Anda di halaman 1dari 64

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN MATERNITAS PADA Ny “H” DENGAN


PREEKLAMSIA DI UPTD BLUD PUSKESMAS AIK MUAL KECAMATAN PRAYA
KABUPATEN LOMBOK TENGAH
TANGGAL 14 MARET - 15 MARET 2023

AHMAD BAYU KELANA

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS KESEHATAN
UNIVERSITAS QAMARUL HUDA BADARUDDIN BAGU
T.A. 2022/2023
LAPORAN PENDAHULUAN

1
KONSEP TEORI
A. Konsep Teori
1. Pengertian
kehamilan dimulai dengan proses bertemunya sel telur dan sel sperma
sehingga terjadi fertilisasi, dilanjutkan dengan implantasi sampai lahirnya
janin.proses kehamilan normal nya berlangsung selama 280 hari atau 40 minggu
atau 9 bulan kalender. Lamanya kehamilan dihitung Sejak hari pertama haid
terakhir (HPHT) namun sebenarnya fertilisasi terjadi sekitar 2 minggu setelah
HPHT. Sehingga umur janin pasca konsepsi kurang 2 minggu dari perhitungan
sejak HPHT, yaitu 266 hari atau 38 Minggu (Yuliana et al., 2021).
2. Periode kehamilan
Kehamilan dibagi menjadi 3 triwulan (trimester) yaitu sebagai berikut :
(Yuliana et al., 2021).
a. Kehamilan trimester pertama : 0 hingga 12 minggu
b. Kehamilan trimester kedua : 13 hingga 28 minggu
c. Kehamilan trimester kedua : 29 hingga 40 minggu
3. Proses kehamilan
Proses kehamilan menurut (Sukarni & margareth, 2019) peristiwa prinsip
pada terjadi kehamilan sebagai berikut
a. Pembuahan atau fertilisasi di tempat bertemunya sel telur atau ovum wanita
dengan sel sperma pria
b. Pembelahan sel zigot hasil pembuahan tersebut
c. Nidasi / implantasi zigot tersebut pada dinding saluran reproduksi (pada keadaan
normal: implantasi pada lapisan endometrium dinding avum uteri).
Pertumbuhan dan perkembangan zigot embrio-janin menjadi bakal individu
baru. Kehamilan dipengaruhi berbagai hormone: estrogen, progesteron, human
chorionic gonadhotropin, human somatomammotropin dan prolaktin. HCG adalah
hormon aktif khusus yang berperan selama awal kehamilan serta berfluktuasi
kadarnya selama kehamilan. Selain yang disebutkan di atas, juga terjadi perubahan
juga pada anatomi dan fisiologi organ-organ system reproduksi dan organ- organ
sistem tubuh lainnya, yang dipengaruhi terutama oleh perubahan kesimbangan
hormonal tersebut (Sukarni & margareth , 2019).

4. Tanda kehamilan
2
Tanda dan gejala kehamilan ada 3 yaitu tanda presumtif, probable, dan tanda
pasti (Senoadji, 2012).
a. Tanda presumtif :
1) Amenorea (tidak haid).
Konsepsi dan implantasi menyebabkan tidak terjadi pembentukan folikel de graaf
dan ovulasi.
2) Emesis (mual dan muntah).
Pengaruh estrogen-progesteron menyebabkan pengeluaran asam lambung yang
berlebihan. Mual dan muntah terutama pada pagi hari menyebabkan nafsu makan
berkurang disebut morning sickness.
3) Ngidam.
Wanita hamil sering menginginkan makanan tertentu yang disebut ngidam.
4) Payudara tegang.
Pengaruh estrogen-progesteron dan somatomamotrofin menimbulkan deposit
lemak, air, dan garam pada payudara.
5) Sering berkemih.
Desakan rahim kedepan menyebabkan kandung kemih cepat terasa penuh dan
sering kemih. Pada trimester kedua gejala ini akan menghilang.
6) Konstipasi atau obstipasi.
Pengaruh progesteron dapat menghambat peristaltik usus menyebabkan kesulitan
untuk buang air besar.
7) Merasa lemas dan letih
8) Berat badan naik.
b. Tanda probable (kemungkinan)
Menurut (Deswani et al., 2018) tanda kemungkinan dapat dilihat
sebagai berikut :
1) Tanda hegar terjadi pada minggu-minggu pertama kehamilan,
meningkatnya ukuran uterus terutama terbatas pada diameter
anteroposterior, tetapi pada masa gestasi selanjutnya, korpus uterus
hampir membulat garis tengah uterus rata-rata 8 cm dicapai pada
minggu ke-12. Pembuluh darah dalam serviks bertambah dan karena
terjadinya odema dari serviks dan hiperplasia kelenjar- kelenjar serviks
sehingga serviks menjadi lunak.
2) Ballottement (balottmen) sekitar pertengahan kehamilan, volume janin
lebih kecil disbanding volume cairan amnion. Tekanan mendadak pada

3
uterus dapat menyebabkan janin tenggelam dalam cairan amnion dan
kemudian memantul kesisi semula, benturan yang ditimbulkan
ballottement dapat dirasakan oleh jari-jari tangan pemeriksa.
3) Tanda goodel, di luar kehamilan konsistensi serviks keras, kerasnyaseperti
kita merasa ujung hidung, dalam kehamilan serviks menjadilunak pada
perabaan selunak bibir atau ujung bawah daun telinga.
4) Tanda braxton hicks, bila uterus dirangsang akan mudah berkontraksi,
waktu palpasi atau pemeriksaan dalam uterus yang tadinya lunak akan
menjadi keras karena berkontraksi.
5) Tanda chadwick, hipervaskularisasi mengakibatkan vagina dan vulva
tampak lebih merah, agak kebiru-biruan (livide) Warna porsio pun
tampak livide yang disebabkan oleh pengaruh hormon estrogen.
6) HCG adalah hormone yang dihasilkan selama kehamilan ,dapat dideteksi
dari darah atau air seni wanita hamil sesudah kurang lebih 0 hari sesudah
pembuahan. HCG ini dapat menstimulasi terjadinya mual dan muntah
pada ibu hamil ( Husin & Farid 2015).
c. Tanda pasti
1) Denyut jantung janin
2) Pada pemeriksaan USG terlihat adanya kantong kehamilan.
3) Adanya gerakan janin terlihat dari visualisasi USG. (Husin & Farid 2015).
5. Adaptasi fisiologis
a. System kardiovaskular
menurut hasil penelitian sistem imun dan sistem hormonal bekerja sama
untuk mulai adaptasi hemodinamik. Perubahan hemodinamik yang paling
penting pada sirkulasi selama kehamilan adalah peningkatan volume darah dan
cardiac output serta penurunan tahanan pembuluh darah perifer. Perubahan
yang lain terjadi pada letak dan ukuran jantung, detak jantung, stroke volume
dan distribusi darah.Volume jantung meningkat dari 70 ml menjadi 80 ml
antara trimester 1 dan trimester 3. Tekanan vena dalam batas-batas normal
pada ekstremitas atas dan bawah, cenderung naik. setelah akhir trimester
pertama nadi biasanya naik, nilai rata-ratanya 84 per menit pada akhir
kehamilan sebagian besar wanita mengalami pembengkakan edema di tungkai
bawah akibat kombinasi efek progesteron yang melemaskan tonus vaskuler
perifer,terhambatnya aliran balik vena oleh uterus dan gaya gravitasi (Yuliana
4
et al., 2021)
b. System endokrin
Beberapa perubahan utama pada system endokrin, yaitu:
1) Perubahan-perubahan hormonal selama kehamilan,terutama akibat
produksi estrogen, progesterone, plasenta dan hormone yang dikeluarkan
oleh janin.
2) Produksi estrogen plasenta terus naik selama kehamilan dan pada akhir
kehamilan kadarnya kira-kira 100x sebelum hamil.
3) Progesterone akan menyebabkan tonus otot polos menurun dan dieresis.
4) Human chorionick gonadotropin (HCG) dapat dideteksi beberapa hari
pasca pembuahan dan merupakan dasar tes kehamilan. Puncak sekresinya
terjadin lebih kurang 60 hari setelah konsepsi. Fungsi utamannya
mempertahankan korpus luteum (Yuliana et al., 2021).
5) Human placental lactogen (HPL) memiliki hormone pertumbuhan, dan
bersifat diabetogenik, sehingga kebutuhan insulin wanita hamil meningkat.
6) Follicle stimulating hormone (FSH) dan Luteinizing hormone LH sangat
rendah selama kehamilan karena ditekan estrogen dan progesterone
plasenta.
7) Prolaktin produksinya terus meningkat sampai aterm (Husin & Farid
2015).
c. System pencernaan
Progesteron merelaksasi otot polos, sehingga mempengaruhi seluruh
saluran gastrointestinal selama kehamilan
Beberapa hal yang terjadi pada system gastrointestinal ini antara lain:
a) Pengosongan lambung dan peristaltic usus melambat karena factor
hormonal maupun mekanik
b) Perasaan tidak diulu hati disebabkan karena perubahan posisi lambung
dan aliran balik asam lambung ke esofagus bagian bawah
c) Nausea dan muntah pada trimester I karena pengaruh HCG
d) Kadang ditemukan adanya hemoroid. Konstipasi karena pengaruh
progesterone.

d. System ekskresi
5
Beberapa hal yang terjadi pada system urinaria lainya yaitu:
1) Peningkatan filtrasi glomerular dan aliran darah renal hingga 50%
sebagai akibat kenaikan cardiac output.
2) Secara normal bisa terjadi glukosuria
3) Hidronefrosis/hidroureter ringan karena menurunnya tonus otot atau
karena penekanan uterus.
4) Stress inkontinensia karena perubahan posisi angulus vesikouretralis
sebagi akibat naiknya kandung kencing ( Sukarni & Margareth 2013).
e. System reproduksi
Estrogen menyebabkan perubahan di dalam lapisan otot dan epitel
vagina, lapisan otot di sekitar vagina juga hipertropi, sehingga beberapa
ligamentum sekitar vagina menjadi lebih elastis. Di bawah pengaruh estrogen
epitel kelenjar sepanjang vagina aktif mengeluarkan sekret sehingga memberi
gambaran seperti keputihan (leucorrhoea). Selain itu vagina juga lebih vaskuler
sehingga muncul warna merah kebiruan (livid) terutama pada bulbus vestibuli
yang menimbulkan tanda chadwicks (Yuliana et al., 2021).
6. Adaptasi Psikologis
Kehamilan mengakibatkan banyaknya perubahan pada ibu hamil, baik
perubahan fisik dan psikologis serta emosi menjadi labil. Hal itu di dipengaruhi
juga oleh perubahan hormon pada ibu hamil, sehingga muncul keinginan untuk
banyak istirahat dan tidur, serta adanya ada perasaan yang ambivalensi. Perubahan
bentuk tubuh juga dapat nempengaruhi respon emosional pada ibu hamil, seperti
perubahan bentuk citra tubuh, perasaan takut dan cemas terhadap kehamilan dan
dapat juga hamil dapat disebabkan oleh faktor lain seperti dukungan pasangan dan
keluarga yang kurang pada kehamilan. Ibu hamil kebanyakan mengalami
perubahan psikologis dan emosional pada dirinya. Perubahan yang kompleks pada
ibu hamil akan membutuhkan adaptasi terhadap penyesuaian pola hidup ibu hamil
tersebut dengan proses kehamilan yang terjadi saat ini. Pada ibu hamil trimester III
umumnya mengalami kecemasan dalam menghadapi persalinan. Reaksi psikologis
pada ibu hamil yang sering terjadi antara lain adalah reaksi cemas (Khanifah,
2021).
7. Komplikasi kehamilan
a. Hiperemesis gravidarum
Hiperemesis gravidarum adalah mual muntah berlebihan yang ditandai
6
kehilangan berat badan dan gangguan keseimbangan elektrolit, ibu terlihat
lebih kurus, turgor kulit berkurang dan mata terlihat cekung. Peningkatan
kadar Human Chorionic Gonadotropin (HCG) akan menginduksi ovarium
untuk memproduksi estrogen yang dapat merangsang mual dan muntah
Apabila ibu hamil yang mengalami hal- hal tersebut tidak melakukan
penanganan dengan baik dapat menimbulkan masalah lain yaitu peningkatan
asam lambung dan selanjutnya dapat menjadi gastritis. Peningkatan asam
lambung akan semakin memperparah hiperemesis gravidarum (Rofi’ah et al.,
2019).
b. Mola hidatidosa
Kehamilan mola atau disebut juga kehamilan anggur, yaitu adanya jonjot
korion (choirionic vili) yang tumbuh berganda berupa gelembung- gelembung
kecil yang mengandung banyak cairan sehingga menyerupai anggur atau mata
ikan. Ini merupakan bentuk neoplasma tropoblas yang jinak (Octiara et al.,
2021).
c. Kehamilan ektopik
Kehamilan ektopik merupakan salah satu kehamilan yang berakhir
abortus, karna kehamilan ektopik adalah kehamilan bila zigot terimplementasi
di lokasi-lokasi selain cavum uteri, seperti di ovarium, tuba, serviks, bahkan
rongga abdomen. Istilah Kehamilan Ektopik Terganggu (KET) merujuk pada
keadaan di mana timbul gangguan pada kehamilan tersebut sehingga terjadi
abortus maupun ruptur yang menyebabkan penurunan keadaan umum pasien
(Arifuddin, 2018).
d. Anemia kehamilan
Anemia dalam kehamilan adalah kondisi ibu dengan kadar hemoglobin
dibawah 11 g/dl pada trimester I dan III atau kadar < 10 g/dl pada trimester II
(Sukmawati et al., 2021).
e. Plasenta previa
Plasenta previa adalah tertutupnya serviks secara parsial atau komplit
oleh plasenta. Plasenta previa merupakan salah satu faktor risiko terjadinya
perdarahan post partum yang dapat meningkatkan morbiditas dan mortalitas
ibu dan neonatus (Sandi & Putri, 2019).
f. Preeklampsia
Preeklampsia merupakan kondisi spesifik dan komplikasi mayor
7
kehamilan yang biasanya terjadi setelah usia 20 minggu kehamilan.1 PE adalah
penyakit dengan tanda-tanda hipertensi, proteinuria dan edema yang timbul
karena kehamilan, dan belum diketahui penyebabnya (Juliantari & hariyasa
sanjaya, 2017).
B. Konsep Preeklampsia
1. Definisi
Preeklampsia atau biasa disebut Kehamilan Incduced Hypertension (PIH)
kehamilan atau toksemia kehamilan, ditandai dengan Tekanan darah meningkat,
oedema, bahkan adanya proteinuria. Biasanya preeklampsia terjadi pada ibu yang
usia kehamilannya 20 minggu keatas atau tiap triwulan dari kehamilan, pada
kehamilan 37 minggu tersebut umumnya preeklampsia biasa terjadi hingga minggu
pertama setelah persalinan (Lalenoh, 2018).
Preeklampsia adalah sekumpulan gejala yang timbul pada wanita hamil,
bersalin dan nifas yang terdiri dari hipertensi, edema dan proteinuria yang muncul
pada kehamilan 20 minggu sampai akhir minggu pertama setelah persalinan
(Muzalfah et al., 2018).
2. Etiologi
Preeklampsia adalah penyakit spesifik selama kehamilan tanpa etiologi yang
jelas (Wang et al., 2020). Beberapa faktor risiko terjadinya preeklampsia :
a) Primigravida atau kehamilan pertama
Ibu yang pertama kali hamil sering mengalami stress dalam menghadapi
persalinan. Stress emosi yang terjadi pada primigravida menyebabkan
peningkatan pelepasan corticotropic-releasing hormone (CRH) oleh
hipothalamus, yang kemudian menyebabkan peningkatan kortisol (Nur &
Arifuddin, 2017).
Berdasarkan teori immunologik, preeklampsia pada primigravida terjadi.
karena di primigravida pembentukan blocking antibody terjadi mengenai
antigen yang belum sempurna, primigravida juga mengalami pembentukan
Human Leucoyte Antigen (HLA-G) memainkan peran dalam memodulasi
respons imun sehingga hasil konsepsi ditolak pada klien atau intoleransi ibu
terhadap plasenta yang dapat menyebabkan preeklampsia (Deswani et al.,
2018).
b) Genetik
Riwayat preeklampsia pada keluarga juga dapat meningkatkan risiko
8
hampir tiga kali lipat adanya riwayat preeklampsia. Pada ibu dapat
meningkatkan risiko sebanyak 3,6 kali lipat (Lalenoh, 2018).
c) Obesitas atau biasa disebut kegemukan
Penyakit ini menyertai kehamilan seperti diabetes mellitus, Obesitas
dapat mengakibatkan kolesterol meningkat, bahkan mengakibatkan jantung
lebih cepat dan bekerja berat. Klien dengan obesitas dalam berarti tubuhnya
semakin banyak jumlah darah yang terkandung yang semakin parah jantung
dalam memompa darah sehingga dapat menyebabkan preeklampsia (Norma &
Mustika, 2013).
d) Usia kehamilan
Usia Kehamilan Preeklampsia muncul setelah klien dengan usia
kehamilan 20 minggu dengan Gejala kenaikan tekanan darah Jika terjadi
preekamsia di bawah 20 minggu, masih dikategorikan hipertensi kronik.
Sebagian besar preeklampsia terjadi pada minggu >37 minggu dan semakin tua
kehamilan maka semakin berisiko untuk terjadinya preeklampsia (Norma dan
Mustika, 2013).
e) Riwayat hipertensi
Orang dengan hipertensi sebelum kehamilan (hipertensi kronis) memiliki
risiko 4-5 kali terjadi preeklampsia pada kehamilannya. Angka kejadian
hipertensi kronis pada kehamilan yang disertai preeklampsia sebesar 25%.
Sedangkan bila tanpa hipertensı kronis angka kejadian preeklampsia hanya 5%
(Malha et al., 2018).
f) Usia ibu
Usia hamil yang tidak berisiko yaitu antara 20-35 tahun. Rentang usia
tersebut merupakan usia reproduktif yang aman untuk hamil karena komplikasi
kehamilan yang sedikit sedangkan usia ibu hamil kurang dari 20 tahun atau
lebih dari 35 tahun merupakan rentang usia yang berisiko karena kejadian
komplikasi meningkat pada usia tersebut. Wanita dengan usia >35 tahun
kemungkinan telah terjadi proses degeneratif yang memengaruhi pembuluh
darah perifer sehingga terjadi perubahan fungsional dan struktural yang
berperan pada perubahan tekanan darah, sehingga lebih rentan mengalami
preeclampsia (Apriliya et al., 2021).
g) Bad obstetric history
Ibu hamil yang pernah mempunyai riwayat preeklampsia, kehamilan
9
molahidatidosa, dan kehamilan ganda kemungkinan akan mengalami
preeclampsia pada kehamilan selanjutnya, terutama jika diluar kehamilan
menderita tekanan darah tinggi menahun.
3. Patofisiologi
Preeklampsia terdapat penurunan aliran darah. Perubahan ini menyebabkan
prostaglandin plasenta menurun dan mengakibatkan iskemia uterus. Keadaan
iskemia pada uterus merangsang pelepasan bahan tropoblsatik yaitu akibat
hiperoksidase lemak dan pelepasan renin uterus.
Kehamilan Normal

Preeklamsia

(Malha et al., 2018)

Patofisiologi yang tepat dari preeklampsia masih belum diketahui, jelas


bahwa ada plasentasi abnormal dan cacat invasi trofoblas mengakibatkan unit
uteroplasenta berada di bawah perfusi. Hal ini berhubungan dengan kerusakan
endotel dan produksi faktor vasoaktif, yang menyebabkan vasokonstriksi
pembuluh darah (Sudarmono et al., 2022).

Plasenta cabang-cabang Arteri uterus dan arteri ovarioum memberikan


aliran darah menuju rahim dan plasenta. kemudian keduanya akan masuk
meometrium dalam bentuk arteri aquaria sehingga dapat memberikan cabang
arteri radial. arteri radial tersebut akan masuk ke endometrium sehingga menjadi
anggota dari arteri basal dari cabang arteri spiral. Dengan kehamilan yang
normal, biasa terdapat trofoblas yang masuk kedalam lapisan otot arteri spiral
(Yuliana et al., 2021).

Trofoblas juga masuk kedalam bagian arteri spiral, sehingga jaringan


matriks menjadi longgar serta lumen spiral menjadi lebih lebar. Lumen arteri

10
spiral terjadi vasodilatasi dan distensi sehingga berdampak terjadinya hipotensi,
resistensi pembuluh darah juga menurun, bahkan dapat membuat aliran darah ke
daerah plasenta utero itu meningkat. Tekanan darah yang tinggi pada masa
kehamilan membuat tidak terdapat invasi yang cukup lengkap di dalam sel
trofoblas yang di lapisi otot arteri spiral untuk tetap kaku dan keras maka tidak
mungkin terjadi distensi dan vasodilatasi akibat lumen arteri spiral itu sendiri.
Maka mengakibatkan arteri spiral mengalami pengecilan lumen pembuluh darah
sehingga alirah darah uteroplasenta menjadi berkurang, berakibat tidak adanya
oksigen yang cukup dalam jaringan untuk mempertahankan fungsi tubuh, dan
iskemia pada plasenta (Herlambang, 2020).
4. Manifestasi klinis

Manifestasi klinis preeklampsia menurut Bothamley & Boyle (2013) ada


beberapa manifestasi preeklampsia, yaitu

a. Bertambahnya berat badan, terjadi kenaikan berat badan yaitu ±l kg dalam


seminggu.

b. Timbul pembengkakan akibat BB meningkat, pembekakan pada kaki, muka


dan pergelangan pada tangan.

c. Hipertensi / tekanan darah tinggi (yang diukur selama 30 menit setelah


pasien beristirahat) dengan tekanan darah >140/90 mmHg.

d. Proteinuria

1) Adanya protein dalam urine sebesar 0,3 gram/L/hari atau pemeriksaan


kualitatif senilai +1/+2.

2) Kadar proteinuria 1 g/I yang dikeluarkan melalui kateter yang di ambil


sebanyak 2 kali setiap 6 jam.

e. Tanda dan gejala lainnya yaitu : gangguan penglihatan, nyeri epigastric,


sakit kepala, mual dan muntah, penurunan Gerakan janin dan ukuran janin
lebih kecil tidak sesuai dengan usia kehamilan ibu.
5. Klasifikasi
Menurut (Lalenoh, 2018) klsifikasi preeklampsia atau hipertensi dalam
kehamilan terbagi 2 yaitu :
a. Preeklampsia ringan
1) Kenaikan tekanan darah 140/90 mmHg

11
2) Adanya pembengkakan kaki, muka, jari tangan serta berat badan naik I
kg lebih tiap minggunya.
3) Adanya proteinuria
4) Tidak ada nyeri kepala
b. Preeklampsia berat
1) Tekanan darah senilai >160/100 mmHg
2) Adanya proteinuria >5 gram/L
3) Jumlah urine kurang (oliguria) dari 500 cc/24Jam
4) Serebral terganggu, visus terganggu dan timbul nyeri pada epigastium
5) Terjadi pembengkakan/edema paru atau sianosis
6) Ada kejang (eklampsia)
7) Timbul keluhan subjektif, seperti : nyeri, gangguan penglihatan, sakit
kepala, gangguan kesadaran ataupun odema paru Manifestasi klinis
6. Pemeriksaan penunjang
Menurut Saifuddin (2016), pemeriksaan laboratorium preeklampsia adalah
sebagai berikut:
a. Pemeriksaan darah lengkap, hemoglobin menurun kadar normal Hb pada ibu
yang sedang hamil adalah 12-14 gram%, peningkatan hemaktrosit (dengan
nilai 37-43 vol%), dan trombosit mengalami penurunan (dengan nilai 150.000-
450.000/mm3)
b. Tes urin, yang ditemukan proteinuria
c. Tes fungsi hati, Bilirubin mengalami peningkatan (yang Normalnya <1 mg /
dl), serum Glutamat Pirufat trasaminase (SGPT) mengalami peningkatan dari
nilai normal (N = 15-45 u / ml), Aspartat aminomtrasferase (AST) >60 ul,
SGOT juga mengalami peningkatan (N
=<31 menurun (N = 6,7-8,7 g/dl)
d. Tes asam urat, peningkatan asam urat (N = 2,4-2,7 mg/dl)
e. Radiologi
1) Ultrasonografi, adanya perlambatan pertumbuhan janin intrauterin, respirasi
intrauterin melambat, aktivitas pada janin melambat, dan cairan ketuban
dengan volume sedikit.
2) Kardiografi, ditemukan denyut jantung janin (DJJ) dapat diketahui bahwa
mengalami kelemahan.

12
7. Penatalaksanaan
Menurut Adriani & Wirjatmadi (2016), penatalaksanaan Preeklampsia
memiliki beberapa prinsip dan beberapa penatalaksanaan sesuai dengan tingkat
klasifikasinya.
a. Penatalaksanaan preeklampsia ringan:
1) Dapat dikatakan tidak mempunyai risiko bagi ibu maupun janin
2) Lakukan istirahat cukup
3) Bila klien tidak bisa tidur berikan luminal 1-2 x 30 mg/hari
4) Pemberian asam asetilsalisilat (aspirin) 80 mg/hari
5) Jika tekanan darah tidak menurun, anjurkan beri obat antihipertensi
6) Diet rendah garam dan diuretik
7) Jika maturitas janin masih lama, lanjutkan kehamilan, periksa tiap satu kali
dalam seminggu
8) Indikasi rawat: jika terjadi perburukan, tekanan darah tidak menurun setelah
dua minggu rawat jalan, peningkatan berat badan melebihi Ikg/minggunya
dua kali secara berurutan, atau jika klien menunjukkan tanda-tanda
preeklampsia berat. Silahkan berikan obat antihipertensi.
9) Jika selama perawatan tidak ada perubahan, tata laksana sebagai
preeklampsia berat. Jika ada perubahan maka lanjutkan rawat jalan.
10) Pengakhiran kehamilan: ditunggu sampai usia kehamilan 40 minggu,
kecuali ditemukan pertumbuhan janin terhambat, gawat janin, solusio
plasenta, eklampsia, atau indikasi terminasi lainnya. Minimal usia 38
minggu, janin sudah dinyatakan matur.
11) Persalinan pada preeklampsia ringan dapat dilakukan spontan atau dengan
bantuan ekstraksi untuk mempercepat kala II.
b. Penatalaksanaan preeklampsia berat, Dapat ditangani secara konsevatif atau
aktif :
1) Konsevatif berarti kehamilan dipertahankan Bersama dengan pengobatan
medisinal dan memantau status fisik ibu dengan metode EWS Obsetrik.
Perawatan konservatif dikatakan gagal bila ditemukan adanya tanda
eklampsia, kenaikan progresif dari tekanan darah, adanya sindrom Hellp,
adaya kelainan fungsi ginjal, penilaian kesejahteraan janin jelek.
2) Aktif berarti kehamilan diakhiri/diterminasi bersama dengan pengobatan

13
medisinal. Penatalaksanaan aktif dilakukan bila penilaian kesejateraaan
janin jelek, adanya sindrom Hellp adanya gejala eklampsia, kehamilan
aterm (apabila perawatan konservatif gagal).
3) Prinsip tetap pemantauan janin dengan klinis, USG, kardiografi.
8. Penatalaksanaan non farmakologi
Penelitian Arinda dan Khayati (2019) menyatakan rendam kaki dengan air
hangat dan jahe dapat menurunkan tekanan darah sitolik sebesar 8,0 mmHg,
dengan penurunan tekanan darah sistolik terendah sebesar 3,4 mmHg karena
Kandungan minyak atsiri dalam jahe akan menimbulkan sensasi hangat dan bau
pedas yang bisa memperlebar pembuluh darah sehingga memperlancar sirkulasi
darah (Arinda & Khayati, 2019).
9. Komplikasi
Menurut (Lyall & Belfort, 2017) bila preeklampsia tidak cepat ditangani
dapat menimbulkan komplikasi yang akan menyebabkan kematian pada ibu dan
janinnya, yaitu
a. Kurangnya aliran darah menuju ke plasenta
Preeklampsia dapat mempengaruhi arteri yang membawa darah menuju
plasenta. Jika sampai di plasenta namun darah yang sampai tidak cukup, maka
terjadi kekurangan oksigen dan pertumbuhan pada melambat atau lahir dengan
barat bayi yang lebih rendah akibat kekurangan nutrisi.
b. Terlepasnya Plasenta
Risiko terlepasnya plasenta dari dinding rahim sebelum ibu melahirkan
salah satunya yaitu akibat dari Preeklampsia yang meningkatkan terjadinya
risiko yang mengakibatkan pendarahan sehingga dapat mengancam ibu dan
bayinya (Lyall & Belfort, 2017).
c. Sindrom Hemolysis Elevated Liver Enzymes Low Platelets (HELLP)
Hemolyssi (enzim sel darah merah) atau yang biasa disingkat dengan
(HELLP), adalah tingginya enzim hati dan rendahnya trombosit. Gejala, yang
timbul biasanya pusing, muntah, sakit kepala dan sakit perut (Lyall & Belfort,
2017).
d. Eklampsia
Preeklampsia jika tidak dikontrol, maka akan terjadi eklampsia.
Eklampsia menyebabkan terjadinya kerusakan yang permanen pada organ
klien, seperti hati, dan ginjal. Eklampsia yang parah menimbulkan
14
ibu mengatasi koma, kerusakan pada otak dan menyebabkan kematian yang
gagal (Lyall & Belfort, 2017).
C. Konsep Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
Pengkajian adalah tahap awal dalam proses keperawatan yang akan
menentukan bagi tahap berikutnya. Kemampuan dalam mengidentifikasi masalah
keperawatan yang terjadi pada tahap pengkajian akan menentukan diagnosis
keperawatan. Diagnosis yang telah ditetapkan akana menentukan perencanaan yang
ditetapkan. Pengkajian harus dilakukan dengan teliti dan cermat agar dapat
mengidentifikasi seluruh kebutuhan perawatan ibu hamil (Rohmah & Walid, 2012).
Hal-hal yang peru dikaji pada ibu hamil Preeklampsia meliputi :
a. Data biografi meliputi nama ibu, status perkawinan, perkerjaan, pendapatan,
data suami, perkerjaan dan alamat tempat tinggal. Riwayat kesehatan
1) Keluhan utama
Pada pasien preeklampsia keluhan utama yang akan ditemukan seperti ibu
mengalami sakit kepala di daerah frontal, terasa sakit di ulu hati/nyeri epigastrium,
penglihatan kabur, mual muntah, anoreksia, berat badan naik cepat.
2) Riwayat kesehatan yang lalu
Ibu yang sudah pernah mengalami penyakit hipertensi sebelumnya saat
kehamilan, ibu yang memiliki riwayat preeklampsia dan eklamsia pada kehamilan
terdahulu, obesitas dan Diabetes Mellitus.
15
3) Riwayat obsetri
a) Riwayat menstruasi : HPHT (haid pertama haid terakhir), lama
menstruasi, siklus menstruasi, keteraturan, nyeri menstruasi.
b) Riwayat kehamilan : Riwayat kehamilan saat ini meliputi kehamilan
keberapa, persalinan keberapa, pernah aborsi (GPA), riwayat
pemeriksaan antenatal dan komplikasi, imunisasi, apakah kehamilan
direncanakan atau tidak, umur kehamilan.
c) HPL (hari Perkiraan Lahir), kunjungan Anatenatal Care (ANC),
meliputi frekuensi kunjungan, dimana melakukan kujungan ANC
keluhan selama kunjungan ANC, apa saja yang diberikan oleh tenaga
kesehatan selama kunjungan ANC meliputi tablet Fe, calcium, dan
PMT, kaji status nutrisi saat kehamilan : BB sebelum hamil, kenaikan
BB selama kehamilan, status nutrisi ibu (IMT), konsumsi tablet Fe.
d) Riwayat persalinan
Dikaji untuk mengetahui jumlah paritas, cara persalinan, penyulit yang
menyertai persalinan dan nifas yang lalu, jumlah anak yang hidup. jumlah
anak yang mati / keguguran jenis kelamin. Ibu yang primigravida /
nulliparitas memiliki risiko lebih tinggi terkena preeklampsia.
b. Keadaan umum
Ibu hamil yang menderita preeklampsia biasanya mengalami kelelahan, kejang
hingga penurunan kesadaran pada kasus yang parah.
c. Tanda-tanda vital
Tekanan Darah : klien ditemukan dengan darah sistol >140 mmHg dan diastol
>90 mmHg, Nadi : Klien preeklampsia mengalami nadi yang meningkat, Nafas
: Klien preeklampsia mengalami nafas pendek, Suhu : Klien preeklampsia
biasanya suhu normal.
d. Pemeriksaan Head to toe
1) Kepala
ibu hamil dengan preeklampsia biasanya akan mengeluhkan sakit kepala.
2) Wajah
pada kasus PEB terlihat adanya bengkak pada wajah
3) Mata
conjungtiva pucat, penglihatan kabur pada kasus preeklampsia disertai
diabetes
16
4) Mulut
pucat, sianosis, dehidrasi pada mukosa bibir, lidah kotor, saliva
meningkat, kebersihan mulut.
5) Leher
Nyeri dan kaku sekitar leher, tekanan darah tinggi JVP meningkat
6) Payudara
Karakteristik puting, kebersihan puting, areola menghitam, pengeluaran
cairan pracolostrum, nyeri payudara.
7) Abdomen nyeri epigastric
8) Ektremitas
edema pada jari tangan dan tungkai merupakan gejala PEB
e. Pola sehari-hari
1) Pola nutrisi
Untuk mendapatkan gambaran bagaimana pasien mencukupi asupan
gizinya selama hamil, apakah mengalami perubahan makan, frekuensi
makan, menu dan pantangan makan, serta seberapa banyak ibu minum
dalam 1 hari.
2) Pola eliminasi
Kaji pola fungsi sekresi yaitu kebiasaan buang air besar meliputi
frekuensi, jumlah, konsistensi dan bau serta kebiasaan buang air kecil
meliputi frekuensi, warna, jumlah. Pada kasus preeklampsia pemeriksaan
diperlukan untuk mengetahui kadar protein dalam urine. (Khanifah, 2021).
3) Pola perceptual/koqnitif
Pola perceptual/kognitif Menggambarkan pola pendengaran, apakah
pendengarannya terasa berkurang, penglihatan apakah penglihatan seperti
ada bayangan lain saat melihat atau kabur, pengecapannya apakah ada
kelainan saat merasakan makanan terasa hambar atau tak ada rasa,
penciuman, persepsi nyeri, bahasa, memori, dan pengambilan keputusan
(Andarmoyo, 2013).
4) Pola tidur dan istirahat
Untuk menggambar pola istirahat dan tidur pasien, berapa jam tidur,
kebiasaan sebelum tidur, Pada ibu hamil dengan preeclampsia kebutuhan
istirahat akan berkurang dikarenakan adanya gangguan rasa nyaman nyeri
epigastrik, mual muntah, anoreksia dan sakit kepala. 17
5) Pola konsep diri
Menggambarkan sikap terhadap diri dan persepsi terhadap
kemampuan, harga diri, gambaran diri dan perasaan terhadap diri sendiri,
apakah ibu merasa dirinya kotor atau bersih, merasa bau badan atau
merasa dirinya harum.
6) Pola aktivitas Aktivitas
Adalah gambaran pola aktivitas ibu sehari-hari. Pada ibu hamil
dengan preeklampsia aktivitas menjadi terganggu seperti membersihkan
rumah, memasak, dan melakukan pesonal hygiene.
7) Pola peran dan tanggung jawab
Pasien mampu berkomunikasi dengan orang lain dalam
mengekspresikan emosional, dan kebutuhan, kekhawatiran dan opini,
apakah ibu tersebut dapat mengendalikannya.
8) Aktivitas seksual
Untuk menanyakan hal-hal yang berkaitan dengan aktivitas seksual
seperti,berapa frekuensi berhubungan dalam seminggu dan adakah
gangguan atau keluhan yang dirasakan.
9) Data penunjang
a. Urine : protein dalam urine (+), kadar protein urine >5gr/jam oliguria
(≤500 cc/24 jam) merupakan tanda PEB
b. Darah : trombositopeni berat : >100.000 sel/mm merupakan tanda
sindroma HELLP terjadi peningkatan hematokrit.
2. Diagnosis
Diagnosis Keperawatan yang dapat ditemukan pada ibu hamil Preeklampsia
berdasarkan standar diagnosis keperawatan Indonesia (SDKI,2017) adalah :
No Diagnosis Faktor risiko

1. Risiko cedera pada ibu 1) Disfungsi uterus


dibuktikan dengan penyakit 2) Usia ibu (<15 tahun atau > 35
penyerta hipertensi (D.0137) tahun)
Definisi : 3) Paritas banyak
Berisiko mengalami bahaya atau 4) Penyakit penyerta
kerusakan fisik pada ibu selama
masa kehamilan sampai dengan 18
proses persalinan.

2 Risiko cedera pada janin 1) Denyut jantung janin tidak stabil


dibuktikan dengan disfungsi 2) Frekuensi gerakan menurun
uterus, usia ibu (<15 tahun atau 3) Berat janin tidak sesuai
>35 tahun), paritas banyak dengan usia kehamilan
(D.0138)
Definisi :
Berisiko mengalami bahaya atau
kerusakan fisik pada janin selama
proses kehamilan dan persalinan
3. Intervensi
Rencana Keperawatan untuk ibu hamil dengan preeklampsia dapat diberikan
apabila kemampuan merawat diri pada klien berkurang dari yang dibutuhkan untuk
memenuhi self care sehingga dapat mengurangi Keluhan preeklampsia pada ibu
hamil. Intervensi Keperawatan dilakukan berdasarakan Standar Intervensi
Keperawatan Indonesia (Tim Pokja SIKI DPP PPNI, 2018) dengan kriteria hasil
berdasarkan Standar Luaran Keperawatan Indonesia (Tim Pokja SLKI DPP
PPNI,2019):
No Dignosa Tujuan kriteria hasil Intervensi keperawatan Rasional
Keperawatan (SLKI) (SIKI)
1. Risiko cedera Setelah diberikan Perawatan kehamilan 1. Mengetahui data
pada ibu intervensi risiko tinggi utama yang
dibuktikan keperawatan selama Observasi : dapat menjadi
dengan adanya 3x24 jam, diharapkan 1. Identifikasi faktor penyebab
penyakit tingkat cedera risiko kehamilan munculnya risiko
hipertensi dalam menurun yang (hipertensi) cedera ibu.
kehamilan ditandai dengan : 2. Identifikasi 2. Mengetahui
(D.0137) 1. Kejadian cedera riwayat obsetri adanya penyakit
(eklamsia) (preeklampsia) yang menjadi
menurun 3. Monitor status faktor penyebab
2. Tekanan darah fisik ibu adanya risiko
membaik (menggunakan 19 cedera ibu.
3. Frekuensi nadi Early Warning 3. Status fisik dapat
membaik System) terpantau dan
4. Frekuensi nafas 4. Monitor tanda dapat dijadikan
membaik tanda vital ibu indikator penentu
5. Denyut jantung Teraupetik : kebugaran tubuh.
apikal membaik 5. Dampingi ibu saat 4. Tanda vital
6. Pola istirahat merasa cemas terpantau mudah
tidur membaik (ajarkan teknik untuk
nafas dalam ) mendeteksi
6. Diskusikan terjadinya
ketidaknyamanan perburukan
yang dirasakan kondisi.
(berikan terapi 5. Rasa cemas ibu
herbal rendam berkurang
kaki air hangat dan dengan
jahe) didampingi dan
7. Diskusikan diajak berbicara
persiapan 6. Klien sudah siap
persalinan dan menghadapi
kelahiran persalinan dan
Edukasi : kelahiran.
1. Jelaskan risiko 7. Klien
janin lahir mengetahui
prematur kelahiran dengan
2. Anjurkan ibu preeklampsia
untuk istirahat beriko
yang cukup ( 6-8 mengalami
jam dimalam hari, prematur.
1-2 jam di siang 8. Istirahat sebagai
hari) pemulih kondisi,
Anjurkan untuk pemulih energi
meninggikan dan mencegah
memposisikan risiko cedera.
kaki bila terjadi 20 9. Posisi kaki lebih
pembengkakan tinggi dapat
mempercepat
aliran darah
kembali ke
jantung dan
mengurangi
edema
ekstremitas.
Kolaborasi : Obat farmakologi
1. Kolaborasi untuk menurunkan
pemberian obat tekanan darah klien.
antihipertensi 1. Kelainan tanda
SIKI : vital akan
Perawatan Persalinan menjadi
risiko tinggi: indikator adanya
masala
Observasi :
2. Kondisi umum
1. Monitor kelainan
merupakan tanda
tanda vital pada ibu
yang paling
2. Identifikasi kondisi
cepat di lihat
umum ibu
untuk
3. Monitor tanda
mengetahui
tanda vital ibu
adanya masalah
4. Monitor denyut
dalam proses
jantung janin
persalinan
5. Monitor tanda
3. Mengetahui
persalinan
tanda bahaya
Teraupetik :
dari perubahan
6. Siapkan peralatan
tanda vital ibu
yang sesuai
7. Dukung orang 21 4. Mengetahui nilai
normal DJJ dan
terdekat
volume ketuban
mendampingi
5. Persalinan yang
pasien
lama dapt
Edukasi :
menyebabkan
1. Informasikan
ibu dan janin
kemajuan
dalam bahaya
persalinan
6. Peralatan dapat
2. Ajarkan teknik
mempermudah
relaksasi
perawatan dan
Kolaborasi :
3. Kolaborasi penanganan
pemberian anestesi dalam proses
maternal persalinan
4. Kolaborasi 7. Keluarga sebagai
pemberian induksi pendukung
persalinan pasien
8. Pasien dan
keluarga
mengetahui
kemajuan
persalinan
9. Relasasi untuk
mengurangi
nyeri his
persalinan
10. Kolabarasi untuk
merangsang
kontraksi uterus

22
Pencegahan kejang
Observasi :
1. Monitor status 1. Monitor mengetahui
neulogis status neulogis
2. Monitor 2. Tanda vital
tanda vital terpantau jika
Teraupetik : mengalami
3. Baringkan agar tidak perubahan
terjatuh 3. Meminimalkan risiko
4. Rendahkan terjatuh
ketinggian tempat 4. Meminimalkan risiko
tidur cedera jatuh dari
5. Pasang sai-rail tempat tempat tidur yang
tidur lebih tinggi
6. Sedikan suction 5. Untuk
di samping keselamatan dan
tempat tidur keamanan pasien
Kolaborasi : 6. Persiapan alat jika
7. Kolaborasi terjadi gurgling saat
pemberian kejang
antikonvuls 7. Obat anti kejang
an 23
2. Risiko cedera Setelah diberikan SIKI :
padajanin intervensi Pemantauan denyut
dibuktikan keperawatan selama jantung janin
1. Mengetahui
Dengan jam, terjadi tingkat Observasi :
informasi berkaitan
disfungsi uterus, cedera pada janin 1. Identifikasi
risiko cedera janian
usia ibu (<15 menurun yang status obstetrik
pada status obsetri
tahun atau >35 ditandai dengan : 2. Identifikasi
2. Riwayat obsetri
tahun), paritas 1. Frekuensi riwayat obstetrik
dapat menjadi
banyak (D.0138) gerak janin 3. Identifikasi
indikator terjadi
membaik adanya
risiko cedera
2. Risiko cedera gangguan
janin
menurun (DJJ obat, diet
3. Mengetahui faktor
membaik 120- dan
peneybab risiko
160x/menit) merokok
cedera janin dari
3. Pola istirahat 4. Identifi
informasi
membaik kasi
gangguan obat
4. Tanda – pemerik
diet dan merokok
tanda vital saan
4. Mengetahui
ibu dalam kehamil
informasi
rentang an 24
pemeriksaan
normal sebelum
kehamilan yang
nya
dilakukan ibu
5. Periksa denyut
apakah kehamilan
jantung selama
terkontrol atau
1 manit
tidaknya
6. Monitor denyut
5. Mengetahui
jantung janin
denyut jantung
7. Monit
janin dan
or tanda
kestabilannya
vital ibu
selama 1 menit
Teraupetik 6. Denyut jantung
: janin penting untuk
8. Atur posisi di monitot untuk
ibu dan mengetahui
lakukan keadaan janin
manuver masih batas normal
leopold atau tidak
untuk 7. Tanda vital
menentuka menunjukan
n posisi adanya
janin gangguan pada
9. Ajarkan ibu kondisi ibu dan
untuk dan perubahan
menghitung tanda vital ibu
gerak janin yang abnormal
(normal 10 dalam
gerakan dalam mengancam
2 jam) janin
Edukasi : 8. Untuk menentukan
10.Jelaskan posisi bayi dan
tujuan dan memudahkan dalam
prosedur peeriksaan denyut
pemantauan jantung
25janin
11.Informasikan 9. ibu mengetahui
hasil pemantauan gerakan janin
dalam batas
normal atau tidak
10. Klien dan keluarga
mengetahui tujuan
dari prosedur yang
dilakukan
11. Klien dan
keluarga
mengetahui hasil
pemantauan.

26
Pengukuran gerak janin 12. Mengetahui
Observasi : kemampuan
12. Identifikasi dalam mengukur
kemampuan gerak janin
ibu 13. Gerak janin normal 10x/
menghitung 2 jam
gerak janin 14. Gerakan janin
13. Monitor terpantau dan
gerak janin memudahkan
Teraupetik : proses
14. Catat dan hitung perawatan
gerakan janin 15. Hipoksia bisa
15.Berikan oksigen 2- menjadi penyebab
3 L/menit bila gerakan janin
gerakan janin menurun
tidak samapi 10 16. Dapat mangetahui
gerakan dalam keadaan dan konsiri
12 jam janin dari keatifan janin
Edukasi : bergerak
16. Jelaskan 17. Janin akan lebih aktif
manfaat bergerak ketika ibu
menghitung selesai makan
gerak janin 18. Ibu mengetahui cara
17. Anjurkan menghitung gerak janin
ibu 19. Tim medis untuk
memenuhi penanganan yang
kebutuhan lebih optimal
nutrisi

27
seblum
menghitung
gerak janin
18. Ajarkan ibu cara
menghitung
gerak janin
Kolaborasi :
19. Kolaborasi

tim medis
bila
ditemukan
gawat janin

Sumber : SDKI, SIKI, SLKI


4. Implementasi

Implementasi adalah inisiatif dari rencana tindakan untuk mencapai tujuan yang
spesifik. Tahap pelaksanaan dimulai setelah rencana tindakan disusun dan ditujukan
pada nursing orders untuk membantu klien mencapai tujuan yang diharapkan. Tujuan
dari pelaksanaan adalah membantu klien dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan:
mencakup peningkatan kesehatan, pencegahan penyakit, pemulihan kesehatan dan
memfasilitasi koping. Perencanaan tindakan keperawatan dapat dilaksanakan dengan
baik jika klien mempunyai keinginan untuk berpartisipasi dalam pelaksanaan tindakan
keperawatan. Pelaksanaan yang akan dilakukan pada klien dengan preeklampsia sesuai
dengan diagnosis keperawatan sebagai berikut:

Jelaskan pada ibu metode dan tatalaksana yang dilakukan perawat dalam
mengurangi risiko cedera ibu yaitu dengan memonitoring tanda vital ibu dan status fisik
ibu menggunakan penilaian dari skor Early Warning system (EWS Obsetri) dan
pemantauan detak jantung janin beserta gerak janin dilakukan sebagai upaya untuk
mengurangi risiko cedera janin. Perawat juga menjelaskan tentang prosedur
pemeriksaan fisik mulai dari kepala hingga ekstremitas bawah, perawat juga

28
melakukan tindakan pengecekan berupa reflex patella, reflex pupil dan brudzinski sign.
Perawat menjelaskan kemungkinan kehamilan akan terminasi apabila kehamilan sudah
matur dan kondisi ibu dan janin mengalami penurunan. Perawat memberikan penjelasan
tentang dampak bayi lahir dengan berat badan rendah dan resiko kejadian kejang pada
ibu preeklampsia masih bisa terjadi hingga hari ke 42 pasca persalinan.

Perawat juga menjelaskan dan membimbing klien dalam upaya menurunkan


tekanan darah dengan memberikan terapi nonfarmakologi seperti metode herbal yakni
rendam kaki dengan air hangat dan jehe juga metode relaksasi nafas dalam. Pemberian
terapi herbal untuk memperlancar sirkulasi darah yang akan di lakukan pada saat pagi
hari selama 3 hari dengan waktu merendam 10- 15 menit.
5. Evaluasi

Evaluasi adalah tindakan intelektual untuk melengkapi proses keperawatan yang


menandakan seberapa jauh diagnosis keperawatan, rencana tindakan, dan
pelaksanaannya sudah berhasil dicapai berdasarkan tujuan yang telah dibuat dalam
perencanaan keperawatan. Hal-hal yang dievaluasi pada asuhan keperawatan klien
preklamsia dengan diagnosis :

a. Risiko cedera ibu

1. Kejadian cedera menurun

2. Tekanan darah membaik

3. Frekuensi nadi membaik

4. Frekuensi nafas membaik

5. Denyut jantung radialis membaik

6. Pola istirahat tidur membaik

b. Risiko cedera janin

1. Frekuensi gerak janin membaik

2. Risiko cedera menurun (DJJ membaik 120-160x/menit)


LAPORAN KASUS

29
ASUHAN KEPERAWATAN MATERNITAS PADA Ny “H” DENGAN PREEKLAMSIA
DI UPTD BLUD PUSKESMAS AIK MUAL

A. Pengkajian Keperawatan
1. Identitas pasien dan penanggung jawab
Pasien Penanggung Jawab
Nama : Ny. H Nama : Tn.S
Umur : 27 tahun Umur : 30 Thn
Pendidikan : SMA Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Ibu rumah tangga Pekerjaan : Wiraswasta
Status : Menikah Status : Menikah
pernikahan pernikahan
Alamat : Marung bunut baok Alamat : Marung bunut baok
Agama : Islam Agama : islam
Suku : Sasak Suku : sasak
No. Rm : 000225
Tanggal Masuk : 14 Maret 2023
(Jam : 04.00)
Tanggal : Selasa 14 Maret 2023
pengkajian (Jam : 08.40)

2. Pengkajian
a. Keluhan utama
Pusing sakit kepala
b. Riwayat kesehatan
1) Riwayat kesehatan sekarang
Ny.H mengatakan sejak 2 minggu lalu sering merasa lemas dan tengkuk berat bila
di pagi hari serta kaki sering kebas dan kram saat sebelum tidur malam hari dan
kedua kakinya membengkak Ny.H mengatasinya dengan dioleskan balsem.
Sehinggga pada tanggal 13 maret 2023 jam 20.30 Pasien dibawa oleh keluarga ke
puskesmas AIK MUAL dengan keluhan sakit kepala menjalar hingga ke mata,
lemas, tengkuk terasa berat dan ada nyeri pinggang yang hilang timbul, sedikit mual,
serta pasien takut terjadi hal buruk pada bayinya.
2) Riwayat kesehatan keluarga
Ny.H mengatakan keluarganya memiliki riwayat hipertensi dari Nenek dan juga ibu
Ny.H memiliki riwayat hipertensi sejak 2 tahun yang lalu.
c. Riwayat obsetri

30
1) Riwayat Ginekologi
Ny.H mengatakan haid pertama di usia 14 tahun, haid teratur dengan siklus 28 hari
dan lamanya 4-5 hari, nyeri haid yang dirasakan ringan hingga sedang dan bisa
ditahan tanpa mengonsumsi apapun untuk menghilangkan nyeri haid. Ny.H
mengatakan Hari Pertama Haid Terakhir (HPHT) sekitar tanggal 10 November
2022 taksiran persalinannya tanggal 17 Agustus 2023.
2) Riwayat kehamilan
Ny.H mengatakan ini adalah kehamilan pertama dan tidak pernah mengalami abortus
(G1P0A0). Ny.H mengetahui kehamilannya pada bulan Januari karena telat haid dan
pemeriksaan urine positif. Pemeriksaan pertama kehamilan dilakukan di bidan desa
Polindes buse paok tawah.
d. Genogram

Ket
: Laki-laki : Galis Keturunan
: Perempuan : Tinggal Serumah

e. Keadaan Umum : Pasien tampak lemah, Tingkat Kesadaran Composmentis


f. Tanda-tanda Vital
TD : 168/100 mmHg T : 36,8ºc,
N : 90 x/menit RR : 20 x/menit
GCS 15 : E4 V5 M6
g. Pemeriksaan fisik

1) Antropometri

a) Berat badan : BB sebelum hamil 39 kg, BB saat ini 59 kg

b) Tinggi badan : 153 cm

31
c) IMT : 16,66

d) LILA : 22 cm

2) Pemeriksaan Head to toe


a Kepala Inspeksi
. - kepala bersih, warna rambut hitam, bentuk wajah oval
Palpasi
- Tidak terdapat benjolan pada kepala
- Tdk terdapat nyeri tekan pada kepala
Mata Inspeksi
- Bentuk simetris
- Konjungtiva tidak anemis
- sclera tidak ikterik
palpansi
- Tidak terdapat nyeri tekan disekitar mata

Hidung Inspeksi
- Bentuk hidung simetris
- tidak ada secret pada hidung
- Tdk ada gangguan penciuma
Palpasi
- Tidak terdapat nyeri tekan pada hidung

Telinga Inspeksi
- Bentuk simetris kiri dan kanan
- Pendengaran baik
Palpasi
- Tdk terdapat nyeri tekan pada telinga

Mulut dan Inspeksi


gigi - mukosa bibir kering.
- Gigi rapi dan bersih
Palpasi

Tenggoroka Inspeksi
n - Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid
- Tidak ada gangguan menelan
Palpasi
- Tidak terdapat nyeri tekan pada leher

b Dada
. a. paru-paru Inspeksi
- Simetris, tidak ada lesi, tdk terdapat retraksi dinding dada,
tdk terdapat penggunaan otot bantu nafas
Palpasi
- Tidak terdapat nyeri tekan
Perkusi
- sonor
Auskultasi
- tidak ada bunyi nafas tambahan/ vesikuler

32
b. jantung inspeksi
- ictus cordis tidk tampak
palpasi
- ictus cordis teraba di intercosta ke 5, tidak terdapat nyeri
tekan
perkusi
- batas atas pada ics 3 dan batas bawah pada ics 5
auskultasi
- bunyi jantung 1 dan 2 lup dup
c Abdomen Inspeksi
. - Simetris, perut belum terlihat membesar tidak
terdapat jejas, tidak ada bekas operasi
Auskultasi
- Bising usus 18x/mnt
Perkusi
- Tympani
palpasi
- tfu belum teraba
- ballottement teraba

d Genitalia Inspeksi
. - Tidak terpasang selang kateter

e Ekstremitas Inspeksi
. - Tanpak terpasang ivfr rl di tangan sebelah kanan
Palpasi
- Tidak di temukan edema pada ekstermitas
- varises tidak ada
- reflek patella positif.

h. Pola Kebutuhan Dasar


1) Pola persepsi dan manajemen kesehatan :
Ny.H mengatakan bahwa ia memahami saat ini sedang hamil dan memiliki
gangguan pada tekanan darahnya. Ny.H mengatakan bahwa sejak ±2
minggu lalu ia sering merasa lemas bila selesai beraktivitas, pusing dan
sekarang bertambah berat dan tidak mampu mengatasi masalah itu sendirian
sehingga memutuskan untuk datang ke Puskesmas.
2) Pola Nutrisi :
Sebelum Hamil : klien mengatakan biasanya makan 3x sehari dengan
porsi 1 piring yang terdiri dari nasi, sayur dan lauk
pauk, minum 6-8 gelas per hari
Saat Hamil : frekuensi makan baik 3 porsi dalam sehari disertai

33
dengan cemilan, Ny.H mengatakan dirinya suka pilih-
pilih makanan, nafsu makan baik, Ny.H jarang makan
buah, tidak ada alergi makanan dan tidak ada
pantangan makanan, frekuensi minum ±5-6 kali/hari
sekitar ± 1200 cc/hari, Ny.A mengatakan dirinya selama
hamil hanya menghabiskan 2 kotak susu hamil.
3) Pola Aktivitas dan mobilisasi :
Sebelum Hamil : Klien mengatakan bisa dengan mudah melakukan
aktivitas sehari-hari tanpa ada yang dikhawatirkan
Saat Hamil : Klien mengatakan keadaannya lemas dan sering
merasa terhayung hayung saat beraktivitas.
4) Pola Istirahat tidur :
Sebelum Hamil : Klien mengatakan istirahat tidur jam 20.00 kadang
jam 22.00, dan bangun jam 05.00 waktu subuh,
kualitas tidur baik, tidak ada gangguan tidur,
Saat Hamil : Klien mengatakan saat sebelum tidur sering
merasakan kaki kram dan kebas, lama tidur malam
hari ±8 jam/hari, lama tidur di siang hari ±1 jam/hari,
ketika bangun tidur sering merasa leher kaku.
5) Pola Persepsi dan Konsep diri
Klien mengatakan merasa bingung dengan kondisi yang dialaminya
sekaang, dan pasien ingin segera membaik.
6) Pola Seksual dan refroduksi
Sebelum Hamil : Klien mengatakan memahami tentang kebutuhan
seksualnya dan alat refroduksinya
Saat Hamil : Klien mengatakan sedikit khawatir saat berhubugan
7) Pola Peran dan Hubungan
Sebelum Hamil : Klien mengatakan sehari-hari bekerja sebagai ibu
rumah tangga dan pola hubungan dengan suaminya
sangat baik
Saat Hamil : Klien mengatakan tetap melakukan aktivitas sebagai

34
ibu rumah tangga, kadang dibantu oleh suaminya
seperti mencuci dll, dan hubungan dengan suaminya
masih baik
8) Pola Eliminasi
Sebelum Hamil : Klien mengatakan BAB 1-2 kali sehari, BAK 3-5 kali
sehari
Saat Hamil : Klien mengatakan BAB 1-2 kali sehari dan pernah
sesekali sulit BAB, klien mengatakan lebih sering
BAK 5-10 kali sehari.
i. Pemeriksaan penunjang
pemeriksaan laboratorium
Hematologi Hasil Nilai normal
Hemoglobin 11,5 P : 9,5-14 g/dl
Trombosit 343.000 150.000-400.000 /ul
Leukosit 10.300 5000-10.000 /ul
Hematokrit 30% 36-46%
Urine Hasil Nilai normal
Protein +1 Negative

j. Analisa data
No Data Etiologi Masalah
1. Ds :
1. Ny.H Penyakit penyerta Risiko cedera
mengatakan (PreeKlampsia ibu
badannya lemas berat) (Eklampsia)
2. Ny.H
mengatakan sakit
kepala daerah
depan menjalar
ke bagian mata

35
3. Ny.H
mengatakan
terkadang nyeri
di daerah ulu hati
dan sedikit mual
4. Ny.H
mengatakan saat
beraktivitas
sering merasa
terhayung-
hayung
5. Ny.H merasa
kebas dan keram
pada kaki ketika
malam hari dan
berlangsung 5-10
menit
6. Ny.H
mengatakan
tengkuk terasa
berat
7. Ny.H merasa
cemas dan
khaatir terhadap
kondisi diri dan
bayinya saat ini

Do:
1. Ny.H tampak
lemah
2. Wajah dan kaki

36
tampak edema
derat 1 (ringan)
3. Nyeri tekan
epigastrik
4. TTV : TD:
168/109 mmHg,
N:
88x/menit,
RR :
24x/menit,
S: 37,10C
5. SPo2 di ujung jari
kaki 97 %
6. Protein urine +1
7. Reflex patella : +2
8. Hb 11,5 g/dl
2. Ds : Persalinan lama kala Risiko cedera
1. Ny.H 1 dan Induksi janin
mengatakan persalinan (hipoksia)
nyeri pinggang
terasa sejak 2
hari lalu
2. Ny.H
mengatakan
dirinya jarang
menghitung
gerakan janin
3. Ny.H
mengatakan
tidak pernah
pemeriksaan ke

37
dokter
kandungan
Do:
1. Hamil 36-37
minggu G1P0A0
2. Braxton hicks ada
3. Tidak ada cairan
keluar dari jalan
lahir
4. DJJ : 145x/menit
5. Gerakan janin 9
x/menit, gerakan
kuat
6. Jarang
mengonsumsi
tablet Fe
7. TFU : 29 cm
8. TBJ : 2635 gr

B. Diagnosa Keperawatan
1. Preeklamsia b/d penyakit penyerta dibuktikan dengan pasien mengatakan
2. Risiko cedera janin dibuktikan dengan persalinan lama kala 1dan induksi persalinan

38
C. Intervensi keperawatan
Diagnosa
No. Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi Rasional
Keperawatan
1. Risiko cedera Setelah diberikan intervensi Perawatan
1. Mengetahui
pada ibu keperawatan selama 3x24 jam, kehamilan risiko
data utama
dibuktikan diharapkan tingkat cedera tinggi:
yang dapat
dengan penyakit menurun yang ditandai dengan
Observasi : menjadi
penyerta :
1. Identifikasi penyebab
hipertensi 1. Kejadian cedera
faktor risiko munculnya
dalam (eklamsia)
kehamilan risiko cedera
kehamilan menurun
2. Identifikasi ibu.
(PEB) (D.0137) 2. Tekanan darah
riwayat obsetri
2. Mengetahui
membaik
3. Monitor status
adanya
3. Frekuensi nadi
fisik ibu
penyakit
membaik
menggunakan
yang
4. Frekuensi nafas
Eary Warning
menjadi
membaik
System setiap
faktor
5. Denyut jantung
4 jam sekali
penyebab
apikal membaik
4. Monitor tanda
adanya risiko
6. Pola istirahat
tanda vital ibu
cedera ibu.
tidur membaik
setiap 4 jam
3. Status fisik
Teraupetik :
dapat
1. Dampingi ibu
terpantau
saat merasa
dan dapat
cemas
dijadikan
2. Diskusikan
indikator
ketidaknyama
penentu
nan yang
kebugaran
dirasakan
tubuh.
3. Diskusikan
persiapan 4. Tanda vital
persalinan terpantau

39
dan kelahiran
mudah untuk
Edukasi :
mendeteksi
1. Jelaskan risiko
terjadinya
janin lahir
perburukan
BBLR
kondisi.
2. Anjurkan ibu
5. Rasa cemas
untuk istirahat
ibu
yang cukup ( 6-
berkurang
8 jam dimalam
dengan
hari, 1-2 jam di
didampingi
siang hari)
dan diajak
3. Anjurkan untuk
berbicara
meninggikan
memposisikan 6. Klien
kaki bila terjadi mampu
pembengkakan menyebutkan
Kolaborasi : ketidaknyam
1. Kolaborasi anan yang
pemberian obat dirasakan
antihipertensi
7. Klien sudah
dan antiemetik
siap
Perawatan menghadapi
Persalinan risiko persalinan
tinggi: dan
kelahiran.
Observasi :
1. Monitor 8. Klien

kelainan mengetahui
tanda vital kelahiran
pada ibu dengan
2. Identifikasi preeklampsia
kondisi umum berisiko
ibu mengalami
3. Monitor berat bayi

40
denyut jantung
lahir rendah.
janin setiap 2
9. Istirahat
jam saat
sebagai
belum ada
pemulih
tanda
kondisi,
persalinan dan
pemulih
monitor setiap
energi dan
30 menit bila
mencegah
sudah terdapat
risiko cedera.
tanda
persalinan 10. Posisi kaki
4. Monitor tanda lebih tinggi
persalinan dapat
Teraupetik : mempercepat
1. Siapkan aliran darah
peralatan kembali ke
yang sesuai jantung dan
2. Dukung mengurangi
orang edema
terdekat ekstremitas.
mendamping
11. Obat
i pasien
farmakologi
Edukasi :
untuk
1. Informasikan
menurunkan
kemajuan
tekanan
persalinan
darah klien
2. Ajarkan
Kolabarasi untuk
teknik
merangsang
relaksasi
kontraksi uterus
Kolaborasi :
Kolaborasi 1. Perubahan

pemberian status
induksi neurologis
persalinan bisa menjadi

41
Pencegahan kejang tanda
Observasi : kemungkinan
1. Monitor status kejang
neulogis
2. Tanda vital
2. Monitor tanda
terpantau jika
vital
mengalami
Teraupetik :
perubahan
1. Baringkan agar
tidak terjatuh 3. Meminimalka

2. Rendahkan n risiko
ketinggian terjatuh
tempat tidur
4. Meminimalka
3. Sedikan suction
n risiko
di samping
cedera jatuh
tempat tidur
dari tempat
Kolaborasi :
tidur yang
Kolaborasi
lebih tinggi
pemberian
antikonvulsan 5. Persiapan alat
jika terjadi
gurgling saat
kejang

6. Obat anti
kejang

42
Risiko cedera Setelah diberikan intervensi Pemantauan
1. Mengetahui
pada janin keperawatan selama jam, denyut jantung
informasi
dibuktikan terjadi tingkat cedera pada janin
berkaitan
dengan janin menurun yang ditandai Observasi :
risiko cedera
persalinan lama dengan : 1. Identifikasi
janian pada
kala 1 dan 1. Frekuensi gerak janin status obstetrik
status obsetri
induksi membaik 2. Identifikasi
persalinan 2. Risiko cedera menurun riwayat 2. Riwayat
(D.0138) (DJJ membaik obstetrik obsetri dapat
120-160x/menit) 3. Identifikasi menjadi
3. Pola istirahat membaik adanya alergi indikator
4. Tanda –tanda vital ibu obat, diet dan terjadi risiko
dalam rentang normal merokok cedera janin
4. Identifikasi
3. Mengetahui
pemeriksaan
faktor
kehamilan
penyebab
sebelumnya
risiko cedera
5. Periksa denyut
janin dari
jantung selama
informasi
1 menit
gangguan
6. Monitor denyut
obat diet
jantung janin
dan
setiap 15 menit
merokok
7. Monitor tanda
vital ibu setiap 4. Mengetahui
setiap 4 jam informasi
Teraupetik : pemeriksaan
1. Atur posisi ibu kehamilan
dan lakukan yang
manuver dilakukan
leopold untuk ibu apakah
menentukan kehamilan
posisi janin terkontrol
2. Ajarkan ibu atau

43
untuk
tidaknya
menghitung
gerak janin 5. Mengetahui
(normal 10 denyut
gerakan dalam jantung janin
2 jam) dan
Edukasi : kestabilanny
1. Jelaskan tujuan a selama 1
dan prosedur menit
pemantauan
6. Denyut
2. Informasikan
jantung janin
hasil
penting
pemantauan
untuk di
Pengukuran gerak
monitot
janin
untuk
Observasi :
mengetahui
1. Identifikasi
keadaan
kemampuan ibu
janin masih
menghitung
batas normal
gerak janin
atau tidak
2. Monitor gerak
janin 7. Tanda vital
Teraupetik : menunjukan
1. Catat dan adanya
hitung gerakan gangguan
janin pada kondisi
2. Berikan ibu dan dan
oksigen 2-3 perubahan
L/menit bila tanda vital
gerakan janin ibu yang
tidak samapi 10 abnormal
gerakan dalam dalam
12 jam mengancam

44
Edukasi :
janin
1. Jelaskan
manfaat 8. Untuk
menghitung menentukan
gerak janin posisi bayi
2. Anjurkan ibu dan
memenuhi memudahka
kebutuhan n dalam
nutrisi seblum peeriksaan
menghitung denyut
gerak janin jantung janin
3. Ajarkan ibu
9. ibu
cara
mengetahui
menghitung
gerakan
gerak janin
janin dalam
Kolaborasi :
batas normal
1. Kolaborasi tim
atau tidak
medis bila
ditemukan 10. Klien dan
gawat janin keluarga

11. mengetahui
tujuan dari
prosedur
yang
dilakukan

12. Klien dan


keluarga
mengetahui
hasil
pemantauan

13. Mengetahui
kemampuan

45
dalam
mengukur
gerak janin

14. Gerak janin


normal 10x/
2 jam

15. Gerakan
janin
terpantau
dan
memudahka
n proses
perawatan

16. Hipoksia
bisa menjadi
penyebab
gerakan
janin
menurun

17. Dapat
mangetahui
keadaan dan
konsiri janin
dari keatifan
janin
bergerak

18. Janin akan


lebih aktif
bergerak
ketika ibu
selesai

46
makan

19. Ibu
mengetahui
cara
menghitung
gerak janin

20. Tim medis


untuk
penanganan
yang lebih
optimal

D. Implementasi Keperawatan
No Waktu Implementasi Respon Hasil Paraf
Diagnosa
I 08.12 1. Memonitor status fisik 1. Hasil pemantauan
ibu menggunakan menunjukan skore
instrument tabel Early Ny.A adalah 7 yang
Warning System (EWS) berarti memiliki risiko
obsetri. tinggi dan memelukan
pemantauan
monitoring secara
kontinu
I 08.13 2. Menanyakan riwayat 2. Pasien mengatakan
obsetri mesnstruasi pertama
pada usia 14 tahun,
lama haid 4-5 hari,
siklus 28 hari. Pasien
mengatakan dirinya
hamil anak pertama
usia 37 minggu dan

08.15 belum ada riwayat

47
keguguran
sebelumnya
(G1P0A0), HPHT
sekitar tanggal 25
08.15 Agustus 2021 taksiran
persalinannya tanggal
02 Juni 2022.
I 3. Menanyakan riwayat 3. Pasien mengatakan
08.17 penyakit hipertensi, dirinya tidak pernah
ginjal DM mengalami darah
tinggi sebelumnya
namun ibu dari pasien
telah mengalami
08.18 penyakit hipertensi
sejak 2 tahun yang
lalu.

II 4. Menanyakan adanya 4. Pasien mengtakan


alergi, kebiasaan dirinya tidak memiliki
merokok dan alkohol riwayat
pada ibu merokokataupun
alkohol.

II 5. Memberikan obat 5. Pasien meminum obat


antihipertensi sesuai
order dokter nifedipin
10 mg oral

I 6. Menanyakan 6. Pasien mengatakan


ketidaknyamanan tengkuk berat, kaki
yang dialami ibu saat kebas dan keram dan
ini nyeri abdomen yang
hilang timbul
I
7. TD : 168/109
7. Melakukan pengecekan mmHg, N: 88x/mnt,
tanda vital RR: 22
x/mnt, S: 36,80C,
48
II 8. Presentasi janin
kepala, TFU: 29 cm,
8. Melakukan pemeriksaan bagian atas teraba
leopold bersama bidan bokong, bagian sisi
kanan ibu teraba
Punggung, organ kecil
sebelah kiri ibu,
bagian bawah teraba
kepala, sudah masuk
PAP 4/5.
II 9. DJJ :145x/mnt, teratur
dan terdengar kuat

9. Melakukan pengecekan
10. Pasien mengatakan
detak jantung janin
dirinya ingin bersalin
selama 1 menit
normal bila
10. Berdiskusi Tentang
memungkinkan,
persiapan persalinan dan
pasien mengerti
menjelaskan risiko berat
tentang penjelasan
bayi lahir lahir rendah
risiko berat bayi lahir

I rendah
11. GCS 15 E:4 V:5 M: 6,
nyeri kepala bagian
11. Memonitor status
depan skala 3-4, kaku
neurologis
kuduk tidak,
Brudzinski sign
negative, aura kejang

I tidak ada.
12. Belum ada tanda
persalinan
I 12. Memonitor tanda
13. Pasien menerima dan
persalinan
akan mencoba sesuai
13. Menganjurkn berbaring
anjuran
dengan kaki di

49
tinggikan dan
menghindari berdiri atau
I menggantung kaki 14. 14. TD : 154/98
terlalu lama mmHg, N: 90x/mnt,
14. Melakukan pengecekan RR: 20 x/mnt, S:
tanda vita dan 37,00C, DJJ
pengecekan denyut :128x/mnt
I jantung janin pada Ny.A 15. Pasien mengatakan
sedikit nyeri ketika
15. Pemberian injeksi obat dimasukan obat
ondansetron 4 mg melalui intravena
I melalui IV 16. Pasien menerima
anjuran dan
16. meminta ibu untuk menghitung gerak
menghitung gerak janin janin (7-8 x gerakan)
I selama 2 jam 17. TD : 148/90 mmHg,
N: 88x/mnt, RR: 18
17. Melakukan pengecekan x/mnt, S: 36,40C,
tanda vital dan denyut DJJ :141x/mnt

II jantung janin pada Ny.A 18. Pasien mengatakan


dirinya biasa tidur di
18. Menganjurkan ibu untuk jam 22.00

II istirahat yang cukup 6-8


jam dimalam hari dan 1- 19. Klien dan keluarga
2 jam di siang hari mengerti kondisi yang
19. Memberitahu hasil dialami saat ini
pemantauan yang telah dan berharap
di lakukan pada klien diberikan perawatan
dan keluarga dan pengobatan
terbaik
Hari ke 2
I 08.00 1. Menanyakan tentang 1. Pasien mengatakan
keluhan pemeriksaan periksa kehamilan di
kehamilan sebelumnya bidan dan puskesmas
50
desa keluhannya
hanya pusing dan
nyeri punggung saat di
periksa tekanan
darahnya normal
2. Melakukan pengecekan 2. TD : 152/101
I,II 08.05 tanda vital dan denyut mmHg, N: 86x/mnt,
jantung janin pada Ny.A RR: 20
x/mnt, S: 36,10C,
DJJ :120x/mnt
3. Memberikan obat 3. Pasien meminum obat
I 08.05 nipedipin 10 mg sesuai
order dokter
4. Melakukan pengecekan 4. Reflex patella baik +
I 08.10 reflex patella +/++
5. Melakukan hidroterapi 5. Ny.A mengatakan

I 08.10 rendam kaki air hangat nyaman dengan terapi


dan jahe yang diberikan
6. Memantau tanda-tanda 6. Pasien menunjukan

I,II 08.15 persalinan adanya tanda


persalinan, adanya
kontraksi, nyeri perut,
pembukaan jalan lahir,
saat dilakukan
pemeriksaan dalam
didapatkan
pembukaan serviks 3
cm, keluar cairan
bening bercak merah
7. His datang 7-8 menit
II 7. Memonitoring his
sekali dengan durasi
11.10 persalinan
10-15 detik
8. Tempat tidur telah di
I
8. Merendahkan tempat rendahkan
51
tidur pasien
I 9. Memonitoring status 9. GCS 15, nyeri kepala
neurologis bagian depan skala 3
kaku kuduk tidak,
Brudzinski sign
negatif.
10. Klien cemas dengan
10. Mendampingi ibu saat
I,II keadaannya dan
cemas dan
merasakan nyeri perut
menganjurkan relaksasi
serta mulas pasien
nafas dalam
mengikuti anjuran
menarik nafas dalam
ketika nyeri datang
11. DJJ 134 x/menit,
11. Memeriksa DJJ
I terdengar kuat dan
tidak teratur
I 12. Pasien terpasang infus
12. Memberikan induksi
rl drip oksitosin
persalinan oksitosin 1
ampul drip RL 250 ml
13. His datang 2-3 menit
I 13. Memonitoring his
sekali dengan durasi
persalinan
20-30 detik
14. Bukaan serviks 9 cm
I 14. Melakukan pemeriksaan
DJJ 130x menit
dalam bersama bidan
terdengar kuat tidak
teratur
15. Pasien mengikuti
I,II 15. Melakukan pemeriksaan
arahan dalam
DJJ
persalinan
16. Alat siap digunakan
I 16. Meminta pasien untuk
miring kiri dan menarik
napas dalam ketika his
dating
17. pembukaan serviks
52
I 17. Membantu tetap 9 cm dengan
menyiapakan alat cairan bening
instrument partus set bercampur darah
menyiapkan suction dan
oksigen di dekat pasien 18. DJJ : 118
I 18. Membantu bidan x/menit, terdengar
melakukan pemeriksaan lemah dan tidak
dalam teratur
19. Skin test menujukan
I 19. Melakukan pengecekan tidak ada tanda alergi
DJJ dan obat telah
dimasukan
20. DJJ : 120 x/menit,
I 20. Melakukan skin test dan terdengar lemah dan
Memberikan therapi tidak teratur
ceftriaxone 1 vial IV
sesuai order dokter 21. BB : 2400 gr, APGAR

II 21. Melakukan pengecekan score = A : 1 P :1 G :1


DJJ kembali A :2 R :1 Score 4:
asfiksia sedang banyi
Ny.A di rawat di
ruang intensive ICU
22. 23. TD : 134/98

I 22. Melakukan observasi mmHg, N: 90x/mnt,


pada bayi Ny.A RR: 20 x/mnt, S:
36,60C

I 23. Pasien terpasang infus


23. Melakukan pengecekan
RL drip MgSO4 10 ml
tanda vital pada Ny.A
20 tpm kolf I, Pasien
mengatakan tidak ada
nyeri di tangan dan
tidak ada
24. Obat telah dimasukan
pasien mengatakan
53
I 24. Memberikan obat tidak lagi terasa mual
MgSO4 40% sesuai
order dokter,
Memberikan terapi
ondansetron IV sesuai 25. Hasil monitor status
anjuran dokter ibu di daptkan skore
I 25. Memonitor status fisik 4-5 dengan status
ibu dengan dari tabel risiko ringan hingga
EWS obsetri sedang yang tetap
memerlukan
pemantauan

E. Evaluasi Keperawatan

No. Tanggal No. Evaluasi Paraf


Diagnosa
1. 14 Maret I S:
2023 - Pasien mengatakan dirinya hamil anak
pertama dan tidak tau jika mempunyai
darah tinggi
- Pasien mengatakan kaku leher
- Pasien mengatakan merasa nyaman dengan
terapi rendam kaki yang dilakukan
O:
- Keadaan umum lemah
- Tampak wajah dan ekstremitas bengkak
- TD : 148/90mmHg, N: 88 x/mnt, RR: 18x/mnt,
S : 36,40C
- Braxton hicks ada
- Hasil pemantauan EWS score ibu berada
pada risiko tinggi Dengan demikian kondisi
ibu belum stabil dan memerlukan
pemantauan.

A : Masalah keperawatan risiko cedera ibu belum

54
teratasi
P : Intervnesi dilanjutkan
2. 14 Maret II S:
2023 - Pasien mengatakan nyeri pada abdomen hilang
timbul
- Pasien mengatakan dirinya takut terjadi sesuatu
pada anaknya

O:
- Keadaan umum lemah
- DJJ tidak stabil namun masih dalam rentang
normal
- Gerak janin 6-7 gerakan/2 jam
- Tanda tanda vital ibu
tidak stabil dari hasil
pemantauan
A : Masalah keperawatan risiko cedera janin belum
teratasi
P : Intervensi dilanjutkan
1. 15 Maret I S: 1.
2023 - Pasien mengatakan nyeri perut semakin terasa
- Pasien mengatakan mulas dan sakit di sekitar
pinggang
- Pasien mengatakan adanya cairan keluar dari
jalan lahir
O:
- Keadaan umum lemah
- Tampak wajah dan ekstremitas bengkak
- TD : 148/90mmHg, N: 88
x/mnt, RR: 18x/mnt, S :
36,40C Tampak cairan keluar
berwarna kekuningan dan
bercak darah

55
- Didapatkan hasil pemeriksaan dalam 9 cm
- Hasil pemantauan EWS score ibu berda pada
risiko sedang.
Dengan demikian kondisi ibu belum stabil dan
masih memerlukan pemantauan.
- Pasien menunjukan adanya tanda
persalinan, adanya kontraksi, bukaan jalan
lahir, keluar cairan bening bercak merah
A : Masalah keperawatan risiko cedera ibu belum
teratasi
P : Intervensi dilanjutkan
2. 15 Maret II S: 2.
2023 - Pasien mengatakan nyeri pada abdomen
- Pasien mengatakan dirinya takut terjadi sesuatu
pada janinnya
O:
- Keadaan umum lemah, pasien tampak cemas
- DJJ tidak stabil dan menurun
- Tanda tanda vital ibu tidak stabil dari hasil
pemantauan
A : Masalah keperawatan risiko cedera janin
meningkat
P : Modifikasi intervensi (rencana operasi Sc cito)
I : Kolaborasi dengan dokter untuk tindakan
pembedahan sactio Caesar

DAFTAR PUSTAKA

Adriani, M., & Wirjatmadi, B. (2016). Peranan Gizi dalam Siklus Kehidupan (1st
ed.). Jakarta: Prenadamedia Group. Al-Qur'an Kemenag RI. (2019).

Alahakoon, T. I., Medbury, H. J., Williams, H., & Lee, V. W. (2020). Lipid
profiling in maternal and fetal circulations in preeclampsia and fetal growth

56
restriction-a prospective case control observational study. BMC Pregnancy and
Childbirth. https://doi.org/10.1186/s12884-020-2753-1

Anggraeni, R. R. (2021). Asuhan Keperawatan Pada Pasien Preeklampsia Berat


Dalam Pemenuhan Kebutuhan Aman Dan Keselamatan.
http://eprints.ukh.ac.id/id/eprint/1434/1/Naskah Publikasi_Ririn
Anggraeni_P17196.pdf

Apriliya, M. U., Windayanti, H., Sari, I. N., Made, N., & Sari, P. (2021).
Literature Review : Faktor Resiko Kejadian Preeklampsia Berat. 59–71.
Arifuddin, A. (2018). Hubungan Paritas dan Umur Ibu Terhadap Kejadian
Kehamilan Ektopik Terganggu (KET) di RSUD Syekh Yusuf Gowa Tahun
2018. Jurnal Kesehatan Delima Pelamonia, 2(2), 87–92.
https://doi.org/10.37337/jkdp.v2i2.70

Arinda, N., & Khayati, N. (2019). Rendam Kaki Dengan Rebusan Jahe Merah
Dapat Mencegah Terjadinya Eklamsia. 2(2).

Bothamley, J., & Boyle, M. (2013). Buku Ajar Keperawatan Maternitas:


Patofisiologi dan Kebidanan (Edisi 4). Jakarta: EGC. Departemen Kesehatan
RI. (2015).

Dinas kesehatan provinsi bengkulu, K. (2019). Profil Kesehatan provinsi Bengkulu


Tahun 2018. In Sub.Bag.Perencanaan, Evaluasi dan Pelaporan Dinas
Kesehatan Provinsi Bengkulu.

Fitrina, Y., Anggraini, D., & Anggraini, L. (2021). Prosiding Seminar Kesehatan
Perintis E-ISSN : 2622-2256 Pengaruh Terapi Rendam Kaki Air Hangat
dengan Garam dan Serai terhadap Tekanan Darah pada Lansia Hipertensi
Prosiding Seminar Kesehatan Perintis E-ISSN : 2622-2256. 4(2), 1–10.

Hartati, N. N., Surinati, I. D. A. K., & Pradnyaningrum, N. N. D. V. (2018).


Preeklampsia dengan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) pada Ibu Bersalin.

57
Gema Keperawatan, 000, 1–9. http://www.ejournal.poltekkes-
denpasar.ac.id/index.php/JGK/article/view/271

Herlambang. (2020). Peran DHA dalam Pencegahan Preeklampsia. Conferences of


Medical Sciences Dies Natalis Faculty of Medicine Universitas Sriwijaya,
1(1). https://doi.org/10.32539/dies.v1i1.31

Iqrayanty, I., Al Kautzar, A. M., & Taherong, F. (2020). Manajemen Asuhan


Kebidanan Antenatal Care pada Ny “A” dengan Preeklamsia Ringan Sampai
Nifas Hari Ke-3 di RSUD Syekh Yusuf Gowa Tahun 2019. Jurnal Midwifery,
2(1), 20–30. https://doi.org/10.24252/jmw.v2i1.13154

Juliantari, K. budi, & hariyasa sanjaya, i nyoman. (2017). karakteristik pasien ibu
hamil dengan preeklamsia. E-Jurnal Medika, 6(4), 1–9.

Kementerian Kesehatan RI, . (2019). Indonesia Health Profile 2018. In Profil


Kesehatan Provinsi Bengkulu.

Khanifah, M. (2021). Deteksi Dini dan Pengenalan Tanda Bahaya. Media Sains
Indonesia.
https://www.google.co.id/books/edition/Asuhan_Kebidanan_Kehamilan/mZ
5BEAAAQBAJ?hl=id&gbpv=1&dq=perubahan+psikologi+ibu+hamil&print
sec=frontcover

Kozier, B., Erb, G., Berman, A., & Snyder, S. J. (2010). Buku ajar fundamental
keperawatan: Konsep, proses, dan praktik (7 ed., Vol. II). Jakarta: EGC.

Lalenoh, D. C. (2018). Preeklamsia Berat dan Eklampsia : Tatalaksana Anastesia


Periopertif (1st ed.). Yogyakarta: Deepublish.

Lu, T.-H., Chen, D.-R., & Chiang, T.-L. (2015). efektifitas kombinasi terapi slow

58
stroke back massage dan akupresure terhadap penurunan tekanan darah pada
penderita hiperten. Taiwan Journal of Public Health, 34(2), 115–119.
Lyall, F., & Belfort, M. (2007). Pre-eclampsia Etiology and Clinical Practic.
New York: University Press.

Malha et al. (2018). Hypertension in Pregnancy in Hypertension: A Companion to


Braunwald's Heart Disease (Vol. 3). Elsevier.

Norma, N., & Mustika. (2013). Asuhan Kebidanan Patologi. Yogyakarta: Nuha
Medika.

Nur, A. F., & Arifuddin, A. (2017). Faktor Risiko Kejadian Preeklamsia Pada Ibu
Hamil Di RSU ANUTAPURA KOTA PALU 2. Jurnal Kesehatan Tadulako,
3(2), 69–75.

59
Octiara, D. L., Dewi, R., Sari, P., Ilmu, B., Kedokteran, F., & Lampung, U. (2021).
Mola Hidatidosa Hydatidiform Mole. 5, 50–53.

Opichka, M. A., Rappelt, M. W., Gutterman, D. D., Grobe, J. L., & McIntosh, J. J.
(2021). Review vascular dysfunction in preeclampsia. Cells, 10(11).
https://doi.org/10.3390/cells10113055

Pearce, E. C. (2011). Anatomi Dan Fisiologi untuk Paramedis (S. Y. Handoyo


(ed.)). PT Gramedia Pustaka Utama.

Potter, P. A., & Perry, A. G. (2010). Fundamental keperawatan (7 ed.). Jakarta:


EGC.

Pratiwi, D. (2020). faktor maternal yang mempengaruhi kejadian preeklamsia pada


kehamilan. Jurnal Medika Hutama, 02(01), 402–406.

Rofi’ah, S., Widatiningsih, S., & Arfiana, A. (2019). Studi Fenomenologi Kejadian
Hiperemesis Gravidarum Pada Ibu Hamil Trimester I. Jurnal Riset Kesehatan,
8(1), 41. https://doi.org/10.31983/jrk.v8i1.3844

Rustanti, I. Y., Khayati, N., & Nugroho, H. A. (2020). Penurunan Tekanan Darah
Pada Ibu dengan Preeklamsi Berat Dengan Terapi Rendam Kaki Air Sereh.
Ners Muda, 1(2), 132. https://doi.org/10.26714/nm.v1i2.5798

Saifuddin, A. B. (2016). Buku panduan praktis pelayanan kesehatan maternal dan


Neonatal. Jakarta: YBP-SP.

Sandi, & Putri, N. A. (2019). Plasenta Previa Sebagai Faktor Protektif Kejadian
Preeklamsia Pada Ibu Hamil Placenta Previa As A Protectif Factor For
Preeclampsia In Pragnancy Artikel info. Placenta Previa As A Protectif Factor
For Preeclampsia In Pragnancy, 10(2), 79
84.https://doi.org/10.35816/jiskh.v10i2.113

60
Senoadji, P. (2012). Tanya Jawab Seputar Kehamilan. Anak Kita.
https://www.google.co.id/books/edition/Tanya_Jawab_Problem_Mitos_Peny
akit_Seput/JGmDCgAAQBAJ?hl=id&gbpv=1&dq=tanda+kehamilan&prints
ec=frontcover

SDKI. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia: Defenisi dan Indikator


Diagnostik. Jakarta Selatan: DPP PPNI.

SLKI. (2019). Standar Luaran Keperawatan Indonesia : Defenisi dan Kriteria


Hasil Keperawatan. Jakarta: DPP PPNI.

61
SIKI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia: Defenisi dan Tindakan
Keperawatan. Jakarta: DPP PPNI.

Sudarmono, A., Wiji, I., & Dewi, S. (2022). Pengaruh Pemberian L-Arginine
terhadap Perbaikan Kerusakan Endotel Arteri Koroner pada Jantung Mencit (
Mus Musculus ) Model Preeklampsia dapat diprediksi dan dengan demikian
pada wanita nulipara yang sehat , di antaranya pertama relatif meningkat
pada se. 9. https://doi.org/10.32539/JKK.V9I1.13106

Sukmawati, Widiasih, R., Mamuroh, L., & Nurhakim, F. (2021). Anemia


Kehamilan dan Fakto yang Mempengaruhi. Jurnal Kesehatan Bakti Tunas
Husada, 21(1), 43–53.

Syafrullah, S. C., & Lisiswanti, R. (2016). Preeklamsia Berat dengan Parsial


HELLP Sindrom Severe Preeklamisa with Partial HELLP Syndrome. Jurnal
Medula Unila, 6(1), 160–164.http://repository.lppm.unila.ac.id/2348/1/Sarah-
dan-Rika_-Preeklamsia-Berat-dengan-Parsial-HELLP-Sindrom%281%29.pdf

Tarwoto, & Wartona. (2011). Anamia pada Ibu Hami, Konsep dan
Penatalaksanaanya. Trans Info Media.

Tomimatsu, T., Mimura, K., Matsuzaki, S., Endo, M., Kumasawa, K., & Kimura,
T. (2019). Molecular Sciences Preeclampsia: Maternal Systemic Vascular
Disorder Caused by Generalized Endothelial Dysfunction Due to Placental
Antiangiogenic Factors. International Journal of Molecular Sciences.
https://doi.org/10.3390/ijms20174246

Wang, W., & Wang, Y. (2020). Nomogram-based Prediction of Pre-eclampsia in


First Trimester of Gestation. Pregnancy Hypertension.

Wibowo. (2012). Hubungan antara Kecemasan dengan Kejadian Preeklampsia Di

62
Kabupaten Banyumas Jawa Tengah. Berita Kedokteran Masyarakat, 28(1), 9–
19.
WHO. (2020). world Health Statistics.

Yollanda, A., Widayati, N., & Rhondianto. (2017). The Effect of Therapeutic
Exercise Walking on Pheripheral Blood Circulation in Patients wit. Pustaka
Kesehatan, 3.
Yuliana, D. retno, Seragih, E., Astuti, A., Wahyuni, & Murti, A. (n.d.). Asuhan
Kehamilan. Retrieved February 12, 2022, from
https://books.google.co.id/books?hl=id&lr=&id=RBgtEAAAQBAJ&oi=fnd
&pg=PR17&dq=proses+kehamilan&ots=iW8MD3juA4&sig=NF2d5jP3ywT
iwvpYig2HqcqQ-2Q&redir_esc=y#v=onepage&q=proses kehamilan&f=false

63
64

Anda mungkin juga menyukai