LAPORAN KELOMPOK
SKILLS LAB RADIOGRAFI DENTAL
Dosen Pembimbing:
drg. Mahindra Awwaludin Romdlon
Disusun Oleh:
Raihan Zachari Ramadhan G1B018017
Attaya Arindra G1B018020
Novita Dwi Lokasari G1B018021
Salsabil Muna Nabilah G1B018025
M. Fathulkhair Al Azhari G1B018035
Suhella Jaidi G1B018040
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah S.W.T atas segala limpahan rahmat-Nya kami
dapat menyelesaikan “Laporan Kelompok Skills Lab Radiografi Dental” dengan
tepat waktu. Laporan ini tidak akan terselaikan tanpa adanya bantuan dan
dukungan dari berbagai pihak. Terimakasih kami ucapkan kepada:
1.
2. drg. Mahindra Awwaludin Romdlon selaku pembimbing kami dalam
pelaksanaan dan penyusunan laporan skills lab radiologi.
3. Mahasiswa-mahasiswi Fakultas Kedokteran Jurusan Kedokteran Gigi
Universitas Jenderal Soedirman angkatan 2018 yang telah memberikan
dukungan dalam pembuatan laporan skills lab radiologi.
Dengan adanya laporan ini, diharapkan dapat membantu
mahasiswa/mahasiswi untuk lebih memahami dan mengerti akan pembelajaran
radiologi dalam Modul Basic Dental Science .
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh dari
sempurna. Oleh karena itu, sangat diharapkan adanya saran dan perbaikan dari
berbagai pihak agar tidak terulangnya kesalahan di masa yang akan datang.
Akhirnya, semoga laporan ini berguna bagi pengembangan ilmu pengetahuan.
Penulis
1
DAFTAR ISI
Halaman Judul...................................................................................................i
Kata Pengantar ..................................................................................................ii
Daftar Isi ............................................................................................................iii
BAB I Pendahuluan ...........................................................................................1
A. Latar Belakang .......................................................................................1
B. Rumusan Masalah .................................................................................2
C. Tujuan Pembelajaran .............................................................................2
D. Manfaat Pembelajaran ...........................................................................2
BAB II Tinjauan Pustaka
A. Radiografi Periapikal ..............................................................................4
B. Radiografi Oklusal ..................................................................................10
C. Radiografi Panoramik .............................................................................15
D. Radiografi Cephalometi ..........................................................................17
E. Tahap Processing Film...........................................................................20
F. Penilaian Kualitas Film ...........................................................................20
G. Kesalahan Radiografi .............................................................................25
H. Penyakit Rongga Mulut ..........................................................................33
BAB III Hasil dan Pembahasan ..........................................................................35
A. Radiografi Periapikal ..............................................................................35
B. Radiografi Oklusal ..................................................................................42
C. Radiografi Panoramik .............................................................................43
D. Radiografi Cephalometri.........................................................................45
BAB IV Penutup .................................................................................................47
A. Kesimpulan ............................................................................................47
B. Saran .....................................................................................................48
Daftar Pustaka ...................................................................................................49
Lampiran ...........................................................................................................50
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Radiografi dalam kedokteran gigi merupakan suatu teknik untuk
mendapatkan foto rontgen berisi gambaran keadaan rongga mulut yang tidak
dapat hanya dilihat secara klinis. Teknik ini memanfaatkan radiasi sinar-X untuk
membentuk bayangan yang dapat diinterpretasikan pada foto film rontgen.
Radiografi dalam kedokteran gigi terbagi menjadi dua, yaitu intraoral dan
ekstraoral. Radiografi intraoral merupakan teknik foto yang dilakukan dengan
meletakkan film di di dalam rongga mulut dengan tujuan untuk mendapatkan
gambaran radiografi dari gigi geligi dan jaringan disekitarnya. Sementara itu,
radiografi ekstraoral dilakukan dengan meletakkan film diluar rongga mulut atau
ekstraoral untuk mendapakan gambaran radiograf yang meliputi regio orofacial
(Ibrahim, 2017; Kanter, 2014)
Radiografi dalam kedokteran gigi memiliki peranan penting sebagai
pemeriksaan penunjang karena dapat mencitrakan kelainan-kelainan pada gigi
geligi dan jaringan sekitar. Hal ini dapat dimanfaatkan untuk menegakkan
diagnosa dan menentukan perencanaan perawatan. Maka dari itu, dibutuhkan
pengetahuan serta kemampuan mengenai teknik pengambilan radiografi intraoral
maupun ekstraoral dan kemampuan untuk mengidentifikasi atau
menginterpretasikan gambaran radiografi tersebut, baik anatomical landmark
maupun lesi (Supriyadi, 2015).
Foto rontgen radiografi intraoral dan ekstraoral memiliki standar kualitas agar
dapat dianalisa hasil citranya. Selama proses penghasilan foto rontgen radiografi
intraoral dan ekstraoral, sering terjadi berbagai kesalahan. Kesalahan-kesalahan
ini dapat terjadi dari dimulainya pemaparan sinar-X hingga pemrosesan film
radiografi. Kesalahan yang terjadi dapat menyebabkan terjadinya distorsi dan
penurunan kualitas hasil gambar radiografi (Afrianty, 2014).
Berdasarkan hal tersebut, penulis tertarik untuk melakukan proses
pembelajaran berupa pengambilan foto rontgen radiografi intraoral dan ekstraoral
beserta proses prossesing film radiografi, mengidentifikasianatomical
landmarkmaupun kelainan/lesi yang ada, dan menganalisa apabila terjadi
kesalahan selama proses penghasilan gambaran radiografi. Teknik pengambilan
radiografi ekstraoral yang dilakukan meliputi radiografi panoramic dan radiografi
1
2
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana metode pengambilan foto rontgen radiografi periapikal dengan
teknik paralel?
2. Bagaimana metode pengambilan foto rontgen radiografi periapikal dengan
teknik bisected?
3. Bagaimana metode pengambilan foto rontgen radiografi oklusal?
4. Bagaimana metode pengambilan foto rontgen radiografi panoramic?
5. Bagaimana metode pengambilan foto rontgen radiografi cephalometri?
6. Bagaimana metode prossesing film radiografi?
7. Bagaimana penilaian kualitas foto rontgen yang dihasilkan?
8. Apa saja kesalahan yang terjadi selama proses penghasilan foto rontgen?
9. Apa saja anatomical landmark yang ada pada foto rontgen yang dihasilkan?
10. Apa radiodiagnosis berdasarkan foto rontgen yang dihasilkan?
C. Tujuan Pembelajaran
1. Mampu melakukan pengambilan foto rontgen radiografi periapikal dengan
teknik paralel
2. Mampu melakukan pengambilan foto rontgen radiografi periapikal dengan
teknik bisected
3. Mampu melakukan pengambilan foto rontgen radiografi oklusal
4. Mampu melakukan pengambilan foto rontgen radiografi panoramic
5. Mampu melakukan pengambilan foto rontgen radiografi cephalometri
6. Mampu melakukan prossesing film radiografi
7. Mampu menganalisa kualitas foto rontgen yang dihasilkan
8. Mampu menganalisa kesalahan selama proses penghasilan foto rontgen
9. Mampu mengidentifikasi anatomical landmark yang ada pada foto rontgen
yang dihasilkan
10. Mampu menentukan radiodiagnosis berdasarkan foto rontgen yang
dihasilkan
D. Manfaat Pembelajaran
Manfaat yang dapat diambil dari pembelajaran ini adalah:
3
A. Radiografi Periapikal
Menurut Nugroho (2017), radiografi periapikal termasuk radiografi intraoral.
Radiografi periapikal menggambarkan crown pada gigi hingga apeks gigi serta
terdapat juga alveolar. Dalam suatu hasil radiografi periapikal, hanya dapat
mencakup 2-4 gigi serta jaringan periodontal atau pendukung gigi secara jelas.
Terdapat dua teknik pengambilan radiografi periapikal, yaitu teknik paralel dan
teknik bisecting (Whaites & Dragse, 2013). Berikut penjelasan mengenai kedua
teknik tersebut.
1. Teknik paralel
Posisi film pada teknik ini yaitu sejajar dengan gigi yang akan di sinari. Film
tersebut diletakkan di dalam mulut pasien di belakang gigi (lingual). Agar tidak
terdapat pembesaran gambar pada hasil, sinar yang digunakan tidak bersifat
divergen.
4
5
2. Teknik bisecting
Berdasarkan buku yang ditulis Whaites dan Drages (2013), Teknik
bisecting merupakan teknik yang menggunakan proyeksi sudut vertikal dan sudut
vertikal. Dalam teknik ini, film diletakkan pada gigi yang akan difoto dengan posisi
sangat dekat tanpa harus disejajarkan dengan gigi. Untuk menentukan sudut
vertikal, dapat dilakukan dengan menarik garis pada bidang oklusal terhadap titik
pusat sinar X. Sedangkan dalam menentukan sudut horizontal, dapat ditentukan
oleh bentuk lengkung posisi gigi dan rahang.
4) Arahkan sinar pada garis tengah antara gigi dan film dengan sudut vertikal
>45O terhadap bidang horizontal, dan sudut horizontal tegak lurus dengan
objek gambar.
5) Untuk sudut horizontal pada gigi caninus, disesuaikan dengan objek yang
akan disinari.
3) Arahkan sinar pada garis tengah antara gigi dan film dengan sudut vertikal
antara 30-45O terhadap bidang horizontal, dan sudut horizontal sejajar
dengan interproksimal gigi.
B. Radiografi Oklusal
Menurut Whaites and Drages (2013), radiologi oklusal merupakan radiologi
intraoral yang dimana sebuah film berukuran 5.7 X 7.6 cm atau kaset intraoral
dimasukan kedalam bidang oklusal pasien.Radiografi oklusal memilki 6 teknik
pengambilan yang bergantung pada pengambilan gambar rahang atas atau
rahang bawah dan kebutuhan klinisnya. Pada pengambilan gambar rahang atas
terdapat teknik upper standar occlusal (standard occlusal), upper oblique
occlusal (Oblique Occlusal), dan vertex occlusal (Vertex Occlusal. Sementara itu,
pengambilan gambar rahang bawah terdapat teknik lower 90° occlusal (True
11
Occlusal), lower 45° Occlusal (Standard Occlusal), dan lower Oblique Occlusal
(Oblique Occlusal).
Berikut adalah langkah-langkah pengambilan pengambilan berbagai jenis
Radiografi Oklusal beserta Indikasinya :
1. Upper Standard Occlusal
Proyeksi ini menghasilkan radiografi dari maksila dan gigi anterior maksila.
Penggunaan teknik ini memiliki indikasi sebagai berikut, yaitu : penilaian keadaan
periapikal apabila pasien tidak bisa menggunakan film periapikal, mendeteksi gigi
kaninus yang belum erupsi atau keadaan ggi supernumerary, dan odontoma,
mengetahui letak dari gigi kaninus yang belum erupsi (posisi bukkal atau palatal),
mengetahui besar dan letak lesi di anterior maksila, menilai tingkat keparahan
fraktur gigi atau fraktur tulang alveolar.Terdapat beberapa langkah untuk
mengambil radiografi dengan teknik ini, yaitu :
a. Pasien diletakan dengan bidang oklusal parallel dan horizontal dengan lantai
dan diminta untuk menggunakan pelindung kalenjar thyroid
b. Film diletakan dengan datar di bidang oklusal rahang bawah pasien, pasien
diminta untuk menggigit perlahan dan diletakan di bagian tengah mulut
pasien.
c. Tubehead diposisikan diatas midline pasien, mengarah kebawah melewati
jembatan di hidung dengan sudut 65-70° terhadap paket film.
2. Upper Oblique Occlusal
12
b. Film diletakan dengan datar di bidang oklusal rahang bawah pasien, pasien
diminta untuk menggigit perlahan dan diletakan di bagian tengah mulut
pasien.
c. Tubehead diletakan diatas midline pasien dan mengarah kebawah menuju
vertex dan menuju arah kanal apeks di gigi insisivus maksila.
4. Lower 90o Occlusal
Proyeksi ini akan menghasilkan bagian mandibular yang memiliki gigi.
Indikasi utama dari teknik ini adalah untuk mengetahui adanya kalkuli di saluran
saiva mandibular, mengetahui posisi gigi geligi yang belum erupsi, mengetahui
ekspansi di mandibular yang disebabkan oleh kista, tumor, maupun osteodistropi,
mengetahui adanya fraktur di bagian anterior mandibular di bidang
horizontal.Berikut adalah proses pengambilan proyeksi ini :
a. Pasien diletakan dengan bidang oklusal parallel dan horizontal dengan lantai
dan diminta untuk menggunakan pelindung kalenjar thyroid.
b. Film diletakan dengan datar di bidang oklusal rahang bawah pasien, pasien
diminta untuk menggigit perlahan dan diletakan di bagian tengah mulut
pasien.
c. Tubehead diletakan dibawah dagu pasien dengan berpusat pada midline
dengan sudut 45° terhadap film.
6. Lower Oblique Occlusal
Proyeksi ini akan menghasilkan glandula salivarius submandibular selain
dari gigi geligi yang ada, namun bagian anatomis lainnya cenderung akan terlihat
terdistorsi. Indikasi utama dari proyeksi ini adalah untuk mendeteksi adanya
kalkuli pada glandula salivarius submandibular, mengetahui posisi dari gigi molar
ketiga yang belum erupsi, penilaian terhadap ekspansi yang disebabkan oleh
adanya kista, tumor maupun osteodistropi pada bagian posterior dan angulus
mandibular. Berikut adalah langkah-langkah pengambilan proyeksi dengan teknik
ini :
15
C. Radiografi Panoramik
Menurut Whaites and Drages (2013) Lengkung gigi tidaklah berbentuk
seperti lengkung dari sebuah lingkaran, namun seperti elips, dan seperti tapal
kuda, perlengkapan yang digunakan dalam pengambilan tomografi panoramik
menggunakan prinsip dari tomografi rotasional dengan sinar sempit, namun juga
menggunakan 2 atau lebih pusat rotasi. Terdapat 4 metode yang digunakan
dalam mengambil gambar panoramik, yaitu :
1. Rotasi menggunakan 3 pusat stasioner, menggunakan 2 lengkung sirkuler
yang terpisah.
2. Rotasi menggunakan 3 pusat stasioner, menggunakan 3 lengkung sirkuler
yang terpisah.
3. Pusat rotasi yang selalu bergerak dengan menggunakan lenkung sirkuler
yang digunakan untuk membentuk bentuk elips akhir.
4. Kombinasi dari 3 pusat rotasional stasioner dan sebuah pusat rotasi
Berikut adalah beberapa indikasi dari penggunaan radiografi panoramic,
yaitu :
1. Untuk mengetahui letak dari lesi tulang atau gigi yang belum erupsi beserta
ukuran dan posisi di radiografi intraoral.
2. Dalam keadaan mulut yang tidak terawat.
3. Sebagai penilaian jaringan tulang periodontal pendukung yang biasanya
didukung dengan radiografi periapikal.
4. Sebagai penilaian terhadap gigi molar ketiga sebelum dilakukan operasi.
Namun, Tidak disarankan untuk radiografi rutin keadaan gigi molar ketiga.
16
D. Radiografi Cephalometri
Radiologi sefalometri merupakan sebuah radiografi yang bertujuan untuk
mengetahui hubungan Antara gigi terhadap rahang dan rahang terhadap seluruh
bagian fasial tengkorak. Radiologi sefalometri memiliki 2 indikasi utama dalam
penggunaannya, yaitu (Whaites and Drages, 2013):
1. Orthodontik
a. Diagnosis awal
b. Perencanaan perawatan
c. Mengawasi perkembangan selama perawatan
d. Penilaian terhadap hasil akhir setelah perawatan (1-2 bulan setelahnya) untuk
menilai target yang sudah dipenuhi dan memulai rencana untuk melakukan
retensi.
2. Operasi Orthognatik
a. Evaluasi pra-operasi terhadap jaringan lunak dan tengkorak pasien
b. Membantu perencanaan perawatan
c. Penilaian pasca operasi dan follow-up jangka panjang.
Terdapat 2 jenis proyeksi utama dalam radiografi Cephalometrik, yaitu :
1. True Cephalometric Lateral Skull
Teknik ini disebut demikian karena untuk membedakan dengan teknik
oblique dan itu dibuktikan, apabila reseptor gambar terletak parallel dengan
bidang sagittal dari kepala pasien serta sinar X tegak lurus dengan reseptor
gambar dan bidang sagittal pasien.Pengambilan proyeksi ini memiliki langkah-
langkah sebagai berikut :
a. Pasien diposisikan dengan cephalostat, dengan bidang sagittal kepala
vertical dan parallel terhadap reseptor gambar dan bidang frnkfort horizontal.
Gigi harus dalam keadaan interkuspasi
18
(Wang, 2013). Cara untuk menentukan rasio CNR adalah melalui perhitungan
berikut:
SA−SB
Rumus 𝐶𝐶𝐶= σ0
Keterangan:
SA :mean ROI objek
SB :mean ROI background
σ0 : standar deviasi background
Foto radiografi yang berkualitas adalah foto yang memuat semua informasi
yang dibutuhkan dalam memastikan sebuah diagnosa. Sebuah radiograf harus
memenuhi beberapa aspek yang akan dinilai pada sebuah radiograf untuk
memenuhi kualitas gambar radiografi yang tinggi, yaitu densitas, kontras,
ketajaman dan detail (Wahdayuni, 2017).
1. Densitas
Densitas radiografi adalah derajat kehitaman dari perak metal hitam yang
tersisa dalam emulsi. Densitas yang yang mampu menggambarkan struktur
anatomi sehingga dapat dilihat oleh mata merupakan densitas yang baik. Rentan
densitas yang mampu dilihat mata manusia adalah 0,25 – 2,5. Densitas menjadi
penentu kesempurnaan bayangan pada film. Densitas dipengaruhi oleh
beberapa faktor sebagai berikut:
a. Tengangan (kV), menunjukan kualitas sinar-X yang berhubungan dengan
kemampuan menembus bahan
b. Kuat arus (mA), menunjukan besarnya arus yang terjadi selama eksposi
berlangsung
c. Waktu eksposi (s), menunjukan lamanya sinar-X yang keluar saat
pemotretan dalam satuan detik
d. Focus Film Distance (FFD), menunjukan jarak pemotretan dari fokus
pesawat ke film
e. Kualitas sinar yang dihasilkan
f. Luas lapangan, menunjukan Intensitas sinar-X yang keluar dari tube sinar-X
g. Ketebalan obyek, menunjukan peningkatan faktor eksposisi apabila objek
semakin tebal (Wahdayuni, 2017).
Densitas akan tinggi (high density) jika sinar-X besar sehingga film akan
berwarna hitam, sedangkan densitas akan rendah (low density) jika intensitas
sinar-X yang kecil (Chesney dalam Wahdayuni, 2017).
22
Dari rumus tersebut, densitas dapat diukur melalui transparansi dan opasitas
1) Transparasi
Transparansi dinyatakan dengan mengukur intensitas cahaya yang
ditransmisikan melewati film (lt) dan melalui fraksi atau prosentase pada
intensitas cahaya yang mengenai film (Io). Perbandingan keduanya
menghasilkan rasio transmisi atau rasio cahaya yang ditransmisikan
terhadap cahaya yang mengenai film (Wahdayuni, 2017).
2) Opasitas
Opasitas dinyatakan melalui rasio transmisi. Opasitas meningkat sejalan
dengan peningkatan kehitaman atau eksposi (Wahdayuni, 2017).
2. Kontras Gambar
Kontras merupakan perbedaan derajat kehitaman dari dua titik pada film
radiografi. Faktor yang mempengaruhi kontras yaitu:
a. Tegangan tabung
b. Tipe film
c. Penggunaan grid (menyerap radiasi hambur sehingga meningkatkan
kontras)
d. Intensifying screen
e. Prosessing film
f. Kerapatan jenis dan nomor atom objek (menyebabkan perbedaan koefisien
atenuasi linear gambar)
g. Radiasi hambur akan menurunkan kontras
Keterangan :
D2 = Densitas maksimum
D1= Densitas minimum
Log E2= Log eksposure maksimum
Log E1 = Log eksposure minimum
(Wahdayuni, 2017).
23
Berkas sinar ditempatkan tepat pada objek yang dituju untuk mencegah cone
cutting. Berka sinar juga ditempatkan paralel dengan objek untuk mencegah
pembesaran objek ataupun bias (Wang, 2013).
Tabel 2.1. Kriteria Penilaian Berdasakan Guidance Notes for Dental Practitioner
on the Safe Use of X-ray Equipment
Nilai Kualitas Dasar Penilaian
1 Sempurna Tidak ada kesalahan sama sekali
2 Dapat digunakan untuk Beberapa eror pada persiapan
diagnosa pasien, paparan, posisi, prosesing,
atau penanganan film namun tidak
menyebabkan kesalahan dalam
penegakan diagnosa.
3 Tidak diterima Hasil menyebabkan kesalahan
diagnosa
(Wang, 2013).
G. Kesalahan Radiografi
Foto radiografi sangat dibutuhkan dalam kedokteran gigi dalam melkukan
pemeriksaan sebelum rencana perawatan. Dalam foto radiografi dapat terjadi
kegagalan pemotretan sebagaimana berikut:
1. Double image
Double image merupakan kesalahan yang terjadi karena adanya
pergerakan anggota tubuh pasien ataupun alat radiografi saat proses penyinaran
berlangsung sehingga menyebabkan gambar tidak jelas pada hasill foto
radiografi. Double image menimbulkan kesulitan dalam intrepetasi hasil radiografi
karena batas radiopak dengan radiolusen tidak jelas (Ghom, 2012). Faktor- faktor
yang menyebabkan double image, yaitu:
a. Adanya pergerakan pasien saat dilakukan penyinaran
2. Gambar Terdistorsi
a. Gambaran Gigi Memendek/ Foreshortening
Gambaran gigi memendek disebabkan oleh beberapa hal seperti:
1) Angulasi vertikal yang berlebihan (pemendekan akar)
2) Superimposisi dari arkus zigomatikpada apeks gigi molar atas(Yunus,
2015).
13. Bercak kecil, bulat, tidak teratur, titik-titik gelap mirip dengan listrik statis,
terjadi karena bubuk dari sarung tangan yang menempel
14. Gray film kehilangan detail, terjadi karena film berkabut, exhausted fixer, dan
tidak cukup waktu dalam larutan fixer
15. Artefak film, terjadi karena anting telinga, cincin hidung, gigi palsu logam,
kacamata dll tidak dilepaskan sebelum pemeriksaan radiografi
35
36
36
37
37
38
d. Radiodiagnosis
Tidak dapat didiagnosa
38
39
39
40
40
41
saat exposured
b. Teknik dan Elemen Radiografi
Teknik yang digunakan dalam pengambilan radiografi ini adalah teknik
paralel periapikal.Objek utama radiografi ini merupakan gigi 47 (molar 2 kanan
bawah).
c. Interpretasi Radiografi
1) Struktur Anatomi yang tampak
a) Gigi 45 tampak sebagian mahkota
b) Gigi 46 tampak mahkota, sebagian akar, dan saluran akar
c) Gigi 47 tampak mahkota dan sebagian pulpa
d) Tulang alveolar
e) Lamina dura
f) Ligamentum periodontal
2) Gigi posterior rahang bawah kanan
a) Gigi 45 : Tidak dapat diinterpretasikan
b) Gigi 46 : Tampak adanya gambaran radiolusen ±3 mm secara
vertikal pada tulang alveolar di sebelah mesial gigi 46
c) Gigi 47
i. Mahkota : Terdapat gambaran radiolusen pada bagian
mesial dan oklusal dengan lebar ½ mahkota, belum mengenai pulpa,
ii. Akar : Tidak dapat diinterpretasikan
iii. Lamina dura : Tidak dapat diinterpretasikan
iv. Ligamen Periodontal : Tidak dapat diinterpretasikan
v. Alveolar Crest : Tampak adanya gambaran radiolusen ±3
mm secara vertikal pada tulang alveolar di sebelah mesial gigi 47
vi. Bifurkasi : Normal
d) Gigi 48 : Tidak dapat diinterpretasikan
3) Radiodiagnosis
a) Gigi 46 periodontitis
b) Gigi 47 pulpitis reversible dan periodontitis
41
42
B. Radiografi Oklusal
a. Kualitas Radiografi
Gambar radiografi tersebut memiliki kualitas yang kurang baik, akan
tetapi masih bias diinterpretasikan. Densitas, kontras, dan ketajaman
fotoradiografi ini dinilai cukup baik. Dari segi geometrik, foto rotgent tersebut
dinilai kurang baik karena adanya cone cutting. Kesalahan-kesalah dalam
pengambilan radiografi ini antara lain:
Tabel 3.5. Kesalahan Radiografi Gambar 3.5
No Kesalahan Penyebab
1 Cone cutting Kesalahan posisi
tubehead
Sinar tidak mengenai film
secara keseluruhan
b. Teknik dan Elemen Radiografi
Teknik yang digunakan dalam pengambilan radiografi ini adalah teknik
upper stadar occlusal projection. Objek utama radiografi ini merupakan gigi 13
(kaninus kanan rahang atas).
c. Interpretasi Radiografi
Struktur anatomi yang tampak
Gigi 17 : Normal
Gigi 16 : Normal
Gigi 15 : Normal
42
43
Gigi 14 : Normal
Gigi 13 : Normal, Oklusal sedikit terpotong
Gigi 12 : Normal, Terpotong
Gigi 11 : Normal, Terpotong
Gigi 21 : Normal, Terpotong
Gigi 22 : Normal, Terpotong
Gigi 23 : Tampak adanya gigi kaninus yang belum erupsi
berbelok tumbuh kearah mesial pada sisi palatal
Gigi 24 : Normal, Oklusal sedikit terpotong
Gigi 25 : Normal
Gigi 26 : Normal
Gigi 27 : Normal
Palatum : Normal
Os.Nasale : Normal
d. Radiodiagnosis
Gigi 23 mengalami impaksi palatal
C. Radiografi Panoramik
43
44
44
45
D. Radiografi Cephalometri
45
46
46
BAB IV
KESIMPULAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan teori dan pembahasan yang telah diuraian, maka
kesimpulan yang didapatkan adalah sebagai berikut:
1. Teknik paralel dilakukan dengan cara meletakkan film sejajar dengan gigi
memakai film holder dan sinar-X diarahkan tegak lurus terhadap film.
2. Teknik bisecting angle dilakukan dengan cara meletakkan film bersentuhan
dengan bagian insisal atau oklusal gigi dan sinar-X diarahkan tegak lurus
dengan garis khayal yang membagi sudut antara gigi dan film sama besar.
3. Teknik radiografi oklusal dibedakan antara pengambilan untuk maxilla dan
mandibula. Teknik yang digunakan untuk pengambilan foto rontgen maxilla
yaitu upper standard occlusal, upper oblique occlusal, dan vertex occlusal.
Teknik yang digunakan untuk pengambiln foto rontgen mandibula meliputi
lower 90° occlusal, lower 45° occlusal, dan lower oblique occlusal.
4. Teknik radiografi panoramik dilakukan dengan bantuan alat pesawat
panoramik dental X-ray. Metode pengambilan radiografi panoramik meliputi
rotasi menggunakan 3 pusat stasioner, menggunakan 2 lengkung sirkuler
yang terpisah; rotasi menggunakan 3 pusat stasioner, menggunakan 3
lengkung sirkuler yang terpisah; pusat rotasi yang selalu bergerak dengan
menggunakan lenkung sirkuler yang digunakan untuk membentuk bentuk
elips akhir; kombinasi dari 3 pusat rotasional stasioner dan sebuah pusat
rotasi.
5. Teknik radiografi cephalometrik dilakukan dengan bantuan alat
cephalometrik. Proyeksi utama dalam radiografi cephalometik yaitu true
cephalometric lateral skull dan cephalometric posteroanterior of the jaws (PA
jaws).
6. Metode prossesing film radiografi terdiri dari developing, rinsing, fixing,
washing, dan drying.
7. Penilian kualitas foto rontgen dilakukan berdasarkan indikasi tertentu
meliputi densitas, kontras, latitude film, kecepatan film, ketajaman, detail,
kesesuaian geometrik dan penempatan berkas film.
8. Kesalahan yang terjadi dalam penghasilan foto rontgen di atas meliputi
elongasi, artefak cap jari, kesalahan penempatan film, blur image, cone
47
48
B. Saran
Dalam pengambilan foto rontgen hendaknya dibekali dengan
pengetahuan yang cukup sera keterampilan sehingga dapat menghasilkan foto
rontgen yang optimal dan dapat digunakan untuk mendiagnosa suatu penyakit.
48
DAFTAR PUSTAKA
49
LAMPIRAN
50
Control Panel Intraoral Dryer Film Holder
51