Anda di halaman 1dari 82

i

DENTAL RADIOGRAFI
PRINSIP DAN TEKNIK

TRELIA BOEL

2010
USU Press 
Art Design, Publishing & Printing
Gedung F, Pusat Sistem Informasi (PSI) Kampus USU 
Jl. Universitas No. 9
Medan 20155, Indonesia

Telp. 061­8213737; Fax 061­8213737

usupress.usu.ac.id

© USU Press 2009

Hak cipta dilindungi oleh undang­undang; dilarang memperbanyak menyalin,  merekam
sebagian   atau   seluruh   bagian   buku   ini   dalam   bahasa   atau   bentuk   apapun   tanpa   izin
tertulis dari penerbit.

ISBN 979 458 418 5

Perpustakaan Nasional: Katalog Dalam Terbitan (KDT)

Dental radiologi; prinsip dan teknik / Trelia Boel ­­ Cet. Ke­2 ­­ Medan: USU Press, 2010.
v,  70 p. ; ilus.: 26 cm

Bibliografi
ISBN: 979­458­418­5

1. Dental – Radiografi          I. Judul
617.6075 722 – ddc22

iii
Dicetak di Medan, Indonesia

KATA PENGANTAR

Buku Dental Radiografi, Prinsip dan Teknik merupakan buku yang lebih lengkap
dari buku sebelumnya. Pada buku ini sudah ada sejarah sinar x, efek samping
sinar x, dan cara proteksi terhadap bahaya yang mungkin ditimbulkannya.
Mudah-mudahan buku ini dapat membantu mahasiswa dalam memahami teknik
dan prinsip dasar pembuatan foto ronsen, baik secara intra oral maupun secara
ekstra oral. Selain itu dalam buku ini juga memuat bagaimana melakukan
prosessing terhadap film tersebut serta mengetahui hasil foto yang baik dan hasil
foto yang kurang baik dapat membantu menegakkan diagnosa secara tepat dan
akurat.

Penul
is
PENDAHULUAN

Kedokteran gigi pada saat ini sudah mengalami perkembangan yang baik di
segala bidang, tidak ketinggalan pada teknologi radiografi. Pada saat ini selain
secara konvensional dan digital, sudah ada juga sistim Computed tomography
(CT) dan Magnetic resonance (MR). Namun demikian radiografi yang digital
masih kurang banyak digunakan di kalagan dokter gigi, karena harga alat mahal.

Banyak jenis foto ronsen yang dapat membantu dokter gigi dalam menegakkan
diagnosa sesuai dengan indikasi dan keperluannya baik intra oral maupun ekstra
oral. Selain itu masih dibutuhkan kombinasi antara satu jenis foto dengan jenis
foto yang lainnya dalam menegakkan diagnosa. Selama ini banyak yang senang
membuat foto ronsen periapikal, pada hal foto bitewing sangat membantu dalam
melihat kerusakan di daerah proksimal dan melihat kondisi crest tulang alveolar.
.
Panoramik dan sefalometri sering dibutuhkan oleh dokter/dokter gigi. Selain itu
masih ada jenis foto ekstra oral yang dapat digunakan dalam melakukan
perawatan atau menegakkan diagnosa. Hasil prosessing film yang baik sangat
menentukan agar dapat membuat kesimpulan dari suatu penyakit secara akurat.

v
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...................................................... iii


PENDAHULUAN.......................................................... iv
DAFTAR ISI............................................................... v

BAB 1. DASAR-DASAR RADIOLOGI............................ 1


1.1.
SEJARAH......................................................................... 1
1.2.
................................................................................
PERENCANAAN DAN PERSYARATAN FASILITAS
BANGUNAN RADIOLOGI........................................... 1
1.3.
RADIOLOGI DAN RADIOGRAFI....................................... 3
1.3.1. SINAR X........................................................ 3
1.3.2. SIFAT-SIFAT SINAR X...................................... 4
1.3.3. PEMBUATAN SINAR X.................................... 5
1.3.4. PROSES TERJADINYA SINAR X....................... 6

BAB 2. BIOLOGI RADIASI DAN EFEK SINAR X............. 9


2.1.
MEKANISME INJURI......................................................... 9
2.2.
RADIASI PADA GIGI DAN RESIKO PENYINARAN............ 11

BAB 3. KEAMANAN DAN PROTEKSI RADIASI.............. 13


3.1.
KESELAMATAN RADIASI.................................................. 13
3.2.
DASAR PROTEKSI RADIASI.............................................. 14

BAB 4. RADIOGRAFI GIGI GELIGI.............................. 20


4.1 INTRA ORAL RADIOGRAFI......................................... 21
4.2.
................................................................................
TEKNIK FOTO RONSEN MENENTUKAN LOKASI
OBJEK DI RONGGA MULUT
................................................................................
................................................................................
34

vi
BAB 5. FILM DENTAL DAN PROSESSING.................... 38
5.1. SEJARAH FILM DENTAL............................................. 38
5.2.
PROSESSING FILM.......................................................... 42
5.3.
................................................................................
FAKTOR-FAKTOR YANG BERPERAN DALAM PEMBUATAN
RADIOGRAFI............................................................. 46

BAB 6. MASALAH PROSESSING FILM DAN SOLUSINYA


49

BAB 7. RADIOGRAFI EKSTRA ORAL........................... 56

REFERENSI................................................................ 70

vii
DENTAL RADIOGRAFI
Prinsip dan Teknik

BAB 1
DASAR-DASAR RADIOLOGI

1.1. SEJARAH

S inar x ditemukan oleh Wilhem Conrad Roentgen, seorang professor fisika


dari Universitas Wurzburg, Jerman. Saat itu ia melihat timbulnya sinar
fluoresensi yang berasal dari Kristal barium platinosianida dalam tabung
Crookes-Hittorf yang dialiri listrik. Pada tahun 1901 mendapat hadiah nobel atas
penemuan tersebut. Akhir Desember 1895 dan awal Januari 1896 Dr Otto
Walkhoff (dokter gigi) dari Jerman adalah orang pertama yang menggunakan
sinar x pada foto gigi ( premolar bawah) dengan waktu penyinaran 25 menit,
selanjutnya seorang ahli fisika Walter Koenig menjadikan waktu penyinaran 9
menit dan sekarang waktu penyinaran menjadi 1/10 second (6 impulses).

William Rollins adalah orang yang mengerjakan intraoral radiograf pada tahun
1896 mengalami cedera disebabkan efek pekerjaan yaitu kulit tangannya
terbakar sehingga direkomendasikanlah pemakaian tabir/pelindung antara
tabung, pasien maupun radiographer. Korban lain dr Max Hermann Knoch orang
Belanda yang bekerja sebagai ahli radiologi di Indonesia. Ia bekerja tanpa
menggunakan pelindung tahun 1904 dr Knoch menderita kelainan yang cukup
berat luka yang tak kunjung sembuh pada kedua belah tangannya. Lama
kelamaan tangan kiri dan kanan jadi nekrosis dan lama diamputasi yang akhirnya
meninggal karena sudah metastase ke paru.

1.2. PERENCANAAN DAN PERSYARATAN FASILITAS BANGUNAN


RADIOLOGI

Dalam membangun dan merencanakan fasilitas ruangan penyinaran radiografi,


harus memperhatikan hal-hal yang tertera dibawah ini.
1. Lokasi bagian radiologi ditempatkan disentral yang mudah dicapai dari
poliklinik.
2. Besarnya ruangan harus sesuai dengan peralatan yang akan ditempatkan,
seperti rumah sakit tipe A,B,C dan D.

1
Bab 1. Dasar-Dasar Radiologi

3. Proteksi radiasi peralatan Roentgen dan dinding ruangan harus dapat


dipertanggungjawabkan untuk menjamin keamanan pasien, radiographer,
pegawai, dokter dan masyarakat umum.
4. Alat-alat proteksi yang dipakai ahli radiologi, radiographer serta
karyawan adalah sarung tangan berlapis timah hitam dan jubah/apron
yang berlapis timah hitam setebal 0,5 mm Pb. Dinding proteksi berlapis
Pb dengan ketebalan ekivalen 2 mm Pb.
5. Luas ruangan menurut Departemen Kesehatan harus 4x3x2,8m sehingga
memudahkan memasukkan tempat tidur pasien, khusus untuk alat-lat
kedokteran gigi lebih kecil dari ukuran yang diatas dengan catatan ukuran
ruangan memudahkan pasien keluar dan masuk untuk melakukan foto
ronsen. Dinding ruangan terbuat dari bata yang dipasang melintang (artinya 1
bata ; jika dipasang memanjang dipakai 2 bata). Bata yang dipakai harus
berkualitas baik ukuran 10x20 cm. Plesteran dengan campuran semen dan
pasir tertentu, tebal minimal dengan bata adalah 25 cm. Bila memakai beton,
tebal dinding beton minimal adalah 15 cm. dinding yang dibuat harus
ekivalen dengan 2 mm Pb. Bila ada jendela boleh ditempatkan 2 m diatas
dinding atau kaca yang berlapis Pb.
6. Kamar gelap yang dipakai minimal 3x2x2,8 m dan jga dibuat bak-bak
pencucian film dengan porselen putih bagi yang menggunakan pencucian
dengan cara manual. Harus ada air yang bersih dan mengalir, kipas
angin/exhauster atau air-conditioner agar udara dalam kamar gelap selalu
bersih dan cukup nyaman bagi petugas yang bekerja di dalamnya selama
berjam-jam. Untuk masuk ke kamar gelap dapat dipakai sistem lorong yang
melingkar tanpa pintu atau sistem dua pintu untuk menjamin supaya cahaya
tidak masuk. Warna dinding kamar gelap tidak perlu hitam, sebaiknya
dipakai warna cerah, kecuali lorong lingkar ke kamar gelap dicat hitam untuk
mengabsorpsi cahaya sebanyak mungkin.
7. Ruang operator dan tempat pesawat sinar x sebaiknya dibuat terpisah atau
bila berada dalam satu ruangan maka disediakan tabir yang berlapis Pb dan
dilengkapi dengan kaca intip dari Pb.
8. Pintu ruang pesawat sinar x harus diberi penahan radiasi yang cukup
sehingga terproteksi dengan baik. Pintu tersebut biasanya terbuat dari tripleks
dengan tebal tertentu yang ditambah lempengan Pb setebal 1 – 1,5 mm
9. Tanda radiasi berupa lampu merah harus dipasang di atas pintu yang dapat
menyala pada saat pesawat digunakan. Tanda peringatan radiasi hendaknya
dibuat dengan ukuran yang sesuai seperti gambar berikut :

2
DENTAL RADIOGRAFI
Prinsip dan Teknik

1.3. RADIOLOGI DAN RADIOGRAFI

Radiasi adalah pemancaran/pengeluaran dan perambatan energi menembus


ruang atau sebuah substansi dalam bentuk gelombang atau partikel. Partikel
radiasi terdiri dari atom atau subatom dimana mempunyai massa dan bergerak,
menyebar dengan kecepatan tinggi menggunakan energi kinetik. Beberapa
contoh dari partikel radiasi adalah electron, beta, alpha, photon & neutron.

Sumber radiasi dapat terjadi secara alamiah maupun buatan. Sumber radiasi
alamiah contohnya radiasi dari sinar kosmis, radiasi dari unsur-unsur kimia
yang terdapat pada lapisan kerak bumi, radiasi yang terjadi pada atsmosfir akibat
terjadinya pergeseran lintasan perputaran bola bumi. Sedangan sumber radiasi
buatan contohnya radiasi sinar x, radiasi sinar alfa, radiasi sinar beta , radiasi
sinar gamma.

1.3.1. SINAR X

Sinar x adalah pancaran gelombang elektromagnetik yang sejenis dengan


gelombang listrik, radio, inframerah panas, cahaya, sinar gamma , sinar kosmik
dan sinar ultraviolet tetapi dengan panjang gelombang yang sangat pendek.
Penggunaan sinar x adalah sesuatu yang penting untuk diagnosa gigi geligi serta
jaringan sekitarnya dan pemakaian yang paling banyak pada diagnostic imaging
system.

Perbedaan antara sinar dengan sinar elektromagnetik lainnya terletak pada


panjang gelombang dimana panjang gelombang pada sinar x lebih pendek
yaitu :
1 A = 1/100.000.000 cm = 10-8 cm.

Lebih pendek panjang gelombang dan lebih besar fekwensinya maka energi yang
berikan lebih banyak. Energi pada sinar x memberikan kemampuan untuk
penetrasi khususnya gigi, tulang dan jaringan disekitar gigi.

3
Bab 1. Dasar-Dasar Radiologi

Efek dari radiasi elektromagnetik dalam kehidupan, bervariasi tergantung


panjang gelombang, Gelombang TV dan radio dimana berada di atsmosfir tidak
mempunyai efek pada jaringan manusia. Microwave dengan energi radiasi yang
rendah dapat menghasilkan energi panas dalam jaringan organik yang juga
bekerja pada microwave ovens. Elektromagnetik dengan energi yang sangat
rendah dapat menyebabkan ionisasi seperti yang ada pada MRI (magnetic
resonance imaging) untuk diagnostik. Kemampuan sinar x menghasilkan
gambar mengindikasikan sinar x dapat menembus kulit, jaringan dan tulang.

1.3.2. SIFAT-SIFAT SINAR X

Sinar x mempunyai beberapa sifat fisik yaitu daya tembus, pertebaran,


penyerapan, efek fotografik, fluoresensi, ionisasi dan efek biologik, selain itu,
sinar x tidak dapat dilihat dengan mata, bergerak lurus yang mana
kecepatannya sama dengan kecepatan cahaya, tidak dapat difraksikan dengan
lensa atau prisma tetapi dapat difraksikan dengan kisi kristal. Dapat diserap
oleh timah hitam, dapat dibelokkan setelah menembus logam atau benda padat,
mempunyai frekuensi gelombang yang tinggi.

a. Daya tembus
Sinar x dapat menembus bahan atau massa yang padat dengan daya tembus
yang sangat besar seperti tulang dan gigi. Makin tinggi tegangan tabung
( besarnya KV) yang digunakan, makin besar daya tembusnya. Makin rendah
berat atom atau kepadatan suatu benda, makin besar daya tembusnya.

b. Pertebaran
Apabila berkas sinar x melalui suatu bahan atau suatu zat, maka berkas sinar
tersebut akan bertebaran keseluruh arah, menimbulkan radiasi sekunder
(radiasi hambur) pada bahan atau zat yang dilalui. Hal ini akan menyebabkan
terjadinya gambar radiograf dan pada film akan tampak pengaburan kelabu
secara menyeluruh. Untuk mengurangi akibat radiasi hambur ini maka
diantara subjek dengan diletakkan timah hitam (grid) yang tipis.

c. Penyerapan
Sinar x dalam radiografi diserap oleh bahan atau zat sesuai dengan berat atom
atau kepadatan bahan atau zat tersebut. Makin tinggi kepadatannya atau berat
atomnya makin besar penyerapannya.

d. Fluoresensi
Sinar x menyebabkan bahan-bahan tertentu seperti kalsium tungstat atau zink
sulfide memendarkan cahaya (luminisensi). Luminisensi ada 2 jenis yaitu :
1. Fluoresensi, yaitu memendarkan cahaya sewaktu ada radiasi sinar x saja.

4
DENTAL RADIOGRAFI
Prinsip dan Teknik

2. Fosforisensi, pemendaran cahaya akan berlangsung beberapa saat


walaupun radiasi sinar x sudah dimatikan (after – glow).

e. Ionisasi
Efek primer dari sinar x apabila mengenai suatu bahan atau zat dapat
menimbulkan ionisasi partikel-partikel atau zat tersebut.

f. Efek biologi
Sinar x akan menimbulkan perubahan-perubahan biologi pada jaringan. Efek
biologi ini yang dipergunakan dalam pengobatan radioterapi.
Kesimpulan, sinar x dihasilkan dengan konversi energi listrik menjadi radiasi,
tidak terlihat, penjalarannya berupa garis lurus, dapat menembus jaringan lunak
dan kerasn sertan mempunyai efek fotografis dengan menghasilkan gambar yang
dapat dilihat.

1.3.3. PEMBUATAN SINAR X

Untuk pembuatan sinar X diperlukan sebuah tabung rontgen hampa udara di


mana terdapat elektron – elektron yang diarahkan dengan kecepatan tinggi pada
suatu sasaran (target). Dari proses tersebut di atas terjadi suatu keadaan di mana
energi elektron sebagian besar di rubah menjadi panas ( 99% ) dan sebagian kecil
(1 %) menjadi sinar x.
Suatu tabung pesawat rontgen mempunyai beberapa persyaratan yaiatu:
1. Mempunyai sumber electron
2. Gaya yang mempercepat gaya electron
3. Lintasan elektron yang bebas dalam ruang hampa udara
4. Alat pemusat berkas electron ( focusing cup )
5. Penghenti gerakan electron

1. Sumber Elektron
Sebagian sumber elektron adalah kawat pijar atau filamen pada katode di
dalam tabung pesawat rontgen. Pemanasan filament dilakukan dengan suatu
transformator khusus.

2. Gaya yang mempercepat gerakan elektron


Gaya tersebut bergantung pada tegangan yang dipasang pada tabung rontgen

3. Lintasan elektron yang bebas dalam hampa udara


Lintasan ini terjadi dalam ruang yang praktis hampa udara di antara katoda
dan anoda

4. Alat pemusat berkas elektron

5
Bab 1. Dasar-Dasar Radiologi

Alat ini menyebabkan elektron – elektron tidak bergerak terpencar – pencar


tetapi terarah ke bidang focus ( focal spot )

5. Penghenti gerakan elektron


Penghentian gerakan elektron dapat dibedakan atas keeping Wolfarm yang
ada pada anoda yang diam dan piring Wolfarm di atas tangkai molybdenum
pada tabung rontgen anoda berputar. Wolfarm adalah bahan focus yang
mempunyai titik lebur tinggi mencapai 34000C dan no atom 74.

1.3.4. PROSES TERJADINYA SINAR X

Proses terjadinya sinar x adalah sebagai berikut :


a. Katoda (filament) dipanaskan (besar dari 20000C) sampai menyala
dengan mengalirkan listrik yang berasal dari transformator.
b. Karena panas electron-elektron dari katoda (filamen) terlepas.
c. Sewaktu dihubungkan dengan transformator tegangan tinggi, elektron-
elektron gerakannya dipercepat menuju anoda yang berpusat di focusing
cup.
d. Awan-awan elektron mendadak dihentikan pada target (sasaran) sehingga
terbentuk panas (99%) den sinar x (1%)
e. Pelindung (perisai) timah akan mencegah keluarnya sinar x, sehingga
sinar x yang terbentuk hanya dapat keluar melalui jendela.
f. Panas yang tinggi pada target (sasaran) akibat benturan electron
dihilangkan dengan radiator pendingin.

Ringkasan terjadinya sinar x


Melalui generator yang membuat aliran listrik dengan potensial tinggi,
logam pijar molybdenum memijar, pada saat tertentu logam pijar tersebut
menghasilkan awan elektron (logam pijar molybdenum disebut sebagai
filamen) pada suhu tertentu serta saat tertentu pula electron-elektron
tertarik ke anoda (anoda adalah unsur radioaktif barium platinum sianida
atau tungsten carbide). Dengan kata lain bila anoda dibombardir oleh
electron, akan timbul pancaran sinar radiasi roentgen atau sinar x, keadaan
ini terjadi di dalam tabung vakum Coolidge.

Tabung sinar x
Tabung sinar x terdiri dari tabung gelas hampa udara, elektroda positif
disebut anoda dan elektroda positif disebut katoda. Katoda dibalut dengan
filament, bila diberi arus beberapa mA bisa melepaskan elektron. Dengan
memberi tegangan tinggi antara anoda dan katoda maka elektron katoda
ditarik ke anoda. Arus elektron ini dikonsentrasikan dalam satu berkas
dengan bantuan sebuah silinder (focusing cup). Antikatoda menempel pada
anoda dibuat dari logam dengan titik permukaan lebih tinggi, berbentuk

6
DENTAL RADIOGRAFI
Prinsip dan Teknik

cekungan seperti mangkuk. Waktu elektron dengan kecepatan tinggi di


dalam berkas tersebut menumbuk antikatoda, terjadilah sinar x. Makin
tinggi nomor atom katoda maka makin tinggi kecepatan elektron, akan
makin besar daya tembus sinar x yang terjadi. Antikatoda umumnya dibuat
dari tungsten, sebab elemen ini nomor atomnya tinggi dan titik leburnya
juga tinggi (34000C) hanya sebagian kecil energi elektron yang berubah
menjadi sinar x kurang dari 1% pada tegangan 100 kV dan sebagian besar
berubah menjadi panas waktu menumbuk antikatoda. Panas yang tinggi
pada tabung didinginkan dengan menggunakan pendingin minyak emersi /
air.
Gambar di bawah ini menunjukkan komponen tabung sinar x dan proses
terjadinya sinar x melalui beberapa ilustrasi berikut ini:

Gambar 1-1: Komponen tabung dental sinar x

7
Bab 1. Dasar-Dasar Radiologi

Gambar 1-2: Ilustrasi tabung sinar x, pembentukan kabut electron pada


katoda sebagai sirkuit filament. Penyinaran switch terbuka

Gambar 1-3: Tabung sinar x memperlihatkan perjalanan electron


menyeberang dari katoda ke anoda (target), (high tension
circuit), dimana exposure switch aktif

8
DENTAL RADIOGRAFI
Prinsip dan Teknik

Gambar 1-4: Tabung sinar x memperlihatkan produksi sinar x, electron


kecepatan tinggi menubruk target

9
Bab 2. Biologi Radiasi dan Efek Sinar X

BAB 2
BIOLOGI RADIASI DAN EFEK SINAR X

Ada 3 kategori utama kerusakan biologi pengaruh ionisasi radiasi:


1. Somatic Deterministic
2. Somatic Stochastic
3. Genetic Stochastic

Pada efek somatic ada yang acute/immediate effect terlihat segera setelah
penyinaran dan chronic or long-term effect yaitu terjadi setelah masa yang lama
(masa laten) biasanya 20 tahun atau lebih. Pada efek somatik (efek/resiko terjadi
pada orang yang terkena radiasi sedangkan pada efek genetik adalah efek/resiko
yang terjadi pada turunannya.

Somatic Stochastic ada yang terbagi 2 yaitu:


1. Efek stokastik terjadinya suatu efek karena fungsi dan dosis radiasi yang
diterima oleh seseorang tanpa suatu nilai ambang yang termasuk dalam
kelompok ini kanker.
2. Non Stokastik efek (Deterministic effect) / tingkat keparahan akibat radiasi
tergantung pada dosis yang diterima oleh sebab itu diperlukan suatu nilai
ambang contohnya adalah Erythema, kerontokan rambut, pembentukan
katarak dan berkurangnya kesuburan.

Seluruh ionisasi adalah membahayakan dan menghasilkan perubahan biologi


pada jaringan hidup. mekanisme dan teori dari radiasi injuri untuk menegaskan
konsep dasar dan pengaruh penyinaran radiasi.

2.1. MEKANISME INJURI

Dalam radiografi diagnosa tidak semua sinar x melalui pasien dan mencapai film
dental. Sebagian ada yang diserap tubuh (jaringan) pasien. Apa yang terjadi
ketika energi sinar x diserap oleh jaringan tubuh pasien?. Akan terjadi perubahan
kimia dimana hasilnya menyebabkan kerusakan biologi. Ada 2 mekanisme
spesifik dari radiasi injuri yang terjadi: yaitu ionisasi dan terbentuknya radikal
bebas.

10
DENTAL RADIOGRAFI
Prinsip dan Teknik

Ionisasi
Ionisasi terjadi ketika sinar x mengenai jaringan tubuh pasien . Radiasi
dapat menyebabkan kerusakan sel terutama membentuk radikal bebas.
Pembentukan radikal bebas terjadi ketika sinar x (photon) mengionosasi air
(merupakan komponen utama sel hidup). Ionisasi air akan menghasilkan
hidrogen dan hidroxyl (free radical) yang tidak berpasangan (neutral), atom
atau molekul yang reaktif dan tidak stabil.

Teori radiasi injuri


Ada 2 teori yang dapat terjadi yaitu teori langsung (direct theory) dan tidak
langsung (indirect theory). Pada teori langsung, kerusakan sel terjadi ketika
ionisasi radiasi secara langsung mengenai critical area: target dalam sel.
Sebagai contoh, jika sinar x (photon) secara langsung mengenai deoxy
ribonucleic acid (DNA) dari sel, terjadi kerusakan yang disebabkan oleh
radiasi. Injuri langsung dari penyinaran jarang terjadi karena paling banyak
sinar x (photon) melewati sel dan menyebabkan sedikit atau tidak ada
kerusakan. Sedangkan pada teori injuri tidak langsung terjadi dimana sinar
x (photon) diserap oleh sel dan menyebabkan terbentuknya toksin dan
kerusakan sel. Sebagai contoh ketika sinar x (photon) diserap oleh air
dalam sel terbentuk radikal bebas sebagai hasilnya. Radikal bebas ini akan
membentuk toksin (H2O2) yang akan bergabung dengan atom-atom lain
yang dapat menyebabkan disfungsi sel dan kerusakan biologi. Injuri secara
tidak langsung sering terjadi karena sel berisi dengan cairan (70% - 80%).

11
Bab 2. Biologi Radiasi dan Efek Sinar X

Gambar 2-1: Ringkasan diagram rangkaian proses ionisasi molekul air


(indirect damage) pada sel.

Gambar 2-2: Ilustrasi kerusakan sel akibat efek radiasi; A Secara langsung
atau kerusakan-sinar x photon berintekgrasi secara langsung
dengan DNA; Secara tidak langsung atau kerusakan-sinar x
photon mengionisasi air yang dapat menghasilkan radikal
bebas dimana merusak DNA

2.2. RADIASI PADA GIGI DAN RESIKO PENYINARAN

Organ–organ yang beresiko dalam pembuatan radiografi gigi geligi adalah


kelenjar tyroid, bone marrow yang aktif, kulit, dan mata.

Kelenjar Thyroid
Kelenjar thyroid tidak dalam pembuatan radiografi gigi, tidak langsung
terkena sinar utama (primary beam). Diperkirakan 6000 mrads (0,06 Gy)
dosis yang diperlukan untuk menghasilkan suatu kankern pada kelenjar
thyroid. Pada foto gigi dalam 20 film serial adalah 6 mrads (0,00006 Gy)
atau 1/100 dari dosis yang diperlukan dalam menghasilkan kanker thyroid.

Bone Marrow
Selama penyinaran di daerah maksila dan mandibula, sangat kecil
persentase jumlah penyinaran (dosis) pada Bone Marrow yang aktif. Resiko
kanker atau Leukimia berhubungan langsung dengan jumlah jaringan yang
memproduksi darah yang terkena radiasi. Dosis yang menyebabkan

12
DENTAL RADIOGRAFI
Prinsip dan Teknik

terjadinya leukemia 5000 mrads (0,05 Gy) atau lebih. Rata-rata dosis
periapikal foto kira-kira 1 – 3 mrads (0,00001-0,00003 Gy) per film.
Kulit
Total dosis yang menyebabkan eritema (reddening) pada kulit total
radiasinya adalah 250 rads (2,5 Gy) dalam periode 14 hari. Untuk
menyebabkan perubahan kulit lebih dari 500 film foto gigi yang diperlukan
(film F speed penyinaran rata-rata 0,7 R/detik) dalam 14 hari.

Mata
Lebih dari 200.000 mrads (2Gy) dosis yang dapat menyebabkan katarak/
pengaburan lensa mata. Cornea mata terkena radiasi pada saat radiografi
gigi (D speed, long PID, 20 film series) kira kira 60 mrads (0,0006 Gy).

Tujuan keselamatan radiasi:


1. Mencegah terjadinya efek non stokastik yang membahayakan dan
membatasi peluang terjadinya efek stokastik.
2. Untuk meyakinkan bahwa pekerjaan atau kegiatan yang berkaitan dengan
penyinaran radiasi dapat dibenarkan.

Sistim pembatasan dosis harus memenuhi prinsip-prinsip keselamatan dan


kesehatan yaitu: Justifikasi, Limitasi dan Optimasi.

Justifikasi, adalah setiap pemanfaatan tenaga nuklir / radiasi harus berlandaskan


azas manfaat dimana resiko yang ditimbulkan oleh pemakaian tenaga nuklir /
radiasi harus lebih kecil dibanding dengan manfaat yang diterima. Limitasi
adalah nilai batas dosis yang sudah ditetapkan oleh peraturan dan tidak boleh
dilampaui.Sedangkan Optimasi adalah pemanfaatan tenaga nuklir / radiasi harus
diupayakan serendah mungkin dengan mempertimbangkan faktor sosial dan
ekonomi.

13
Bab 3. Keamanan dan Proteksi Radiasi

BAB 3
KEAMANAN DAN PROTEKSI RADIASI

3.1. KESELAMATAN RADIASI

S eorang dokter gigi harus mempersiapkan/mempertimbangkan keuntungan


radiasi dan kemungkinan bahaya yang mempengaruhi pasien. Dalam
menggunakan radiasi jenis film, jenis alat sinar x (digital atau konvensional),
penggunaan intensifying screen, jarak penyinaran, kolimator, pemakaian apron
harus menjadi perhatian. Pada saat sekarang ini penggunaan digital
directradiography sangat menguntungkan karena dapat mengurangi dosis radiasi
yang digunakan.

Tabel 3-1: Batasan dosis yang berdasarkan Ionising Radiations Regulatins


(IRR) 1999
Batas dosis lama Batas dosis baru (IRR 99)
Kelompok pekerja 50 mSv 20mSv
Bukan pekerja 15 mSv 6 mSv
Masyarakat umum 5 mSv 1 mSv
(Eric Whaites 2007)

Tabel 3-2 : Efek radiasi pada jaringan dan organ


Sangat sensitive
Lymphoid organs
Bone marrow
Testes
Intestines
Skin cornea
Sedang
Fine Vasculature
Growing cartilage
Growing bone
Kurang sensitif
Salivary glands
Kidneys
Lung
Liver
Optic lens
Muscle cell, Neurons
(Frommer 2005)

14
DENTAL RADIOGRAFI
Prinsip dan Teknik

Tabel 3-3: Dosis efektif pada pemeriksaan rutin gigi


Jenis foto Dosis efektif (mSv)
Skull/Kepala/Posteroanterior 0,03
Lateral 0,01
Bitewing/periapikal 0,001-0,008
Oklusal 0,008
Panoramik 0,004-0,03
Lateral sefalometri 0,002-0.003
CT mandibula 0,36-1,2
CT maksila 0,1-3,3
(Eric Whaites 2007)

Tabel 3-4: Dosis radiasi pada tubuh yang menimbulkan efek akut
Dosis (Sv) Efek pada tubuh

0,25 -
0,25-1,0 Menurunnya kadar sel darah putih
1-2 Sv Muntah dalam 3 jam, kelelahan, kehilangan nafsu makan,
perubahan darah (pemulihan dalam beberapa minggu)
2-6 Sv Muntah dalam 2 jam, perubahan darah yang parah,
kerontokan rambut dalam 2 minggu, pemulihan dalam 1 bulan
sampai satu tahun untuk 70%.
6-10 Sv Muntah dalam 1 jam, kerusakan lambung, perubahan darah
yang parah. Kematian dalam 2 minggu untuk 80-100%
>10 Sv Kerusakan otak, koma, kematian.
(Eric Whaites 2007)

3.2. DASAR PROTEKSI RADIASI

Proteksi radiasi atau Fisika Kesehatan atau Keselamatan Radiasi adalah suatu
cabang ilmu yang berkaitan dengan teknik kesehatan lingkungan yaitu proteksi
yang perlu diberikan kepada seseorang atau sekelompok orang terhadap
kemungkinan diperolehnya akibat negatif dari radiasi pengion.

ALAT MONITORING DAN PENGUKURAN DOSIS RADIASI

Ada tiga alat untuk monitor dan pengukuran dosis radiasi:


1. Film badge
2. Thermoluminescent dosemeters (TLD): Badge & Extremity monitor
4. Ionization chamber

15
Bab 3. Keamanan dan Proteksi Radiasi

Gambar 3-1: Alat-alat monitoring, A.film badge; B personal monitoring


TLD badge; C Ionization bleeper; D TLD extremity monitor
(eric whites 4th)

Film badge
Fungsi film badge ialah untuk mencatat dosis radiasi yang di terima oleh
personil (petugas) yang terkena berbagai jenis radiasi. Oleh sebab itu film
badge yang dipakai harus cukup mampu untuk mencatat dosis radiasi yang
berasal dari sumber- sumber radiasi yang berlainan kualitasnya.

Dosimeter saku
Dosimeter saku adalah pengukur dosis yang mempunyai respon (reaksi)
terhadap radiasi sebanding dengan jumlah pasangan ion yang dihasilkan
selama perjalanannya melalui elemen pendeteksian. Pada dasarnya
dosimeter saku lebih teliti dari film badge

Alat pengukur radiasi, Geiger – Muller Survey meter yang bacaannya langsung
dalam mR/jam (mili Rontegen per jam) atau count per menit. Penggunaan Geiger
– Muller Surveymeter di bagian radiodiagnostik, ialah:
1. Mengukur laju pemaparan di tempat – tempat
- Personil kerja
- Dinding – dinding luar sinar X4
- Pintu – pintu
- Jendela kaca Pb
2. Memeriksa apakah alat – alat proteksi memenuhis syarat proteksi

Pencegahan atau proteksi radiasi


Tujuan proteksi radiasi ialah:
a. Pada pasien: dosis radiasi diberikan harus sekecil mungkin sesuai
keharusan klinis

16
DENTAL RADIOGRAFI
Prinsip dan Teknik

b. Pada personil: dosis radiasi yang diterima harus ditekankan serendah


mungkin dan dalam keadaan bagaimanapun juga tidak boleh melebihi
dosis maksimum yang diperkenankan

Proteksi pasien terhadap radiasi


Untuk proteksi ini perlu di perhatikan:
1. Pemeriksaan sinar X hanya atas permintaan seorang dokter
2. Pemakaian filtrasi maksimum pada sinar primer
3. Pemakaian voltage yang lebih tinggi (bila mungkin) sehingga daya
tembusnya lebih kuat
4. Jarak focus pasien jangan terlalu pendek, sehubungan dengan ini berlaku
hukum Kuadrat Terbalik yaitu intensitas sinar X berbanding terbalik
dengan jarak pangkat dua.
5. Daerah yang disinar harus sekecil mungkin, misalnya dengan
mempergunakan konus (untuk radiografi) atau diafragma (untuk sinar
tembus)
6. Waktu penyinaran sesingkat mungkin. Contohnya, pada pemeriksaan
sinar tembus pada salah satu bagian tubuh tidak boleh melebihi 5 menit
7. Alat – alat kelamin dilindungi sebisanya.
8. Pasien hamil, terutama trimester pertama, tidak boleh diperiksa radiolog

Gambar 3-2: Gambar A & B adalah bentuk tabir pelindung untuk kelenjar
tyroid

17
Bab 3. Keamanan dan Proteksi Radiasi

Proteksi terhadap dokter dan petugas radiografi lainnya


Untuk proteksi ini diperhatikan:
1. Hindari penyinaran bagian bagian tubuh yang tidak terlindung
2. Pemakaian sarung tangan, apron atau gaun pelindung, yang berlapis Pb
dengan tebal maksimum 0,5 mm Pb
3. Hindari pemeriksaan sinar tembus tulang tulang kepala (head
fluoroscopy)
4. Gunakan alat – alat pengukur sinar rontgen
5. Pemeriksaan pesawat sebelum di pakai, misalnya:
- Perlindungan terhadap bahaya elektris
- Adanya kebocoran pada tabung pesawat
- Voltage yang aman
6. Pemeriksaan rutin terhadap kemungkinan bocor/rusaknya perlengkapan –
perlengkapan pelindung berlapis Pb

18
DENTAL RADIOGRAFI
Prinsip dan Teknik

Gambar 3-3: Posisi operator berdiri diluar dan melihat pasien melalui
jendela yang sudah diproteksi

Gambar 3-4: Apron dengan berbagai ukuran

Petunjuk untuk personil radiografi

Personil dianjurkan memakai film badge secara terus menerus. Selain itu, ruang
pesawat sinar X diagnostik personil diharuskan menggunakan perisai dan
pakaian proteksi yang tersedia, tidak boleh memegang film pasien selama
penyinaran, memakai pesawat Sinar X dental maupun Mobile X- Ray unit (tanpa

19
Bab 3. Keamanan dan Proteksi Radiasi

perisai pelindung) petugas personil harus berdiri di luar berkas sinar guna dan
sejauh mungkin dari pasien.

20
DENTAL RADIOGRAFI
Prinsip dan Teknik

Gambar 3-5: Tabir/pembatas fortable

21
Bab 4. Radiografi Gigi Geligi

BAB 4
RADIOGRAFI GIGI GELIGI

Radiografi di kedokteran gigi ada 2 macam yaitu:


A. Radiografi intra oral (film dalam mulut)
B. Radiografi ekstra oral (film di luar mulut)

A. RADIOGRAFI INTRA ORAL

Adalah radiografi yang memperlihatkan gigi dan struktur disekitarnya.


Pemerikasaan intra oral adalah pokok dari dental radiografi.

Tipe- tipe radiografi intra oral secara umum


1. periapikal
2. interproksimal (bite-wing)
3. oklusal

Masing-masing tipe ini mempunyai teknik yang spesifik.

Periapikal radiografi
Bertujuan untuk memeriksa gigi (crown and root) serta jaringan
disekitarnya. Teknik yang digunakan paralleling dan bisecting.

Interproksimal/bitewing radiografi (Joen m Lanucci)


Bertujuan untuk memeriksa crown, crest tulang alveolar di maksila dan
mandibula dalam satu film. film yang dipakai adalah film khusus.

Oklusal radiografi
Bertujuan untuk melihat area yang lebih luas lagi yaitu maksila atau
mandibula dalam satu film. film yang digunakan film khusus.

B. RADIOGRAFI EKSTRA ORAL

Merupakan pemeriksaaan radiografi yang lebih luas dari kepala dan rahang. Film
berada di luar mulut.

Radiografi ekstra oral meliputi:

22
DENTAL RADIOGRAFI
Prinsip dan Teknik

Panoramik
Lateral jaw
Lateral cephalometric
Postero-anterior
Submentovertec, waters
Reverse towne
Transcranial
Tomografi Projections

4.1 INTRA ORAL RADIOGRAFI

1. PERIAPIKAL RADIOGRAFI

Paralleling teknik
extension cone paralleling
right angle technique
long cone technique
true radiograph

Prinsip pada teknik paralleling


- Film diletakkan paralel dengan aksis panjang gigi
- Sentral x-ray tegak lurus terhadap film dan aksis panjang gigi
- Film holder harus dipakai menjaga agar film tetap paralel dengan aksis panjang
gigi

Gambar 4-1: Film diletakkan sejajar dengan aksis panjang gigi (kanan)

Keuntungan dan kerugian

23
Bab 4. Radiografi Gigi Geligi

Keuntungan
- Tanpa distorsi
- Gambar yang dihasilkan sangat representatif dengan dengan gigi
sesungguhnya
- Mudah dipelajari dan digunakan
- Mempunyai validitas yang tinggi

Kerugian
- Sulit meletakkan film holder, terutama anak-anak dan pasien yang
mempunyai mulut yang kecil
- Pemakaian film holder mengenai jaringan sekitarnya sehingga mengurangi
kenyamanan

24
DENTAL RADIOGRAFI
Prinsip dan Teknik

Gambar 4-2: A. letak film untuk kaninus kanan atas, B. sinar tegak lurus
terhadap film dan aksis panjang gigi, C. kolimator
rectangular, D. Hasil radiografi

Gambar 4-3: Contoh Film holder (C: stabe bite block, D: EEZEE-Grip –
Snap A Ray, E: Hemostat and rubber block)

25
Bab 4. Radiografi Gigi Geligi

Bisekting teknik

- Bisecting angle technique


- Bisection of the angle technique
- Short cone technique

Prinsip-prinsip pada teknik bisekting:


- Prinsip geometri dipakai pada teknik ini.
- Film harus diletakkan sepanjang permukaan lingual/palatal dari gigi
- Film kontak dengan gigi. Bidang film dan aksis panjang gigi
membentuk sudut
- Adanya imaginary bisector
- Cental x-ray tegak lurus terhadap garis bisektris sehingga
menghasilkan 2 segi tiga yang sama
- Film holder digunakan untuk menstabilkan film selama penyinaran.
Rinn BAI instruments, Stabe bite block, EEZEE grip film holder

Gambar 4-4: A. Geometri, B. Sentral ray tegak lurus terhadap garis


bisektris, C. Dua segitiga sama sisi

Gambar 4-5: Central x-ray tegak lurus terhadap garis bisektris

26
DENTAL RADIOGRAFI
Prinsip dan Teknik

Gambar 4-6: Angulasi horizontal (ujung kone bergerak kiri dan kanan)

Gambar 4-7: Angulasi vertikal (ujung kone bergerak atas-bawah)

Gambar 4-8: Angulasi horizontal yang benar

27
Bab 4. Radiografi Gigi Geligi

Gambar 4-9: Cara meletakkan film

Gambar 4-10: B. hubungan antara film, gigi, garis bisektris, dan sentral-
ray, C. Penyinaran film, D. Radiografi

28
DENTAL RADIOGRAFI
Prinsip dan Teknik

Keuntungan dan kerugian


Keuntungan
- Teknik ini dapat digunakan tanpa film holder

Kerugian
- distorsi mudah terjadi
- masalah angulasi (banyak angulasi yang harus diperhatikan)

2. BITEWING/ INTERPROXIMAL TEKNIK

Teknik bite-wing digunakan untuk memeriksa interproksimal gigi dan


permukaan gigi yang meliputi crown dari maksila dan mandibula, daerah
interproksimal dan crest alveolar dalam film yang sama.

Untuk mendeteksi karies interproksimal (terutama karies dini) dan crest alveolar
antara 2 gigi.

Prinsip-prinsip pada teknik bitewing:


- Film diletakkan dalam mulut sejajar dengan crown gigi-gigi di
maksila dan mandibula
- Film distabilkan dengan pasien menggigit bitewing tab atau bite wing
film holder
- Central x-ray diarahkan menembus kontak gigi dengan angulasi
vertikal +100
Film holder yang dipakai Rinn XCT bite wing instrumen

Gambar 4-11: Posisi film, bite-wing tab dan sentral ray

29
Bab 4. Radiografi Gigi Geligi

Gambar 4-12: Radiografi bire-wing regio premolar (kiri), daerah kontak


(kanan)

Gambar 4-13: Film holder untuk bite-wing (atas), Rektangular kolimator


yang digunakan untuk bite-wing (bawah)

30
DENTAL RADIOGRAFI
Prinsip dan Teknik

Gambar 4-14: Contoh film bite-wing

3. OKLUSAL TEKNIK

Teknik oklusal digunakan untuk pemeriksaan didaerah maksila atau mandibula.

Oklusal radiografi digunakan dengan tujuan melihat:


- lokasi akar gigi
- lokasi supernumerary, tidak erupsi, atau gigi yang impaksi
- salivary stone di saluran kelenjar submandubular
- evaluasi dari perluasan lesi seperti kista, tumor atau keganasan
dimandibula dan maksila
- evaluasi basis sinus maksilaris
- evaluasi basis sinus maksilaris
- evaluasi fraktus di maksila dan mandibula
- pemeriksaan daerah cleft palate.
- mengukur perubahan dalam bentuk dan ukuran dari maksila gan
mandibula
Prinsip pada teknik oklusal:
Film diletakkan didalam mulut diantara permukaan oklusal maksila dan
mandibula. film tersebut distabilkan dengan menggigit permukaan film
tersebut.

Oklusal teknik terbagi 2 yaitu:


maksila oklusal proyeksi
mandibula oklusal proyeksi

Proyeksi oklusal di maksila

31
Bab 4. Radiografi Gigi Geligi

a. Topographic occlusal projection berguna untuk memeriksa palatum dan


gigi anterior di maksila

Gambar 4-15:Topographic occlusal projection pada maksila

b. Lateral (right/left) occlusal projection berguna untuk memeriksa akar


molar di palatal juga digunakan untuk melihat benda asing (foreign bodies)
atau lesi dipalatum

32
DENTAL RADIOGRAFI
Prinsip dan Teknik

Gambar 4-16: Lateral (right/left )occlusal projection pada maksila

c. Pediatric occlusal projection digunakan untuk memeriksa gigi anterior,


disarankan untuk anak berumur 5 tahun atau yang lebih muda

Gambar 4-17: Pediatric oclusal proyeksi pada maksila

33
Bab 4. Radiografi Gigi Geligi

Proyeksi oklusal di mandibula

a. Topographic occlusal projection berguna memeriksa gigi anterior di


mandibula

Gambar 4-19: Topographic occlusal projection pada mandibula

b. Cross-sectional occlusal projection di gunakan untuk memeriksa


bagian bukal dan lingual dari mendibula.dapat juga digunakan untuk melihat
benda asing atau salivary stone dibagian dasar mulut.

34
DENTAL RADIOGRAFI
Prinsip dan Teknik

Gambar 4–20: Cross-sectional occlusal projection pada mandibula

c. Pediatric occlusal projection digunakan untuk memeriksa gigi


anterior, direkomendasikan untuk anak merumur 5 tahun atau lebih muda.

35
Bab 4. Radiografi Gigi Geligi

Gambar 4-21: Pediatric occlusal projection pada mandibula

Tabel 4 –1: Angulasi vertikal dari proyeksi oklusal


Angulasi vertikal (derajat)
maksila topografi +65
maksila lateral +60
maksila pediatric +60
mandibula topografi -55
mandibula cross-sectional 90
mandibula pediatric -55

4.2. TEKNIK FOTO RONSEN MENENTUKAN LOKASI OBJEK DI


RONGGA MULUT
Teknik Untuk Melihat Lokasi Objek
Teknik lokasi yang digunakan untuk menentukan lokasi atau posisi dari
gigi atau suatu objek di rahang adalah Buccal Objek Rule dan right angle
technic. Radiografi dental akan memberikan gambaran dalam 2 dimensi.
Sebuah radiografi dapat melukiskan objek secara superior - inferior dan
anterior – posterior, tetapi tidak dapat menggambarkan hubungan bukal dan
lingualatau kedalam dari objek tersebut.

Teknik lokasi ini dapat digunakan untuk memperoleh informasi tiga


dimensi yang biasanya digunakan untuk melihat seperti yang tertera
berikut ini.

36
DENTAL RADIOGRAFI
Prinsip dan Teknik

- benda asing (foreign body)


- gigi terpendam atau (impacted & imbeded teeth)
- gigi yang tidak tumbuh (uneruptep teeth)
- posisi akar (root position)
- jarum patah (broken needles & instruments)

Bucal Object Rule


Teknik ini berorientasi pada dua radiografi dengan angulasi penyinaran
yang berbeda. Satu film periapikal atau film bitewing yang disinari dengan
teknik dan angulasi yang biasa dan untuk film yang kedua baik periapikal
ataupun bitewing disinari dengan merubah arah sinar x secara vertikal atau
horizontal dan kemudian dibandingkan hasil 2 radiografi tersebut.

SLOB
(same = lingual : opposite = buccal)

Gambar 4-22: A.Objek yang di bukal (bulatan garis) dan lingual (bulatan
hitam) akan berimpit pada radiografi, B. Jika arah sinar
digeser ke mesial, bukal objek bergerak ke distal dan lingual
objek bergerak ke mesial

37
Bab 4. Radiografi Gigi Geligi

Gambar 4-23: A.Objek yang di bukal (bulatan garis) dan lingual (bulatan
hitam) akan berimpit pada radiografi, B. Jika arah sinar
digeser ke distal, bukal objek bergerak ke mesial dan
lingual objek bergerak ke distal

Right angle technic


Adalah cara lain untuk melihat objek melalui dua radiografi, yaitu
periapikal film (standar) yang memperlihatkan hubungan dari objek secara
superior-inferior dan anterior-posterior dengan oklusal film disinari
langsung pada sudut penyinaran atau tegak lurus (900) pada film. Film
oklusal memperlihatkan objek pada hubungan bukal lingual dan anterior-
porterior, kedua film ini digunakan untuk lokasi objek dimandibula.

38
DENTAL RADIOGRAFI
Prinsip dan Teknik

Gambar 4-24: Right angle technique. A . Pada foto periapikal lokasi objek
terlihat di tulang rahang, B. Foto oklusal menyatakan
bahwa objek itu sesungguhnya berada di jaringan lunak
lingual mandibula

Gambar 40-25: A. Foto pengisian gutta percha saluran akar gigi premolar
dua maksila, B. Jika sinar diarahkan ke mesial, gutta
percha bergerak ke distal, berarti gutta percha barada di
bukal

39
Bab 5. Film Dental dan Prosessing

BAB 5
FILM DENTAL DAN PROSESSING

5.1. SEJARAH FILM DENTAL

F ilm untuk sinar-x pada tahun 1896 – 1913 terdiri dari lempengan plastik
fotografi atau film yang dipotong dua, dibungkus dengan kertas hitam yang
dipersiapkan oleh dokter gigi sebelum digunakan. Sudut dari paket film ini
persegi dan keras yang menyebabkan sebagian besar pasien tidak nyaman.

Pada tahun 1913 Easmant Kodak Company memperkenalkan pertama kali secara
komersil sediaan paket film dental. Paket film ini masih dibuat dengan tangan
yang terdiri dari dua lembar film, tapi lapisan emulsi hanya satu sisi pada
masing-masing film.

Pada tahun 1921 pertama kali mesin pembuat paket film ada di pasaran. Kodak
Company pada tahun 1923 memproduksi film dental dalam dua kecepatan
“regular”dan “extra fast”.

Ukuran Film Intra Oral


Film anak size # 0
Film anterior size # 1
Film dewasa size # 2
Film bitewing size # 3
Film oklusal size # 4

Gambar 5-1: Ukuran film intra oral

40
DENTAL RADIOGRAFI
Prinsip dan Teknik

Semua paket film harus resisten terhadap saliva dan mudah dibuka dalam kamar
gelap. Paket film bagian luar dibungkus dengan bahan plastik, bagian dalam
dilapisi oleh kertas hitam dan pelindung foil. Pelindung foil berada di sisi
belakang dari film berguna untuk mengabsorpsi beberapa radiasi yang tidak
berguna (melindungi pasien) seperti secondary radiation serta fogging dari film.

Gambar 5-2: A. Paket dental film yang telah dibuka dari belakang, B.
diagram lapisan paket film

Gambar 5-3: Tanda pada film paket

41
Bab 5. Film Dental dan Prosessing

Komposisi Film dan Sensitifitas

Sellulose acetate (film base) yang dilapisi dengan emulsi dari silver halide
(biasanya silver bromida). Emulsi ini sensitif terhadap x-ray, cahaya dan listrik
statis. Sensitivitas (speed) adalah gambaran tentang berapa banyak radiasi pada
periode waktu (dibutuhkan) untuk menghasilkan gambar pada film. Dengan
demikian makin sensitif film akan membutuhkan sedikit mAs.
Zaman sekarang tidak ada lagi film yang dibuat dalam bentuk slow speed. Pada
kondisi 65 kVp dan 10 mA slow speed film rata-rata membutuhkan waktu
penyinaran sekitar 3 sec per film, kondisi yang sama intermediate film
membutuhkan kira-kira 1 ½ sec dan untuk fast film kira-kira ¾ sec per film.

Sediaan yang ada sekarang ini yang harus digunakan E film, D film dan F film.

Gambar 5-4: Diagram secara cross-sectional dari dasar dan emulsi film

Duplikat Film
Pada tahun-tahun belakangan ini dengan meningkatnya program asuransi, pasien
dengan mobilitas tinggi atau untuk berobat ke dokter gigi yang baru maka film
duplikat sangat dibutuhkan dan menjadi lebih penting. Film duplikat ada tersedia
di pasaran

Screen Film
Intensifying screen adalah alat yang digunakan untuk memperbesar efek
fotografis dari sinar x dan memperpendek waktu penyinaran. Pada foto ronsen
ekstra oral sistim penggambaran pada film menggunakan film screen
(intensifying screen). Pada intensifying screen terdapat calcium tungtsate crystal
yang akan ber flourescence apabila di radiasi.

42
DENTAL RADIOGRAFI
Prinsip dan Teknik

Pada saat ini untuk meningkatkan kualitas film terhadap radiasi dan aman
seluruh ekstra oral film harus menggunakan intensifying screen. Intensifying
screen ada dua yaitu blue light dan green light.

Film sediaan untuk foto ekstra oral 5 x 7 inchi, 8 x 10 inchi. untuk panoramik 5
x 12 inchi dan 6 x 12 inchi.

Gambar 5-5: Kaset film dalam keadaan terbuka dan terlihat intensifying
screen dan potongan film

43
Bab 5. Film Dental dan Prosessing

Gambar 5-6: Intensifying screen yang fleksibel pada kaset panoramik

Gambar 5-7: Efek sinar X pada intensifying screen. Halo of light dihasilkan
di perifer mengurangi penyinaran

5.2. PROSESSING FILM

Prosessing film dapat dilakukan dengan dua cara yaitu secara manual dan secara
otomatis. Prosessing secara manual dilakukan di kamar gelap dan secara injeksi
sedangkan yang otomatis menggunakan mesin prosesor. Tahap prossesing ini
penting dimana gambar yang dihasilkan digunakan untuk menegakkan diagnosa.

Tahapan prossesing film


1. Development proses(developing)

44
DENTAL RADIOGRAFI
Prinsip dan Teknik

2. Rinsing
3. Fixing
4. Washing
5. Drying

1. Development (developing)

Komposisi larutan developer


Ellon atau Metol dan hydroquinon
Berfungsi mereduksi kristal silver halide pada bagian emulsi film menjadi
menjadi logam silver.

Sodium sulfite
Mencegah oksidasi dari developer

Sodium carbonate
bersifat basa membantu aktifitas hydroquinon

Potassium bromide
Kontrol aktifitas developing dan mencegah terjadinya chemical fog

Waktu dan temperatur developer


800 F 2½ menit di developer
750 F 3 menit
700 F 4 menit
0
68 F 4½ menit
600 F 6 menit
Prosedur proses development

A. Manual Prosessing
1. Masuk ke kamar gelap dan pintu dikunci dari dalam, ambil hanger film
(jepitan) lalu tandai film tersebut atas nama siapa.
2. Periksa temperatur larutan dan atur waktu
3. Matikan lampu putih dan hidupkan safelight
4. Pakai sarung tangan dan buka paket film, pakai film hanger segera
celupkan dan larutan dengan gerakan atas dan bawah,pastikan seluruh
permukaan film berada dalam larutan.
5. Apabila sudah cukup waktunya angkat dari larutan (masih dalam kondisi
safelight)
6. Cuci dalam air selama 20 detik (masih dalam kondisi safelight)

45
Bab 5. Film Dental dan Prosessing

7. Masukkan film ke dalam larutan fixer minimum 10 menit (dua kali waktu
developing) untuk fiksasi permanen, tetapi dapat diangkat setelah 3 – 4
menit
8. Setelah itu dibersihkan dengan air yang mengalir (20 menit).
9. Keringkan

Setelah kering diletakkan dalam frame yang tersedia.

Komposisi larutan fixer


Sodium thiosuolfate (clearing solution): berfungsi untuk membersihkan sisa-sisa
larutan developer:
Sodium sulfite: melindungi dekomposisi bahan Sodium sulfite
Potassium aluminum sulfate: mengeraskan gelatin
Acetic acid: bersifat asam

Gambar 5-8: Bentuk tank untuk prosessing

46
DENTAL RADIOGRAFI
Prinsip dan Teknik

Gambar 5–9: Meletakkan film pada gantungan di kamar gelap (kondisi


safelight)

Gambar 5-10: Prosessor film otomatis

47
Bab 5. Film Dental dan Prosessing

Gambar 5-11: A. Prosessor film panoramik, B. film panoramik keluar dari


prosessor
5.3. FAKTOR-FAKTOR YANG BERPERAN DALAM PEMBUATAN
RADIOGRAFI

Ada 8 faktor yang berperan dalam pembuatan radiogram:

1. Jarak Target film


Jarak dari target adalah jarak dari target anoda(sumber sinar) ke film untuk
film size 1 (standard) dan size 0 (anak) serta bitewing adalah 8 inchi, long
cone teknik 16-20 inchi.

2. Milliampere
Merupakan ukuran jumlah dari energi listrik yang melewati x-ray tube.
Untuk dental x-ray digunakan 10-15 mA.

3. Voltase

48
DENTAL RADIOGRAFI
Prinsip dan Teknik

Merupakan ukuran kualitas dari energi listrik yang melewati x-ray tube. 65 –
90 kV.

4. Posisi kepala pasien


Untuk maksila garis imaginer adalah garis yang ditarik dari alanasi ke tragus
(sejajar dengan lantai) sedangkan pada mandibula garis imaginer adalah garis
yang ditarik dari sudut bibir ke tragus (sejajar dengan lantai) dengan catatan
sagital plane tegak lurus terhadap lantai.

49
Bab 5. Film Dental dan Prosessing

Gambar 5-12: Garis imajiner (kiri), sagital plane dari kepala tegak lurus
terhadap lantai (kanan) titik-titik arah dari sentral–ray
(bawah)

5. Posisi film
Posisi film pada prinsipnya harus meliputi gigi yang menjadi perhatian
untuk di foto. Untuk region anterior film diletakkan posisi vertical,
sedangkan posterior film posisi horizontal. Rahang atas film dipegang
dengan ibu jari sedangkan rahang bawah film dipegang dengan telunjuk
(tangan yang berlawanan dengan region yang akan difoto). Permukaan film
sejajar dengan dataran oklusal, sekurang-kurangnya 1/8 inchi sampai 1/4
inchi melebihi permukaan oklusal.

Gangging, biasanya terjadi pada pengambilan foto ronsen untuk region


posterior, dapat diatasi dengan cara bekerja lebih baik, jangan kasar, kumur-
kumur dengan air dingin, atau pada pasien yang sangat sensitive dapat
menggunakan topical anastesi.

50
DENTAL RADIOGRAFI
Prinsip dan Teknik

6. Sudut Penyinaran
Sudut penyinaran bervariasi tergantung region gigi yang difoto.

Rahang atas standar long cone


molar dua dan molar tiga +20 0 - +25 0
molar satu dan premolar +30 0 - +35 0
Caninus, insisivus +40 0_ +45 0

Rahang bawah
molar dua dan molar tiga +5 0 - 00 (-5) 0
molar satu dan premolar -10 0
Caninus, insisivus -15 0 - -20 0

Selain besar sudut penyinaran sentral ray harus berada pada tanda-tanda yang
menjadi arah dalam menentukan posisi apikal gigi.

7. Waktu penyinaran
Waktu penyinaran untuk ultra speed film ¼ second kecuali molar 3/8 second.

8. Prosessing Film
Mesin automatic, secara injeksi, kamar gelap
Developing, washing, fixing, rinsing, mounting

51
Bab 6. Masalah Prosessing Film dan Solusinya

BAB 6
MASALAH PROSESSING FILM
DAN SOLUSINYA

Masalah prosessing film dapat terjadi dengan sejumlah alasan yang disebabkan
oleh beberapa faktor yaitu:
1. Kesalahan yang disebabkan oleh waktu dan temperatur
2. Kesalahan yang disebabkan oleh bahan kimia yang terkontaminasi
3. Kesalahan yang disebabkan dalam penanganan film
4. Kesalahan yang disebabkan oleh pencahayaan

Kesalahan prosessing film dapat menyebabkan sebagian atau seluruh gambar


tidak kelihatan atau tidak jelas. Adakalanya film akan terlihat gelap, atau terang,
kuning-keabu-abuan, berkabut yang semuanya merupakan hasil kesalahan dalam
prosessing film.

Ad 1. Temperatur dan Waktu


Gambar yang terlihat : TERANG =Thin Image =light radiograph
Penyebabnya : underdeveloper film
Masalahnya : Waktu developer yang tidak tepat, terlalu cepat
Larutan developer yang terlalu dingin
Waktu yang terlalu singkat
Kesalahan dalam penyinaran milliamper dan voltase yang
rendah

Gambar 6-1: Thin Image

52
DENTAL RADIOGRAFI
Prinsip dan Teknik

Gambar yang terlihat : GELAP = dense image = dark radiograph


Penyebabnya : Overdeveloper film
Masalahnya : Larutan developer yang terlalu panas
Konsentrasi larutan developer yang terlalu pekat
Kesalahan dalam penyinaran; milliamper dan voltase yang tinggi

Gambar 6-2: Dense image

Gambar yang terlihat : PECAH-PECAH (CRACKED)


Penyebabnya : Retikulasi dari emulsi film
Masalahnya : Perubahan temperatur developer yang tiba-tiba

Gambar 6-3: Gambar yang pecah-pecah

53
Bab 6. Masalah Prosessing Film dan Solusinya

Ad.2. Bahan Kimia yang Terkontaminasi


Gambar yang terlihat : SPOT HITAM PADA FILM
Penyebabnya : Spot larutan developer
Masalahnya : Developer kontak dengan film sebelum film diproses

Gambar 6-4: Spot hitam pada film karena lar.developer

Gambar yang terlihat : SPOT PUTIH PADA FILM


Penyebabnya : Spot larutan fixer
Masalahnya : Larutan fixer yang kontak dengan film sebelum film diproses

Gambar 6-5: Spot putih pada film karena larutan fixer

54
DENTAL RADIOGRAFI
Prinsip dan Teknik

Gambar yang terlihat : WARNA KUNING KECOKLATAN


Penyebabnya : waktu fixer yang tidak tepat
Masalahnya : fixer yang tidak efektif
Rinsing yang tidak efektif

Gambar 6-6: Warna coklat-kekuning-kuningan pada film

Ad.3.Penanganan Film
Gambar yang terlihat : GAMBAR YANG PUTIH DIBAGIAN PINGGIR FILM
Penyebabnya : Developer cut off
Masalahnya : Sewaktu prosessing sebagian film tidak masuk kedalam
larutan developer

Gambar 6-7: Garis putih dipinggir film

55
Bab 6. Masalah Prosessing Film dan Solusinya

Gambar yang terlihat : GAMBAR YANG HITAM DIBAGIAN PINGGIR FILM


Penyebabnya : Fixer cut off
Masalahnya : Sewaktu prosessing sebagian film tidak masuk ke dalam
larutan fixer

Gambar 6-8: Gambar yang hitan dibagian pinggir film

Gambar yang terlihat: DAERAH PUTIH/HITAM PADA DAERAH


OVERLAP
Penyebabnya : Film yang overlap
Masalahnya : Dua film kontak sebelum selama prosesing

56
DENTAL RADIOGRAFI
Prinsip dan Teknik

Gambar 6-9: Gambar pada film yang overlap


Gambar yang terlihat : BLACK CRESCENT SHAPED MARKS
Penyebabnya : Finger nail artifact
Masalahnya : Rusaknya emulsi film oleh tangan operator selama
pengerjaannya

Gambar 6-10: Gambar hitam karena bekas kuku jari

Gambar yang terlihat : LACK FINGER PRINT


Penyebabnya : Finger print artifact
Masalahnya : Film bersentuhan dengan jari ketika kontak dengan
larutan developer

Gambar 6-11: Gambar jari pada film

57
Bab 6. Masalah Prosessing Film dan Solusinya

Gambar yang terlihat : Film bergaris bercabang(Static electricity)


Penyebabnya : Cara mengeluarkan film
Masalahnya : Mengeluarkan film dari bungkusnya secara kasar

Gambar 6-12: Gambar garis bercabang

Gambar yang terlihat : GARIS PUTIH


Penyebabnya : Scratched film
Masalahnya : Lepasnya soft emulsi film dari film oleh benda yang tajam

58
DENTAL RADIOGRAFI
Prinsip dan Teknik

59
Bab 7. Radiografi Ekstra Oral

BAB 7
RADIOGRAFI EKSTRA ORAL

RADIOGRAFI PANORAMIK

Apabila kita ingin melihat perluasan suatu lesi/tumor, fraktur rahang, fase gigi
bercampur maka foto intra oral tidaklah cukup, panoramik menjadi pilihan.
Panoramik akan memperlihatkan daerah yang lebih luas dibandingkan intral oral
yaitu rahang atas dan rahang bawah dalam satu film.

Keuntungan dari panoramik sebagai berikut:


1. Gambar meliputi tulang wajah dan gigi
2. Dosis radiasi lebih kecil
3. Nyaman untuk pasien
4. Cocok untuk pasien yang susah membuka mulut
5. Waktu yang digunakan pendek biasanya 3 – 4 menit
6. Sangat membantu dalam menerangkan keadaan rongga mulut pada
pasien diklinik.
7. Membantu dalam menegakkan diagnostik yang meliputi tulang rahang
secara umum dan evaluasi terhadap trauma, perkembangan gigi geligi
pada fase gigi bercampur.
8. Evaluasi terhadap lesi, keadaan rahang
9. Evaluasi terhadap gigi terpendam

Kelemahan panoramik adalah sebagai berikut:


1. Detail gambar yang tampil tidak sebaik periapikal intraoral radiograph
2. Tidak dapat digunakan untuk mendeteksi karies kecil
3. Pergerakan pasien selama penyinaran akan menyulitkan dalam
interpretasi

Pada panoramik, film dan sinar x bergerak mengelilingi pasien dimana cara kerja
ini berbeda dengan radiografi intra oral (sinar x dan film statis). Pasien duduk
atau berdiri, tergantung dari tipe panoramik yang tersedia/yang digunakan.
Pergerakan film dan tubehead yang menghasilkan gambar proses ini yang
dikenal dengan tomography (tomo artinya irisan). Penggunaan intensifying
screen penting karena dapat mengurangi radiasi kepada pasien. Film terletak di
dalam cassette film diantara intensifying screen (intensifying screen ada yang
kaku dan ada yang lentur).

60
DENTAL RADIOGRAFI
Prinsip dan Teknik

Gambar 7-1: Film dan sinar bergerak mengelilingi pasien dengan arah
yang berlawanan

Gambar 7-2: Tipe mesin panoramic, A. Double center rotasi, B. Triple


center rotasi, C.Pergerakan senter rotasi berputar secara
kontinyu

61
Bab 7. Radiografi Ekstra Oral

Gambar 7-3: Posisi kepala (bite block,forehead rest, lateral head support)

Gambar 7-4 : Frankfort plane dan Midsagittal plane

Gambar 7-5: Gigi pasien harus menggigit bite-block (kiri), Dataran


Frankfort harus parallel dengan lantai(kanan)

62
DENTAL RADIOGRAFI
Prinsip dan Teknik

Gambar 7-6: kaset film A&B Kaset film yang kaku, C kaset
film yang lentur

Gambar 7–7 : Radiografi panoramik

63
Bab 7. Radiografi Ekstra Oral

Maxillofacial / skull projection

Indikasi utama secara klinik dari radiografi pada skull dan maxillofacial
skleleton meliputi fraktur maxillofacial skleleton, fraktur pada skull,
penyelidikan pada antra, pengaruh penyakit pada tengkorak kepala dan disorders
TMJ.

Untuk mendapatkan gambar yang terbaik dengan penyinaran yang terendah


maka perlu kombinasi pemakaian film dengan intensifying screen. Prosessing
film untuk ekstra oral radiografi dapat dilakukan secara manual dan mesin
prosessor otomatis.

Untuk Lateral oblique ukuran 13 x 18 cm = 5x 7 inch


Untuk tengkorak kepala 20 x 25 cm = 8 x 10 inch.

Standard occipitomental (00 OM)

Proyeksi ini memperlihatkan facial skeleton dan maxillary antra dan


menghindari tumpangtindih dari dasar tulang tengkorak.
Indikasi utama dari proyeksi ini:
- penyelidikan pada maxillary antra
- deteksi fraktur pada wajah (Le Fort I, Le Fort II, Le Fort III, zygomatic
complex, naso-ethmoidal complex)
- fraktur pada processus coronoid
- penyelidikan pada sinus frontal dan ethmiodal

64
DENTAL RADIOGRAFI
Prinsip dan Teknik

Gambar 7- 8: Contoh radiografi occipitomental yang standar

Gambar 7-9: Posisi pasien dan arah sinar untuk 00 OM

Gambar 7-10: Radiografi 00 OM dengan gambar anatomi utama

65
Bab 7. Radiografi Ekstra Oral

300 Occipitomental (300 OM)

Proyeksi ini juga memperlihatkan facial skeleton tetapi dari sudut penyinaran
yang berbeda dari 00 OM.

Indikasi utama dari proyeksi ini:


- deteksi fraktur pada wajah (Le Fort I, Le Fort II, Le Fort III)
- fraktur pada prosessus coronoid

Catatan: Idealnya untuk diagnosa fraktur wajah dibutuhkan dua proyeksi 0 0 OM


dan 300 OM.

66
DENTAL RADIOGRAFI
Prinsip dan Teknik

Gambar 7-11: Radiografi 300 OM

Gambar 7-12: Posisi pasien dan arah sinar pada radiografi 300 OM

Gambar 7-13: Radiografi 300 OM dengan gambar anatomi utama

67
Bab 7. Radiografi Ekstra Oral

Proyeksi Posteroanterior (Posteroanterior of the skull (PA)

Proyeksi ini memperlihatkan kubah tulang tengkorak, tulang frontal dan rahang
(melihat trauma, perkembangan yang abnormal , perubahan dimensi mediolateral
dari tulang tengkorak).

Indikasi utama dari proyeksi ini:


- fraktur pada kubah tulang tengkorak
- penyelidikan sinus frontal
- pengaruh Paget’s disease, multiple myeloma, hyperparathyroidism pada
cranium

68
DENTAL RADIOGRAFI
Prinsip dan Teknik

Gambar 7-14: Contoh PA radiografi

69
Bab 7. Radiografi Ekstra Oral

Gambar 7-15: Posisi pasien dan arah sinar pada radiografi PA

Gambar 7-16: Radiografi PA dengan gambar anatomi utama

70
DENTAL RADIOGRAFI
Prinsip dan Teknik

Posteroanterior of the jaws (PA jaws/PA mandible)

Proyeksi ini memperlihatkan bagian posterior dari mandibula, tetapi tidak baik
untuk melihat kerangka wajah.

Indikasi utama dari proyeksi ini:


- fraktur mandibula meliputi bagian posterior daribody mandibula, ramus,
angulus, leher condilus
- lesi-lesi seperti kista, tumor di ramus, body atau ekspansi mediolateral
- mandibula hipoplasia atau hiperplasia
- maxillofacial deformities

Proyeksi Submentovertexs = Full axial proyeksi

Memperlihatkan posisi condylus, sinus sphenoidalis, carvatura mandibula,


dinding lateral dari sinus maxillaries dan fraktur dari lengkung zygomatikus.

Gambar 7-17: Foto ronsen submentovertex

71
Bab 7. Radiografi Ekstra Oral

Proyeksi Mandibula Oblique Lateral

Untuk mengevaluasi mandibula , dibutuhkan 2 proyeksi Oblique Lateral, yaitu


untuk melihat body mandibula dan ramus mandibula.

A. Mandibula Body Projection


Gambar akan memperlihatkan body mandibula dari regio premolar sampai
molar dan inferior dari border mandibula.

B. Mandibula Ramus Projection


Gambar akan memperlihatkan ramus mandibula dari sudut ke condylus,
sering digunakan untuk mengevaluasi molar rahang atas dan rahang bawah.

Gambar 7-18: Proyeksi body mandibula

72
DENTAL RADIOGRAFI
Prinsip dan Teknik

Gambar 7-19: Proyeksi ramus mandibula

73
Bab 7. Radiografi Ekstra Oral

Proyeksi Lateral Cephalometri = Proyeksi Lateral Skull

Digunakan untuk survey dari tulang tengkorak dan wajah, trauma penyakit atau
perkembangan yang abnormal. Orthodontist untuk melihat perkembangan tulang
wajah.

Gambar 7-20: Lateral sefalometri

74
DENTAL RADIOGRAFI
Prinsip dan Teknik

REFERENSI

1. Robinson T: Oral and Dental Diagnosis, WB. Saunders, 1960


2. Stafne: Oral Roentgenenographic Diagnosis, WB. Saunders, 1969
3. Stafne: Oral Roentgenenographic Diagnosis, 1975
4. Barr and Stephens: Dental Radiology, WB. Saunders, 1969
5. Pharaoh W.: Oral Radiology Principles and Interpretation 4th, ed 17, CV.
Mosby 2000
6. Formmer Herbert: Radiology for Dental Auxiliaries 7th. Ed. CV. Mosby, 2001
7. Whaites Eric: Essential of Dental Radiography and Radiology, 3th, ed.
Churchill Livingstone, 2003
8. Langland, Olat E: Principles of Dental Imaging 2rd ed. Lippintcott Williams
and Wilkins, 2002
9. Pharaoh W.: Oral Radiology Priniples and interpretation 5th ed. CV, Mosby
2004
10. Joen M. Iannuci: Dental Radiography Principles and Technique 3rd ed.
Saunders,2006
11. Formmer Herbert: Radiology for Dental Auxiliaries 7th. Ed. CV. Mosby, 2005
12. Whaites E. Essential of Dental Radiography and Radiology, 4th, ed. Churchill
Livingstone, 2007
13. Pharaoh W.: Oral Radiology Priniples and interpretation 6th ed. CV, Mosby
2009
14. Rasad Sj: Radiologi Diagnostik edisi kedua, Balai Penerbit FKUI, 2005

75

Anda mungkin juga menyukai