Anda di halaman 1dari 27

BLOK VI

SKENARIO I

KELOMPOK 5
Dosen Fasilitator : drg. Resti Iswani,Sp.RKG.
1. Mutiah Dwi Arini 2210070110005
2. Defi Indah Septia Ningsih 2210070110007
3. Sandryna Nazwa Aurel 2210070110040
4. Decra Fadla Afenda 2210070110053
5. Aflah Zayana Ssyifa 2210070110054
6. Vidia Ananda Ardila 2210070110062
7. Deva Apriana Sari 2210070110074
8. Izzah Andini Putri 2210070110088
9. Tri Rahmelia 2210070110089

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI


UNIVERSITAS BAITURRAHMAH
2022/2023

KATA PENGANTAR
Puji syukur kami ucapkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa. atas rahmat dan hidayah-
Nya, kami bisa menyelesaikan makalah yang berjudul "FOTO GIGIKU”,
Tidak lupa kami mengucapkan terima kasih ibuk drg. Resa Ferdina, MARS. selaku dosen
pembimbing yang telah mempelancar dan membimbing kami dalam pembuatan makalah ini.
Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan, baik
dari segi susunan kalimat maupun tata bahasa. Oleh karena itu, dengan tangan terbuka kami
menerima segala saran dan kritik dari dosen pembimbing agar kami dapat memperbaiki makalah
ini.
Akhir kata kami berharap semoga makalah ini Blok VI Skenario tentang “FOTO GIGIKU” ini
dapat memberikan manfaat maupun inspirasi kepada pembaca.

Padang, 20 Februari, 2023

Penyusun
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL.....................................................................1
KATA PENGANTAR...................................................................2
DAFTAR ISI................................................................................3
BAB 1 PENDAHULUAN.............................................................4
A. Latar Belakang................................................................4
B. Rumusan Masalah..........................................................4
C. Tujuan Pembelajaran......................................................4
BAB 2 PEMBAHASAN
A. Klasifikasi Masalah.........................................................6
B. Menetapkan Permasalahan............................................6
C. Curah Pendapat...............................................................6
D. Analisis Masalah.............................................................8
E. Menetapkan LO...............................................................8
F. Belajar Mandiri................................................................8
G. Melaporkan Hasil Belajar Mandiri...................................9
BAB 3 PENUTUP.....................................................................16
3.1 Kesimpulan..................................................................26
DAFTAR PUSTAKA..................................................................27
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Seorang laki-laku berusia 25 tahun keatas datang ke instalasi radiologi kedokteran gigi
RSGM dengan membawa surat konsul dari departemen bedah mulut, dengan diagnosis klinis
impaksi gigi 18 dan 28. Setelah dilakukan pembuatan radiografi panaromik, dilanjutkan dengan
evaluasi mutu radiografi dan terlihat ada gambaran radioulsen melintang Di sepanjang apikal
akar gigi maksila.

1.2. Rumusan Masalah


1. .Apa kegunaan radiografi panaromik ?
2. Apa saja Jenis pemeriksaan radiografi ?
3. Bagaimana cara mengetahui gigi impaksi ?
4. Apa saja jenis jenis radiografi panaromik ?
5. Bagaimana Prinsip kerja radiografi ?
6. Apa kelebihan dan kekurangan radiografi ?
7. Bagaimana Evaluasi mutu radiografi ?

1.3. Tujuan Pembelajaran


1. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan jenis jenis radiografi dalam kedokteran
gigi.
2. mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan indikasi dan kontraindikasi dari teknik
intraoral dan extraoral.
3. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan cara kerja teknik intraoral dan extraoral.
4. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan evaluasi mutu dari radiografi.
5. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan kesalahan hasil pada radiografi.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Klasifikasi Istilah


1. Instalasi radiologi
Salah satu sarana penunjang medis yang memberikan layanan pemeriksaan
rontgen dengan hasil pemeriksaan berupa foto/gambar/imaging yang dapat membantu
dokter dalam merawat pasien dan menentukan diagnose pasien.

2. Radiolusen
Radiolusen merupakan gambaran berupa bayangan gelap pada film karena
struktur jaringan tersebut sedikit menyerap sinar-x.

3. Impaksi gigi
Impaksi gigi merupakan kondisi di mana gigi terjebak di dalam gusi sehingga
pertumbuhannya tidak sempurna. Kondisi ini kebanyakan terjadi pada gigi bungsu
orang dewasa. Impaksi gigi perlu ditangani dengan tepat karena dapat menyebabkan
sakit gigi, gigi rusak, maupun penyakit gusi.
4. Radiografi panoramik
Radiografi panoramik merupakan suatu alat penunjang yang dapat digunakan
untuk mendiagnosis suatu kasus, seperti adanya fraktur rahang, evaluasi simetris atau
asimetris dari TMJ ataupun mengetahui kedalaman karies
5. Apikal
Foramen apikal, merupakan penghubung antara pulpa dan jaringan periapikal.
Selama pembentukan akar, foramen apikal terletak pada ujung akar anatomis. Ketika
perkembangan gigi telah sempurna, foramen apikal menjadi lebih kecil dan memiliki
jarak dengan ujung akar anatomis.

2.2 Menetepkan Permasalahan


1. Apa kegunaan radiografi panaromik ?
2. Apa saja Jenis pemeriksaan radiografi ?
3. Bagaimana cara mengetahui gigi impaksi ?
4. Apa saja jenis jenis radiografi panaromik ?
5. Bagaimana Prinsip kerja radiografi ?
6. Apa kelebihan dan kekurangan radiografi ?
7. Bagaimana Evaluasi mutu radiografi ?

2.3 Curah pendapat

1. Apa Kegunaan radiografi panaromik ?


Radiografi panoramik merupakan suatu alat penunjang yang dapat digunakan untuk
mendiagnosis suatu kasus, seperti adanya fraktur rahang, evaluasi simetris atau asimetris dari
TMJ ataupun mengetahui kedalaman karies.
2. Apa saja jenis pemeriksaan radiografi ?
1. Foto Rontgen.
2. Fluoroskopi.
3. Ultrasonografi (USG)
4. Computed Tomography/Computerized Axial Tomography (CT/CAT) Scan.
5. Magnetic Resonance Imaging (MRI) Scan.

3. Bagaimana cara mengetahui gigi impaksi ?


1. Gigi hanya muncul sedikit di permukaan gusi.
2. Nyeri pada rahang.
3. Sakit kepala berkepanjangan.
4. Gusi bengkak dan kemerahan di sekitar gigi terpendam.
5. Kesulitan membuka mulut.
6. Kelenjar getah bening di leher membengkak.
7. Sakit gigi saat menggigit, terutama di bagian yang mengalami impaksi gigi.
4. Apa saja jenis jenis radiografi panaromik ?
Ada dua teknik dalam pengambilan radiografi periapikal yaitu: teknik paralel dan
bisekting. Teknik paralel dikenal juga sebagai extension cone paralleling, right angle technique,
long cone technique, true radiograph merupakan teknik yang paling akurat dalam pembuatan
radiografi intraoral.

5. Bagaimana prinsip kerja radiografi ?


Prinsip kerja metode Radiography Test ini adalah menggunakan paparan radiasi yang
dihasilkan oleh sumber radiasi yang diarahkan ke objek yang akan diperiksa (benda uji) dan
dibalik obyek sudah diletakkan film yang akan merekam hasil pemotretan radiografi.

6. Apa kelebihan dan kekurangan radiografi?


Kelebihan utama dari penggunaan radiografi panoramik adalah memberikan gambaran
secara luas mencakup kedua maksila, mandibula dan struktur jaringan pendukungnya seperti
antrum maksila, fossa nasalis, TMJ, prosessus kondilaris, prosessus koronoid, dan os.hyoid yang
dimuat dalam satu film dengan dosis radiasi yang rendah dan waktu yang singkat dalam
pengambilan gambar yaitu sekitar 3-4 menit.
Kekurangan dari radiografi panoramik adalah :
1. Gambar tidak menunjukkan detail anatomi yang baik dibanding radiograf periapikal intraoral.
2. Distorsi pada area caninus dan premolar.
3. Pasien yang tidak dapat menyesuaikan diri seperti melakukan gerakan akan mempengaruhi
penyinaran sehingga dapat mempengaruhi hasil radiograf.
4. Teknik ini kurang cocok pada pasien anak dibawah umur enam tahun atau pasien yang
mempunyai kemampuan terbatas karena perlu kooperatif dari pasien.

7. Bagaimana evaluasi mutu radiografi ?


Adalah ketika objek tepat ditengah, hasil detail dan ketajaman baik
Bertujuan menentukam hasil, execelent, kualitas mutu, Syarat kondisi saat
membaca, keadaan ruangan, sehingga dapat dibaca dengan jelas.
2.4 Analisis Masalah

impaksi gigi

radiografi panaromik

indikasi dan kontra


tehnik intraoral dan
ekstraoral
foto gigiku
cara kerja/tehnik
radiografi ekstraorak
dan intraoral

evalusi mutu
radiografi

kesalahan hasil
radiografi

2.5 Tujuan Pembelajaran


1. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan jenis jenis radiografi dalam
kedokteran gigi.
2. mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan indikasi dan kontraindikasi dari
teknik intraoral dan extraoral.
3. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan cara kerja teknik intraoral dan
extraoral.
4. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan evaluasi mutu dari radiografi.
5. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan kesalahan hasil pada radiografi.
2.6 Belajar Mandiri

Langkah ini melibatkan belajar mandiri dengan mencari berbagai bahan referensi,
termasuk diskusi, wawancara dengan para ahli, dan pencarian literatur dan buku teks
lainnya. Dan pada langkah ini, kami juga mencatat hasil diskusi, termasuk berbagai
referensi.

2.7 Hasil Belajar Mandiri

1. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan jenis jenis radiografi dalam


kedokteran gigi.
Radiografi adalah salah satu pemeriksaan penunjang terpenting dalam menegakkan diagnosis
dibidang kedokteran gigi. Pada umumnya radiografi dibidang kedokteran gigi diperlukan untuk
mendapatkan suatu gambaran maksilofasial seperti maksila, mandibula dan struktur-struktur
penunjangnya. Dalam bidang kedokteran gigi teknik radiografi yang digunakan terdiri dari dua
jenis, yaitu radiografi intra oral dan ekstra oral.
a. Radiografi Intra Oral Radiografi intra oral pemeriksaan gigi dan jaringan sekitarnya
dengan radiografi yang filmnya diletakan di dalam mulut pasien. Pemeriksaan intra oral
merupakan pokok dari radiografi kedokteran gigi. Radiografi intra oral terdiri atas
beberapa tipe, yaitu:
1. Radiografi Periapikal : bertujuan melihat keseluruhan makhota dan akar gigi
(crown and root), tulang alveolar dan jaringan sekitarnya.
2. Radiografi Bitewing : untuk mengevaluasi puncak tulang interproksimal selama
pemeriksaan periodontal dan rencana perawatan. Pada teknik bitewing, film
ditempatkan sejajar dengan permukaan mahkota gigi maksila dan mandibula.
Keuntungan dari teknik bitewing adalah dengan satu film dapat dipakai untuk
memeriksa gigi-gigi pada rahang atas dan rahang bawah sekaligus.
3. Radiografi Oklusal : untuk memperlihatkan struktur yang lebih luas dari maksila
dan mandibula dalam satu film dengan menggunakan film khus.

b. Radiografi Ekstra Oral adalah pemeriksaan radiografi yang digunakan untuk melihat
area yang luas pada tengkorak kepala dan rahang. Pada radiografi ekstraoral film yang
digunakan diletakan diluar rongga mulut. Radiografi ekstra oral terdiri atas beberapa tipe
yaitu:
1. Radiografi Panoramik atau orthopanthography / OPG memberi gambaran umum dari
struktur fasial yang meliputi lengkung gigi-geligi maksila, mandibula, dan struktur
pendukung lainnya, serta berguna untuk mendeteksi pola kehilangan tulang secara
umum
2. Radiografi Lateral Jaw radiografi yang digunakan untuk melihat keadaan lateral
tulang wajah, diagnosis fraktur dan keadaan patologis tengkorak dan wajah.
3. Radiografi Sefalometri adalah radiografi dari tulang wajah terstandarisasi dan dapat
digandakan yang sering digunakan pada ortodonti untuk menilai hubungan gigi ke
rahang dan rahang ke bagian tulang wajah lainnya. Standardisasi sangat penting untuk
perkembangan sefalometri pengukuran dan perbandingan titik-titik spesifik, jarak dan
garis pada tulang wajah yang merupakan bagian utuh dari penilaian ortodonti. Nilai
paling besar mungkin didapat dari radiografi ini jika dicatat dan didigitalisasi dan ini
sangat penting untuk digunakan untuk mengamati perkembangan dari
perawatan.Sefalometri dapat dibedakan menjadi 2 yaitu:
1) Sefalometri lateral: gambaran lateral dari tengkorak kepala. Dari
sefalogram lateral dapat dilakukan analisa profil jaringan lunak aspek lateral.
Sefalometri lateral memiliki kegunaan tinggi untuk mengamati bagian anatomi
nasal bones, frontal sinus, dan sphenoid sinus.
2) Sefalometri postero-anterior: gambaran postero-anterior dari tulang
tengkorak.Sefalometri ini memiliki kegunaan tinggi untuk mengamati bagian
anatomi orbita,nasal cavity, dan frontal sinus.
4. Radiografi Postero-Anterior adalah radiografi yang menunjukkan bagian posterior
rahang mandibula yang digunakan untuk melihat keadaan penyakit trauma, atau
kelainan pertumbuhan dan perkembangan.
5. Radiografi Antero-Posterior adalah radiografi yang digunakan untuk melihat keadaan
pada bagian depan maksila dan mandibula, gambaran sinus frontalis, sinus
ethmoidalis dan tulang hidung.
6. Radiografi Proyeksi Water’s menunjukkan kerangka wajah yang digunakan untuk
melihat sinus frontal dan ethmoidal, orbital lantai, tulang zygomatik dan lengkungan
zygomatik dan mengevaluasi sinus maksilaris.
7. Radiografi Proyeksi Reverse-Towne digunakan untuk melihat keadaan kondilus pada
pasien yang mengalami pergeseran kondilus dan untuk melihat dinding postero lateral
pada maksila.
8. Radiografi Submentovertex digunakan untuk melihat keadaan dasar tengkorak, 38
posisi mandibua, dinding lateral sinus maksila dan arkus zigomatikus.

2. mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan indikasi dan kontraindikasi dari


teknik intraoral dan extraoral.
- Radiografi Intra Oral
1. Radiografi Periapikal Indikasi utama untuk mendeteksi adanya infeksi (radang
apikal), melihat kedalaman karies, melihat kondisi jaringan periodontal, menilai
trauma pada gigi dan tulang alveolar, melihat letak dan posisi gigi yang belum erupsi
maupun yang telah rusak, menilai kondisi morfologi akar yang akan diekstraksi dan
yang akan dirawat endodontik, evaluasi pre operasi dan pasca operasi apikal , evalua-
si kista apikal dan lesi lainnya yang berada dalam tulang alveolar, serta evaluasi post
operasi implan
2. Radiologi bitewing Indikasi utama penggunaan radiografi bitewing adalah untuk
mendeteksi adanya karies interproksi- mal terutama karies dini, memonitor
perkembangan karies, menilai status periodontal dan menilai status restorasi yang
ada.iografi Bitewing .
3. Radiografi Oklusal Indikasi utama penggunaan radiografi oklusal adalah untuk
memperlihatkan lokasi dari akar gigi dan supernumerary teeth, gigi impaksi maupun
yang tidak erupsi, deteksi keberadaan salivary stone pada kelenjar submandibula,
evaluasi sinus maksilaris, perluasan kista, tumor (jinak dan ganas) pada mandibula
dan maksila
- Radiografi Ekstra
1. Radiografi Panoramik
a. Indilkasi penggunaan radiografi panoramik adalah sebagai berikut:"
I. Penilaian gambar meliputi gigi kescluruhan untuk mencatat pertumbuhan
dan posisi dari perkembangan gigi permanen.
2. Untuk pemeriksaan lesi seperti kista, tumor dan anomali pada korpus dan
ramus mandibula untuk menentukan letak dan ukuran.
3. Fraktur pada bagian mandibula kecuali bagian anterior.
4. Pemeriksaan kualitas permukaan kepala kondilus pada cedera TMJ.
khususnya digunakan jika pasien tidak dapat membuka mulut.
5.Penilain terhadap keadaan rongga mulut sebelum pemasangan gigi tiruan
6. Penilain terhadap pertumbuhan dan posisi gigi anomali.
7. Melihat penycbaran penyakit gigi, untuk mengetahui kescluruhan level
tulang alveolar.
b. Kontra indikasi penggunaan radiografi panoramik adalah sebagai berikut!"
I. Untuk melihat lesi karies yang kecil.
2. Untuk melihat Iesi periapikal
3. Untuk melihat jaringan periodontal
2. Radiografi Lateral Jaw
1. Penilaian terhadap posisi gigi yang belum erupsi.
2. Deteksi fraktur mandibula .
3. Evaluasi lesi atau kondisi yang mempengaruhi rahang termasuk kista, tumor, lesi
giant cell dan osteodistrofi.
4. Sebagai alternatif ketika pandangan intraoral tidak dapat diperoleh karena tersedak
parah atau jika pasien tidak dapat membuka mulut atau sedang tidak sadar.
5. Sebagai pandangan spesifik kelenjar ludah atau sendi temporomandibular
3. Radiografi Sefalometri Indikasi klinis utama dapat dipertimbangkan ke 2 tujuan yaitu
ortodonti dan operasi ortognatik.
● Ortodonti a. Diagnosis awal b. Perencanaan Perawatan c. Memonitor proses perawatan
d. Mengevaluasi di akhir perawatan
● Operasi Ortognatik a. Evaluasi pre-operasi tengkorak dan pola jaringan lunak b.
Perencanaan perawatan c. Evaluasi pasca operasi dan pemeriksaan lanjutan jangka
panjang

4. Radiografi Postero-Anterior
1. Fraktur mandibula yang melibatkan posterior sepertiga dari body mandibula. Angles
mandibula, ramus mandibula, leher condylar rendah
2. Lesi seperti kista atau tumor di posterior sepertiga dari body atau ramus untuk
mencatat mediolateral ekspansi
3. Hipoplasia atau hiperplasia mandibula ●
4. Cacat maksilofasial.

5. Radiografi Antero-Posterior
●Menampakkan patologi fraktur ● Neoplasma ● Osteitis
6. Radiografi Proyeksi Water’s
Mendeteksi fraktur sepertiga tengah wajah berikut: - Le Fort I - Le Fort II - Le Fort III ●
Fraktur prosesus koroid.
7. Radiografi Proyeksi Reverse-Towne
Fraktur tinggi pada leher condylar ● Fraktur intrasapsular TMJ ● Investigasi kualitas
permukaan artikular kepala condylar pada gangguan TMJ ● Hipoplasia kondilus atau
hiperplasia.
8. Radiografi Submentovertex
9. Investigasi sinus sphenoidal ● Penilaian ketebalan (mediolateral) dari bagian posterior
mandibula sebelumnya osteotomi ● Fraktur lengkungan zygomatik untuk menunjukkan
tulang-tulang tipis ● Menyelidiki dasar tengkorak.

3. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan cara kerja teknik intraoral dan
extraoral.
Radiografi Intra Oral

1. Radiografi Periapikal
Ada dua teknik dalam pengambilan radiografi periapikal yaitu
. 1. Teknik Paralel Teknik paralel dikenal juga sebagai extension cone paralleling, right
angle technique, long cone technique, true radiograph merupakan teknik yang paling
akurat dalam pembuatan radiografi intraoral. Pada teknik paralel pelaksanaan dan
standarisasinya sangat mudah dengan kualitas gambar yang dihasilkan bagus dan
distorsinya kecil. Teknik paralel dicapai dengan menempatkan film sejajar dengan aksis
panjang gigi kemudian film holder diletakkan untuk menjaga agar film 5 tetap sejajar
dengan aksis panjang gigi. Pemusatan sinar-x diarahkan tegak lurus terhadap gigi dan
film. Teknik paralel bila dilakukan dengan benar akan menghasilkan gambar dengan
kualitas baik, validitas yang tinggi, akurasi linier dan dimensi yang tinggi tanpa distorsi.
Keuntungan dari teknik paralel adalah tanpa distorsi, gambar yang dihasilkan sangat
representatif dengan gigi sesungguhnya, mempunyai validitas yang tinggi, posisi relatif
dari reseptor gambar sehingga berguna untuk beberapa pasien dengan cacat. Kerugian
dari teknik paralel adalah sulit dalam meletakkan film holder, terutama pada anak-anak
dan pasien yang mempunyai mulut kecil, pemakaian film holder mengenai jaringan
sekitarnya sehingga timbul rasa tidak nyaman pada pasien, dan memposisikan film holder
pada molar tiga bawah sangat sulit.
2. Teknik bisekting biasa digunakan pada kasuskasus kelainan anatomi seperti torus
palatinus besar, palatum sempit, dasar mulut dangkal, frenulum pendek, lebar lengkung
rahang yang sempit atau pada pasien anak yang kurang kooperatif. Film diletakkan ke
dalam rongga mulut dan diberikan blok gigitan untuk menahan film. Teknik bisekting
dicapai dengan menempatkan reseptor sedekat mungkin dengan gigi dan meletakan film
sepanjang permukaan lingual/ palatal pada gigi kemudian sinar-x diarahkan tegak lurus
(bentuk T) ke garis imajiner yang membagi sudut yang dibentuk oleh aksis panjang gigi
dan bidang film. Akan tetapi, teknik bisekting menghasilkan gambar yang kurang optimal
karena reseptor dan gigi tidak berada secara vertikal dengan sinar-x. Teknik ini
memerlukan kepekaan dan ketelitian operator. Jika sudut bisekting tidak benar,
perpanjangan atau pemendekan akan terjadi. Keuntungan dari teknik bisekting adalah
teknik ini dapat digunakan tanpa film holder dan posisi yang cukup nyaman bagi pasien.
Kerugian dari teknik bisekting adalah distorsi mudah terjadi dan masalah angulasi
(banyak angulasi yang harus diperhatikan). Panjang cone standar dengan ukuran delapan
inci dapat digunakan dalam teknik bisekting. Bila radiografer ingin menggunakan long
cone maka panjang long cone yang digunakan berkisar dua belas sampai enam belas inci
(12-16 inci). Keuntungan memakai long cone dapat mengurangi citra pembesaran dan
mengurangi distorsi 15 serta dapat memberikan gambaran anatomi dan panjang gigi yang
lebih akurat.
2. Radiografi Bitewing
1. Memilih ukuran film yang sesuai dengan pasien. A. Large film packets (31 x 41 mm) untuk
dewasa. B. Small film packets (22 x 35 mm) untuk anak-anak di bawah 12 tahun. C.
Occasionally a longer film packet (57 x 26 mm) untuk dewasa.

2. Pasien diposisikan dengan headtube dan occlusal plane horizontal.

3. Memeriksa bentuk lengkung geligi dan jumlah film yang akan digunakan.

4. Operator memegang tab dengan jempol dan telunjuk kemudian memasukkan film ke dalam
lingual sulcus berlawanan dengan gigi posterior.

5. Tepi anterior film diposisikan pada distal kaninus mandibular dan bagian posterior film
berada pada bagian mesial molar ketiga.

6. Tab ditempatkan pada bagian permukaan oklusal geligi mandibula.

7. Pasien diminta untuk menutup gigi bersamaan dengan tab.

8. Ketika pasien menutup gigi, operator menekan tab yang berada di antara gigi untuk
memastikan film dan gigi kontak, kemudian operator melepas tab.

9. Proses pengambilan radiograf dilakukan, setelah selesai processing dilakukan di kamar gelap.

3. Radiografi Oklusal
Foto rontgen ini digunakan untuk melihat kelainan pada bagian depan maksila dan
mandibula, gambaran sinus frontalis, sinus ethmoidalis, serta tulang hidung.

b. Radiografi Ekstra

1. Radiografi Panoramik
1. Masukkan film ekstraoral (biasanya ukuran 15x30 cm) ke dalam cassette. Prosedur ini harus
dilakukan di dalam ruang gelap.

2. Instruksikan pasien melepas perhiasan, jepit rambut, gigi tiruan atau alat orthodontic yang
dikenakan.

3. Jelaskan prosedur pengambilan radiograf dan pergerakan pesawat sinar X untuk meyakinkan
pasien.

4. Mintalah pasien mengenakan apron.

5. Tempatkan pasien secara akurat pada pesawat sinar X menggunakan head positioningdevices
dan marker sumber sinar X. Pastikan posisi bidang oklusal pasien sudah tepat.

6. Instruksikan kepada pasien untuk memposisikan rahang bawahnya ke anterior (prognati)


sehingga oklusi gigi-geligi pasien region anterior pada kondisi edge to edge.

7. Instruksikan kepada pasien untuk menelan ludah dan menempatkan lidahnya pada langit-langit
mulut (sehingga berkontak dengan palatum durum).

8. Tempatkan film yang telah dimasukkan dalam cassette pada cassette holder.

9. Tutup pintu ruangan dan tekan tombol pesawat sinar X.

10. Setelah pengambilan radiograf selesai, lakukan processing di dalam kamar gelap

2. Radiografi Lateral Jaw

Pengambilan gambar bergantung pada prinsip dasar yang sama yaitu mengenai posisi:

● Kaset (reseptor gambar) Kaset dipegang oleh pasien di samping dari wajah yang menutupi area
rahang bawah. Posisi persis kaset ditentukan oleh area yang diinginkan.

● Kepala pasien Pasien biasanya duduk tegak di atas kursi gigi dan kemudian diinstruksikan
untuk:
1. Putar kepala ke sisi yang diinginkan. Hal ini dilakukan untuk membawa ramus kontralateral ke
depan, menghindari superimposisi dan untuk meningkatkan ruang yang tersedia antara leher dan
bahu yang memposisikan set X-ray.

2. Angkat dagu. Ini dilakukan untuk meningkatkan ruang triangular di antara bagian belakang
ramus dan tulang belakang leher (disebut radiografi lubang kunci) di mana X-ray balok akan
lewat.

● Tubehead sinar-X. Kepala tabung X-ray diposisikan sebaliknya sisi kepala pasien ke kaset.

3. Radiografi Sefalometri

a. Teknik dan Posisi Sefalometri Lateral


1. Pasien diposisikan di chepalostat dengan bidang sagital kepala tegak lurus lantai dan
paralel dengan film, sementara bidang Frankfurt tegak lurus garis lantai. Gigi berada
dalam keadaan intercuspation maksimal (oklusi sentris).
2. Pada radiografik sefalometri, sisi kiri muka pasien diposisikan mendekati reseptor
gambar.
3. Kepala tidak boleh bergerak, ear rod plastic difiksasi kedalam external auditory
meatus.
4. Pesawat sinar-X berada pada jarak kurang lebih dua meter dari pasie
b. Teknik dan Posisi Sefalometri Postero-Anterior
1. Head stabilizing aparatus diputar 90.
2. Pasien diposisikan pada alat dengan foreheadnose position.
3. Ear rods dimasukkan ke telinga.
4. . Sinar-X diberikan horizontal dengan pusat di cervical spine pada ramus mandibular.

4. Radiografi Postero-Anterior

1) Pasien diposisikan menghadap gambar reseptor dengan kepala miring ke depan sehingga dahi
dan ujung hidung menyentuh reseptor gambar yang disebut dahi-hidung posisi. Garis dasar
radiografi 33 adalah horisontal dan pada sudut kanan reseptor gambar. Posisi ini berada di dasar
tengkorak dan memungkinkan kubah tengkorak terlihat tanpa superimposisi.
2) Tubehead sinar-X diposisikan dengan horizontal (0°) dipusatkan melalui serviks tulang
belakang setingkat ramus mandibula.

5. Radiografi Antero-Posterior

memperlihatkan gigi-gigi anterior atas (oklusal atas standar), gigi-gigi posterior (oklusal
oblik atas), gigi bawah (true occlusal bawah, oklusal bawah 45 derajat, atau oklusal oblik bawah

6. Radiografi Proyeksi Water’s

1. Pasien dalam posisi kepala terbalik, radiografi baseline pada 45° ke reseptor
gambar, di posisi hidung-dagu.
2. Tubehead sinar-X diarahkan ke bawah di atas kepala, dengan sinar pusat pada 30
° hingga horizontal, berpusat melalui yang lebih rendah di perbatasan orbit.
7. Radiografi Proyeksi Reverse-Towne

1. Pasien dalam posisi PA, yaitu kepala berujung ke depan dalam posisi dahi-hidung dengan
keadaan mulutnya terbuka. Baseline radiografi ini adalah garis horisontal dan kanan
angles ke reseptor gambar. Membuka mulut akan mengeluarkan kepala condylar keluar
dari glenoid fossae sehingga bisa terlihat.
2. Tubehead sinar-X diarahkan ke atas di bawah occiput, dengan tubehead sinar-X 30 ° ke
horizontal, berpusat melalui kondilus.
8. Radiografi Submentovertex

1. Pasien diposisikan menghadap jauh dari reseptor gambar. Kepala dimiringkan ke


belakang sejauh mungkin, begitu puncak tengkorak menyentuh reseptor gambar. Dalam
posisi ini, baseline radiografi adalah vertikal dan sejajar dengan reseptor gambar.
2. Tubehead sinar-X diarahkan ke atas di bawah dagu, dengan sinar pusat pada 5 ° ke
horizontal, berpusat pada garis imajiner yang bergabung molar pertama bawah. Posisi
kepala diperlukan untuk proyeksi pengambilan gambar radiografi ini, hal ini menjadi
kontraindikasi pada pasien dengan dugaan cedera leher, terutama yang dicurigai fraktur
pasak odontoid.

4. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan evaluasi mutu dari radiografi.


Evaluasi mutu

a. Lengkap (Coverege of the Anatomic Region of Interest). Lengkap dalam hal ini
merupakan sebuah istilah yang menggambarkan keberadaan sebuah radiograf,
dimana didalamnya terdapat informasi yang lengkap dari objek yang akan dilihat.
b. .Kontras. Kontras adalah tingkat perbedaan kepadatan antara dua area pada
radiograf. Terbagi dua: *konstras objekdimana didefinisikan sebagai rasio
intensitas radiasi yang ditransmisikan melalui area jaringan/organ yang berbeda
dari komponen yang dievaluasi*kotras film: dimana didefinisikan sebagai
kemampuan film untuk menyerap dan menolak sinar yang masuk ke dalam film.
c. padafilm.Densitas. Densitas radiograf merujuk pada derajat atau gradasi
kehitaman dari radiograf. Hal tersebut bergantung pada jumlah paparan radiasi
yang mencapai daerah tertentu pada film.
d. Ketajaman atau sharpness, merujuk pada kemampuan sinar-X untuk
memproduksi garis batas terluar yang jelas.
i. Detail, merupakan kemampuan radiograf untuk menampilkan perbedaan
dari setiap bagian anatomi. Distorsi. Gambar yang terdistorsi tidak
memiliki ukuran dan bentuk yang sama dari objek asli pada radiograf
dikarenakan ketidaksamaan pembesaran dari daerah yang berbeda pada
objek yang sama Resolusi, suatu ukuran dari kemampuan untuk membeda-
bedakan objek satu dengan lainnya
ii. Brightness, kemampuan radiograf untuk meningatkan kecerahan, biasanya
berhubungan dengan prosesing, timer dan Kvp eksposur.
Sumber : Jurnal Radiologi Dentomaksilofasial Indonesia Desember 2019,
Volume 3, Nomor 3: 43-8 Gambaran kualitas dan mutu radiograf
Alongsyah Zulkarnaen Ramadhan1*, Suhardjo Sitam2, Azhari2, Lusi
Epsila

Evaluasi radiografi intraoral Apapun keadaan maupun kelainan di rahang secara radiografis
gambarannya adalah gradasi radiolusen atau radiopak dibandingkan dengan struktur di
sekitarnya. Agar informasi diagnostik yang diinginkan dari sebuah radiograf (apapun
proyeksinya) dapat optimal, interpretasi radiografik lesi penyakit/kelainan di rahang harus
dilakukan dengan benar, secara sistematis dan bertahap. Mutu radiograf, general view,dan
spesific investigation

1. Radiografi periapikal
Tingkat kualitas foto radiografi periapikal membagi dua umumnya masih di bawah standar,
hal ini sejalan dengan seringnya ditemui kegagalan secara teknis. Pemotongan apeks,
pemotongan mahkota, pemotongan kerucut, dan kesalahan angulasi yang menyebabkan distorsi
dan over lapping masih sering ditemukan dalam hasil foto radiografi periapikal bisecting

1) Gambar harus memiliki definisi yang dapat diterima tanpa distorsi atau kabur,

2) Gambar harus mencakup area anatomis yang benar, bersama-sama dengan apeks gigi yang
diselidiki dengan 3-4 mm dari sekitar tulangnya,

3) Seharusnya tidak ada tumpang tindih pada permukaan aproksimal,

4) Kepadatan dan kontras dengan gambar film yang diambil akan tergantung pada alasan klinis
untuk mengambil radiograf, misalnya untuk menilai karies, restorasi, dan periapikal

5) Film harus terekpos dan diproses dengan baik dan menunjukkan kontras yang baik untuk bisa
membedakan enamel, dentin, ligamen perodontal, laminadura, tulang trabekular. Sedangkan
untuk penilaian status periodontal, harus memberikan kesan yang kurang terang untuk
menghindari kejenuhan dari tulang alveolar crest yang tipis,

6) Gambar bebas dari cone cutting dan kesalahan penanganan film lainnya,

7) Gambar harus sebanding dengan keadaan sebenarnya, baik geometris, kepadatan dan kontras.

2. Evaluasi mutu radiografi panoramik


Gambar radiografi panoramim yang memiliki mutu yang baik dan dapat diinterpretasi secara
akurat memiliki kriteria

• objek tercakup, dari Termpiromandibular Jpint sampai tepi mandibula


• kontras baik, yaitu perbedaan dari daerah rasiopaque dan raduolucent terlihat
jelas
• detail baik, yaitu tanda tanda anatomis tampak jelas
• ketajaman baik yaitu outline dari setiap tanda anatomis terlihat jelas
•kejelasan tiga region gigi anterior dan kondiloid kanan dan kiri
• simetris
3. Evauasi mutu Radiografi Sefalometri Posterior anterior : Objek yang dilihat kelainannya
semua tampak dalam gambar, tanda-tanda anatomis tampak dengan jelas, sinus frontal
dan septum nasal terlihat jelas, simetris antara muka bagian kiri dan kanan.

5. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan kesalahan hasil pada radiografi.


 Jenis Kesalahan dalam Radiografi Periapikal Kesalahan-kesalahan yang dapat
terjadi pada radiografi periapikal dapat diakibatkan oleh operator yang kurang
fokus dan menganggap mudah pembuatan radiograf terutama periapikal.
kesalahan radiograf mungkin karena kesalahan teknis (kesalahan yang
berhubungan dengan teknik pengambilan radiografi). Hal tersebut dapat
terjadi sebagai akibat dari penanganan film yang tidak tepat, kecelakaan
terkait dengan pengolahan film dan dari film yang cacat, juga bisa terjadi
karena gerakan yang berlebihan dari tabung, kepala pasien atau film yang
dapat mengakibatkan berbagai kecacatan radiografi yang tidak biasa.
Sumber : Jurnal,Jenis Kesalahan Pengambilan Foto Radiografi,MUH.Alif
Reski,2020

 Klasifikasi kesalahan menurut Rushton & Homer (1994) dibagi berdasarkan


aspek-aspek berikut:18
1. Keberadaan bagian apeks gigi atau area yang dimaksudkan untuk
didiagnosis tidak terlihat dalam gambar maupun tulang periapikal yang
muncul hanya sepanjang kurang dari 3 mm.
2. Gambar yang kabur dari apeks gigi ataupun area yang dimaksudkan untuk
didiagnosis.
3. Adanya cone cut dinilai sebagai kesalahan dimana cone memotong sebuah
bagian dari gigi geligi.
4. Angulasi vertikal dari X-ray yang salah, menyebabkan gambar yang
memanjang atau memendek. Secara subyektif dikategorikan sebagai “ringan”
dan “berat”, tidak dapat digunakan dalam klinis apabila masuk kategori
“berat”.
5. Angulasi horizontal dari X-ray yang salah menyebabkan gambar gigi
tumpang tindih (apabila dilihat dari mahkota maupun akar gigi). Film tidak
dapat diterima ketika tumpang tindih mencapai setengah dimensi horizontal
dari akar maupun mahkota.
6. Film yang melengkung menghasilkan gambar distorsi seperti gambar yang
merenggang pada gigi yang akan didiagnosis, ditolak apabila gambar tidak
dapat diandalkan untuk penggunaan klinis.
7. Anatomi yang terlalu keatas (Superimpose) dari daerah yang dimaksudkan,
sehingga dapat mengaburkan gambar apeks gigi atau daerah yang dimaksud,
maka radiograf ditolak.
8. Tidak adanya mahkota gigi dalam radiograf, hilang secara keseluruhan
maupun sebagian dari mahkota gigi.
9. Posisi film yang ideal adalah ketika gigi yang dimaksud berada di
tengah/pusat. Penyimpangan dari posisi yang ideal dinilai sebuah
kegagalan, karena posisi yang buruk membuat hilangnya sebagian besar
daerah yang dimaksudkan untuk didiagnosis.
10.Kesalahan akibat hal yang lain seperti gerakan dari pasien maupun alat
radiografinya, film yang terbalik, dan adanya benda asing.

 Kesalahan dan Penyebab Kegagalan Gambaran Radiografi


1. Film terlal gelap penyebabnya:
. Penyinaran yang terkalu lama
ㆍ Suhu larutan developer terlalu tinggi
ㆍ Waktu pencucian dalam developer lama
ㆍ Fim yang digunakan sudah expired
ㆍ Voltage dan miliampere yang berlebihan
1. Film terlalu terang penyebabnya:
ㆍ Penyinaran kurang
ㆍ Suhu Larutan developer rendah
ㆍ Waktu pencucian dalam developer kurang
ㆍ Pemakaian larutan yang sudah tua
ㆍ Larutan developer terkontaminasi dengan fixer
ㆍ Kualitas film jelek
ㆍ Penempatan film saat ekspose terbalik
ㆍ Voltage dan miliampere yang kurang
2. Gambaran kabur Gelatin film rusak karena panas
ㆍ Ada gerakan pasien
ㆍ Ada gerakan tube/ film
. Penggunaaan film yang sudah disinari dan digunakan untuk penyinaran
kedua
 Andrika : Kesalahan sudut vertikal Sudut vertikal yang seharusnya
menghasilkan gambaran radiografik yang baik.
Sudut vertikal yang terlalu besar menyebabkan pemendekan gambar. Sudut
vertikal yang terlalu kecil menyebabkan gambar memanjang.
Sumber: Sumber E-book Radiografi di bidang kedokteran gigi bayu indra
sukmana
 1. Foto terlalu gelap, penyebab: Overdevelopment: konsentrasi cairan
developer terlalu tinggi, waktu developing terlalu lama, suhu developer terlalu
tinggi. Overexposure: kesalahan setting exposure dan pengatur waktu,
jaringan pasien terlalu tipis. Film berkabut Kebocoran cahaya kedalam ruang
gelap, kerusakan lampu safelight, stok film lama, penyimpanan film yang
kurang baik, kebocoran cahaya pada kaset.
2. Foto terlalu terang, penyebab: Underdevelopment: konsentrasicairan
developer terlalu encer, waktu developing kurang lama,suhu developer terlalu
rendah. Kurang paparan (exposure X-ray kurang): kesalahan setting exposure
dan pengatur waktu, jaringan pasien terlalu tebal.
3. Foto kurang kontras, penyebab: Kesalahan teknik: Pemasangan film
terbalik, overdevelopment. Kesalahan pengolahan foto: underdevelopment,
developer tercampur fixer, waktu fiksasi kurang atau cairan fixer jenuh (foto
terlalu opak, berkilau keputihan). Film berkabut.
4. Gambar kurang tajam, penyebab: Kesalahan teknik: pasien bergerak
(menyebabkan gambar blur), film terlalu ditekan selama exposure, posisi
pasien salah (pada foto panoramic). Cassette rusak: kurang berkontaknya film
dengan screen, kecepatan intensifying screen tidak sesuai. Exposure X-ray
berlebihan: setting exposure yang salah untuk objek yang tipis menyebabkan
film terbakar.
5. Penampakan benda asing, penyebab: Kesalahan penanganan: film tertekuk,
penanganan di kamar gelap tidak hati-hati. Kesalahan pemrosesan: spot putih
asing, kurang bahan saat perendaman film, setting mesin rusak, pasien
menggigit film terlalu keras, kotoran pada intensifying screen.Adanya tanda
sidik jari pada foto, disebabkan kesalahan penanganan (kurang baik saat
memegang lembaran foto) sehingga menimbulkan kotoran pada emulsi
foto.Adanya bekas kuku, disebabkan karena kesalahan yang sama pada
gambar sebelumnya
6. Penempatan posisi salah, penyebab: Penempatan paket film salah:posisi
film terbalik, tidak berada di daerah yang dimaksud, film digunakan dua kali.
Penempatan tabungX-ray salah: Sudut tabung terlalu tinggi menyebabkan
pemendekan bayangan, sudut tabung terlalu kecil menyebabkan pemanjangan
bayangan. Penempatan pasien salah: kesalahan posisi pasien (pada unit
panoramik)
Sumber : FAKULTAS KEDOKTERAN GIGIUNIVERSITAS
PADJADJARANJATINANGOR2013Kesalahan-kesalahan pada hasil
radiografi
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Radiografi kedokteran gigi adalah teknik yang membantu dalam penegakan


diagnosa dan rencana pengobatan penyakit mulut seperti karies gigi, penyakit periodontal
dan patologi oral. Radiologi kedokteran gigi merupakan langkah awal dalam
pendeteksian tingkat keparahan penyakit. Pemeriksaan radiologi membuat dokter dapat
melihat bagian dalam tubuh pasien untuk mendapatkan petunjuk mengenai kondisi medis
yang dialami.Fungsi dan tujuan utama pemeriksaan radiologi adalah membantu dokter
dalam upaya mendiagnosis dan mengobati penyakit dengan memberi mereka informasi
dari hasil tes radiologi yang tepat waktu dan dapat diandalkan. Untuk memastikan
keandalan hasil tes, dibutuhkan perhatian ekstra sejak pemeriksaan dimulai hingga
penyampaian hasil tes kepada dokter yang meminta.
radiograf mempengaruhi dalam menentukan suatu diagnosis. Kualitas radiograf
dikatakan excellent menandakan tidak terdapat kesalahan pada persiapan pasien,
exposure, posisi, processing atau penanganan film. Kualitas radiograf diagnostically
acceptable menandakan terdapat beberapa kesalahan saat persiapan pasien, exposure,
posisi, processing atau penanganan film namun tanpa mengganggu diagnosis. Kualitas
unacceptable menandakan terdapat kesalahan saat persiapan pasien, exposure, posisi,
processing atau penanganan film dan mengganggu dari diagnosis.
DAFTAR PUSTAKA

Sumber :
http://repository.unissula.ac.id/13933/3/Daftar%20Isi.pdf
https://repository.unair.ac.id/106810/4/isi%20peran%20panoramik%20%28proof
%202%29.pdf
http://repository.unissula.ac.id/15765/5/bab%201.pdf
https://www.batan.go.id/ensiklopedi/08/01/02/04/08-01-02-04.html
Iannucci JM, Howerton LJ. Dental radiography principles and technique. 4th Ed. United
States of America: Elsevier Inc.; 2012.
Evaluasi Mutu Radiografi Kedokteran Gigi,Marina Rosyana ,2019
Jurnal Radiologi Dentomaksilofasial Indonesia 2019; Gambaran kualitas dan mutu
radiograf .Alongsyah Zulkarnaen Ramadhan, Suhardjo Sitam, Azhari, Lusi Epsilawati
Jurnal,Jenis Kesalahan Pengambilan Foto Radiografi,MUH.Alif Reski,2020

Anda mungkin juga menyukai