Anda di halaman 1dari 12

SANITAS: JURNAL TEKNOLOGI DAN SENI KESEHATAN

ISSN : 1978-8843 (PRINT) / 2615-8647 (ONLINE) Vol. 09 No. 02, 2018 : 22 - 33

OPTIMIZING ANALYSIS OF THE RADIOGRAPHIC IMAGE AND


ENTRANCE SURFACE DOSE USING COMPUTED RADIOGRAPHY IN
CHEST EXAMINATION

Nursama Heru Apriantoro1, Budi Santoso2, Purwantiningsih2, Tri Ambarsari2


1
Jurusan Radiodiagnostik dan Radioterapi Poltekkes Kemenkes Jakarta II
2
Program Studi Fisika, Fakultas Teknik dan Sains, Universitas Nasional

Email: nsheru@poltekkesjkt2.ac.id

ABSTRACT

This research has conducted about exposure factor variation analysis examination of
the thorax surface dose and image noise in radiography. Do 10 (ten) times the exposure
in the thorax phantom with various exposure factor such as 50 kV- 8 mAs, 50 kV-10
mAs, 55 kV- 8 mAs, 55 kV-10 mAs, 55 kV-10 mAs, 60 kV- 8 mAs, 60 kV-10 mAs, 66
kV-8 mAs, 66 kV-10 mAs, and 102 kV- 1 mAs, 102 kV - 2,5 mAs for high kV
technique. For each exposure factor the pinned , TLD placed in the middle of the field
to measure the radiation dose level. The optimum exposure conditions of the thorax PA
examination (expressed with IgM value) occurs when using exposure factor 55 kV and
8 mAs for IgM values obtained are 1.91, 6.605 for standard deviation values and ESD
0.098 mGy.

Keywords: Exposure factor, Entrance Surface Dose, Computed Radiography (CR).

ANALISIS OPTIMASI CITRA RADIOGRAFI DAN ENTRANCE SURFACE


DOSE MENGGUNAKAN SISTIM COMPUTED RADIOGRAPHY PADA
PEMERIKSAAN THORAX

ABSTRAK

Telah dilakukan penelitian analisis variasi faktor eksposi pemeriksaan thorax terhadap
dosis permukaan dan noise pada citra radiografi. Dilakukan 10 (sepuluh) kali ekspos
pada phantom thorax dengan faktor eksposi 50 kV- 8 mAs, 50 kV-10 mAs, 55 kV- 8
mAs, 55 kV-10 mAs, 55 kV-10 mAs, 60 kV- 8 mAs, 60 kV-10 mAs, 66 kV-8 mAs, 66
kV-10 mAs dan 102 kV- 1 mAs, 102 kV - 2,5 mAs untuk teknik kV tinggi. Untuk
masing-masing faktor eksposi ditempelkan satu TLD yang diletakkan di tengah
lapangan penyinaran untuk mengukur nilai dosis permukaan. Kondisi eksposi optimum
pemeriksaan thorax PA (dinyatakan dengan nilai lgM ) terjadi ketika penggunaan faktor
eksposi 55 kV dengan 8 mAs karena nilai lgM yang didapat yaitu 1,91 , nilai standar
deviasi 6,605 dan nilai ESD sebesar 0,098 mGy.

Kata Kunci : Variasi faktor eksposi, Dosis permukaan, Computed Radiography (CR).
SANITAS: JURNAL TEKNOLOGI DAN SENI KESEHATAN VOL. 9 (2). 2018 : 22 – 33

PENDAHULUAN Sehingga penentuan nilai entrance


Salah satu pemeriksaan atau surface dose (ESD) sangat penting
penyinaran sinar-x yang sering dan untuk keselamatan pasien,
umumnya dilakukan pada pelayanan Entrance Surface Dose (ESD)
radiologi diagnostik adalah penyinaran atau dosis entrans pasien dipengaruhi
sinar-x pada bagian dada (chest) atau oleh berbagai faktor, antara lain teknik
yang biasa disebut dengan istilah pemeriksaan, parameter eksposi, jumlah
pemeriksaan thorax. Namun pelayanan citra yang dibutuhkan dan karakteristik
dengan pemanfaatan sinar-x ini pasien. Oleh karena itu dosis pasien
memiliki tingkat resiko yang tinggi bervariasi dari rumah sakit yang satu
meskipun kita tidak dapat merasakan dengan rumah sakit yang lain, serta dari
atau melihatnya karena sinar-x alat yang satu dengan alat yang lain.
merupakan radiasi pengion. Sebaiknya setiap pemeriksaan
Sinar-x dengan panjang tetap mengikuti konsep dasar yang
gelombang 0,01 nm – 10 nm berdaya diberikan oleh International Committee
tembus tinggi (1) dan dapat on Radiological Protection (ICRP)
menimbulkan ionisasi yang selanjutnya yaitu semua dosis radiasi harus
membentuk radikal dalam jaringan diusahakan As Low as Reasonably
tubuh yang dilewatinya (2) Efek radiasi Achievable (ALARA). Dengan makna
terhadap manusia tersebut dapat muncul dosis pasien diusahakan rendah, tetapi
apabila tubuh manusia mendapatkan tidak sampai mengganggu tujuan untuk
paparan radiasi dengan dosis yang memperoleh diagnosa optimal yang
melebihi ambang (efek deterministik) diperlukan pasien. (3)
maupun dari akumulasi dosis yang Perkembangan peralatan
dapat meningkatkan probabilitas medispun semakin maju seiring dengan
timbulnya penyakit kanker (efek kemajuan teknologi salah satunya
stokastik). adalah teknologi pencitraan yaitu
Untuk melindungi pasien dari berkembang dari reseptor citra film
efek akibat radiasi, keselamatan pasien menjadi reseptor digital. Dengan
pada setiap pemeriksaan sangat penting, berkembangnya teknologi maka rumah
dengan memperhatikan efek radiasi sakit pun banyak beralih menggunakan
terhadap manusia yang mungkin terjadi. teknologi digital, baik itu Computed

Nursama Heru Apriantoro., et al | 23


SANITAS: JURNAL TEKNOLOGI DAN SENI KESEHATAN VOL. 9 (2). 2018 : 22 – 33

Radiography ataupun Digital Perbedaan antara ESD dengan


Radiography. dosis insiden adalah bahwa ESD sudah
Penelitian melakukan pengukuran termasuk dosis radiasi backscatter
entrance surface dose (ESD) untuk sementara dosis insiden tidak termasuk
pemeriksaan radiografi thorax dosis radiasi backscatter sehingga ESD
menggunakan phantom dengan akan selalu lebih besar dari pada dosis
menggunakan variasi faktor eksposi insiden. Pengukuran ESD dapat
untuk mencari gambaran yang optimal dilakukan dengan cara langsung
menggunakan sistem pencitraan CR. menggunakan pasien maupun tidak
Penelitian ini bertujuan untuk langsung dengan kalkulasi.Pengukuran
mengukur, membandingkan dan ESD secara langsung dapat dilakukan
menganalisis hasil pengukuran ESD dengan menggunakan TLD (Thermo
pada pemeriksaan thorax dan menilai Luminescent Detector) (4)
hasil citra yang didapatkan dengan
berbagai variasi faktor eksposi yang Proteksi Radiasi
diberikan. Keselamatan radiasi atau disebut
juga proteksi radiasi merupakan cabang
Entrance Surface Dose (ESD) ilmu pengetahuan yang mempelajari
Entrance surface dose (ESD) masalah kesehatan manusia maupun
merupakan salah satu kuantitas yang lingkungan dan berkaitan dengan
digunakan dalam radiodiagnostik untuk pemberian perlindungan kepada
menyatakan dosis radiasi yang diterima seseorang atau sekelompok orang atau
objek, beberapa referensi menggunakan kepada keturunannya terhadap
istilah lain yaitu entrance surface air kemungkinan negatif yang merugikan
kerma (ESAK). ESD merupakan dosis kesehatan akibat paparan radiasi (5)
radiasi pada permukaan objek termasuk Proteksi radiasi adalah untuk
radiasi backscatter (hamburan balik) mencegah terjadinya efek non stokastik
yang diukur pada pusat berkas radiasi di yang berbahaya, dan membatasi
permukaan pasien atau phantom. Satuan peluang terjadinya efek stokastik (2,5)
lain yang sering digunakan adalah dosis hingga pada nilai batas yang dapat
serap (absorbed dose) dan dosis insiden diterima masyarakat serta untuk
(incident air kerma). meyakinkan bahwa pekerjaan atau

Nursama Heru Apriantoro., et al | 24


SANITAS: JURNAL TEKNOLOGI DAN SENI KESEHATAN VOL. 9 (2). 2018 : 22 – 33

kegiatan yang menggunakan zat evaluasi dapat dilakukan lebih cepat


radioaktif atau sumber radiasi dapat dari dosimeter lainnya, dapat memantau
dibenarkan. radiasi dengan rentang dosis dari rendah
Prinsip proteksi radiasi adalah hingga tinggi, dapat dipakai ulang dan
ALARA (As Low As Reasonably tidak peka terhadap faktor-faktor
Achieveable), artinya semua penyinaran lingkungan.
harus diusahakan serendah-rendahnya
karena sekecil apapun dosis radiasi efek Proses Pembacaan TLD
stokastik tetap dapat timbul. (6) Proses pembacaan dosis
perorangan dengan TLD dilakukan
Dosimeter Luminesensi Termal dengan cara membaca jumlah elektron
(TLD) yang tersimpan di dalam dosimetri
Dosimeter perorangan zat padat tersebut. Elektron yang diserap fosfor
dibuat dari bahan kristal yang dapat dapat dikeluarkan dalam bentuk cahaya
menghasilkan efek tertentu ketika tampak. Intensitas cahaya yang
terkena paparan radiasi pengion. Ada dipancarkan dapat diukur dan sebanding
berbagai jenis dosimeter perorangan zat dengan jumlah elektron yang
padat yang saat ini banyak digunakan terperangkap juga sebanding dengan
untuk keperluan rutin pemantauan dosis energi radiasi yang diserap oleh
perorangan pekerja radiasi salah satunya material TL.
dosimeter thermoluminesensi atau yang Besarnya dosis yang diterima
lebih dikenal dengan singkatan TLD dapat dihitung dengan menggunakan
(thermoluminensi dosimeter). Bahan Persamaan
hermoluminesensi dosimeter (TLD) 𝐷 = 𝑞 𝐹𝑘
adalah lithium flourida (LiF) dengan dengan :
nomor atom efektifnya adalah 8,1 cukup D : Dosis radiasi yang diterima
ekivalen dengan nomor efektif jaringan TLD (mGy)
tubuh manusia yang nilainya 7,4 (5) q : Muatan listrik (nC)
Keuntungan dalam penggunaan alat ini Fk : Faktor kalibrasi (mGy/nC)
adalah mudah dalam pengoperasiannya,

Nursama Heru Apriantoro., et al | 25


SANITAS: JURNAL TEKNOLOGI DAN SENI KESEHATAN VOL. 9 (2). 2018 : 22 – 33

Computed Radiograhy disebut lgM (log median) atau The


Dengan mengunakan sistem Logarihm of The Median Exposure
komputerisasi yang mampu mengubah Value, yaitu nilai logaritma dari nilai
sistem analog menjadi data digital, dan median paparan di daerah ROI (region
data digital berubah menjadi sinyal- of interest) histogram. Sebagai contoh
sinyal yang ditangkap oleh Photo berdasarkan ISO 9236 – 1, film screen
Multiplier Tube (PMT) kemudian dengan speed class 400 membutuhkan
intensitas cahaya diperkuat dan diubah rata – rata dosis detector 2,5 μGy untuk
menjadi sinyal elektrik yang dikonversi menghasilkan citra yang baik. Dengan
ke dalam data digital Analog Digital demikian, sistem CR akan dibuat sesuai
Converter (ADC). dengan konsep speed class 400 agar
pada CR proses pengumpulan, dosis dipusat detector sekitar 2,5 μGy.
pengolahan, penampilan, dan (8) Hubungan antara lgM, dosis
penyimpanan citra radiografi terukur, dan speed class dirumuskan
menggunakan imaging plate (stimulable dengan persamaan (9)
phospor) (7) Bentuk format citra yang dose(μGy)
𝑙𝑔𝑀 = 1,9607 + log [ ]+
dihasilkan oleh CR ini adalah dalam 2,5
𝑠𝑝𝑒𝑒𝑑 𝑐𝑙𝑎𝑠𝑠
bentuk DICOM (Digital Imaging and 𝑙𝑜𝑔 [ ]
400
Communcation in Medicine). atau 𝑙𝑔𝑀 = log(𝐸𝐼 ) (2.3)

Karakteristik Sistem CR (Agfa) Faktor Eksposi


Exposure index (EI) adalah Faktor eksposi yaitu faktor yang
parameter yang biasa digunakan untuk mempengaruhi dan menentukan kualitas
mengevaluasi jumlah paparan radiasi dan kuantitas dari penyinaran radiasi
pada imaging plate. Nilai EI sinar-x yang diperlukan dalam
direkomendasikan untuk menghasilkan pembuatan citra radiografi.
citra yang optimal. Konsep EI
dirumuskan sejalan dengan speed class Diagnostic Reference Level (DRL)

(film speed) dalam radiografi Berbeda dengan batasan dosis

konvesional. pekerja radiasi dan publik yang


merupakan keharusan, DRL lebih
Sistem CR agfa menyatakan nilai
EI dalam bentuk indeks dosis yang bersifat anjuran atau advisory. DRL
merupakan batasan dosis (benchmark)
Nursama Heru Apriantoro., et al | 26
SANITAS: JURNAL TEKNOLOGI DAN SENI KESEHATAN VOL. 9 (2). 2018 : 22 – 33

Tabel 1 Tingkat dosis radiodiagnosik dapat menampilkan histogram dan

orang dewasa (10) profil dari citra yang dianalis (11)

Pemeriksaan Entrance Surface Dose


(mGy) METODE PENELITIAN
Lumbar spine AP 10
LAT 30 Pengukuran Entrance Surface
LSJ 40 Dose (ESD) dilakukan dengan
Abdomen AP 10
Pelvis AP 10 menggunakan Pesawat sinar-x dengan
Hip Joint AP 10 kondisi maksimum 150 kV dan 400
Chest PA 0,4
LAT 1,5 mAs, TLD-100 LiF beserta TLD
Thoracic AP 7 reader harshaw 3500, Obyek phantom,
Spine
LAT 20 Kaset, digitizer, dan Image console CR
Dental PERIAPICAL 7 Agfa.
AP 5
Skull AP 5 Diletakkan 3 Thermoluminescent
LAT 3 detector (TLD) pada pusat lapangan
LAT 20
radiasi (Center Point) dengan faktor
eksposi seperti Tabel 2.
bukan batasan range dosis minimal-
Optimasi citra yang dimaksud
maksimal. Nilai DRL yang
adalah pada proses pembentukan citra
direkomendasikan oleh IAEA diadopsi
yang didasarkan kepada nilai noise yang
oleh Indonesia dengan nama tingkat
panduan dosis radiodiagnostik melalui Tabel 2 Faktor Eksposi untuk
Pengukuran ESDTLD
Surat Keputusan Kepala BAPETEN
No01-P/Ka.BAPETEN/I-03. (10)
Jenis Parameter
Pemerik Eksposi FFD
ImageJ saan kVp mAs (cm)
Thorax 50 8 120
ImageJ adalah software pengolah
PA 50 10
gambar berbasis open source dengan 55 8
platform Java yang dikembangkan oleh 55 10
60 8
Wayne Rasband dan tim di National 60 10
Institute of Health (NIH). ImageJ 66 8
66 10
mampu melakukan manipulasi kontras 102 1
citra, filtering, menghitung area dan 102 2,5

nilai piksel dari suatu ROI. ImageJ

Nursama Heru Apriantoro., et al | 27


SANITAS: JURNAL TEKNOLOGI DAN SENI KESEHATAN VOL. 9 (2). 2018 : 22 – 33

rendah berdasarkan hasil evaluasi citra Pengukuran ESD dilakukan


phantom dengan nilai ESD yang tidak dengan metode pengukuran langsung
melebihi nilai DRL yang telah (direct method) menggunakan
ditetapkan oleh Surat Keputusan Kepala thermoluminesense dosimeter (TLD).
BAPETEN No01-P/Ka.BAPETEN/I- Proses pengukuran ESD dilakukan
03. Evaluasi nilai noise pada citra dengan cara meletakkan 3 (tiga)
dinilai dengan menggunakan software Thermoluminescent detector (TLD) di
ImageJ. Hal ini dilakukan untuk melihat pusat lapangan radiasi (Center Point)
manakah yang memiliki noise terendah pada phantom thorax. Kemudian
berdasarkan hasil dari penggunaan dilakukan 10 (sepuluh) kali ekspos pada
variasi faktor eksposi. phantom dengan 10 (sepuluh) kali
variasi faktor eksposi dan masing-

Tabel 3 Hasil Pengukuran nilai lgM (log masing variasi faktor eksposi

median) dan ESDTLD Pemeriksaan thorax menggunakan TLD yang berbeda

untuk setiap Variasi Eksposi variasi faktor eksposi menggunakan

Parameter lgM TLD yang berbeda.


Dosis
No eksposi
kVp mAs mGy Hasil yang didapatkan adalah
1 50 8 1.75 0,083 dengan bertambahnya nilai eksposi
2 50 10 1.79 0,088 yang digunakan maka nilai dosis yang
3 55 8 1.91 0,098 diterima objek pun relatif bertambah.
4 55 10 2.01 0,137 Optimasi citra yang dimaksud
5 60 8 2.06 0,113 adalah jika faktor eksposi yang
6 60 10 2.18 0,218 diberikan tidak mengurangi hasil
7 66 8 2.29 0,222 pembentukan citra yang tampak. Hasil
8 66 10 2.53 0,283 penilaian citra didasarkan kepada nilai
9 102 1 2.08 0,114 noise yang didapatkan. Citra yang baik
10 102 2,5 2.53 0,201 adalah jika nilai noise rendah.
Sedangkan evaluasi nilai noise diukur
berdasarkan nilai piksel, untuk
mengukur noise luas ROI (Region Of
HASIL DAN PEMBAHASAN
Interest) dianjurkan adalah 100 piksel
(12). Noise merupakan standar deviasi,
Nursama Heru Apriantoro., et al | 28
SANITAS: JURNAL TEKNOLOGI DAN SENI KESEHATAN VOL. 9 (2). 2018 : 22 – 33

Tabel 4. Hasil pengukuran nilai dan udara relatif homogen. Teknik ini
standar deviasi disebutkan bahwa dapat memberikan
Nilai dosis yang lebih rendah kepada pasien.
No kVp mAs Standar
Pengambilan data menggunakan teknik
Deviasi
1 50 8 10,281 kV tinggi dalam penelitian ini
2 50 10 10,295 dikarenakan untuk melihat ESD yang
3 55 8 6,605 didapatkan dan gambaran citra yang
4 55 10 11,213 terbentuk, walaupun pada RS X teknik
5 60 8 7,559 tidak diaplikasikan dalam keseharian.
6 60 10 9,471 Tingginya nilai kV yang digunakan
7 66 8 6,138 pada teknik ini diseimbangkan dengan
8 66 10 11,782 penurunan nilai mAs.
9 102 1 5,645 Berdasarkan Tabel 1 diperlihatkan
10 102 2,5 20,779 bahwa kenaikan faktor eksposi
cenderung diikuti dengan kenaikan nilai
ESDTLD, baik untuk penggunaan kV
apabila standar deviasi yang dihasilkan
oleh citra tinggi maka nilai noise yang 21
19.5
dihasilkan citra juga tinggi. 18
nilai standar deviasi

16.5
15
13.5
12 mAs 8
PEMBAHASAN 10.5
9 mAs 10
Faktor eksposi adalah faktor 7.5
6 mAs 1
4.5
yang mempengaruhi dan menentukan 3 mAs 2.5
1.5
kualitas dan kuantitas dari penyinaran 0
50 55 60 66 102
radiasi sinar-x yang diperlukan dalam Tegangan Potensial Listrik (kVp)
pembuatan citra radiografi. Pada
pemeriksaan thorax PA dalam Gambar 1 Pengaruh kenaikan faktor eksposi
penelitian ini, dilakukan pula dengan terhadap nilai standar deviasi

menerapkan teknik kV tinggi. Teknik


kV tinggi merupakan teknik radiografi standar maupun untuk penggunaan kV

yang menggunakan faktor eksposi tinggi. Pada Tabel 1 terlihat bahwa nilai

minimal 100 kV sehingga perbedaan ESD terendah diperoleh saat

densitas antara tulang , jaringan lunak , penggunaan faktor eksposi yang terkecil

Nursama Heru Apriantoro., et al | 29


SANITAS: JURNAL TEKNOLOGI DAN SENI KESEHATAN VOL. 9 (2). 2018 : 22 – 33

yaitu pada penggunaan 50kV dan 8 paling rendah adalah gambar citra ke
mAs, pada penggunaan faktor eksposi tiga saat penggunaan faktor eksposi 55
ini diperoleh nilai ESD sebesar 0,083 kV dan 8 mAs memiliki nilai standar
mGy. Hasil pengukuran nilai lgM (log deviasi 6,605. Citra radiografi
median) pun yang paling kecil ada pada ditampilkan pada Gambar 3 berikut ini.
kondisi faktor eksposi 50 kV dan 8 mAs
namun bila dibandingkan dengan
rentang yang diberikan oleh
rekomendasi referensi yaitu 1,9-2,5 nilai
ini berada di bawah rentang sehingga
pada kondisi ini gambaran yang
ditampilkan masih dibawah standar dan
ini dibuktikan dengan penghitungan
nilai standar deviasi yang didapatkan
tinggi yaitu 10,281 seperti terlihat pada
Gambar 2. Gambar 3 Citra Radiografi Thorax PA
kondisi eksposi 55 kV dan 8 mAs

Untuk evaluasi citra Gambar 3


diperoleh gambaran thorax terlihat
simetris yang ditandai dengan posisi
processus spinosus ditegah kedua
clavicula. Gambaran paru-paru dan
mediastinum juga terlihat baik, begitu
juga dengan gambaran tulang belakang,
scapula, jantung, aorta, trakhea, serta
kedua sinus costoprenicus, serta
Gambar 2 Citra Radiografi Thorax PA gambaran proksimal bronkhus dapat
kondisi eksposi 50 kV dan 8 mAs terlihat. Gambar 3 merupakan gambar
yang memiliki nilai standar deviasi
Hasil gambar citra radiografi
terendah dan nilai dosis yang relatif
terbaik bila dilihat berdasarkan pada
rendah.
nilai standar deviasi yang terendah dan
nilai Entrance Surface Dose yang

Nursama Heru Apriantoro., et al | 30


SANITAS: JURNAL TEKNOLOGI DAN SENI KESEHATAN VOL. 9 (2). 2018 : 22 – 33

Dari kedua gambar yaitu Gambar simetris yang ditandai dengan posisi
2 dan Gambar 3 memiliki keuntungan processus spinosus ditegah kedua
dan kerugian dilihat dengan berdasarkan clavicula. Gambaran paru-paru dan
nilai dosis, noise, dan kriteria mediastinum juga terlihat baik, begitu
gambarannya. Untuk nilai dosis juga dengan gambaran tulang belakang,
terendah dimiliki oleh Gambar 2, untuk scapula, jantung, aorta, trakhea, serta
noise terendah, dosis optimum dan kedua sinus costoprenicus.
kriteria gambaran terbaik dimiliki oleh Dan,gambaran proksimal
Gambar 3. bronkhus tervisualisasi dengan jelas.
Namun untuk penggunaan teknik Berdasarkan uraian diatas maka
kV tinggi terjadi saat faktor eksposi dapat disimpulkan bahwa nilai piksel
yang digunakan yaitu 102 kV dan 1 dapat digunakan untuk menentukan
mAs dengan nilai standar deviasi nilai noise dari suatu citra gambar
sebesar 5,645 ditunjukkan Gambar 3. digital. Nilai noise ini dipengaruhi oleh
faktor eksposi yang digunakan.
Referensi menyebutkan bahwa
rekomendasi nilai lgM 1,8-2,5 untuk
optimasi citra. Dan pada penelitian ini
nilai lgM yang dihasilkan yaitu dalam
rentang 1,75-2,53. untuk sepuluh kali
ekspos
Dengan melihat hasil secara
keseluruhan dari hasil penelitian ini,
kondisi eksposi optimum pemeriksaan
thorax PA (dinyatakan dengan nilai
lgM) terjadi ketika penggunaan faktor
eksposi 55 kV dan 8 mAs karena nilai
Gambar 4 Citra Radiografi Thorax PA lgM yang didapat yaitu 1,91, nilai
kondisi eksposi 102 kV dan 1 mAs
standar deviasi 6,605 serta nilai ESD
sebesar 0,098 mGy. Saat kondisi
Evaluasi citra Gambar 4. di atas eksposi ini nilai ESD yang didapatkan
didapatkan gambaran thorax terlihat lebih rendah jika dibandingkan dengan

Nursama Heru Apriantoro., et al | 31


SANITAS: JURNAL TEKNOLOGI DAN SENI KESEHATAN VOL. 9 (2). 2018 : 22 – 33

nilai DRL untuk pemeriksaan thorax optimasi yang baik dalam


yaitu 0,4 mGy (10) sedangkan untuk memberikan jaminan keselamatan
kualitas citra pada kondisi inilah hasil pasien.
pengukuran nilai standar deviasi yang
didapatkan rendah. Untuk kriteria SIMPULAN
gambaran pada kondisi cukup banyak
Optimasi pada pemeriksan thorax
yang terlihat sehingga dapat
PA terjadi pada ESD 0,098 mGy yaitu
menampilkan gambaran dibutuhkan
saat penggunaan kondisi eksposi 55 kV
untuk mengakkan diagnosa.
dan 8 mAs dengan nilai noise 6,605.
Berdasarkan pembahasan yang
Sedangkan untuk teknik kV tinggi
telah dijelaskan diatas penelitian ini
menggunakan 102 kV, optimasi terjadi
dilakukan karena untuk mencari citra
dengan nilai ESD 0,114 mGy. Nilai
radiografi terbaik yang dapat
ESD yang didapatkan 0,098 mGy lebih
menampilkan gambaran organ-organ
rendah jika dibandingkan dengan nilai
dengan jelas sehingga dapat membantu
DRL untuk pemeriksaan thorax yaitu
dalam menegakkan diagnosa dengan
0,4 mGy. Penelitian ini menghasilkan
tepat tetapi tetap memperhatikan dosis
rentang nilai lgM (log median) optimum
yang diterima oleh pasien dengan tetap
1,75-2,53 dan untuk teknik kV tinggi
mengikuti perkembangan teknologi
2,53.
radiografi yang semakin canggih yaitu
menggunakan Computed Radiography
SARAN
(CR). Pada prinsipnya pemeriksaan
Perlu dilakukan penelitian dengan objek
ditujukan agar pasien mendapatkan
pasien sehingga hasil lebih akurat untuk
manfaat langsung sehingga pemberian
diterapkan dalam keseharian.
dosis tidak dibatasi akan tetapi tetap
.
memperhatikan keselamatan pasien.
DAFTAR PUSTAKA
Jika dosis yang diberikan secara
konsisten dibawah Diagnostic 1. Vosper M, Graham D, Cloke P.
Principles and Applications of
Reference Level (DRL) yang telah Radiological Physics. Philadelphia :
ditetapkan dan menjadi acuan, maka hal Churchill Livingstone, 2014
2. Martin A, Harbison S, Beach K,
ini menandakan telah dilakukan Cole P. An Introduction to
Radiation Protection. Boca Raton:
CRC Press, 2012

Nursama Heru Apriantoro., et al | 32


SANITAS: JURNAL TEKNOLOGI DAN SENI KESEHATAN VOL. 9 (2). 2018 : 22 – 33

3. International Commission on 9. Shepard SJ, Flynn M. Calibration


Radiological Protection The 2007 of the Exposure Index. available at
Recommendations of the https://www.aapm.org/meetings/am
International Commission on os2/pdf/42-12066-57479-443.pdf
Radiological Protection. ICRP 10. Badan Pengawas Tenaga Nuklir.
publication 103. Ann Keputusan Kepala BAPETEN
ICRP. 2007;37:1–332. No.01-P/Ka-BAPETEN/I- 03
4. International Atomic Energy Tentang Pedoman Dosis Pasien
Agency. Technical Report Series Radiodiagnostik. Jakarta: Bapeten,
No. 457 Dosimetry in Diagnostic 2003
Radiology: an International Code of 11. ImageJ User Guide http://rsb.
Practic. Austria:IAEA Vienna, info.nih.gov/ij/
2007 12. Bushberg JT, Seibert JA, Leidholdt
5. Akhadi M.. Dasar-Dasar Proteksi EM, Boone JM. The Essential
Radiasi Edisi I. Jakarta: Rineka Physics of Medical Imaging. 2nd
Cipta, 2000 ed. Philadelphia: Lippincott
6. Sherer MAS, Visconti PJ, Ritenour Williams & Wilkins, 2002.
ER, Haynes KW. Radiation
Protection in Medical Radiography.
Philadelphia: Elsevier, 2014
7. Bushong, SC. Radiologic science
for technologist. St. Louis: CV.
Mosby Company, 2000
8. Oppelt A. Imaging Systems for
Medical Diagnostics:
Fundamentals, Technical Solutions
and Aplications for System
Applying Ionizing Radiation,
Nuclear Magnetic Resonance and
Ultrasound. Siemen. Erlangen,
2005

Nursama Heru Apriantoro., et al | 33

Anda mungkin juga menyukai