
blok selama radiasi
Physical wedge, sudut yang tersedia pada umumnya terdiri dari 4 variasi sudut yaitu :
15°, 30°, 45° dan 60°. Dynamic wedge tersedia dalam berbagai sudut dengan rentang 0°
sampai dengan 60°. Penggunaan physical wedge akan mempengaruhi kualitas berkas yang
melaluinya.
Parameter Wedge :
1. Wedge transmission factor : Merupakan rasio dari dosis pada kedalaman maksimum
dicentral axis pada phantom air dengan menggunakan wedge dibandingkan dengan tanpa
wedge
2. Wedge Angle : Sudut yang dihasilkan dari kurva isodosis pada kedalaman tertentu
(umumnya 10 cm), kemiringan yang dihasilkan mengacu pada berkas dengan kondisi
referensi
Bolus Merupakan material kompensator yang memiliki densitas mendekati jaringan
lunak (soft tissue) yang penggunaannya diletakkan pada permukaan dari kulit pasien :
1. Mengkompensasi permukaan pasien yang tidak rata
2. Menjadikan permukaan menjadi tegak lurus dengan berkas datang
Secara prinsip, penggunaan bolus efisien dan praktis untuk menghindari kekurangan
dosis pada permukaan kulit.

ELECTRON BEAM IN RADIOTHERAPY


MegaVoltage electron beam, merupakan bagian penting dalam modalitas penyinaran
di Radioterapi, terutama menjadi salah satu pilihan dai pelaksanaan penyinaran pada tumor
superfisial. Electron telah digunakan di Radioterapi sejak awal 1950an. Linac dengan energi
tinggi pada umumnya tersedia dalam 2 modalitas yaitu photon (2 energi) dan electron
(dengan rentang energi 4 sampai dengan 25 MeV).
Karakteristik Depth dose Curve :
1. Dosis dipermukaan tinggi (80%- 100%)
2. Dosis maksimum terjadi pada kedalaman tertentu atau dikenal dengan kedalaman dosis
maksimum (Zmax)
3. Setelah Zmax, dosis akan menurun dengan signifikan menuju dosis rendah atau disebut
juga bremstrahlung tail
Range : Berbagai Range (Kedalaman) yang digunakan :
1. Maksimum range (Rmax)
2. Practical Range
3. Therapeutic range R90
4. Theurapetic range R80
5. Depth R50
6. Depth Rq
Rmax, Maksimum Range :
1. Kedalaman ekstrapolasi dari tail dimana depth dose sampai dengan kondisi
bremsthranglung backgorund
2. Rmax merupakan kedalaman penetrasi terjauh dari elektron pada suatu medium absorbsi
Rp, Practical Ranged Merupakan kedalaman dimana garis lurus pada sudut tercuram
pada kurva depth doses bersinggungan dengan bremsthralung tail.
Kedalaman R90, R80 dan R50 Merupakan kedalaman pada kurva PDD dimana dosis
mencapai 90%, 80% dan 50% dari dosis maksimumnya.
Build Up region :
1. Seperti pada photon, merupakan area kedalaman antara permukaan sampai dengan
kedalaman dosis maksimum
2. Dosis permukaan untuk electron Megavoltage cukup tinggi (pada umumnya antara 75%
sampai dengan 95%) dibandingkan dengan photon beam yaitu 10% sampai dengan 25%.
Surface dose :
1. Percentage surface dose pada berkas elektron meningkat dengan kenaikan energi
2. Kedalaman maksimum dari electron bergantung dari design mesin serta aksesoris yang
digunakan
PDD electron Didapatkan melalui pengukuran :
1. Cylindrical, ionization chamber dengan colume yang kecil pada water phantom
2. Detektor dioda pada water phantom
3. Parallel plate ionization chamber pada water phantom
4. Radiographic atau radiochromic film pada solid water phantom
PDD :
1. Ketika menggunakan ion chamber, distribusi kedalaman pengukuran harus meliputi
stoping power rasio air dan ke udara pada suatu kedalaman di phantom
2. Dioda, signal terukur akan merepresentasikan dosis karena stopping power rasio dari air
ke silicon tidak bergantung energi dan kedalaman
3. Film, kurva karakteristik film harus diperhatikan untuk menentukan dosis dengan densitas
film
4. Ketika menggunakan berkas electron pada linac, collimator harus dibuka sesuai dengan
aplikator electron yang digunakan
5. Ukuran aplikator elektron pada umumnya
 circular dengan diameter 5cm
 square ; 6x6 cm2, 10x10 cm2, 15x15 cm2, 20x20 cm2 dan 25x25 cm2
Block atau Cutout :
1. Block yang terbuat dari lead atau low melting poin alloy (cerrobend) digunakan untuk
membentuk lapangan yang irreguler, block ini akan diletakkan pada applikator
2. Output factor (OF), normalisasi pada lapangan referensi 10x10 cm2 pada electron
applikator, harus diukur pada semua lapangan irreguler yang digunakan
3. Untuk lapangan irreguler dari block tidak hanya mempengaruhi OF namun juga PDD
akibat dari lateral scatter
4. Maka dari itu Lapangan irreguler yang kecil sebaiknya dilakukan pengukuran distribusi
PDD electron
Simmetry : Berdasarkan IEC (International Electrotechnical Commission), spesifikasi
dari simmetry berkas electron pada kedalaman dosis maksimum Zmax tidak lebih dari 3%.
Klinis aspek :
1. Berkas elektron pada pelaksanaan terapi radiasi digunakan untuk keganasan atau kelainan
pada area superfisial atau sub kutan
2. Penyinaran dilakukan dengan menggunakan lapangan elektron tunggal dengan SSD 10 cm
3. Dosis yang diberikan mengacu pada kedalaman di atau setelah dari target penyinaran
Bolus material terbuat dari material yang equivalent dengan jaringan lunak :
1. Meningkatkan dosis permukaan
2. Memperpendek kedalaman dari berkas elektron pada pasien
3. Meratakan permukaan irregular
4. Menurunkan penetrasi berkas pada bagian tertentu dari lapangan penyinaran

TREATMENT PLANNING SYSTEM 2-D, 3-D


Conformal and IMRT RADIOTHERAPY Max Dose pada tumor, dosis minimum
pada jaringan sehat Disadvantage Of Conventional Planning :
1. keterbatasan visualisasi 3D dari target / tumor
2. Memberikan dosis radiasi besar pada jaringan sehat
3. Resiko toksisitas dan efek samping
4. planning 2D untuk tumor 3D
Conformal Radiation Therapy Merupakan penyinaran Radioterapi dengan dosis tinggi
pada suatu volume dengan sesuai / tepat mengikuti bentuk volume Targetnya, sementara
meminimalisir dosis pada jaringan normal disekitar.
Conformal Radiotherapy :
1. Target volumes ditampilkan dalam 3D
2. Multiple beam directions are used to crossfire on the targets
3. Lapangan berkas radiasi memiliki bentuk spesifik atau intensitas keluaran radiasi
dimodulasi untuk membentuk distribusi dosis yang sesuai dengan volume target serta
minimal pada jaringan sehat
4. enggunaan dari citra panduan (image guidance), sehingga akan meningkatkan keakuratan
dalam pasien setup dan immobilisasi, serta menangani pergerakan untuk meningkatkan
akurasi dalam pemberian radiasi berdasarkan distribusi dosis yang direncanakan.
Tipe Dari Conformal Radiotherapy :
1. 3DCRT : Teknik dengan pemberian dosis homogen pada setiap lapangan berkas yang
digunakan dengan mengkombinasikan perpaduan beberapa berkas homogen dengan
variasi arah berkas untuk dapat memberikan dosis tinggi yang sesuai pada volume target
serta minimal pada jaringan sehat
2. IMRT : Teknik pemberian dosis radiasi dengan memodulasi intensitas keluaran radiasi
pada setiap berkasnya untuk dapat memberikan dosis tinggi yang sesuai pada volume serta
bentuk target, minimal pada jaringan sehat WHAT IS 3 DCTR? Untuk merencanakan dan
menyampaikan pengobatan berdasarkan informasi 3D anatomi.
Distribusi dosis yang dihasilkan sesuai dengan volume target secara cermat dari segi
volume yaitu :
1. Dosis yang memadai terhadap tumor
2. Dosis minimum untuk jaringan normal.
Radiation Therapy Workflow :
1. Positioning
 Nyaman dan reproducible (dapat direproduksi)
 Arah berkas datang serta beam path, penentuan aksesoris
 Aksesoris tambahan diperlukan / digunakan untuk pasien dengan posisi penyinaran
non-standard
2. Immobilization
Peralatan immobilisasi merupakan peralatan yang digunakan untuk membantu
memposisikan pasien agar tetap fixed , mudah untuk diposisikan kembali dalam posisi
penyinaran fraksinasi setiap hari selama masa penyinaran.
3. Image Acquisition
 Merupakan pondasi dasar dari perencanaan penyinaran
 Penggunaan lebih dari satu modalitas pencitraan tentunya akan memberikan
kemudahan dalam pelaksanaan delineasi dari target volume
 citra yang didapatkan akan digunakan untuk :
a. perencanaan penyinaran,
b. Image guidance dan atau verifikasi posis penyinaran
c. Follow-up studies (selama dan setelah penyinaran)
4. Imaging Modalities
 Citra anatomi dengan kualitas tinggi diperlukan untuk pelaksanaan delineasi yang
akurat pada target serta jaringan sehat
 Modalitas citra yang dapat digunakan
a. CT Scan CT Scan memberikan informasi data kuantitatif dalam bentuk CT number
(electron density), untuk menjadi dasar komputasi perhitungan dosis distribusi
dengan adanya interaksi radiasi terhadap tissue heterogeneities Advantages :
 Rekonstruksi citra dapat memberikan informasi gambaran pada berbagai bidang
(axial, sagittal dan coronal)
 Informasi citra struktur tulang
 Mudah didapatkan, tidak mahal
 Pencitraan 4D memungkinkan untuk dilakukan
b. MRI
 Citra didapatkan berdasarkan distribusi densitas proton .
 Dapat digunakan mandiri atau bersamaan dengan CT Kelebihan :
- Informasi bidang Axial, Sagital, Coronal.
- Tidak ada radiasi
- Informasi citra soft tissue lebih baik dibandingkan CT Kekurangan :
- Tidak sensitive untuk klasifikasi serta struktur tulang - Longer time
c. PET CT Imaging Secara bersamaan, anatomi serta biologi informasi Advantages:
 Earlier diagnosisi of tumor
 Accurate staging
 Precise treatment
 Monitoring of respones to treatment Disadvantages:
- Poor resolution
- Costly
d. Simulation Virtual simulasi merupakan proses dengan menggunakan citra (CT, MRI
dll), untuk menentukan jaringan sehat serta contour volume target pada pasien dalam
bentuk 3D. Citra acuan yang umum digunakan diambil menngunakan CT Simulator
(best geometric accuracy)
e. Ct Simulator
 A large bore (75-90 cm), mengakomodir variasi posisi penyinaran bersamaan
dengan penggunaan peralatan penunjang penyinaran
 Flat couch
 Laser sistem yang terdiri dari : inner laser dan external moving laser untuk
pemosisian pasien serta pemasangan pananda logam (fiducial marker)
Image Acquisition Image Registration Proses mengkorelasikan data citra dengan
struktur organ, dengan memberikan informasi yang akurat terkait geometry pasien serta
informasi densitas elektron jaringan yang akan menjadi dasar dari perhitungan distribusi
dosis terhadapa organ jaringan yang heterogen.
Image Segmentation Merupakan pelaksanaan delineasi slice per slice dari anatomi
region of interest. CT merupakan pilihan utama untuk memperoleh data citra dalam
penentunan delineasi struktur (jaringan sehat dan target).
Kekurangan dari CT : CT window level pada penentuan GTV (soft tissue), serta tidak
mengcover pergerakan organ. ICRU reports 50 dan 62 ICRU 29 _ 1978
- Target volume
- Treated Volume
- Irradiated Volume
- Organ at Risk
- Hot spot
ICRU 50 OAR CLASSIFICATION
- Jaringan sehat
VOLUME SPECIFICATION Volume merupakan syarat mutlak dari 3D treatment
planning. Penentuan volume merupakan bagian dari proses perencanaan penyinaran dan akan
menjadi acuan perbandingan dosis di langkah akhir dari perencanaan penyinaran.
DOSE PRESCRIPTION :
1. Based on publishe data and clinical experience / berdasarkan data yang dipublikasikan dan
pengalaman klinis.
2. Prescription merupakan dosis spesifik pada / disekitar dari PTV dalam rentang persentasi
dosis
CONFORMAL PLANNING :
1. FORWARD PLANNING
- Pengaturan berkas berdasarkan orientasi 3D
- Pengaturan bentuk berkas berdasarkan BEV (Beam Eye View) dan DRR (Digital
Reconstruction Radiograph), informatif dalam informasi citra terkait target volume dan
juga OAR sehingga dapat menjadi acuan dalam pemberian block ataupun MLC
- Arah berkas yang digunakan, memiliki jarak terpisah terbesar antar target dengan OAR
- 2cm margin tambahan dari PTV, untuk mendapatkan capaian 95% isodosis coverage
2. INVERSE PLANNING PLAN EVALUATION Berikut tools yang dgunakan untuk
evaluasi pada TPS
- 3D dose distribution (Isodose lines, Color wash)
- DVHs (Dose Volume Histograms)
- Dose distribution statistics
Kekurangan dari 3D Dose distribubtion :
- Informasi data besar, tidak detail
- Sulit untuk menilai secara visual
- Sulit untuk menilai hubungan dosis dengan anatomi secara 3D
PLAN APPROVAL :
- Uniform dose terdelivery pada target (+7% sampai -5 % dari dosis yang direncanakan)
- Dosis pada jaringan sehat di bawah dari nilai yang diperbolehkan (maksimum, median
ataupun batasan dosis pada volume tertentu)
- Kriteria Dosis distribusi yang baik yaitu : sesuai dosis yang telah rencanakan dan hanya
pada area yang telah ditentuakan.
CLINICAL UTILITY 3DCRT. Keuntungan dari 3 DCRT :
- Meningkatkan local control pada target
- Menurunkan resiko efek samping akut serta late morbidity
- Memungkinkan penggunaan dosis yang lebih tinggi
PATIENT SELECTION Kriteria Pasien dengan teknik conformal :
- Tumor yang berada pada area dengan anotmi yang kompleks
- Tumor dengan bentuk yang irregular
- Tumor yang berdekatan denga jaringan normal
- small volumen atau penyinranan dengan dosis tinggi
AREA KLINIS :
- Lung Ca
- Brain tumor
- Prostate Ca
- Breast
- H&N Ca
- etc Advantages
1. Setelah CT, simulasi perencanaan dapat dilakukan tanpa kehadiran fisik pasien
2. Modifikasi perencanaan mudah.
3. Secara sistem akan memudahkan untuk perlakukan optimasi pada setiap berkasnya.
Limitations :
- Informasi dan penyebaran tumor
- CTV tidak terlihat
- Pergerakan pasien
- Respon biologi dari tumor IMRT IMRT merupakan advanced tech dari 3D CRT.
IMRT merupakan teknik penyinaran radiasi dimana fluense dosis yang tidak homogen di
berikan pada pasien dari berbagai arah berkas penyinaran, pengaplikasian bergantung dari
pengunaan komputerisasi dalam optimasi untuk mencapai nilai dosimetry yang diinginkan
IMRT
- Conformity
- Dose Distribution homogeny
- Dosis menurun tajam setelah batas tepi target
- Penurunan Dosis jaringan normal
- Modifikasi dosis rendah pada area dengan dosis tinggi
- Efek samping minimal, perawatan pasca penyinaran minimal sehingga cost menurun
- Lapangan radiasi utama dan lapangan booster (dosis tambahan) dapat dilakukan
bersamaan pada satu perencanaan
- Keuntungan Radiobiologi
IMRT PLANNING :
- Inverse planning
- Inverse karena perencanaan dimulai dengan menentukan dosis yang uniform pada target
dengan mengkalkulasi secara terbalik berdasarkan interaksi radiasi yang dilaluinya
- Pasca contouring, jumlah lapangan radiasi serta orientasi arah berkas ditentukan,
kemudian menentukan parameter algoritma optimisasi radiasi.
- optimisasi mengacu perhitungan teknik matematis berdasarkan :
 kemungkinan perencanaan terbaik
 berdasarkan kriteria klinis yang ditentukan
 dibawah nilai constrain yang diizinkan
 mengandalkan algoritma perhitungan yang rumit (komputerisasi) Penerapan Plan dan
verifikasi
- Treatment Plan selesai, evaluasi dan di setujui
- Verifikasi plan dilakukan, meliputi beam dan mlc parameter
- Tujuannya untuk memastikan bahwa tepat dosis dan distribusi dosis yang diberikan
pada pasien
STEP & SHOOT IMRT :
- Modulasi intensitas diberikan dengan beberapa sequnce dari lapangan kecil (subfields),
dimana setiap lapangan merupakan lapangan yang intensitasnya uniform.
- Lapangan akan diradiasi ketika MLC leaves tetap/berhenti
Kelebihan :
- Konsep sederhana, pengobatan konvensional
- Mudah direncanakan, pengiriman dan verifikasi
- Interrupted treat, easy to resume
- QA lebih sederhana Disadvantages : Time consuming
SLIDING / DYNAMIC MODE Leaves MLC bergerak selama pemberian radiasi, sehingga
akan terjadi perbedaan keluaran intensitas radiasi Advantages :
- Dosis yang lebih homogen pada target volume
- Shorter treatment time Disadvantages :
 QA yang lebih kompleks
 Leakage radiation increased
 MU lebih besar dibandingkan step and shoot tech.

Anda mungkin juga menyukai