Anda di halaman 1dari 3

Dalam rongga mulut, cairan sulkus gingiva adalah suatu produk filtrasi fisiologis dari pembuluh

darah yang termodifikasi, karena asalnya dari darah maka komposisi cairan sulkus gingiva sama
dengan darah. Cairan ini merupakan campuran substansi yang kompleks yang berasal dari serum
darah, sel periodonsium dan bakteri mulut yang terdapat dalam sulkus gingiva baik dalam
keadaan yang sehat maupun meradang (Singh dkk, 2014).

Cairan sulkus gingiva atau gingiva crevicular fluid adalah pertahanan lokal yang terpenting pada
sulkus gingiva dan memiliki komponen imun yang lebih kompleks jika dibandingkan dengan
saliva (Rahmana, 2014). Cairan sulkus gingiva terdiri dari bahan serum, antibodi terhadap plak
dan mendiator inflamasi. Komposisi cairan sulkus gingva merupakan hasil interaksi dari biofilm
bakteri yang melekat pada permukaan gigi dan sel-sel jaringan periodontal (Singh dkk., 2014).

Jumlah GCF dapat meningkat lebih banyak ketika terjadi infalamsi, jumalah GCF dapat
dipengaruhi oleh stimulasi mekanikal seperti gosok gigi, mengunyah, terdapat bakteri di rongga
mulut yang dapat menyebabkan inflasi dan hormone seks pada perempuan (Rahmana, 2014).

Beberapa studi klinis meunjukan hubungan antara peningkatan GCF dengan adanya hormon seks
steroid karena aliran GCF berhungan dengan peningkatan permeabilitas pembuluh darah
dentogingiva.

Siklus menstruasi merupakan masa reproduksi normal perempuan ditandai dengan perubahan
ritmis pada kecepatan sekresi hormon-hormon reproduksi perempuan disertai perubahan fisiologi
ovarium dan organ seks lain di setiap bulan. Macam-macam hormon reproduksi perempuan,
yaitu GnRH (Gonadotropin Releasing Hormon) oleh hipotalamus, FSH (Follicle Stimulating
Hormon) dan LH (Luteinizing Hormon) oleh kelenjar hipofisis anterior, serta estrogen dan
progesterone oleh corpus luteum dalam ovarium (Guyton dan Hall, 2014).

Ada 3 fase dalam siklus menstruasi :

1. Fase peluruhan (menstruasi)

Menurut Tortora dan Derrickson (2012), fase menstruasi adalah proses peluruhan lapisan
endometrium disertai dengan perdaharan yang berlangsung selama lima hari pertama siklus
menstruasi (hari pertama siklus terhitung saat hari pertama perdarahan).

Di bawah pengaruh FSH yang distimulasi oleh GnRH, beberapa folikel primordial berkembang
menjadi folikel primer dan kemudian menjadi folikel sekunder (Tortora dan Derrickson, 2012).

2. Fase folikuler (proliferasi)

Fase folikuler merupakan waktu antara akhir menstruasi (peluruhan endometrium) dan ovulasi.
Fase ini berlangsung paling lama di antara ketiga fase dan menjelaskan sebagian besar proses
siklus dari hari ke-6 hingga ke-13 dalam 28 hari (Tortora dan Derrickson, 2012).
Pada sekitar hari ke-6, hanya satu folikel sekunder di salah satu dari dua ovarium yang dapat
bertahan untuk menjadi folikel dominan. Folikel dominan mengeluarkan estrogen sebagai
inhibin atau penghambat sekresi FSH agar folikel lainnya berhenti berkembang atau atresia.
Fenomena bayi kembar terjadi ketika dua atau tiga folikel sekunder menjadi kodominan bertahan
hingga kemudian diovulasi dan dibuahi pada waktu yang hampir bersamaan (Tortora dan
Derrickson, 2012).

Peningkatan sekresi estrogen oleh folikel dominan dalam ovarium meneyebabkan sel-sel stroma
dan sel epitel berproliferasi dengan cepat. Permukaan endometrium akan mengalami epitelisasi
kembali pada hari ke-4 sampai ke-7 siklus menstruasi (Guyton dan Hall, 2014).

3. Fase sekretori (luteal)

Fase sekretori adalah fase antara ovulasi dan onset menstruasi berikutnya berlangsung selama 14
hari dalam siklus, dari hari ke-15 hingga hari ke-28 (Tortora dan Derrickson, 2012).

Folikel sekunder akan berkembang menjadi folikel grafian dan siap untuk ovulasi. Setelah
ovulasi, folikel dewasa runtuh kemudian membran dasar antara sel granulosa rusak. Folikel
grafian berubah mnejadi korpus luteum (Tortora dan Derrickson, 2012).

Korpus luteum kemudian mensekresikan estrogen dan progesterone dalam jumlah besar.
Estrogen menyebabkan sedikit proliferasi sel tambahan pada endometrium pada fase siklus ini,
sedangkan progesteron menyebabkan pembengkakan yang nyata dan perkembangan sekretorik
dari endometrium. Pada puncak fase sekretorik, sekitar 1 minggu setelah ovulasi, ketebalan
endometrium sudah mencapai 5 sampai 6 mm (Guyton dan Hall, 2014).

Ortho

Tekanan mekanis yang dikenakan pada gigi akibat pemakaian alat ortodontik cekat akan
diteruskan ke jaringan periodontal dan menimbulkan respon biologis, hal ini merupakan respon
awal terjadinya inflamasi. Tekanan mekanis mengakibatkan perubahan vaskuler pada ligamen
periodontal yang akan mempengaruhi resorpsi dan aposisi tulang alveolar. Pada proses inflamasi
volume cairan sulkus gingiva meningkat seiring dengan meningkatnya proses inflamasi dan
terjadi pengeluaran mediator inflamasi (Boke et al., 2014).

Penggunaan alat ortodonti dapat menyebabkan terjadinya inflamasi pada jaringan lunak gingiva
yang disebut dengan gingivitis. Gingivitis akan mempengaruhi aliran cairan sulkus gingiva
menjadi meningkat.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa rerata volume cairan sulkus gingiva mengalami
peningkatan sebelum aktivasi (1.4776 μl) hingga mencapai puncaknya pada hari ke 7 setelah
aktivasi (2.5027 μl)
Boke, F., Gazioglu, C., Akkaya, S., & Akkaya, M., 2014, Relationship between orthodontic
treatment and gingival health: A retrospective study, Eur J Dent., 8(3): 373-380

Guyton, A. C., dan Hall, J. E., 2014. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran, Edisi 12, EGC, Jakarta, h.
1022

Rahnama, M., Czupkallo, L., Kozicka-Czupkallo, M., dan Lobacz, M., 2014, Gingival
Crevicular Fluid-Composition and Clinical Importance in Gingivitis and Periodontitis, Journal
Public Health, Vol. 124(2): 96-98.

Singh, P., Gupta, N. Dev., Bey, A., dan Khan, S., 2014, Salivary TNF-alpha: A Potential Marker
of Periodontal Destruction. Journal of Indian Society of Periodontology, Vol. 18(3): 306-310.

Tortora, G. J., dan Derrickson, B. 2012. Principles of Anatomy & Physiology 13th Edition. John
Wiley & Sons, Inc, United States of America.

Anda mungkin juga menyukai