Anda di halaman 1dari 20

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Kesehatan Reproduksi


Kesehatan reproduksi ialah kondisi kesejahteraan raga, mental, sosial yang
utuh dalam seluruh perihal yang berkaitan dengan sistem, fungsi- fungsi serta
proses reproduksi (Irianto, 2018). Sistem reproduksi pada manusia dapat
mengalami gangguan, yang dapt disebabkan oleh adanya penyakit dan juga
kelainan.
Kesehatan reproduksi untuk seorang wanita merupakan komponen yang
amat penting. Wanita memiliki sistem reproduksi yang sangat rentan terhadap
gangguan yang dapat menimbulkan masalah pada kesehatan reproduksinya
(Kusmiran, 2014). Masalah yang terjadi pada kesehatan remaja salah satunya
adalah gangguan menstruasi. Menstruasi merupakan salah satu tanda dari
perubahan yang terkait dengan kematangan seksual pada masa pubertas
(Manuaba, 2010).
B. Konsep Remaja
1. Definisi Remaja
Remaja merupakan anak umur 10- 24 tahun yang ialah umur antara
masa anak- anak serta masa berusia bagaikan titi dini proses reproduksi,
sehingga butuh dipersiapkan secara awal(Nugroho, Utama,2018).
Menurut WHO remaja dalam artian tumbuh kearah kematangan yang
memiliki rentang usia 10-19 tahun dimana tanda-tanda seksualsekunder
seseorang sudah mulai berkembang dan mencapai kematangan seksual baik
secara fisik, psikologi, maupun sosial (WHO, 2016).
Masa remaja merupakan masa peralihan dari masa anak-anak ke masa
dewasa. Masa remaja adalah masa yang penting dalam perjalanan kehidupan
manusia. Golongan umur penting karena menjadi jembatan antara masa
kanak-kanak yang bebas menuju masa dewasa yang menuntut tanggung
jawab.

6
2. Aspek Pertumbuhan Remaja
Fungsi fisiologis dipengaruhi oleh keadaan area serta gizi. Aspek area
bisa berikan pengaruh yang lebih untuk memesatkan pergantian. Pergantian
dipengaruhi oleh 2 organ berarti ialah: Hipotalamus serta Hipofisis. Kala
kedua organ ini bekerja, terdapat 3 kelenjar yang dirangsangnya ialah:
kelenjar gondok, kelenjar anak ginjal, serta kelenjar organ reproduksi. Ketiga
kelenjar tersebut hendak bekerja sama serta berinteraksi dengan faktor genetik
ataupun lingkungan (Kusmiran,2019).
a. Perubahan pada perempuan.
Perubahan pada perempuan adalah hormon estrogen dan progesteron,
tandanya adalah menstruasi. Perubahan fisik yang dialami oleh seorang
remaja perempuan adalah pertambahan tinggi badan, tumbu rambut
disekitar alat kelamin dan ketiak, kulit menjadi lebih halus, suara
menjadi lebih halus dan tinggi, payudara mulai membesar, panggul
semakin membesar dan mengalami menstruasi (Kusmiran,2019).
b. Perubahan pada laki-laki
Perubahan pada laki-laki, hormon yang berperan adalah testoteron dengan
tandanya adalah mimpi basah. Perubahan fisik yang dialami oleh remaja
laki-laki adlah tumbunya rambut di sekitar kemaluan, kaki, tangan, dada,
ketiak, dan wajah. Tampak pada anak laki-laki mulai berkumis,
berjambang, berbulu ketiak, suara baritom atau bertambah besar, badan
lebih berotot terutama bahu dan dada, pertambahan berat badan dan tinggi
badan, nuah zakar menjadi lebih besar dan bila terangsang maka dapat
mengeluarkan sperma, mengalami mimpi basah (Kusmiran,2019).
3. Perkembangan Psikologis Pada Remaja
Menurut pieter dan Lubis (2017),perkembangan psikologis remaja dapat
dilihat dari perkembangan intelektual remaja. Pesatnya perkembangan
kemampuan intelektual remaja terjadi pada usia 11-15 tahun, yang ditandai
dengan besarnya minat untuk memahami dunia luar, mengembangkan dan
menegosiasi ide-idenya. Bukti pesatnya perkembangan kognitif para remaja

7
ditunjukan dengan perubahan mental seperti belajar daya ingat, menalar,
berpikir dan berbahasa. Kini tahap perkembangan intelektual remaja
memasuki tahap formal operasional, yaitu berpikir abstrak, independen,
fleksibel, berpikir logis dan dapat memprediksikan suatu masalah.
C. Konsep Tentang Menstruasi
1. Definisi
Menstruasi adalah perdarahan yang terjadi secara periodik dan berkala
akibat meluruhnya lapisan endometrium pada dinding uterus yang akan
berlangsung sekitar 14 hari setelah terjadinya proses ovulasi (Sasaki, 2015).
Keadaan ini disebabkan karena tidak adanya pembuahan oleh sperma pada sel
telur, kemudian yang terjadi selanjutnya lapisan endometrium (Lapisan
dinding rahim) yang sudah menebal akan menjadi luruh.
Menstruasi ialah perdarahan akibat dari luruhnya bilik sebelah dalam
Rahim(Endometrium). Susunan endometrium dipersiapkan buat menerima
implantasi embrio.Bila tidak terjalin implantasi embrio susunan ini hendak
luruh.Perdarahan ini terjalin secara periodik, jarak waktu antara haid diketahui
dengan satu siklus haid (Purwoastuti & Walyani, 2017).
2. Siklus Menstruasi
Siklus menstruasi merupakan waktu sejak hari pertama menstruasi
sampai datangnya menstruasi periode selanjutnya, sedangkan panjang siklus
menstruasi adalah jarak antara tanggal mulainnya menstruasi yang lalu dan
mulainya menstruasi berikutnya. Lama menstruasi atau jarak dari hari pertama
menstruasi sampai perdarahan menstruasi berhenti berlangsung 3-7 hari,
dengan jumlah darah selama menstruasi berlangsung tidak kebih dari 80 ml
(Sasaki, 2018).
3. Fisiologi Siklus Menstruasi
Proses menstruasi melibatkan dua siklus yaitu siklus di ovarium dan
siklus di endometrium yang terjadi bersamaan. Siklus di ovarium terdiri dari
fase folikel, fase ovulasi, fase luteal. Siklus di endometrium terdiri atas 3 fase
yaitu fase proliferatif, fase sekretorik, fase menstruasi (Guyton , Hall , 2017).

8
a. Siklus di Ovarium:
1) Fase Folikel
Dua hingga tiga hari saat sebelum menstruasi, korpus luteum hadapi
regresi hingga nyaris berinvolusi total serta sekresi progesteron,
estrogen, dan inhibin dari korpus luteum menurun jadi sangat rendah.
Perihal ini membebaskan hipofisis serta hipotalamus dari dampak
umpan balik negatif hormon tersebut. Satu hari setelah itu haid diawali,
sekresi follicle stimulating hormone(FSH) serta luteinizing
hormone(LH) oleh hipofisis mulai bertambah kembali, sebanyak 2 kali
lipat serta diiringi oleh kenaikan sedikit LH yang memicu
perkembangan folikel. Sepanjang 11- 12 hari awal perkembangan
folikel, Kecepatan sekresi FSH serta LH hendak menurun sedikit akibat
dampak umpan balik negatif paling utama dari estrogen pada kelenjar
hipofisis anterior sehingga cuma satu folikel dominan yang senantiasa
berkembang.
2) Fase ovulasi
Pada fase ini tejadi peningkatan estrogen yang tinggi yang dihasilkan
folikel pre ovulasi yang mengakibatkan efek perangsangan umpan balik
positif pada hipofisis anterior yang menyebabkan terjadinya lonjakan
sekresi LH sehingga terjadi ovulasi. Ovulasi diperkirakan terjadi 24-36
jam pasca puncak kadar estrogen dan 10-12 jam pascapuncak LH.
3) Fase luteal
Saat akhir fase sekresi, endometrium sekretorius yang matang dengan
sempurna mencapai ketebalan halus seperti beludru.Fase ini sekresi
berlangsung sejak hari ovulasi sampai sekitar tiga hari sebelum periode
menstruasi berikutnya. Endometrium jadi kaya akan darah serta sekresi
kelenjar. Biasanya pada fase pasca ovulasi ini perempuan hendak lebih
sensitif. Disebabkan pada fase ini hormon reproduksi(LH, FSH,
progesteron serta estrogen) hadapi kenaikan. Jadi pada fase ini
perempuan hadapi yang namanyaPMS(Pre Menstrual Syndrome).

9
Sebagian setelah indikasi berlangsungnya PMS hingga susunan bilik
rahim hendak luruh lagi.
b. Siklus di Endometrium:
1) Fase proliferative
Fase proliferasi merupakan periode pertumbuhan yang cepat
berlangsung kurang lebih sekitar hari ke-5 sampai hari ke-14 dari siklus
haid. Pada fase ini berlangsung proses pembentukan dan pematangan
ovum di ovarium. Lapisan permukaan endometrium secara lengkap
kembali normal menjelang perdarahan berhenti atau sekitar empat hari.
Pada awal tahap ini, tebal endometrium hanya sekitar 0.5 mm
kemudiaan tumbuh menjadi sekitar 3,5-5 mm.Fase proliferatif
mempunyai durasi yang cukup lebar. Pada perempuan normal yang
subur, durasinya berkisar antara 5-7 hari,atau cukup lama sekitar 21-30
hari.
2) Fase sekretorik
Setelah terjadi ovulasi, folikel de graaf berubah menjadi korpus rubrum
lalu menjadi korpus luteum yang akan mengeluarkan hormon estrogen
dan progesteron, kedua hormon ini mengubah fase proliferatif menjadi
fase sekretorik. Pada fase ini kelenjar endometrium aktif mengeluarkan
glikogen untuk menjaga kestabilan hidup mudigah.Jika implantasi dan
pembuahan tidak terjadi maka korpus luteum menjadi berdegenerasi,
kemudian terjadi penurunan hormon progesteron dan estrogen sehingga
fase haid dan fase folikular baru dimulai kembali.Pada akhir fase,
ketebalan endometrium sudah mencapai 5-6 mm.
3) Fase Menstruasi
Fase ini merupakan fase yang harus dialami oleh seorang wanita dewasa
setiap siklusnya/bulannya.Sebab pabila seseorang wanita sudah melalui
fase ini wanita baru dikatakan produktif.Olehsebab itu fase menstruasi
selalu dinanti dan menjadi pertimbangan oleh para wanita, walaupun
kedatangannya kadang membuat sebagian wanita merasa tidak nyaman

10
untuk melakukan aktivitas sehari-hari.Pada umumnya keadaan
ketidaknyamanan ini terjadi sekitar 1-2 hari, dimana pada awal haid
gumpalan darah haid lebih sering keluar dan pendarahan yang keluar
kadang lebih banyak.Pada fase menstruasi ini tejadi bersamaan dengan
dimulainya fase folikular dan akhir fase luteal di ovarium. Waktu
dimana korpus luteum berdegenerasi karena tidak tejadi implantasi
ovum dan fertilisasi yang dibebaskan oleh siklus sebelumnya yang tidak
adekuat, sehingga kadar estrogen dan progesterone menurun tajam
sehingga menyebabkan dinding endometrium menjadi meluruh(Guyton ,
Hall , 2018).
D. Konsep Dismenorea
1. Definisi Dismenorea
Dismenorea berasal dari bahasa yunani kuno yaitu dys yang berarti sulit
atau menyakitkan atau tidak normal, meno yang berarti bulan dan rrhea yang
berarti aliran atau arus. Sehingga dapat di definisikan Dismenorea adalah
aliran menstruasi yang mengalami nyeri (Anurogo,2019).
Dismenorea didefinisikan sebagai adanya kram yang menyakitkan
berasal dari uterus yang terjadi selama menstruasi dan merupakan salah satu
penyebab yang paling umum nyeri panggul dan gangguan menstruasi. Rasa
sakit dimulai beberapa jam sebelum atau selama menstruasi berlangsung
selama 48 hingga 72 jam. Kram berasal dari kontraksi di rahim. Kontraksi ini
normal selama proses menstruasi dan biasanya pertama dirasakan ketika
perdarahan dimulai (Purwanti, 2017).
Dismenore yang dirasakan berupa nyeri atau rasa sakit sikklik
bersamaan dengan menstruasi dan sering dirasakan seperti rasa kram pada
perut serta dapat menjalar ke punggung, dengan rasa mual dan muntah, sakit
kepala ataupun diare (Sasaki, 2019).
2. Mekanisme Mekanisme Nyeri pada Menstruasi
Nyeri menstruasi berpangkal pada mulainya proses menstruasi itu
sendiri yang merangsang otot-otot rahim untuk berkontraksi. Kontraksi otot-

11
otot rahim tersebut membuat aliran darah ke otot- otot rahim menjadi
berkurang yang mengakibatkan meningkatnya aktivitas rahim untuk
memenuhi kebutuhannya akan aliran darah yang lancar, juga otot-otot rahim
yang kekurangan darah tadi akan merangsang ujung ujung syaraf sehingga
terasa nyeri. Nyeri tersebut tidak hanya akan terasa di rahim, namun juga
dibagian-bagian tubuh yang lain yang mendapatkan persyarafan yang sama
dengan rahim. Oleh karena itulah rasa tidak nyaman juga dirasakan di bagian-
bagian tubuh yang digunakan untuk buang air besar, buang air kecil, maupun
otot-oto dasar panggul dan daerah disekitar tulang belakang sebelah bawah.
Hal ini disebut juga sebagai nyeri rujukan (referred pain). Peningkatan
kadar prostaglandin (PG) penting perannya sebagai penyebab terjadinya
dismenorea. PG alfa sangat tinggi dalam endometrium, myometrium, dan
darah haid yang menderita dismenorea primer. PG menyebabkan peningkatan
aktifitas uterus dan serabut-serabut syaraf terminal rangsang nyeri.
Komunikasi antara peningkatan kadar PG dan peningkatan kepekaan
mymetrium menimbulkan tekanan intra uterus sampai 400 mmHG dan
menyebabkan kontraksi myometrium. Selanjutnya kontraksi myometrium
yang disebabkan oleh PG akan mengurangi aliran darah, sehingga terjadi
iskemia sel-sel myometrium yang menyebabkan timbulnya nyeri spasmodik.
Jika PG dilepaskan dalam jumlah berlebihan kedalam peredaran darah, maka
selain dismenorea timbul pula pengaruh umum lainnya seperti diare, mual,
muntah (Andarmoyo, 2018).
3. Klasifikasi Dismenorea
Dismenore dapat diklasifikasikan menjadi 2 bagian (Purwoastuti & Th.
Endang, 2015), yaitu :
a. Dismenore Primer
Dismenorea primer merupakan nyeri haid yang dialami tanpa terdapatnya
kelainan pada organ reproduksi. Dengan kata lain, ini merupakan rasa nyeri
yang biasa dialami oleh wanita dikala menghadapi nyeri haid. Rasa nyeri
ini umumnya terjalin sehabis 12 bulan ataupun lebih, diawali semenjak

12
haid yang awal. bahkan terdapat sebagian wanita yang senantiasa
merasakan nyeri tiap haid tiba.
b. Dismenore sekunder
Dismenore sekunder biasanya ditemukan jika terdapat penyakit atau
kelainan pada alat reproduksi. Nyeri dapat terasa sebelum, selama, dan
sesudah haid. Penyebab terjadinya dismenore sekunder bisa di akibatkan
oleh salpingitis kronis yaitu infeksi yang lama pada saluran penghubung
rahim (uterus) dengan kandung telur (ovarium). Kondisi ini paling sering
ditemukan pada wanita berusia 30-45 tahun. Untuk penanganannya perlu
dilakukan konsultasi ke dokter serta pengobatan dengan antibiotik dan anti
radang.
4. Etiologi Dismenorea
Nyeri pada dismenore diduga berasal dari kontraksi rahim yang
dirangsang oleh prostaglandin. Nyeri dirasakn semakin hebat ketika potongan
atau bekuan jaringan dari lapisan rahim melewati serviks (lewat rahim),
terutama jika saluran serviksnya sempit. Faktor lain yang bisa memperburuk
dismenore adalah rahim yang menghadap kebelakang (retroversi), kurang
berolahraga, stres psikis atau stres sosial. Pertambahan umur dan kehamilan
akan menyebabkan menghilangnya dismenorea primer. Hal ini diduga karena
adanya kemunduran syaraf rahim akibat penuaan,hingga hilangnya sebagian
saraf pada akhr kehamilan.
Perbedaan beratnya nyeri tergantung kepada kadar prostaglandin.
Wanita yang mengalami dismenorea memiliki kadar prostaglandin yang 5-13
kali lebih tinggi dibandingkan dengan wanita yang tidak mengalami
dismenorea. Dismenorea sangat mirip dengan nyeri yang dirasakn oleh wanita
hamil yang mendapatkan suntikan prostaglandin untuk merangsang
persalinan.
Dismenorea sekunder lebih jarang ditemukan dan terjadi pada 25%
wanita yang mengalami dismenorea. Penyebab dari dismenorea adalah
endometritis, fibroid, adenomiosis, peradangan tuba falopi, perlekatan

13
abnormal antara organ di dalam perut dan pemakaian IUD. Dismenorea
sekunder sering mulai timbul pada usia 20 tahun (Nugroho, dkk,2017).

5. Patofisiologi Dismenorea
Pada dismenorea primer, sepanjang menstruasi sel- sel endometrium
yang terlepas membebaskan prostaglandin (kelompok persenyawaan mirip
hormon kokoh yang terdiri dari asam lemak esensial). Prostaglandin
merangsan otot uterus serta pengaruhi pembuluh darah yang menimbulkan
iskemia uterus (penyusutan suplay darah ke rahim) lewat kontraksi
mymetrium (otot bilik rahim) serta vasocontriction (penyempitan pembuluh
darah). Kenaikan kandungan prostaglandin sudah teruji ditemui pada cairan
mentstruasi pada wanita dengan dismenorea berat. Kandungan ini memanglah
bertambah paling utama sepanjang 2 hari awal haid. Vasopressin(disebut pula:
antidiuretic hormon) ialah sesuatu hormon yang disekresi olehlobus posterior
kelenjar pituitari yang menyempitkan pembuluh darah, tingkatkan tekanan
darah, kurangi pengeluruaran air seni, yang pula mempunyai peran yang
sama.
Riset terbaru menunjukan bahwa patogenesis dismenorea primer adalah
karena prostaglandin F2 alpha (PGF2 alpha), suatu stimulun mymetrium yang
kuat dan vasoconstriction (penyempitan pembulu darah) yang di endometrium
sektori. Respon terhadap inhibitor (penghambat) prostaglandin pada pasien
dengan dismenorea mendukung pernyataan bahwa dismenorea diperantarai
oleh prostaglandin.
Kadar prostaglandin yang meningkat di temukan di cairan endometrium
perempuan dengan dismenorea dan berhubungan baik dengan derajat nyeri.
Peningkatan endometrial prostaglandin sebanyak 3 kali lipat terjadi dari fase
folikuler menuju fase luteal, dengan peningkatan lebih lanjut yang terjadi
selama haid. Peningkatan prostaglandin di endometrium yang mengikuti
penurunan progesteron pada akhir fase luteum menimbulkan peningkatan
tonus miometrium dan kontraksi uterus yang berlebihan.

14
Leukotriene (suatu produk pengubahan metabolisme asam arakidonat,
bertanggung jawab atas terjadinya kontraksi otot polos pada proses
peradangan) juga berperan dalam mempertinggi sensivitas nyeri serabut di
uterus. Jumlah leukotriene yang signifikan telah di tunjukan di endometrium
perempuan penderita dismenorea primer yang tidak merespon teapi antagonis
pstaglandin.
Hormon pituitari posterior, vasopresin terlibat dalam hipersensivitas
myometrium, mengurangi aliran darah di uterus, dan nyeri pada penderita
dismenorea primer. Peranan vasopresindi endometrium dapat berhubungan
dengan sintesis dan pelepasan prostaglandin. Hipotesis neuronal juga telah
direkomendasikan untuk patogenesis dismenorea primer. Neuron nyeri type C
distimulasi oleh metabolit anaerob yang diproduksi oleh ischemic
endometrium (berkurangnya suplai oksigen ke membran mukosa kelenjar
yang malapisi rahim) (Anurogo,2018).
6. Gejala Dismenorea
Dismenorea menyebabkan nyeri pada perut bagian bawah, yang bisa
menjalar ke punggung bagian bawah dan tungkai. Nyeri dirasakan sebagai
kram yang hilang timbul atau sebagai nyeri tumpul yang terus menerus ada.
Biasanya nyeri mulai timbul sesaat sebelum atau selama menstruasi, mencapai
puncaknya dalam waktu 24 jam dan setelah 2 hari akan menghilang.
Dismenorea juga sering disertai oleh sakit kepala, mual dan kadang sampai
terjadi muntah (Nugroho, dkk,2017).
7. Penanganan Dismenorea
Penanganan yang dilakukan pada penderita dismenorea dapat dilakukan
menggunakan terapi herbal (non-farmakologi) maupun terapi secara
farmakologi.
a. Terapi farmakologi
Untuk mengurangi rasa nyeri biasa diberikan anti peradangan non-
steroid (misalnya ibuprofen, naproxen dan asam mefenamat) obat ini akan
sangat efektif jika mulai diminum 2 hari menstruasi. Untuk mengatasi mual

15
dan muntah bisa diberikan obat anti mual, tetapi muat muntah biasanya
menghilang, jika kramnya telah teratasi.
Bila nyeri terus dialami serta mengusik aktivitas tiap hari, sehingga
perlu diberikan kapsul KB dosis rendah yang memiliki esterogen serta
progesteron ataupun diberikan medroxiprogesteron. Pemberian kedua obat
tersebut dimasudkan buat menghindari ovulasi (pelepasan sel telur)
sehingga dapat mengurangi beratnya dismenorea. Bila obat ini pula tidak
efisien, hingga perlu dilakukan pemeriksaan tambahan(Anurogo,2017).
b. Terapi non-farmakologi
Selain dengan obat-obatan, rasa nyeri juga bisa dikurangi dengan
istrahat yang cukup, olahraga teratur (terutama berjalan), pemijatan, yoga,
kompres hangat di daerah perut.

Menurut Zakiyah (2015) secara spesifik dapat digambarkan sebagai


berikut:
1) Penjelasan dan nasehat
Penjelasan dan nasehat dapat dilakukan mengenai pola hidup,
pekerjaan, kegiatan dan lingkungan penderita. Kemungkinan salah satu
informasi mengenai haid atau ada hal-hal tabuh atau tahayul mengenai
haid yang dapat dibicarakan nasehat mengenai makanan sehat, istrahat
yang cukup dan olahrag dapat membantu.
2) Teori es dan panas/ kompres panas dan dingin
Terapi es dapat menurunkan prostaglandin yang memperkuat sensifitas
reseptor nyeri dan subkutan lain pada daerah nyeri dengan
menghambat proses inflamasi. Sedangkan kompres panas mempunyai
keuntungan meningkatkan aliran darh ke suatu area dan kemungkinan
dapat menurunkan nyeri dengan mempercepat penyembuhan.
3) Distraksi
Distraksi adalah suatu tindakan pengalihan perhatian pasien ke hal-hal
diluar nyeri. Dengan demikian diharapkan pasien tidak terfokus

16
kepada nyeri lagi dan dapat menurunkan kewaspadaan pasien terhadap
nyeri bahkan menurunkan tolenrasi terhadap nyeri
4) Imajinasi terbimbing
Imajinasi terbimbing adalah kegiatan klien membuat suatu bayangan
yang menyenangkan, dan mengkonsentrasikan diri pada bayangan
tersebut serta berangsur-angsur membebaskan diri dari perhatian
terhadap nyeri.
5) Hipnotis
Hipnotis adalah sebuah teknik yang menghasilkan suatu keadaan yang
tidak sadarkan diri, yang disampaikan melalui gagasan-gagasan yang
disampaikan oleh orang yang menghipnotisnya. Hipnotis dapat
membantu mengubah persepsi nyeri melalui pengaruh sugesti positif.
Suatu pendekatan kesehatan holistik, hipnotis menggunakan sugesti
diri dan kesan terhadap perasaan yang rileks dan damai.
6) Relaksasi
Relaksasi adalah suatu tindakan untuk membebaskan mental dan fisik
dari ketegangan sehingga dapat meningkatkan toleransi terhadap nyeri.
Teknik relaksasi yang sederhana terdiri atas napas abdomen dengan
frekuensi lambat berirama.
7) Masase
Masase adalah melakukan tekanan dengan menggunakan tangan pada
jaringan lunak, biasanya otot, tendoa atau ligamentum tanpa
menyebabkan gerakan atau perubahan posisi sendi yang ditujukan
untuk meredakan nyeri, menghasilkan relaksasi, dan atau memperbaiki
sirkulasi.
8. Skala Pengukuran Nyeri
a. Skala Intensitas Nyeri Numetrik (Numerical Rating Scale)
Skala intensitas nyeri numerik (Numerical Rating Scale) lebih digunakan
sebagai pengganti alat pendeskripsian kata. Dalam hal ini, klien menilai
nyeri menggunakan skala 0-10. Skala paling efektif digunakan saat

17
mengkaji intensitas nyeri sebelum dan setelah intervensi terapeutik
(Douglas, 2017).

0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Tidak Nyeri Nyeri Nyeri
Nyeri Ringan Sedang Berat
Keterangan
0 : Tidak Nyeri
1 : Sangat ringan (Seperti gigitan nyamuk)
2 : Tidak menyenangkan (Nyeri ringan seperti cubitan ringan pada kulit)
3 : Bisa ditoleransi (Nyeri sangat terasa seperti pukulan kehidung yang
menyebabkan hidup berdarah, atau suntikan oleh dokter)
4 : Menyedihkan (Kuat, nyeri yang dalam, seperti sakit gigi atau rasa
sakit dari sengatan lebah)
5 : Sangat menyedihkan (Kuat, dalam, nyeri yang menusuk, seperti
pergelangan kaki terkilir)
6 : Intens (Kuat, dalam, nyeri yang menusuk begitu kuat sehingga
tampaknya mempengaruhi sebagian indra, menyebabkan tidak fokus,
komunikasi terganggu)
7 : Sangat intens(sama seperti yang ke 6 bahwa rasa sakit benar-benar
mendominasi indra anda menyebabkan tidak dapat berkomunikasi dengan
baik dan tidak mampu melakukan perawatan diri)
8 : Benar-benar mengerikan (Nyeri begitu kuat sehingga anda tidak lagi
dapat berfikir jernih, dan sering mengalami perubahan kepribadian yang
parah jika sakit datang dan berlangsung lama)
9 : Menyiksa tidak tertahankan (Nyeri begitu kuat sehingga anda tidak
bisa mentoleransinya dan sampai-sampai menuntut untuk segera
menghilangkan rasa sakit apapun caranya)

18
10 : Sakit tidak terbayangkan dan tidak dapat di ungkapkan (Nyeri begitu
kuat, dapat mengakibatkan singsan dan akan kehilangan kesadaran diri)

b. Skala Analog Visual (Visual Analog Scale)


Skala Analog Visual (Visual Analog Scale) adalah suatu garis lurus
mewakili intensitas nyeri yang terus menerus dan pendeskripsian verbal
pada setiap ujungnya. Skala ini memberi klien kebebasan penuh untuk
mengidentifikasi keparahan nyeri. VAS dapat merupakan pengukuran
keparahan nyeri yang lebih sensitif karena klien dapat mengidentifikasi
setiap titik pada rangkaian dari pada dipaksa memilih suatu kata atau satu
angka (Ismail Boy, 2018).

Tidak Nyeri
Nyeri Sangat
Hebat
c. Skala Nyeri Muka (Face Rating Scale)
secara histori, Skala Nyeri Muka (Face Rating Scale) yang terdiri dari
serangkaian enam sampai tujuh wajah yang di mulai dari wajah
tersenyum bahagia sampai sedih berlinang air mata digunakan untuk
menilai nyeri pada pasien pediatrik. Beberapa versi telah di gunakan
dalam praktek klinis. FRS dimaksudkan untuk mengukur bahimana
tingkat nyeri pasien yang mereka rasakan. Setiap tampilan ekspresi wajag
menunjukan hubungan dengan nyeri yang dirasakan, termasuk alis turun
kebawah, bibir diketatkan/pipi dinaikan, kerutan hidung/bibr dinaikan,
dan mata tertutup. Tingkatkan skala menurut Wong-Baker FACES
merupakan alat pengukuran intenitas nyeri yang diakui dan umum nya
digunakan dalam pasien pediatrik.
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

19
0 1-3 4-6 7-9 10
Tidak Nyeri Nyeri Nyeri Nyeri
Nyeri Ringan Sedang Berat Sangat
Berat
Keterangan
1 : Tidak Nyeri
1-3 : Nyeri ringan (Terasa kram pada perut bagian bawah, masi
dapat ditahan, masih dapat beraktivitas)
4-6 : Nyeri sedang (Terasa kram pada perut bagian bawah, nyeri
menyebar ke pinggang, nafsu makan berkurang, aktivitas
dapat terganggu)
7-9 : Nyeri berat (Terasa kram pada perut bagian bawah, nyeri
menyebar ke pinggang, paha atau punggung, tidak ada nafsu
makan, mual, tidak kuat beraktifitas)
10 : Nyeri sangat berat (tersa kram yang berat sekali pada perut
bagian bawah, nyeri menyebar ke pinggang, kaki dan
punggung, tidak mau makan, mual, mumtah, sakit kepala,
tidak ada tenaga, terkadang sampai pingsan).

9. Faktor Resiko Dismenore


a. Umur
Menstruasi dimulai antara usia 12 sampai 14 tahun, tergantung pada
berbagai faktor seperti kesehatan wanita, status nutrisi, dan pola hidup
sehat dan berlangsung sampai 45 hingga 50 tahun. Jika menarche pada
usia lebih awal merupakan faktor resiko yang berpengaruh terhadap
kejadian dismenore primer, karena alat reproduksi belum siap untuk

20
mengalami perubahan dan masih terjadi penyempitan pada pada leher
rahim sehingga akan menimbulkan rasa sakit ketika menstruasi.
b. Siklus Menstruasi
Siklus menstruasi pada umumnya terjadi secara periodik setiap bulannya
dengan rentang 28 hari normalnya sedangkan masa haidnya antara 3-7 hari,
artinya masa menstruasi akan terjadi 28 hari, ada pula setiap 21 san sampai
30 hari. Remaja dengan interval selama 21-35 hari dianggap memiliki
siklus menstruasi yang normal, tetapi jika kurang dari 21 hari dianggap
terlalu cepat dan jika lebih dari 35 hari dianggap terlalu lama sehingga
dapat dikatakan abnormal (Kusmiran, 2018).
E. Konsep Teknik Slow Deep Breathing
1. Definisi Slow Deep Breathing
Slow Deep Breathing merupakan suatu teknik relaksasi dengan
pernafasan lambat yan dapat berupa pernafasan dada maupun perut yang
bertujuan untuk memberi efek relaksasi (Indah, 2015).
Teknik Slow Deep Breathing mampu merangsang tubuh untuk
mengeluarkan opioid endogen sehingga terbentuk sistem penegakan nyeri
yang akan menurunkan dismenore primer. Teknik Slow Deep Breathing yang
mempunyai efek rilekssasi juga dapat meningkatkan pembentukan endorphin
dalam sistem kontrol desenden (Trisnabari dan Wahyuni, 2018).
2. Tujuan
Tujuan latihan Slow deep Breathing antara lain untuk memelihara
pertukaran gas, meningkatkan ventilasi alveoli mencengah terjadi atelektasi,
membantu meningkatkan efisiensi batuk dan mengurangi stress secara fisik
maupun psikologis (Smeltzer & Bare, 2017).
Berdasarkan penelitian yang dilakukan yang dilakukan oleh Tarwoto
didapatkan bahwa teknil Slow Deep Breathing mengatur pernapasan secara
dalam dan lambat yang bertujuan untuk meningkatkan jumlah oksigen dalam
tubuh dan menstimulasi pengeluaran endorfin yang berefek pada penurunan

21
respon saraf simpatis dan meningkatkan respon saraf parasimpatis seluruh
tubuh yang mengakibatkan keadaan rileks (Indah, 2017).
3. Fisiologi latihan slow deep Breating terhadap Dismenore
Latihan slow deep breathing dapat menurunkan produksi asam laktat
diotot dengan cara meningkatkan suplay oksigen sementara kebutuhan
oksigen dalam otak mengalammi penurunan sehingga terjadi keseimbangan
oksigen dalam otak. Nafas dalam dan lambat menstimulasi saraf otonom yang
berefek pada penurunan respon saraf parasimpatis. Respon saraf simpatis
akan meningkatkan aktifitas tubuh sementara respon saraf parasimpatis
cenderung menurunkan aktivitas tubuh sehingga tubuh mengalami relaksasi
dan mengalami penurunan aktifitas metabolik (Downey, 2017 dalam Niken
2019).
4. Prosedur Pelaksanaan Latihan Slow Deep Breathing
Prosedur yang dilakukan saat latihan slow deep breathing dengan
melakukan pernafasan diagfragma selama inspirasi mengakibatkan
pembesaran abdomen bagian atas sejalan dengan desakan udara yang masuk
selama inspirasi. Langkah-langkah latihan slow deep breathing adalah sebagai
berikut :
a. Atur pasien dengan posisi duduk
b. Kedua tangan pasien letakkan diatas perut
c. Anjurkan pasien untuk melakukan tarikan nafas secara perlahan dan dalam
melalui hidung
d. Tarik nafas selama 3 detik dan rasakan abdomen mengembang selama
menarik nafas
e. Tahan nafas selama 3 detik
f. Kerutkan bibir dan keluarkan nafas melalui mulut, hembuskan secara
perlahan selama 6 detik. Rasakan abdomen bergerak kebawah
g. Ulangi langkah 1 sampai 5 selama 10 menit.

22
F. Konsep Teknik Effleurage
1. Definisi Teknik Effleurage
Effleurage ialah metode pemijatan berbentuk usapan lembut, lambat
serta panjang ataupun tidak putus-putus. Teknik ini pula bisa menstimulasi
serabut taktil sehingga sinyal nyeri bisa dihambat. Massage merupakan salah
satu cara nonfarmakologi yang dilakukan untuk mengurangi rasa sakit
(Adiputri, Darmiyanti, serta Candra, 2018). TeknikMassageeffleurage bisa
meningkatkan sirkulasi darah, membagikan tekanan, memanaskan otot
abdominal, serta mendorong relaksasi fisik serta mental (Rashidi-Fakari, dkk,
2019).
2. Manfaat Teknik Effleurage
Effleurage bertujuan untuk meningkatkan sirkulasi darah, memberi
tekanan, dan menghangatkan otot abdomen dan meningkatkan relaksasi fisik
dan mental. Effleurage merupakan teknik yang aman, mudah, tidak perlu
banyak alat, tidak perlu biaya, tidak memiliki efek samping dan dapat
dilakukan dengan sendiri atau dengan bantuan orang lain (MoonDragon’s.
2004 dalam Nurkhasanah & Fetrisia, 2017).
Menurut Indah (2018), effleurage pada punggung selama 3 menit
sampai 10 menit dapat menurunkan tekanan darah, memperlambat denyut
jantung, meningkatkan pernafasan, dan merangsang produksi hormon
endorphin yang menghilangkan rasa sakit yang alamiah.(Herinawati, Hindriati
and Novilda, 2019)
3. Teknik Effleurage
Menurut Gadysa (2016) dalam Maslikhanah (2017), ada dua cara teknik
pijat Effleurage :
a. Teknik pijat dengan menggunakan dua tangan
Teknik ini dapat dilakukan sendiri dengan menggunakan kedua telapak
jari-jari tangan melakukan usapan ringan, tegas dan konstanta dengan cara
gerakan melingkari abdomen dimulai dari abdomen bagian bawah diatas

23
simpisis pubis, mengarah kesamping perut, terus ke fundus uteri kemudian
turun ke umbilikus dan kembali ke perut bagian bawah.
b. Teknik pijat dengan menggunakan satu tangan
Teknik ini dapat dilakukan dengan bantuan orang lain (keluarga atau
petugas kesehatan) dengan menggunakan ujung-ujung jari tangan
melakukan usapan pada abdomen, secara ringan, tegas, konstan dan lambat
membentuk pola gerakan seperti angka delapan.
4. Mekanisme Teknik Effleurage
Efek mekanisme atau fisik effleurage termasuk membantu menggerakan
darah getah bening secara lebih efisien. Aturan umum dengan effleurage
adalah melakukan stroke secara centripetally, atau ke arah jantung (sepanjang
vena return). Ini membantu membawa nutrisi, dan mengeluarkan racun dari
berbagai organ dan otot. Effleurage sangat efektif dalal mengurangi rasa sakit.
Nyeri sering di produksi oleh edema, atau penumpukan cairan, yang
menghasilkan tekanan di dalam jaringan dan menyebabkan rangsangan
reseptor nyeri (nociceptors). Aliran vena yang meningkat akibat pijatan dapat
mengurangi tekanan ini dengan membantu menguras cairan. Pengurangan
atau bahkan penghapusan rasa sakit, juga berasal dari fakta bahwa stroke
effleurage merangsang pelepasan obat penghilang rasa sakit alamiah
(endorphin) dan membantu menghambat impuls rasa sakit.(Puspitasari, 2020)
Effleurage juga merangsang ujung saraf, yang pada gilirannya, memiliki
efek tidak langsung pada area tubuh lainnya. Hal ini dilakukan melalui sistem
otonom, yang pada bagiannya, menginervasi otot jantung dan polos, berbagai
kelenjar dan saluran cerna. Efek refleksi ini dapat mempengaruhi pelepasan
bahan kimia dan hormon ke dalam sistem yang mendorong relaksasi, seperti
berbagai neurotransmotter, vasopressin dan oksitosin. Ini juga bisa membantu
menurunkan tekanan darah, mengurangi stres secara keseluruhan atau bahkan
meringankan depresi (Fehrs, 2017).

24
G. Hasil Penelitian Yang Relevan
1. Hasil penelitian yang relevan yang telah dilakukan (Indah, 2018) hasil
penelitian yaitu didapatkan nilai rata-rata intensitas dismenorea pada
kelompok ekperimen yaitu sebelum diberikan intervensi yaitu 5,27 dan setelah
diberikan intervensi yaitu 1,53. Perbedaan rata-rata intensitas nyeri
dismenorea sebelum dan setelah diberikan intervensi penurunan nilai rata-rata
intensitas nyeri dismenorea yaitu sebesar 3,74 poin.
2. Hasil penelitian relevan yang telah dilakukan (Fatsiwi, 2018) hasil penelitian
yaitu nilai sebelum diberikan perlakuan yaitu 4,2 sedangkan skala nyeri
setelah dilakukan perlakuan adalah 1,93 ada perbedaan skala nyeri sebelum
dan sesudah diberikan terapi pada remaja putri di SMP Muhammadiyah
Tepadu di Bengkulu.
3. Hasil penelitian yang relevan yang telah dilakukan (Nurul Hikmah, 2018)
hasil penelitian yaitu penilaian skala nyeri sebelum diberikan tindakan teknik
Effleurage selama 10 menit adalah 4,33 dan sesudah diberikan tindakan yaitu
2,17 dengan selisih 2,16 dan skala nyeri sebelum diberi tindakan selama 15
menit 4,91 dan sesudah diberikan tindakan yaitu 2 dengan selisih sebanyak
2,91.

25

Anda mungkin juga menyukai