Anda di halaman 1dari 25

TUGAS MAKALAH RADIOFOTOGRAFI 2

Dosen Pengampuh : A. AR. Rakhmansyah, SKM.,M.Kes

FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KUALITAS RADIOGRAFI

Disusun Oleh:
ADRIANSYAH\P122068\C

PROGRAM STUDI D-III RADIOLOGI


POLITEKNIK KESEHATAN MUHAMMADIYAH MAKASSAR
2023

i
DAFTAR ISI

Contents
DAFTAR ISI..............................................................................................................................ii
DAFTAR GAMBAR................................................................................................................iii
KATA PENGANTAR................................................................................................................iv
BAB 1.........................................................................................................................................5
PENDAHULUAN......................................................................................................................5
A. Latar Belakang................................................................................................................5
B. Rumusan Masalah..............................................................................................................6
C. Tujuan Penulisan................................................................................................................6
BAB II........................................................................................................................................7
PEMBAHASAN........................................................................................................................7
A. Faktor-faktor yang mempengaruhi gambaran Radiografi...............................................7
1. Faktor Eksposisi..........................................................................................................8
2. Ketebalan Objek........................................................................................................13
3. Tipe kaset yang digunakan........................................................................................15
4. Intensifyng Screen.....................................................................................................16
5. Penggunaan Grid.......................................................................................................18
6. Processing Film.........................................................................................................20
BAB III.....................................................................................................................................23
PENUTUP................................................................................................................................23
Kesimpulan...........................................................................................................................23
DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................................25

ii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1............................................................................................................10

Gambar 2...........................................................................................................12

Gambar 3...........................................................................................................13

Gambar 4...........................................................................................................18

Gambar 5...........................................................................................................20

iii
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan nikmat serta
hidayah-Nya terutama nikmat kesempatan dan kesehatan sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah mata kuliah “Radiofotografi 2”. Kemudian shalawat
beserta salam kita sampaikan kepada Nabi besar kita Muhammad SAW yang
telah memberikan pedoman hidup yakni al-qur’an dan sunnah untuk
keselamatan umat di dunia.

Makalah ini merupakan salah satu tugas mata kuliah Radiofotografi


program studi d-iii radiologi. Selanjutnya kami mengucapkan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada bapak A. AR Rakhmansya, SKM.,M.Kes selaku dosen
pembimbing mata kuliah Radiofotgrafi 2 dan kepada segenap pihak yang telah
memberikan bimbingan serta arahan selama penulisan makalah ini.

Akhirnya kami menyadari bahwa banyak terdapat kekurangan-


kekurangan dalam penulisan makalah ini, maka dari itu kami mengharapkan
kritik dan saran yang konstruktif dari para pembaca demi kesempurnaan
makalah ini.

Makassar, 12 Februari 2023

Adriansyah

iv
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Pemeriksaan Radiologi merupakan salah satu pemeriksaan di bidang


medis yang sangat penting untukmenegakkan diagnosa suatu penyakit dan
sebagai terapi suatu penyakit. Hasil kualitas citra radiografi yang bagus
mempunyai peranan yang sangat penting dalam penegakan diagnosa suatu
penyakit yang diderita oleh pasien. Hasil kualitas citra radiografi yang bagus
sangat tergantung pada beberapafaktor.

Banyak faktor yang menentukan kualitas citra radiografi yang sesuai,


antara lain : faktor peralatan(unit x-ray, kaset, dan processing) dan faktor
teknik(SDM dan pasien). Untuk menjamin agar tetap dipenilaiannya,
persyaratan standar atas faktor-faktor tersebut, salah satu caranya adalah
denganmenerapkan metode kendali kualitas (Quality Control). Dengan
demikian akan didapatkan hasil diagnosisyang optimal.

Penggunaan peralatan radiografi yang digunakan berkali-kali selama


kurun waktu yang lama danjumlah permintaan foto yang banyak, maka tidak
menutup kemungkinan alat tersebut mengalamipergeseran nilai standar yang
telah ditentukan. Pergeseran tersebut seharusnya terdeteksi sehingga dapatdiatur
kembali seperti semula sesuai dengan nilai standar.

Sebagai tenaga paramedis, seorang radiographer hendaknya dapat


menyajikan gambar radiografi (foto rontgen) yang berkualitas, terutama saat
pelayanan di rumah sakit - rumah sakit, atau laboratorium klinik swasta yang
sudah banyak tersebar di masyarakat.Gambaran radiografi merupakan hal
penting dalam menunjang praktek radiografer sehari-hari. Setiap radiografer

5
pasti menginginkan gambar radiografi atau foto rontgen dengan kualitas yang
semaksimal mungkin dalam rangka menegakkan diagnosis.

Radiographer harus dapat memberikan gambar radiografi (foto rontgen)


yang berkualitas, baik detail mutu maupun karakteristik gambar radiografi
(meliputi detail daripada citra radiografi tersebut). Apabila citra radiografi yang
dihasilkan terlalu rendah, dapat menyebabkan tingkat diagnostik yang rendah
pula, dan apabila kualitas diagnosa yang dihasilkan rendah, pasti akan
menimbulkan kesulitan dalam menentukan tahap perawatan berikutnya terkait
kasus yang dialami pasien.

Secara umum, salah satu faktor penentu tingginya kualitas gambar


radiografi yang dihasilkan adalah keahlian dan pengalaman seorang radiografer
dalam melakukan pemeriksaan radiografi serta kualitas dari equipment atau
perlengkapan pemeriksaan radiografi. Sebagai SDM paramedik yang
berkualitas, seorang radiografer sebaiknya memperhatikan faktor penyebab
perubahan bentuk yang terjadi pada citra radiografi.

B. Rumusan Masalah
1. Apa saja factor yang mempengaruhi gambaran radiografi?
2. Apa saja tipe kaset yang digunakan?
3. Ada berapa macam grid?
4. Bagaimana cara kerja grid?
5. Bagaimana cara processing film manual?

C. Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan berisi pernyataan-pernyataan penting yang berisi
jawaban dari rumusan masalah. Tujuan penulisan dituliskan dengan poin-poin
sebagai berikut:

Untuk mengetahui factor apa saja yang mempengaruhi kualitas radiografi

6
1. Untuk mengetahui tipe kaset yang digunakan
2. Untuk mengetahui macam-macam grid
3. Untuk mengetahui cara kerja grid
4. Untuk mengetahui cara processing film manual

BAB II
PEMBAHASAN

A. Faktor-faktor yang mempengaruhi gambaran Radiografi


Ada beberapa yang mempengaruhi gambaran radiografi yaitu:

1. Kvp
2. mAS (mili ampere second)
3. jarak pemotretan
4. ketebalan jaringan
5. tipe film yang digunakan
7
6. IS
7. Grid

1. Faktor Eksposisi
Faktor eksposi sangat bervriasi tergantung pada berbagai hal antara
lain :
a. Ukuran / tebal objek atau pasien yang di foto
b. Pada objek yang selalu bergerak, organ yang pergerakany tidak
dapat di control, anak kecil, dll

Untuk hal ini perlu diperhatikan waktu eksposi yang sesingkat


mungkin.

a. Faktor eksposi terdiri atas:

1). Besaran kilovoltage (kV)

Sinar x baru akan dihasilkan jika tumbukan electron di anoda


tepatnya di target, sangat cepat dan seketika itu di hentikan mendadak.
Electron yang di hasilkan katoda tidak akan bisa bergerak dengan sangat
cepat jika tidak di beri beda potensial yang sangat tinggi antara anoda dan
katoda. Electron yang di hasilkan pada katoda bermuatan negative
sedangkan di anode bermuatan positif.

Secara alami, electron yang bermuatan negative akan tertarik ke


muatan positive. Namun jika di biarkan bergerak secara alami maka
pergerakanya lambat sehingga perlu di beri beda potensial diantara
katoda dan anoda. Hal ini akan membuat muatan positif pada anoda
bertambah besar sehingga dapat menarik electron dengan kekuatan yang
besar, inilah yang membuat electron bergerak dengan cepat menuju
anoda.

8
a). Pengaruh kV terhadap Intensitas
Besaran kV padaumumnya di kaitkan dengan daya tembus sinar,
makin tinggi kV yang digunkan makin besar pula daya tembusnya sinar,
demikian pula sebaliknya. Umumnya, jumlah kV menunjukan kualitas
radiasi. Bila kV di naikan maka densitas foto meninggi, kontras rendah
dan sinar hambur meningkat. Pada radiodiagnostik penggunaan kv antara
50 – 80 kv, setiap kenaikan atau penurunan 10 kV, mAs dapat dinaikan
atau di turunkan sekitar 50 %.

Peningkatan kVp sehingga elektron mendapatkan energi tinggi


menyebabkan kualitas energy lebih besar sehingga penetrasinya pun juga
lebih besar. Daya tembus jaringan dengan penggunaan energi yang lebih
tinggi sehingga menimbulkan efek Compton. Sehingga menghasilkan
radiasi hambur dan mengurangi kontras.

Kualitas sinar x sangat berhubungan dengan intensitas sinar x. hal


ini bisa di simpulkan dari sebuah rumus yang menyatakan hubungan
antara intensitas dengan kV yaitu :

I a (kVp)^2

Dimana :

I = Intensitas

kVp=kV peak atau kV puncak

b). Anode Heel Effect


Anode Heel Effect adalah perbedaan intensitas sinar x akibat
perbedaan sudut pada anoda.

9
Gambar 1

Dari gambar di atas dapat di lihat bahwa intensitas sinar x bernilai


100% berada pada garis central ray atau pusat sinar. Akan tetapi intensitas
sinar x mengalami kenaikan justru ketika arah sinar x menuju arah
katoda. intensitas sinar x mengalami kenaikan justru ketika arah sinar x
menuju arah katoda dapat di jelaskan dengan melihat anoda.

Anoda sebagai tempat menumbuknya electron arahnya tidak luruh


akan tetapi memiliki sudut. Sudut yang di bentuk akan mengarah ke
katoda makaintensitas sinar x akan meningkat lebih dari yang berada
pada central ray atau pusat sinar. Anode heel effect dapat di terapkan pada
pemeriksaan pada objek yang panjang akan tetapi mempunyai ketebalan
yang berbeda, seperti pada pemerikaan os. Femur.

Pada os. Femur bagian proximal lebih tebal daripada bagian distal.
Untuk menghasilkan densitas yang sama antara bagian proximal dengan
bagian distal, maka harus diatur bagian proximal di letakan di bawah
katoda dan bagian distal di letakkan di bawah anode sehingga radiograf
yang di hasilkan akan memiliki densitas yang relative sama antar bagian
proximal dan bagian distal os femur.

10
c). Pengaruh kV terhadap gambaran
Apabila penggunaan kV yan tidak tepat maka akan terjada
kesalahan pada gambar radiograf yaitu over ekspouse (gambaran
dengan densitas terlalu tinggi akibat factor eksposi terlalu tinggi) dan
under ekspouse (gambaran dengan densitas terlalu rendah akibat
penggunaan factor eksposi terlalu rendah).

Penggunaan kV yang terlalu tinggi akan menyebabkan radiasi


hambur (scatter radiation). Hal ini di karenakan sinar yang di hasilkan
dari kV yang tinggi akan memiliki intensitas yang tinggi pula. Saat
berinteraksi dengan objek, sinar x yang memiliki intensitas yang
tinggi akan di teruskan dan ada pula yang dipantulkan. Sinar x yang di
pantulkan ini dapat menyebabkan penghitaman pada film sehingga
gambaran yang dihasilkan akan memiliki densitas yang tinggi. Untuk
mencegah hal ini maka di perlukan grid.

2). mAs

mAs adalah salah satu cara untuk mengukur muatan elektrostatik. Ini
menentukan jumlah/kuantitas elektron. mAs adalah perkalian antara
besaran nilai ampere dengan waktu eksposi. mAs menunjukan kuantitas
radiasi. Contoh :

mAs = mA X s

100 X 1/10 detik

400 X 1/40 detik

50 X 1/5 detik

11
Dengan contoh di atas mAs dapat di peroleh dengan berbagai cara,
sehingga untuk organ yang bergerak yang memerlukan waktu yang
singkat dapat menggunakan mA tertentu.

Peningkatan mA akan menambah intensitas sinar-x, dan penurunan


mA akan mengurangi intensitas. Oleh sebab itu, derajat terang dapat
diatur dengan mengubah mA.Waktu pemaparan biasanya di buat
sesingkat mungkin untuk mengurangi kekaburan pada radiograf akibat
pergerakan pasien.

3). Jarak pemotretan

Jarak mempengaruhi intensitas sinar x-ray di film tetapi tidak


berpengaruh pada kualitas radiasi. Dalam proses pemotretan sinar x, terdapat
pengaturan jarak pemotretan yang meliputi :

a). Jarak antara fokus-film (Focus Film Distance disingkat FFD), disebut
juga SID (Source to Image Reseptor Distance)

Jarak sumber-ke-image (SID) mempengaruhi densitas radiograf,


ukuran dan bentuk bagian yang diperiksa, dan ketajamanserta detil gambar
yang diberikan. Karena intensitas langsung mempengaruhi densitas
radiograf, setiap perubahan jarak akan menyebabkan perubahan dalam
densitas ketika faktor-faktor lain konstan.

Gambar 2

12
b). Jarak antara film-objek (Film Object Distance disingkat FOD)

Istilah ini diberikan untuk jarak dari focus yang berada pada window
di tube sampai objek yang di inginkan.

c). Jarak objek ke film (Object film Distance di singkat OFD)

Istilah ini diberikan untuk jarak dari objek yang di inginkan sampai ke
permukaan film.

Beberapa hal yang harus diperhatikan yaitu :

(1). Apabila salah satu jarak pemotretan ini di ubah, maka gambaran akan
berubah begitu juga kondisinya( KVdan MAS ) harus berubah.

(2). Bila FFD di perbesar, OFD tetap maka gambar akan mendekati besar
aslinya. Bila OFD di perjauh, FOD tetap gambar mengalami
pembesaran( magnifikasi ). Apabila FOD = OFD terdapat pembesaran
gambar sebanyak 2X. Dalam hal ini bila objek tidak sejajar dengan film,
maka gambar akan mengalami distorsi. Bila objek sejajar dengan film, arah
sinar menyudut, gambar akan mengalami distorsi. Penggunaan focus
kecilterjadigambar yang tajam, sedangkanpenggunaan focus besar, jarak di
perkecil, terjadi gambar yang kurang tajam.

Gambar 3

2. Ketebalan Objek
Jika ketebalan jaringan meningkat maka KVP harus ditingkatkan yang
lebih besar.Obyek yang tebal lebih banyak mengalami distorsi dibandingkan

13
obyek yang tipis. Setelah sinar-x yang keluar dari tabung mengenai dan
menembus obyek yang akan difoto. Bagian yang mudah ditembusi sinar x
(seperti otot, lemak, dan jaringan lunak) meneruskan banyak sinar x
sehingga film menjadi hitam. Sedangkan bagian yang sulit ditembus sinar x
(seperti tulang) dapat menahan seluruh atau sebagian besar sinar x akibatnya
tidak ada atau sedikit sinar x yang keluar sehingga pada film berwarna putih.
Bagian yang sulit ditembus sinar x mengalami ateonasi yaitu berkurangnya
energi yang menembus sinar x, yang tergantung pada nomor atom, jenis
obyek, dan ketebalan. Adapun bagian tubuh yang mudah ditembus sinar x
disebut Radio-lucen yang menyebabkan warna hitam pada film. Sedangkan
bagian yang sulit ditembus sinar x disebut Radio-opaque sehingga film
berwarna putih.

Hubungan antara penyerapan sinar-x dengan ketebalan adalah sederhana


yaitu unsur yang mempunyai lempengan yang tebal dapat menyerap radiasi
lebih banyak dibanding lempengan yang tipis pada satu unsur yang sama.
Kerapatan/kepadatan suatu unsur yang sama akan juga mempunyai
kesamaan efek, contoh 2,5 cm air akan menyerap sinar-x lebih banyak
dibanding 2,5 cm es karena berat timbangan es akan berkurang 2,5 cm per
kubik disbanding air.Mengingat pemeriksaan kesehatan yang menggunakan
sinar-x, satu hal yang harus dipahami bahwa tubuh manusia mempunyai
susunan yang kompleks yang tidak hanya mempunyai perbedaan pada
tingkat kepadatan saja tetapi juga mempunyai perbedaan unsur pembentuk.

Hal ini menyebabkan terjadinya perbedaan tingkat penyerapan sinar-x.


Yaitu, tulang lebih banyak menyerap sinar-x dibanding otot/daging; dan
otot/daging lebih banyak menyerap dibanding udara (paru-paru). Lebih jauh
lagi pada struktur organ yang sakit akan terjadi perbedaan penyerapan sinar-
x dibanding dengan penyerapan oleh daging dan tulang yang normal. Umur
pasien juga mempengaruhi penyerapan, contoh pada umur yang lebih tua

14
tulang-tulang sudah kekurangan kalsium dan akan mengurangi penyerapan
sinar-x dibanding tulang-tulang di usia yang lebih muda.

3. Tipe kaset yang digunakan


Kaset yang berbeda dengan atau tanpa intensfying screen dipilih
tergantung pada keperluan. Jika permukaan intensifying screen tidak
bersih maka akan menimbulkan artefak pada radiograf.

a. Lapisan lapisan film rontgen


1). Supercoat : untukmelindungiemulsi film
2). Emulsifilm : emulsisilver – bromide yang terdiriatasAgBr,
AgCl, AgJ. Tebalemulsiadalah 0,001 inchi ( 0,0025 cm)
3). Substratum berfungsisebagaiperekatantaraemulsike alas film
4). Alas film atau film base terdiriatas polyester base

b. Karakteristik lainnya: emulsi timbal balik.


Keuntungannya:
1). Meningkatkansensitifitas
2). Meningkatkankontras
3). Mengurangi film cure agar film tidak bergelombang
Kerugiannya:
1). Larutan kimia cepat melemah
2). film lebih mahal
3). kemungkinan terjadi parallax effect
ada film rontgen yang emulsinya hanya sebelah saja misalnya:
fluorografik film; cine film; duplicating dan substraction film

c. jenis-jenis film rontgen


1). Screen film : film yang dalampenggunaannyamenggunakan
intensifying screen

15
2). Non screen film: film yang
dalampenggunaannyatidakmenggunakan intensifying screen,
seperti:

a). film gigi (dental film)

b). mammographic film

c). film roentgen untukpembuatanfoto-fotoekstremitas

3). Sensitifitasnya

a). blue sensitive

b). green sensitive

4). Jenis film rontgen menurut kecepatan

Kecepatan Kristal perak Detail Radiasi


halogen

Tinggi KasardanBesar Rendah Sedikit

Sedang Sedang Sedang Sedang

Rendah Halus Tinggi Banyak

4. Intensifyng Screen
Intensifying screen adalah alat yang terbuat dari kardus (card board)
khusus yang mengandung lapisan tipis emulsi fosfor dengan bahan pengikat
yang sesuai. yang banyak di pergunakan adalah kalsium tungstat.

Jenis instensifying screen ada bermacam-macam, antara lain:

a. fast screen

b. medium screen (par speed)

16
c. Slow screen

Sekarang ada jenis rare earth screen yang mampu menghasilkan


gambaran yang baik dengan dosis radiasi yang sangat sedikit. Cara kerjanya,
yaitu: bila Kristal kalsium tungstate terkena sinar X, maka terbentuklah
sinar-sinar ultraviolet dan sinar dapat terlihat mata. Kejadian (efek) ini
dinamakan pendarfluor (fluoresensi), pada umumnya memudarkan warna
biru, violet dan ada juga yang green emiting(hijau)

Intensifying screen menambah efek sinar x pada film sehingga


memperpendek masa penyinaran. Keburukan is adalah partikel-partikel
debu, bercak-bercak, gresan-goresan, atau gangguan lainnya, dapat
menimbulkan artefak pada film.

1) Layar kecepatan tinggi yang mendukung intensifikasi yang tinggi, Screen


jenis ini mempunyai respon yang tinggi dalam merubah sinar x menjadi
cahaya tampak. Biasanya mempunyai butiran fosfor yang volume
butiranya besar. Gambaran yang di hasilkan mempunyai kontras yang
tinggi dan detil yang rendah.
2) Layar kecepatan rendah menghasilkan gambar yang lebih tajam, Screen
jenis ini mempunyai respon yang rendah dalam merubah sinar x menjadi
cahaya tampak. Biasanya mempunyai butiran fosfor yang volume
butiranya kecil. Gambaran yang di hasilkan mempunyai kontras yang
rendah dan detil yang tinggi.
3) Layar par speed mendukungkecepatansedangdanketajaman yang sedang.
Screen jenis ini mempunyai respon yang sedang saja dalam merubah
sinar x menjadi cahaya tampak. Biasanya mempunyai butiran fosfor yang
volume butiranya sedang. Gambaran yang di hasilkan mempunyai
kontras yang standar dan detil yang juga standar.

17
IS menambah efek sinar X pada film sehingga memperpendek masa
penyinaran. Perbandingan antara banyaknya eksposi yang di perlukan bila
tidak menggunakan IS dengan banyaknya eksposi yang di perlukan bila
menggunakan IS di sebut factor intensifikasi.

Jika factor intensifikasi nilainya lebih dari 1 artinya tegangan yang di


gunakan tanpa menggunakan intensifying screen di banding tegangan yang
menggunakan intensifying screen untuk menghasilkan sinar x yang sama,
nilainya selalu lebih besar tegangan yang di gunakan tanpa menggunakan
sinar x.

Hal hal yang mempengaruhi factor intensifikasi adalah jenis fosfor


yang digunakan, volume fosfor yang digunakan, tebal tipisnya lapisan screen
dan kualitas radiasi.

Gambar 4

5. Penggunaan Grid
Grid merupakan alat untuk mengurangi atau mengeliminasi radiasi
hambur agar jangan sampai ke film.Grid terdiri dari lajur-lajur lapisan
tipis timbal yang di susun selang-seling diantara bahan yang tembus
radiasi misalnya plastic dan kayu. Grid digunakan terutama pada
pemotretan yang menggunakan MAS yang tinggi.

A. Fungsi grid :
1. Meningkatkan kontras

2. Mengurangi densitas

18
3. Harus menggunakan MAS yang lebih besar

B. Jenis-jenis grid:
1. Grid diam (stationary grid ataulisholm)

2. Grid bergerak (moving grid ataubucky)

C. Dari susunannya di bagi dalam


1. Grid linear ini disebut juga grid paralel karena lempengan –lempengan
timbal yang satu dengan yangn lain tersusun paralel.
2. Focused : Grid fokus adalah grid yang garis timbalnya berangsur-
angsur miring dari pusat ke tepi sehingga titik perpotongannya
bertemu di titik fokus. Grid jenis ini menutupi kekurangan grid jenis
linear.
3. Psedudo focused : Grid jenis ini seperti konstruksi linear akan tetapi
ketinggian lempengan timbalnya dari tepi ke tengah. semakin tinggi,
sehingga sinar oblik masih dapat melewati grid untuk sampai ke film
4. Cross-grid : Grid silang merupakan dua garis paralel yang seolah-olah
ditimpuk menyilang dengan garis lempengan dengan timbal saling
tegak lurus,sehingga sangat efektif menyerap radiasi hambur

D. Cara kerja Grid :


Sebagai sinar X (a=radiasi primer) akan tersebar kesegala arah
pada waktu mengatenuasi suatu benda. Sinar tersebar ini di namakan
sinar hambur (radiasi sekunder atau scatterad radiation). Walaupun sinar
hambur mempunyai Panjang gelombang yang lebih tetapi efek
fotografiknya tetap ada sehingga dapat menimbulkan gangguan pada film
rontgen.

Sinar hambur ini harus ditiadakan dengan grid (kisi-kisi). Cara


penggunaannya, yaitu:

1. Tidak boleh terbalik, kecuali jenis parallel.

19
2. Jarak focus-film(FFD= focus film distance) harus tepat

3. Tidak boleh di luar pusat (off center)

4. Factor eksposi dinaikkan

Gambar 5

6. Processing Film
a. Developing
Developing merupakan tahap pertama dalam proses pengolahan film.
Developing bertujuan untuk mereduksi ion perak menjadi perak metalik dari
bayangan laten yang terdapat dalam emulsi film setelah terkena ekspouse.

Kesalahan pada proses developer akan mengakibatkan oxygen fog.


Oxygen fog terjadi apabila saat film keluar dari developer, permukaan film
masih basah dengan cairan developer akibatnya developer yang berada pada
permukaan fim akan berinteraksi dengan udara bebas terutama oxygen.
Oxygen akan mengoksidasi sehingga film mengalami pertambahan densitas
dan mengalami fog.

Jika film terlalu lama di developer, suhu cairan developer yang terlalu
tinggi, komposisi developer yang salah dan terkontaminasinya cairan
pembangkit dengan bahan lain maka akan mengakibatkan chemichal fog
20
yaitu fog yang di hasilkan karena factor kimia yang berada pada developer
saat pengolahan film.

b. Rinsing
Rinsing merupakan tahap ke dua dari pengolahan film. Umumnya
rinsing dilakukan dengan cara memasukkan film yang sudah di
bangkitkan dari cairan developer ke dalam cairan yang berisi air murni
dengan pH 7. Hal ini bertujuan untuk menetralkan film yang berasal dari
developer (bersifat basa) ke cairan fixer (bersifat asam).

Jika proses rinsing tidak dilakukan dengan waktu yang cukup maka
akan meyebabkan dechroic fog yang di akibatkan interaksi dari developer
dan fixer. Interaksi langsung antara developer dan fixer akan
menyebabkan fog.

c. Fixing
Fixing merupakan tahap ke tiga dari processing film. Fixing bertujuan
untuk :

1). Mengentikan proses pembangkitan sehingga tidak ada lagi perubahan


bayangan pada film.

2). Untuk melarutkan perak bromide yang tidak terkena eksposi, sehingga
bagian dari film yang tidak terkena eksposi akan bening (tidak berwarna).
Ini memudahkan pembacaan pada radiograf.

3). Menyamak emulsi agar tidak rusak

Kesalahan pada proses fixing akan mengakibatkan :

1). Streaking yaitu jalur atau coretan pada film yang disebabkan adanya
residu fixer yang mongering sehingga akan tampak seperti jalur
berminyak jika film di miringkan.

21
2). Yellow patch adalah bercak bercak kuning yang terdapat pada film
yang di keringkan dan di simpan beberapa saat. Yellow patch di sebabkan
karena memakai fixer yang sudah lemah.

3). Jika suhu larutan fixer terlalu tinggi maka akan menyebabkan frilling
yaitu a akan tampak seperti jalur berminyak jika film di miringkan.

4). Yellow patch adalah bercak bercak kuning yang terdapat pada film
yang di keringkan dan di simpan beberapa saat. Yellow patch di sebabkan
karena memakai fixer yang sudah lemah.

5). Jika suhu larutan fixer terlalu tinggi maka akan menyebabkan frilling
yaitu lepasnya emulsi dari base film.

d. Washing
Tujuan dari washing adalah menghilangkan bahan bahan yang di
peroleh selama penetapan yang apabila di biarkan melekat pada film
akan merusak gambaran.temperatur air harus di jaga jangan melebihi
250 C sebab di atas suhu tersebut, gelatin pada film akan
membengkak.

e. Drying
Drying merupakan tahap terakhir dalam processing film. Tujuanya
adalah untuk mengeringkan permukaan film agar mudah di simpan dan
mencegah menempelnya bahan bahan lain seperti tissue, kertas dan debu
apabila permukaan filnya basah.

Temperature yang digunakan 400 – 500 C dengan kelembaban


yang rendah. Jika film terlalu lama di pengeringan maka akan merusak
film itu sendiri.

22
Jika suhu drying terlalu tinggi maka pada sisi emulsi film akan
bergelombang.

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dalam mengetahui factor gambaran radiografi, maka kita harus
mengetahui Intensitas keseluruhan dari satu gambaran yang dipengaruhi
oleh tiga faktor, mA, jarakdan kV. Bila mA atau jarak digunakan sebagai
faktor pengontrol intensitas maka perubahan kontras subyek(bahan) tidak
terjadi.Tetapi bila kV digunakan sebagai factor pengontrol intensitas
maka terjadinya perubahan kontras subyek selalu muncul dalam
hubungannya dengan perubahan intensitas.

Hubungan diantara intensitas sinar-x pada daerah yang berbeda


gambarannya didefinisikan sebagai kontras subjek. Kontras subjek
tergantung pada sifat subjek, kualitas radiasi yang digunakan, intensitas

23
dan penyebaran radiasi hambur, tetapi tidak tergantung terhadap waktu,
mA, jarak dan jenis film yang digunakan.

Jadi dalam hasil penelaahan yang telah kami lakukan. Bahwa


factor-factor yang mempengaruhi radiografi adalah segala aspek yang
berkaitan denganya, meski demikian tetap saja ada penggolongan
terhadap factor-faktor utama yang mempengaruhi radiograf. Diantaranya
adalah :

1. KVP
2. MAS (mili ampere second)
3. JarakPemotretan
4. Ketebalanjaringan
5. Tipe kaset yang digunakan
6. IS
7. Grid

24
DAFTAR PUSTAKA

Ahmad, U. 2005. Pengolahan Citra Digital dan Teknik Pemrogramannya. Graha


Ilmu. Yogyakarta.
Bushong, S. 2001. Radiologic Science for Technologist Physics Biology and
Protection. The CV Moscby Company. Washington DC.
Dewi, G. S. N. 2009. Evaluasi Radiografis Letak Foramen Mentalis Antara
Suku Jawa dan Suku Papua di Jember. Jember: Fakultas Kedokteran Gigi
Universitas Jember.
Jauhari, Arif. 2008. Berkas sinar-X dan Pembentukan Gambar pada Sinar-X.
Puskaradim. Jakarta.
Mutaqqin, R. Dan Susilo. 2012. Uji Banding Kualitas Citra Radiograf Sitem
Radiografi Digitak Modifikasi Terhadap Computed Radiogrphy System
dengan Metode Contrass to Noise Ratio. Physics Communucation.
Semarang. ISSN:2528-5971. Vol 1, No 1.
Rasad, Sjahriar. 2005. Radiologi Diagnostik. Edisi kedua. Badan penerbit
FKUI. Jakarta.
Sartinah, Sumariyah, dan N. Ayu. K. U. 2008. Variasi Nilai Eksposi Aturan 15%
pada Radiografi menggunakan Imaging Plate untuk mendapatan Kontras
Tertinggi. Jurnal Berkala Fisika. ISSN:1410-9662 Vol. 11, No. 2.

25

Anda mungkin juga menyukai