Dosen Pengampu:
drg. Elastria Widita, M.Sc
Penyusun
YOGYAKARTA
2018
Bakteri Patogen Penyebab Penyakit Periodontal
Pada periodontitis kronis ( periodontitis berkembang lambat) bakteri yang paling sering
ditemukan dalam level yang tinggi meliputi Porphyromonas gingivalis, Tannerella forsythia,
Prevotella intermedia, Campylobacter rectus, Eikonella corrodens, Fusobacterium nucleatum,
Actinobacillus actinomycetemcomitas, Peptostreptococcus micros, spesies Treponema dan
Eubacterium (Lamont RJ, dkk).
Periodontitis agresif, yang sebelumnya diklasifikasikan sebagai periodontitis juvenile
(lokalisata dan generalisata), periodontitis berkembang cepat (rapidly progressive
periodontitis), early-onset periodontitis, dan periodontitis prapubertas, diperkirakan
berhubungan dengan keberadaan sejumlah besar Actinobacillus actinomycetemcomitans,
Capnocytophaga spp. dan Porphyromonas gingivalis (Lamont RJ, dkk).
Lebih dari 4000 toksin terdapat di dalam asap rokok, meliputi racun-racun seperti
karbon monoksida, substansi toksis seperti radikal-radikal oksidan, zat-zat karsinogen seperti
zat-zat nitrosamin, dan substansi-substansi adiktif psikoaktif seperti nikotin.
Nikotin dalam rokok merusak sistem respons imun dan menyebabkan penyempitan pembuluh
darah, termasuk pembuluh darah di dalam jaringan sekitar gigi. Hal ini menyebabkan suatu
penurunan oksigen di dalam jaringan dan merusak sistem respons imun, dengan demikian
membentuk suatu lingkungan yang menguntungkan bagi pertumbuhan bakteri penyebab
penyakit periodontal
Sejumlah penelitian menunjukkan keterkaitan antara merokok dengan parameter-
parameter jaringan periodontal dan higiene mulut yang meliputi indeks gingiva, kedalaman
probing, ambang attachment klinis, dan gambaran ambang tulang alveolar. Hasil beberapa
penelitian awal menunjukkan adanya suatu hubungan positif antara merokok dengan
berat/ringannya periodontal disease, pengaruh faktor pengganggu (confounding) potensial
seperti: keadaan sosio-ekonomi, pendidikan, yang pada akhirnya juga berpengaruh pada
ambang higiene mulut. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa pada perokok terlihat ambang
debris lebih tinggi dibanding bukan perokok.
Beberapa penelitian kros-seksional menunjukkan bahwa pada perokok dijumpai
ambang inflamasi gingiva yang lebih rendah (sampai batas ambang plak tertentu) dibanding
bukan perokok Pada penelitian ini digunakan indeks gingiva dan evaluasi bleeding secara
dikotomi pada probing. Selain itu hasil observasi ternyata komposisi plak kurang begitu
berbeda pada perokok dan bukan perokok. Lebih lanjut, perkembangan inflamasi gingiva
dalam merespons akumulasi plak pada perokok kurang begitu menonjol dibandingkan bukan
perokok. Hasil penelitian kros-seksional dan longitudinal ini memberi petunjuk bahwamerokok
merupakan suatu paparan lingkungan yang dapat mengubah respons gingivaterhadap plak
dental
Manifestasi merokok pada rongga mulut
Efek merokok yang berkepanjangan dan prevalensi kerusakan jaringan periodontal juga
menunjukkan saling bergantung satu dengan lainnya. yaitu dengan estimasi pada ukuran
berat/ringannya dalam mengisap rokok. Melalui berbagai hasil observasi penelitian dan
populasi ternyata keterkaitan antara status merokok dan kerusakan jaringan periodontal adalah
sangat kuat dan konsisten. Kenyataan ini menjadi bahan perdebatan apakah merokok
merupakan suatu indikator risiko yang lebih tinggi bagi timbulnya periodontitis dan anggapan
bahwa merokokpun sesungguhnya merupakan juga suatu faktor risiko. Walaupun demikian,
harus diingat bahwa penyebab langsung belum dapat dibuktikan sampai saat ini. Dukungan
tidak langsung dari konsep bahwa berhenti merokok dapat memberi pengaruh menguntungkan
bagi kondisi jaringan periodontal (dan ini merupakan hubungan penyebab) diperoleh dari
membandingkan luasnya, berat/ringan dan kecepatan periodontal disease pada perokok /
current-smoker, mantan perokok / formersmoker dan bukan perokok. Penelitian ini memberi
indikasi bahwa pada mantan perokok terdapat ambang periodontal disease yang sedang /
intermediate, berbeda dibanding dengan bukan perokok dan perokok. Yang menarik, ternyata
kecepatan rata-rata alveolar bone loss berkurang sepertiga pada mantan perokok jika dibanding
pada perokok samping fakta bahwa merokok mempunyai kaitan dengan sejumlah
penyakit/kondisi sistemik, masih dipertentangkan peran kausatif paparan asap rokok terhadap
perkembangan penyakit periodontitis dan suatu hubungan kausal antara merokok terhadap
kerusakan periodontal disease yang pada umumnya dianggap bersifat biologis. Dari sudut
pandang ini, menunjukkan bahwa: pada perokok memperlihatkan ambang infeksi
mikroorganisme yang lebih tinggi dan unsur yang terdapat dalam asap tembakau dapat
mengubah respons inflamasi dan respons imun.
Kasim E, Merokok sebagai faktor risiko terjadinya penyakit periodontal, Jurnal Kedokteran
Trisakti, Jan-April 2001, Vol.19 No.1
Lamont RJ, Lantz MS, Burne RA, LeBlanc DJ, Oral Microbiology and Immunology
Washington DC:ASM Press, 2006:256
Ermawati, T. PERIODONTITIS DAN DIABETES MELITUS .Stomatognatic (J. K. G
Unej) Vol. 9 No. 3 2012: 152 – 154
Soulissa,A G, Hubungan Kehamilan dan Penyakit Periodontal, Jurnal PDGI 63 (3) Hal. 71-77
© 2014