Anda di halaman 1dari 10

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Kesehatan merupakan kebutuhan dasar manusia. Tanpa kondisi yang

sehat kita tidak bisa melakukan kegiatan sehari-hari dengan baik. Oleh sebab itu

harus meningkatkan kesehatan semaksimal mungkin, sesuai dengan Undang-

Undang RI No.30 tahun 2009 tentang kesehatan yang menyebutkan bahwa

pembangunan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan

kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan yang

setinggi-tingginya, sebagai investasi bagi pembangunan sumber daya manusia

yang produktif secara sosial dan ekonomi. Kesehatan adalah keadaan sehat, baik

secara fisik, mental, spiritual maupun sosial yang memungkinkan setiap orang

untuk produktif secara social ekonomis (UU No 36, 2009)

Kesehatan yang perlu diperhatikan selain kesehatan tubuh secara umum

juga kesehatan gigi dan mulut, karena kesehatan gigi dan mulut dapat

membebani kesehatan tubuh secara menyeluruh. Dengan kata lain bahwa

kesehatan gigi dan mulut merupakan bagian integral dari kesehatan tubuh secara

umum (Malik, 2008)

Dalam rongga mulut, mulut merupakan pintu masuknya makanan dan

minuman kedalam tubuh. Mulut merupakan pintu utama system pencernaan, dan

dalam mulut terdapat bibir, ludah gusi, gigi dan ludah yang berfungsi sebagai

indera pengecap 95% air ludah terdiri dari air, sisanya bermacam-macam zat

seperti kalsium, fosfor, natrium, magnesium.(Machfoedz, 2008)

Saliva merupakan campuran berbagai cairan yang beterdapat dalam

rongga mulut.(Pratiwi, 2009). Saliva berfungsi sebagai cairan pembersih dalam

1
2

mulut., sehingga diperlukan dalam jumlah yang cukup. Kekurangan saliva akan

membuat tingginya jumlah plak dalam mulut. Fungsi perlindungan ini sangat

dipengaruhi oleh perubahan yang berhubungan dengan komposisi maupun

viskositas, derajat keasaman, dan susuan ion serta protein saliva(Amalia, 2013)

Derajat keasaman (pH) saliva merupakan salah satu faktor penting yang

dapat mempengaruhi proses terjadinya demineralisasi pada permukaan gigi.

Perubahan pH saliva dipengaruhi oleh susunan kuantitatif dan kualitatif

elektrolit didalam saliva terutama oleh susunan ion bikarbonat. Dalam keadaan

normal, pH saliva berkisar antara 5,6-7,0 dengan rata-rata 6,7 (Agustina, 2014)

Kontrasepsi hormonal merupakan salah satu alat kontrasepsi yang

banyak disukai oleh para peserta keluarga berencana. Keluarga berencana

merupakan suatu cara yang efektif untuk mencegah mortalitasnya ibu dan anak

karena dapat menolong pasangan suami istri menghindari kehamilan resiko

tinggi. Keluarga berencana tidak dapat menjamin kesehatan ibu dan anak, tetapi

dengan melindungi keluarga terhadap kehamilan resiko tinggi, keluarga

berencana (KB) dapat menyelamatkan jiwa dan mengurangi angka kesakitan.

Hal ini sesuai dengan data yang disampaikan oleh Badan Kependudukan dan

Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) pada bulan Februari 2012 sebanyak

1.256.250 peserta untuk kategori peserta KB hormonal terdapat 312.676 dengan

pengguna kontrasepsi suntik, 171.835 pengguna kontrasepsi pil. (BKKBN,

2012). Hormon yang terkandung dalam kontrasepsi ini adalah hormon sintetik

estrogen dan ptrogesterone. Metode kontrasepsi hormonal terdiri dari pil, suntik,

dan implan ( Handayani, 2010)


3

Pil merupakan salah satu alat kontrasepsi hormonal yang bertujuan untuk

mencegah terjadinya kehamilan yang ditambahkan kedalam tubuh seseorang

wanita dengan cara diminum, tidak mengganggu senggama atau hubungan

suami istri, aman, reversibilitas tinggi. (Sisilia sanding et al, 2014)

Kontrasepsi suntik atau KB suntik merupakan metode kontrasepsi efektif

yaitu metode yang dalam penggunaannya mempunyai efektifitas atau tingkat

kelangsungan pemakaian relatif lebih tinggi serta angka kegagalan relatif lebih

rendah bila dibandingkan dengan alat kontrasepsi sederhana( BKKBN dalam

Mardiantari 2014)

Penggunaan kontrasepsi yang mengandung hormonal pil dan suntik

dapat mengubah keadaan hormonal pada jaringan periodontal pemakai

kontrasepsi yang dapat menyebabkan inflamasi pada gingiva. Dalam kehidupan

wanita, fluktuasi hormonal mempunyai perbedaan yang kuat pada rongga mulut,

dalam bentuk inflamasi, gingivitis, periodontitis dan perubahan populasi

mikroorganisme serta perasaan tidak nyaman dalam mulut.(Hanrum, 2016)

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Devita Candrarin pada tahun 2014

menunjukkan bahwa sebagian besar responden hormonal suntik sebanyak 97

responden (53,9%) didapatkan pH saliva cenderung asam, hampir setengah

responden kontrasepsi hormonal pil sebanyak 60 responden (33,3%) didapatkan

pH saliva cendrung normal.

Penelitian yang dilakukan oleh Arifurrahman B. di Makassar

menyatakan bahwa terdapat hubungan lama pemakaian kontrasepsi hormonal pil

dan suntik terhadap nilai indeks gingival pada pengguna kontrasepsi pil dan
4

suntik dapat meningkatkan jumlah inflamasi pada gingival sehingga

menyebabkan gingivitis derajat sedang.( Arifurrahman, 2014)

Beberapa penelitian mengungkapkan adanya peningkatan status pH dan

volume saliva pada pengguna kontrasepsi hormonal. Progesterone dan ekstrogen

yang terdapat pada kontrasepsi hormonal diduga dapat meningkatkan status pH

dan volume saliva. (Hanrum, 2016) Adanya hormon esterogen dan progesteron

yang terkandung dalam kontrasepsi ini akan memberikan pengaruh pada

lingkungan rongga mulut terutama pada kondisi saliva dan gingiva pemakainya

(Putri, 2014)

Penggunaan kontrasepsi yang mengandung progesteron dan esterogen

akan menyebabkan peningkatan permeabilitas pembuluh darah jaringan perifer

dan jumlah eksudat dalam sulkus gingiva, keadaan ini merupakan predisposisi

dari perluasan lesi radang sehingga akan memperberat radang kronis pada

jaringan gingiva. (Amalia, 2010)

Adanya estrogen dan progesteron ini dapat merusak respon jaringan

gingiva terhadap iritasi lokal, karena adanya kerusakan sel mastosit gingiva,

Derajat keparahan inflamasi dipengaruhi oleh kadar hormon estrogen dan

progesteron dalam plasma darah. Pada kondisi inflamasi gingiva tidak terjadi

kehilangan perlekatan, terdapat gambaran kemerahan di margin gingiva pada

pemeriksaan klinis, pembengkakan dengan tingkat yang bervariasi, perdarahan

saat probing dengan tekanan ringan dan perubahan bentuk gingiva (fisiologik) .

(Wulansari, 2015)

Estrogen dan progesteron memiliki peran biologis yang dapat

berdampak pada sistem organ lainnya termasuk kavitas oral. Kenaikan


5

progesteron dapat menyebabkan meningkatnya permeabilitas pembuluh darah

jaringan perifer dan jumlah eksudasi dalam sulkus gingiva. Keadaan ini

merupakan predisposisi dari perluasan lesi radang sehingga akan memperberat

radang kronis pada jaringan gingiva (Hanrum, 2016)

Kandungan estrogen dan progesteron yang terdapat pada kontrasepsi

hormonal akan mempengaruhi jumlah kostisol dalam tubuh. Kostisol tersebut

dapat meningkatkan sekresi saliva akan berakibat pada peningkatan jumlah

bikarbonat yang pada akhirnya juga meningkatkan pH saliva(Candrarin,2014).

Penelitian yang dilakukan oleh Amalia menunjukkan penggunaan

kontrasepsi hormonal pil mengandung estrogen 20-100 mcg dan progestin 0,4

mg dan 0,05 -0,15 mg, efek dari estrogen dan progestational dari pil oral

mempunyai pengaruh pada organ-organ dan jaringan tubuh dan pil yang

diberikan dapat menyebabkan rangsangan yang lebih atau kurang, sehingga

adanya pengaruh rangsangan yang lebih atau kurang tersebut mengakibatkan

ketidakstabilan hormon yang diproduksi, hal itu berdampak pada kadar pH

saliva karena bila kadar pH mengalami penurunan dalam rongga mulut dapat

menyebabkan demineralisasi elemen-elemen gigi dengan cepat, sedangkan pada

kenaikan kada pH dapat membenetuk kolonisasi bakteri dan juga meningkatkan

kalkulus (Amalia, 2013)

Penelitian lainnya yang dilakukan oleh Marasabessy mengemukakan

kandungan estrogen dan progesteron yang terdapat pada kontrasepsi hormonal

akan mempengaruhi peningkatan peningkatan pH saliva.

Kandungan estrogen dan progesteron yang terdapat pada kontrasepsi

hormonal akan mempengaruhi peningkatan jumlah kortisol dalam saliva.


6

Kortisol akan mempengaruhi sistem saraf simpatis melalui reseptor α dan β

adrenergic sehingga menyebabkan peningkatan sekresi saliva yang berujung

pada peningkatan volume saliva. Peningkatan kecepatan sekresi saliva akan

berakibat pada peningkatan jumlah bikarbonat yang pada akhirnya juga

meningkatkan pH saliva. Sauer JR dalam Diana (2014)

Laporan keluarga berencana Kota Semarang di Puskesmas Pudak

Payung didapatkan pengguna KB aktif Kelurahan Gedawang pada bulan

September sebanyak 1826, dan jumlah KB aktif menurut metode kontrasepsi

cara modern terbanyak pada pemakai kontasepsi pil sebanyak 185 dan pemakai

kontrasepsi suntik sebanyak 770 orang.

Karena terdapat banyak peserta KB yang menggunakan kontrasepsi pil,

suntik, maka diasumsikan bahwa imflami pada gingiva dan prevalensi penyakit

periodontal dan menurunnya kebersihan rongga mulut dapat menjadi semakin

tinggi. Apalagi jika ditambah dengan kurangnya perhatian terhadap kesehatan

mulut.

Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan pada tanggal 29 oktober

2018 di Desa Gedawang pada 10 pemakai kontrasepsi yang terdiri dari 5

pemakai kontrasepsi hormonal pil dan 5 orang pemakai kontrasepsi hormonal

suntik dilakukakn pengukuran pH saliva menggunakan pH indikator. Hasil

pengukuran pada 5 orang pemakai kotrasepsi hormonal pil menggunakan pH

indikator cenderung normal dan 5 orang pemakai kontrasepsi hormonal suntik

cenderung asam.

Berdasarkan uraian latar belakang diatas penulis tertarik

mengidentifikasi “Apakah ada perbedaan pH saliva pemakai kontrasepsi


7

hormonal pil dan sunik pada wanita usia 20-40 tahun di Kelurahan Gedawang

Semarang tahun 2018?”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uaraian latar belakang diatas, didapatkan rumusan masalah

dalam penelitian ini “ Apakah ada perbedaan pH saliva pemakai kontrasepsi

hormonal pil dan suntik pada wanita usia 20 – 40 tahun dikelurahan Gedawang

Semarang tahun 2018?”

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui perbedaan pH saliva pemakai kontrasepsi

hormonal pil dan suntik pada wanita usia 20-40 tahun dikelurahan

Gedawang Semarang tahun 2018.

2. Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahui pH saliva pemakai kontrasepsi hormonal pil pada

wanita usia 20 – 40 tahun di Kelurahan Gedawang Semarang tahun

2018.

b. Untuk mengetahui pH saliva pemakai kontrasepsi hormonal suntik pada

wanita usia 20 – 40 tahun di Kelurahan Gedawang Semarang 2018.

D. Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Manfaat bagi Institusi


8

Dapat menambah referensi tentang perbedaan pH saliva pemakai

Kontrasepsi hormonal pil dan suntik di perpustakaan Poltekkes Kemenkes

Semarang dan tambahan informasi bagi mahasiswa.

2. Manfaat bagi Peneliti

Menambah ilmu penetahuan tentang perbedaan pH saliva pada pemakai

kontrasepsi hormonal terutama pada kontasepsi hormonal pil dan suntik.

3. Manfataan bagi Masyarakat

Dengan adanya penelitian ini, diharapkan masyarakat terutama wanita usia

20 – 40 tahun mengetahui pemakaian kontrasepsi yang dapat mempengaruhi

pH saliva dalam rongga mulut.

E. Keaslian Penelitian

Penelitian yang berjudul “Perbedaan pH Saliva terhadap pemakai kontrasepsi

hormonal pil dan suntik pada wanita usia 20-40 ttahun di Kelurahan Gedawang

Semarang” merupakan penelitian lanjutan, sebab sudah ada penelitian

sebelumnya.
9

Tabel 1.1 Keaslian Penelitian

N Judul Variabel Subjek Metode Resume


o Penelitian Yang Diteliti Penelitian Penelitian Hasil
Penelitian
1 Gambaran Variabel Wanita Metode Pengguna
status pH dan pengaruh: berusia yang kontrasepsi
Volume Kontrasepsi 20-35 digunakan pil memiliki
saliva pada hormonal tahun adalah nilai rata-rata
pengguna (pil,suntik,im deskriptif pH tinggi bila
kontrasepsi plan) dengan dibandingkan
hormonal Variabel rancangan dengan
dikecamatan terpengaruh: cross- pengguna
Mappakasun Status pH sectional kontrasepsi
ggu dan Volume suntik,implan
Kabupaten saliva dan kontrol.
Takalar tahun
2013
2 Penggunaan Variabel 180 Analitik Pengguna
kontrasepsi pengaruh: aseptor observasion kontrasepsi
hormonal kontrasepsi kontraseps al dengan pil kadarpH
dengan kadar hormonal hormonal desain lebih tinggi
pH saliva di Variabel cross- dibandingkan
BPM NY”E” terpengaruh: sectional dengan
desa japanan Kadar pH kontrasepsi
kecamatan saliva pil dan
Kemlagi implan
Mojokerto
tahun 2014

Perbedaan penelitian yang akan dilakukan peneliti dengan peneliti sebelumnya

terletak pada:

Tabel 1.2 Perbedaan Penelitian


N Judul penelitian Variabel Subjek penelitian Metode
o yang diteliti penelitian
1 Perbedaan pH Variabel Wanita pemakai Observasion
saliva terhadap pengaruh : kontrasepsi al Analitik
Pemakai -kontrasepsi hormonal usia 20- dengan
Kontrasepsi hormonal pil 40 tahun minimal 3 menggunak
Hormonal Pil dan dan suntik bulan pemakaian an
Suntik Variabel rancangan
diKelurahan terpengaruh: cross-
Gedawan pH saliva sectional
Semarang Tahun
2018
1

Anda mungkin juga menyukai