Anda di halaman 1dari 6

MAKALAH KOMUNIKASI DALAM KEPERAWATAN

“KOMUNIKASI PERAWAT DAN DOKTER”

Kelompok 6

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Di Indonesia ada berbagai macam profesi dalam kesehatan.Profesi tersebut juga
mengakibatkan banyaknya institusi kesehatan,diantaranya dokter,bidan,ahli gizi,kesehatan
masyarakat,radiologi,teknobiomedik, farmasi,analis kesehatan, dan perawat. Semua profesi
tadi diwajibkan saling bekerjasama dalam menjalankan profesionalitas profesinya masing-
masing.
Perawat merupakan satu dari banyaknya profesi kesehatan yang ada.Semua profesi
kesehatan yang ada tentu memiliki visi yang sama yakni terwujudnya pelayanan kesehatan
yang prima.Namun dalam pelaksanaannya perawat tidak sendirian.Perawat ditemani oleh
dokter,analis kesehatan,tim kesehatan masyarakat,analis kesehatan,ahli gizi,radiologi dan
lainnya.
Kemudian bagaimana caranya supaya tugas antar profesi keperawatan dapat berjalan
secara harmonis dan pelayanan kesehatan menjadi maksimal? Kolaborasi pendidikan dan
praktik antar profesi kesehatan tentunya sangat dibutuhkan.Semua jenis profesi harus
mempunyai keinginan untuk berkolaborasi.Perawat,bidan, dokter,dan semua profesi lain
merencanakan dan mengaplikasikan ilmu yang diperolehnya di bangku pelajar.
Ketergantungan antar profesi pun dapat tetap ada asalakan dalam batas-batas lingkup praktek
yang sesuai dengan aturan yang ada.

B. TUJUAN
Agar Mahasiswa/i Dapat:
1. Memahami arti komunikasi perawat dan dokter.
2. Memahami kolaborasi perawat dan dokter.
3. Memahami Faktor yang Mempengaruhi Komunikasi.
4. Mengaplikasikan komunikasi dalam dunia keperawatan.

1
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Komunikasi
Komunikasi merupakan proses kompleks yang melibatkan perilaku dan memungkinkan
individu untuk berhubungan dengan orang lain dan dunia sekitarnya. Nursalam (2007)
menyatakan, komunikasi juga merupakan suatu seni untuk dapat menyusun dan
menghantarkan suatu pesan dengan cara yang mudah sehingga orang lain dapat mengerti dan
menerima maksud dan tujuan pemberi pesan Menurut Potter dan Perry (1993), komunikasi
terjadi pada tiga tingkatan yaitu intrapersonal, interpersonal dan publik. Makalah ini
difokuskan pada komunikasi interpersonal yang terapeutik. Komunikasi interpersonal adalah
interaksi yang terjadi antara sedikitnya dua orang atau dalam kelompok kecil, terutama dalam
keperawatan. Komunikasi interpersonal yang sehat memungkinkan penyelesaian masalah,
berbagai ide, pengambilan keputusan, dan pertumbuhan personal.

B. Prinsip-prinsip Komunikasi
Adapun prinsip-prinsip komunikasi terapeutik menurut Carl Rogers yaitu :
1. Perawat harus mengenal dirinya sendiri.
2. Komunikasi harus ditandai dengan sikap saling menerima, percaya, dan menghargai.
3. Perawat harus memahami, menghayati nilai yang dianut oleh pasien.
4. Perawat harus menyadari pentingnya kebutuhan pasien, baik fisik maupun mental.
5. Perawat harus dapat menciptakan suasana yang nyaman dan aman bagi pasien.
6. Kejujuran dan terbuka.
7. Mampu sebagai role model.
8. Altruisme.
9. Bertanggung jawab .

C. Komponen-komponen dalam Komunikasi


a. Sender (pemberi pesan): individu yang bertugas mengirimkan pesan.
b. Receiver (penerima pesan): seseorang yang menerima pesan. Bisa berbentuk pesan yang
diterima maupun pesan yang sudah diinterpretasikan.
c. Pesan : informasi yang diterima, bisa berupa kata, ide atau perasaan. Pesan akan efektif bila
jelas dan terorganisir yang diekspresikan oleh si pengirim pesan.
d. Media: metode yang digunakan dalam pesan yaitu kata, bisa dengan cara ditulis, diucapkan,
diraba, dicium.
2
Contoh: catatan atau surat adalah kata; bau badan atau cium parfum adalah penciuman
(dicium), dan lain-lain.
e. Umpan balik: penerima pesan memberikan informasi/ pesan kembali kepada pengirim pesan
dalam bentuk komunikasi yang efektif. Umpan balik merupakan proses yang kontinue karena
memberikan respons pesan dan mengirimkan pesan berupa stimulus yang baru kepada
pengirim pesan.

D. Faktor yang Mempengaruhi Komunikasi


1. Situasi/suasana
Situasi/suasana yang hiruk pikuk atau penuh kebisangan akan mempengaruhi baik/tidaknya
pesan diterima oleh komunikan,suara bising yang diterima komunikan saat proses komunikasi
berlangsung membuat pesan tidak jelas, kabur, bahkan sulit diterima.Oleh karena itu, sebelum
proses komunikasi dilaksanakan, lingkungan harus diciptakan sedemikian rupa supaya tenang
dan nyaman.Komunikasi yang berlangsung dan dilakukan pada waktu yang kurang tepat
mungkin diterima dengan kurang tepat pula.Misalnya,apabila perawat memberikan penjelasan
kepada orang tua tentang cara menjaga kesterilan luka pada saat orang tua sedang sedih,tentu
saja pesan tersebut kurang diterima dengan baik oleh orang tua karena perhatian orang tua tidak
berfokus pada pesan yang disampaikan perawat,melainkan pada perasaan sedihnya.
2. Kejelasan pesan
Kejelasan pesan akan sangat mempengaruhi keefektifan komunikasi.Pesan yang kurang jelas
dapat ditafsirkan berbeda oleh komunikan sehingga antara komunikan dan komunikator dapat
berbeda persepsi tentang pesan yang disampaikan.Hal ini akan sangat mempengaruhi
pencapaian tujuan komunikasi yang dijalankan.Oleh karena itu,komunikator harus memahami
pesan sebelum menyampaikannya pada komunikan, dapat dimengerti komunikan dan
menggunakan artikulasi dan kalimat yang jelas.

E. Komunikasi antara Perawat dengan Dokter


Hubungan perawat-dokter adalah satu bentuk hubungan interaksi yang telah cukup lama dikenal
ketika memberikan bantuan kepada pasien.Perawat bekerja sama dangan dokter dalam berbagai
bentuk. Perawat mungkin bekerja di lingkungan di mana kebanyakan asuhan keperawatan bergantung
pada instruksi medis.
3
Perawat diruang perawatan intensif dapat mengikuti standar prosedur yang telah ditetapkan yang
mengizinkan perawat bertindak lebih mandiri.Perawat dapat bekerja dalam bentuk kolaborasi dengan
dokter. Contoh. Ketika perawat menyiapkan pasien yang baru saja didiagnosa diabetes pulang
kerumah, perawat dan dokter bersama-sama mengajarkan klien dan keluarga begaimana perawatan
diabetes di rumah.Selain itu komunikasi antara perawat dengan dokter dapat terbentuk saat visit dokter
terhadap pasien, disitu peran perawat adalah memberikan data pasien meliputi TTV, anamnesa, serta
keluhan-keluhan dari pasien,dan data penunjang seperti hasil laboraturium sehingga dokter dapat
mendiagnosa secara pasti mengenai penyakit pasien.Pada saat perawat berkomunikasi dengan dokter
pastilah menggunakan istilah-istilah medis, disinilah perawat dituntut untuk belajar istilah-istilah medis
sehingga tidak terjadi kebingungan saat berkomunikasi dan komunikasi dapat berjalan dengan baik
serta mencapai tujuan yang diinginkan.
Komuniaksi antara perawat dengan dokter dapat berjalan dengan baik apabila dari kedua pihak
dapat saling berkolaborasi dan bukan hanya menjalankan tugas secara individu, perawat dan dokter
sendiri adalah kesatuan tenaga medis yang tidak bisa dipisahkan. Dokter membutuhkan bantuan
perawat dalam memberikan data-data asuhan keperawatan, dan perawat sendiri membutuhkan
bantuan dokter untuk mendiagnosa secara pasti penyakit pasien serta memberikan penanganan lebih
lanjut kepada pasien. Semua itu dapat terwujud dwngan baik berawal dari komunikasi yang baik pula
antara perawat dengan dokter.

F. Pengertian Kolaborasi
Kolaborasi adalah hubungan kerja diantara tenaga kesehatan dalam memberikan
pelayanan kepada pasien/klien adalah dalam melakukan diskusi tentang diagnosa,melakukan
kerjasama dalam asuhan kesehatan,saling berkonsultasi atau komunikasi serta masing-masing
bertanggung jawab pada pekerjaannya.
Namun demikian kolaborasi sulit didefinisikan untuk menggambarkan apa yang sebenarnya
yang menjadi esensi dari kegiatan ini. Seperti yang dikemukakan National Joint Practice
Commision (1977) yang dikutip Siegler dan Whitney (2000) bahwa tidak ada definisi yang
mampu menjelaskan sekian ragam variasi dan kompleknya kolaborasi dalam kontek perawatan
kesehatan berdasarkan kamus Heritage Amerika (2000), kolaborasi adalah bekerja bersama
khususnya dalam usaha penggambungkan pemikiran.

4
Hal ini sesuai dengan apa yang dikemukanan oleh Gray (1989) menggambarkan bahwa
kolaborasi sebagai suatu proses berfikir dimana pihak yang terklibat memandang aspek-aspek
perbedaan dari suatu masalah serta menemukan solusi dari perbedaan tersebut dan keterbatasan
padangan mereka terhadap apa yang dapat dilakukan.
American Medical Assosiation (AMA), 1994, setelah melalui diskusi dan negosiasi yang
panjang dalam kesepakatan hubungan professional dokter dan perawat, mendefinisikan istilah
kolaborasi sebagai berikut ;Kolaborasi adalah proses dimana dokter dan perawat
merencanakan dan praktek bersama sebagai kolega, bekerja saling ketergantungan dalam
batasan-batasan lingkup praktek mereka dengan berbagi nilai-nilai dan saling mengakui dan
menghargai terhadap setiap orang yang berkontribusi untuk merawat individu, keluarga dan
masyarakat.
Tujuan kolaborasi perawat adalah untuk membahas masalah-masalah tentang klien dan
untuk meningkatkan pamahaman tentang kontrbusi setiap anggota tim serta untuk
mengidentifikasi cara-cara meningkatkan mutu asuhan klien.Agar hubungan kolaborasi dapat
optimal,semua anggota profesi harus mempunyai keinginan untuk bekerjasama.Perawat dan
dokter merencanakan dan mempraktekkan sebagai kolega,bekerja saling ketergantungan dalam
batas-batas lingkup praktek dengan berbagai nilai-nilai dan pengetahuan serta respek terhadap
orang lain yang berkonstribusi terhadap perawatan individu,keluarga dan masyarakat.
G. Hambatan Kolaborasi Dokter dan Perawat
a. Dominasi Kekuasan.
Dari pengamatan penulis terutama dalam praktek Asuhan Keperawatan perawat belum dapat
melaksanakan fungsi kolaborasi dengan baik khususnya dengan dokter walaupun banyak
pekerjaan yang seharusnya dilakukan dokter dikerjakan oleh perawat, walaupun kadang tidak
ada pelimpahan tugasnya dan wewenang. Hal ini karena masih banyaknya dokter yang
memandang bahwa perawat merupakan tenaga vokasional. Degradasi keperawatan ke posisi
bawahan dalam hubungan kolaborasi perawat-dokter, secara empiris hal ini menunjukkan
bahwa dokter berada di tengah proses pengambilan keputusan dan perawat melaksanakan
keputusan tersebut. Pada tahun 1968, psikiater Leonard Stein menggambarkan hubungan
perawat-dokter pada kenyataanya perawat menjadi pasif.

5
b. Perbedaan Tingkat Pendidikan/Pengetahuan
Perbedaan tingkat pendidikan dan pengetahuan dokter dan perawat secara umum masih
jauh dari harapan hal ini dapat berdampak pada interprestasi terhadap masalah kesehatan pasien
yang berbeda, tentu juga akan berdampak pada mutu asuhan yang diberikan.
c. Komunikasi
Komunikasi dibutuhkan untuk mewujudkan kolaborasi yang efektif, bertanggungjawab
dan saling menghargai antar kolaborator, catatan kesehatan pasien akan menjadi sumber utama
komunikasi yang secara terbuka dapat dipahami sebagai pemberi informasi dari disiplin profesi
untuk pengambilan keputusan. Kesenjangan tingkat pendidikan dan pengetahuan akan
menghambat proses komunikasi yang efektif.
d. Cara Pandang
Perbedaan antara dokter dan perawat dalam upaya kolaboratif terlihat cukup mencolok.
Dokter dapat menentukan atau memandang kolaborasi dalam perspektif yang berbeda dari
perawat. Mungkin dokter berpikir bahwa kerjasama tersirat dalam tindak lanjut sehubungan
dengan mengikuti perintah /instruksi daripada saling partisipasi dalam pengambilan keputusan.
Meskipun komunikasi merupakan komponen yang diperlukan, itu saja tidak cukup untuk
memungkinkan kolaborasi terjadi. Gaya maupun cara berkomunikasi juga berpengaruh
terhadap efektivitas komunikasi. Pelaksanaan instruksi dokter oleh perawat dipandang sebagai
kolaborasi oleh dokter sedangkan perawat merasa mereka sedang diperintahkan untuk
melakukan sesuatu. Kemungkinan kedua adalah bahwa perawat tidak merasa nyaman
“menantang” dokter dengan memberikan sudut pandang yang berbeda.. Atau, mungkin input
yang perawat berikan tidak dihargai atau ditindaklanjuti, sehingga interaksi tersebut tidak
dirasakan oleh perawat sebagai kolaborasi.

6
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dalam melaksanakan tugasnya, perawat tidak dapat bekerja tanpa berkolaborasi dengan
profesi lain. Profesi lain tersebut diantaranya adalah dokter, ahli gizi, apoteker dsb. Setiap
tenaga profesi tersebut mempunyai tanggung jawab terhadap kesehatan pasien. Bila setiap
profesi telah dapat saling menghargai, maka hubungan kerja sama akan dapat terjalin dengan
baik. Selain itu perawat juga mempunyai tanggung jawab dan memiliki untuk:
1) Perawat senantiasa memelihara hubungan baik antara sesama perawat dan dengan tenaga
kesehatan lainnya, baik dalam memelihara kerahasiaan suasana lingkungan kerja maupun
dalam mencapai tujuan pelayanan kesehatan secara menyeluruh.
2) Perawat senantiasa menyebarluaskan pengetahuan, keterampilan dan pengalamannya kepada
sesama perawat serta menerima pengetahuan dan pengalaman dari profesi lain dalam rangka
meningkatkan kemampuan dalam bidang keperawatan.
3) Perawat merupakan kesatuan integral dengan tenaga kesehatan lainya yang tak bisa dipisah –
pisahkan dan disendirikan.
Tidak ada kelompok yang dapat menyatakan lebih berkuasa diatas yang lainnya. Masing-
masing profesi memiliki kompetensi profesional yang berbeda sehingga ketika digabungkan
dapat menjadi kekuatan untuk mencapai tujuan yang diharapkan. Banyaknya faktor yang
berpengaruh seperti kerjasama, sikap saling menerima,
berbagi tanggung jawab, komunikasi efektif sangat menentukan bagaimana suatu tim
berfungsi.Kolaborasi yang efektif antara anggota tim kesehatan memfasilitasi
terselenggaranya pelayanan pasien yanag berkualitas.

B. Saran
1. Perlu adanya sosialisasi praktik kolaborasi dan managed care diantara tim kerja kesehatan atau
profesi kesehatan mulai dari situasi pendidikan.
2. Untuk meningkatkan mutu pelayanan keperawatan kesehatan perlu adanya peningkatan
pendidikan perawat dan komunikasi yang baik ke pasien maupun antar tim kerja, dan untuk
meningkatkan praktik kolaborasi perlu adanya komitmen bersama antara pemimpin
(struktural) dan fungsional (profesi kesehatan), dimana pimpinan dapat mengadopsi managed
care dan mensosialisasikan serta dapat diterapkan pada pelayanan.

Anda mungkin juga menyukai