Anda di halaman 1dari 15

STUDI KASUS FARMASI RUMAH SAKIT

KASUS 5
“Menstruation Disorder”

Dosen Pengampu :
Dr. Apt. Wiwin Herdwiani, M.Sc.

Disusun Oleh :

Rian Jumawardi (2220434876)

Rima Luciana Dewi (2220434855)

PROGRAM STUDI PROFESI APOTEKER


FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SETIA BUDI
SURAKARTA
2022

1
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Menstruasi atau haid adalah hal yang akan dijalani oleh seorang remaja wanita,
tetapi bila terjadi perdarahan uterus berlebihan maka hal tersebut berhubungan dengan
tingkat kesakitan yang signifikan. Pasien remaja dan orang tuanya sering tidak
memahami mengenai siklus atau pola haid normal. Remaja wanita dapat saja tidak
mengetahui apa yang disebut normal dan enggan untuk berdiskusi dengan orang tua
mengenai masalah haid. Sebagian remaja menganggap variasi haid merupakan sesuatu
yang tidak normal dan mencari bantuan medis. Remaja lainnya mungkin tidak sadar
bahwa pola haid mereka tidak normal dan merupakan bagian dari kondisi medis lain yang
membutuhkan perhatian (Wantania, 2016).
Penyebab gangguan menstruasi dapat karena kelainan biologik (organik atau
disfungsional) atau dapat pula karena psikologik seperti keadaaan-keadaan stress dan
gangguan emosi atau gabungan biologik dan psikologik. Faktor- faktor yang berperan
dalam gangguan menstruasi menurut (Wantania, 2016).
Siklus menstruasi bervariasi pada tiap wanita dan hampir 90% wanita memiliki
siklus 25- 35 hari dan hanya 10% yang memiliki siklus 28 hari. Perhitungan dalam satu
siklus adalah pendarahan dimulai dari hari pertama yang kemudian dihitung sampai
dengan hari terakhir yaitu satu hari sebelum perdarahan menstruasi bulan berikutnya
dimulai. Pada beberapa wanita memiliki siklus yang tidak teratur dan hal ini bisa menjadi
indikasi adanya masalah kesuburan panjang siklus menstruasi dihitung dari hari pertama
periode menstruasi (Wantania, 2016). Gangguan menstruasi sering merupakan sumber
kecemasan bagi wanita. Gangguan menstruasi yang umum terjadi adalah amenorrhea,
perdarahan uterus abnormal, dismenore, dan sindrom premenstrual (Owen, 2005).

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Definsi Menstruasi
Menstruasi adalah siklus discharge fisiologik darah dan jaringan mukosa melalui
vagina dari uterus yang tidak hamil dibawah kendali hormonal dan berulang tanpa adanya
kehamilan selama periode reproduktif (Dorland, 2000). Menstruasi biasanya berlangsung
selama 5 sampai 7 hari dan rata-rata darah yang keluar saat menstruasi adalah 35-50 ml
tanpa bekuan darah (Wiknjosastro, 2012).
Darah berasal dari rahim dan timbul akibat terlepasnya selaput lendir rahim yang
mengalami proses kemunduran dan kerusakan akibat sel telur yang tidak dibuahi.
Menstruasi pertama (menarche) pada remaja putri sering terjadi pada usia 11 tahun.
Namun tidak tertutup kemungkinan terjadi pada rentang usia 8-16 tahun. Menstruasi
merupakan pertanda masa reproduktif pada kehidupan seorang perempuan yang dimulai
dari menarche sampai terjadinya menopause (Kusmiyati, 2011).
B. Fisiologi Menstruasi
Siklus ovulasi diawali dari pertumbuhan beberapa folikel antral pada awal siklus,
diikuti ovulasi dari satu folikel dominan, yang terjadi pada pertengahan siklus. Kurang
lebih 14 hari pasca ovulasi, bila tidak terjadi pembuahan akan diikuti dengan menstruasi.
Sedangkan siklus anovulasi adalah siklus haid tanpa ovulasi sebelumnya. Gonadotropin
releasing hormone (GnRH) yang disekresi hipotalamus mengontrol siklus pada ovarium
dan uterus. Gonadotropin-Releasing Hormone (GnRH) merangsang dilepaskannya
Follicle Stimulating Hormone (FSH) dan Luteinizing Hormone (LH) oleh pituitari
anterior. FSH berperan dalam pertumbuhan folikel, sedangkan LH berperan dalam
perkembangan dari folikel tersebut. FSH dan LH menstimulasi folikel-folikel untuk
mensekresikan estrogen. Selain itu, LH juga berperan untuk merangsang theca cells dari
suatu folikel yang sedang berkembang untuk mensekresi androgen. Androgen yang
dihasilkan ini nantinya akan dikonversi menjadi estrogen karena adanya pengaruh dari
FSH. LH akan memicu terjadinya ovulasi dan pembentukan corpus luteum, corpus

3
luteum akan menghasilkan estrogen, progesteron, relaxin dan inhibin (Tortora &
Derrickson, 2012).

C. Siklus Menstruasi
Siklus menstruasi merupakan waktu sejak hari pertama menstruasi sampai
datangnya menstruasi periode berikutnya sedangkan panjang siklus menstruasi adalah
jarak antara tanggal mulainya menstruasi pada wanita normalnya berkisar antara 21-35
hari dan hanya 10-15% yang memiliki siklus menstruasi 28 hari dengan lama menstruasi
3-5 kali dan panjangnya siklus menstruasi ini dipengaruhi oleh usia, berat badan, tingkat
stress, genetik dan gizi (Isnaeni, 2010).
Pada endometrium juga dibagi menjadi tiga fase yang terdiri dari fase menstruasi,
fase proliferasi dan fase ekskresi.
1. Siklus endometrium, terdiri dari 4 fase yaitu :
a) Fase Menstruasi
Fase menstruasi berawal dari hari pertama menstruasi sampai hari ke lima. Proses
mentruasi terjadi karena penurunan kadar estrogen dan progesteron dalam darah,
sebagai akibat tidak berfungsinya korpus luteum. Berkurangnya bahkan tidak
adanya dua hormon tersebut, endometrium hancur dan mulai luruh. Menstruasi
merupakan peluruhan endometrium uterus yang terdiri dari jarigan dan darah
(Kusmiyati, 2011).
b) Fase proliferasi
Fase proliferasi, segera setelah menstruasi, endometrium dalam keadaan tipis dan
dalam stadium istirahat, yang berlangsung kira-kira 5 hari. Kadar estrogen yang
meningkat dari folikel yang berkembang akan merangsang stroma endometrium
untuk mulai tumbuh dan menebal, kelenjar-kelenjar akan menjadi hipertropi dan
berproliferasi dan pembuluh darah menjadi banyak sekali. Kelenjar-kelenjar dan
stroma berkembang sama cepatnya. Kelenjar makin bertumbuh panjang tetapi
tetap lurus dan berbentuk tubulus. Lamanya fase proliferasi sangat berbeda-beda
pasa setiap wanita dan berakhir pada saat terjadinya ovulasi (Kusmiyati, 2011).
Fase ini merupakan periode pertumbuhan cepat yang berlangsung sejak sekitar
hari kelima ovulasi, misalnya hari ke-10 siklus 24 hari, hari ke-15 siklus 28 hari,

4
hari ke-18 siklus 32 hari. Permukaan endometrium secara lengkap kembali normal
dalam sekitar empat hari atau menjelang perdarahan berhenti. Sejak saat itu,
terjadi penebalan 8-10 kali lipat, yang berakhir saat ovulasi. Fase proliferasi
dibagi menjadi 3 tahap, yaitu Fase proliferasi dini, terjadi pada hari ke-4 sampai
hari ke-7. Fase ini dapat dikenali dari epitel permukaan yang tipis dan adanya
regenerasi epitel. Fase proliferasi madya, terjadi pada hari ke-8 sampai hari ke-10.
Fase ini merupakan bentuk transisi dan dapat dikenali dari epitel permukaan
yang berbentuk torak yang tinggi. Fase proliferasi akhir, berlangsung antara hari
ke-11 sampai hari ke-14. Fase ini dapat dikenali dari permukaan yang tidak rata
dan dijumpai banyaknya mitosis.
c) Fase Sekretorik
Berlangsung bersamaan dengan fase luteal ovarium.Setelah ovulasi, terbentuk
korpus luteum baru yang mengeluarkan sejumlah besar progesteron dan estrogen.
Progesteron mengubah endometrium menjadi kaya vaskular dan glikogen yang
mana dipersiapkan untuk implantasi. (Kusmiyati, 2011).

D. Gangguan Menstruasi

1. Amenora
Amenorea adalah keadaan tidak adanya menstruasi untuk sedikitnya 3 bulan
berturut-turut. Dianggap amenore primer bila wanita tidak pernah mendapat siklus

5
menstruasi dan amenorea sekunder bila wanita tersebut telah mengalami siklus
menstruasi sebelumnya tetapi tidak lama (Corwin, 2009).
2. Polimenorea
Polimenorea adalah siklus menstruasi yang tidak normal, lebih pendek dari
biasanya atau kurang dari 21 hari. Gangguan ini dikarenakan adanya masalah pada
ovulasi dan pembuahan. Polimenorea dapat menyebabkan wanita mengalami
kesulitan hamil dan gangguan yang lebih serius. Sedangkan oligomenorea adalah
kebalikan dari polimenorea, yakni wanita mengalami siklus menstruasi yang lebih
panjang atau lebih dari 35 hari, namun darah yang keluar saat menstruasi justru
berkurang atau lebih sedikit dari keadaan normal (Prawirohardjo, 2011).
3. Menoragia
Menoragia adalah perdarahan yang terjadi pada masa menstruasi dengan jumlah
yang banyak dapat disertai gumpalan darah bahkan disertai dismenore (Manuaba,
2009). Pada menoragia, jumlah total darah yang keluar melebihi 80 ml dalam satu
siklus, dan durasi lebih dari 7 hari, untuk frekuensi ganti pembalut dapat lebih dari 2-
5 kali dalam sehari (Prawirohardjo, 2011).
4. Hipomenorea
Hipomenorea merupakan pendarahan yang lebih sedikit dan lebih pendek dari
biasanya. Keadaan ini dapat dikarenakan gangguan rahim, adanya gangguan
endokrin dan gangguan lain di alat reproduksi. Hal ini bisa lebih parah jika wanita
tersebut mengalami tekanan atau stress. Sedangkan hipermenora adalah kebalikan
dari hipomenora, yaitu pendarahan yang dirasa lebih banyak dan lebih lama dari
biasa atau lebih dari delapan hari. Hal ini bisa disebabkan adanya mioma di rahim
atau gangguan selaput lendir rahim pada saat menstruasi, juga bisa disebabkan
penggunaan alat kontrasepsi yang tidak cocok, sehingga menimbulkan gangguan
tersebut (Wiknjosastro, 2011).
5. Dismenorea
Dismenore adalah nyeri saat haid yang terasa diperut bagian bawah dan muncul
sebelum, selama dan setelah menstruasi. Nyeri dapat bersifat kolik atau terus-
menerus. Dismenore timbul akibat kontraksi distritmik lapisan miometrium yang

6
menampilkan satu lebih gejala mulai dari nyeri ringan hingga nyeri berat pada perut
bagian bawah, daerah pantat dan sisi medial paha (Prawirohardjo, 2011).

E. Tanda dan Gejala Menoragia


Pasien mungkin mengeluhkan aliran menstruasi yang berat/berkepanjangan. Mereka juga
mungkin memiliki tanda-tanda kelelahan dan pusing dalam kasus kehilangan darah yang
parah. Gejala-gejala ini mungkin atau mungkin tidak terjadi dengan dismenore (Dipiro
11th edition).

F. Terapi Farmakologi
a. Kontrasepsi Hormon Kombinasi
Estrogen adalah pengobatan yang direkomendasikan untuk mengobati perdarahan
akut yang parah pada wanita tanpa gangguan perdarahan yang dicurigai atau
diketahui. Setelah penggunaan awalnya untuk mengontrol perdarahan akut, kelanjutan
terapi mungkin diperlukan untuk mencegah kejadian di masa depan. CHC
(Contraseption Hormonal Combination) yang mengandung estrogen dan regimen
progestin dapat digunakan untuk terapi pemeliharaan. Meskipun diasumsikan bahwa
semua CHC mengurangi kehilangan darah menstruasi, satu-satunya agen yang telah
FDA setujui adalah kombinasi estradiol valerat dan dienogest.
b. NSAID
Di antara agen yang digunakan untuk mengobati HMB (Heavy Menstrual Bleeding),
obat antiinflamasi nonsteroid (NSAID) memiliki keuntungan pemberian hanya
selama menstruasi dan dikaitkan dengan 10% sampai 51% pengurangan kehilangan
darah.
c. Levonorgestrel
Pilihan pengobatan lain selain progestin untuk HMB adalah levonorgestrel pelepasan
sistem intrauterin (LNG-IUS). Ini dianggap paling efektif untuk mengurangi aliran
menstruasi. Secara khusus, pengurangan 70% hingga 96% dalam kehilangan darah
telah diamati dengan penggunaannya.
d. Asam Traneksamat

7
Agen Fibrinolitik yaitu Asam traneksamat juga disetujui oleh FDA untuk terapi non-
hormonal pada menoragia. Penggunaannya dikaitkan dengan pengurangan 34%
hingga 56% dalam pengurangan darah menstruasi. Dibandingkan dengan banyak opsi
lain, penggunaannya mungkin lebih disukai di antara wanita yang menginginkan
kehamilan atau yang mungkin tidak memerlukan terapi hormonal (Dipiro 11th
edition).
Tabel 1. Agen teraupetik Menstruation disorder

8
9
Tabel 2. Dosis obat untuk menoraghia

Gambar 1. Algoritma terapi untuk menorrhagia.

10
BAB III
PEMBAHASAN KASUS

KASUS 5 : Menstruation Disorder-1


Pertanyaan
Lakukan Analisa Problem Pengobatan menggunakan metode SOAP, FARM, atau PAM
KASUS data RM

Nama Pasien : Ny LMNO BB/TB : 88/165


Umur : 48 thn
Alamat : Jln Anggrek 58 Solo
Sex : Perempuan
Pendidikan : S1
Pekerjaan : Swasta
Status Perkawinan : Menikah

Cara Masuk RS :
1. Datang sendiri 4. Kasus polisi
2. Diantar keluarga √ 5. Cara lain
3. Diantar tetangga

Riwayat Pasien Masuk Rumah Sakit :Ny LMNO adalah pasien RS Z didiagnosa dokter pasien mengalami
mennoraghia dan selama ini mendapatkan terapi CHC. Pasien hari ini ke RS dan mengeluhkan perdarahan
masih belum berhenti, dan masih disertai nyeri. Lakukan evaluasi terhadap pengobatan yang diterima pasien
selama ini dan apa obat yang anda rekomendasikan untuk mengatasi perdarahan pasien?

ANAMNESE
TD = 120/80
Pemeriksaan Fisik ==== -

PEMERIKSAAN FISIK :

a. Keadaan Umum : letih, pucat, demam, kesadaran menurun dan nyeri


b. Kepala – Leher :
c. Extremitas :
f. Status Neorologis :

RIWAYAT PENYAKIT TERDAHULU :


Perdarahan di jalan rahim
RIWAYAT ALERGI : -

DIAGNOSA :
- Menoraghia

11
ANALISIS SOAP
Subyektif Obyektif Assesment Plan Monitoring
Problem medik DRP
 Nama : Ny LMNO TD = 120/80 Menoraghia Terapi kurang tepat Medroxyprogesterone  Monitoring
BB = 88 kg menggunakan CHC acetate (Provera) 10 penggunaan
 Jenis kelamin : Perempuan TB = 165 cm mg, 1 x 1 tab sehari, Provera
 Umur : 48 th pada hari ke-5
menstruasi, selama 21
 Keluhan : perdarahan belum hari
berhenti, dan disertai nyeri
 Pasien mengalami letih,
pucat, demam, kesadaran Demam Indikasi tanpa terapi
Ibuprofen 400 mg,
menurun dan nyeri. dengan dosis 3 x 1 tab
 Diagnosa : Menoragia sehari
Nyeri Indikasi tanpa terapi
 Riwayat penyakit :
Perdarahan di Rahim
 Riwayat pengobatan : CHC
Anemia, Indikasi tanpa terapi Neurobion injeksi, 1x  Monitoring
- Ditandai dengan sehari atau 2–3x per kadar Hb dan
pasien mengalami minggu. hematokrit
pucat, letih dan
kesadaran menurun

12
Assesment
Problem S, O Terapi Analisis DRP
Menoraghia Ny LMNO adalah CHC Pasien didiagnosa Sudah diterapi
pasien RS Z (Contraseption mengalami namun belum
didiagnosa dokter Hormonal menoragia dan memberikan efek
pasien mengalami Combination) mempunyai menyembuhkan
menoraghia dan riwayat pendarahan
selama ini jalan Rahim.
mendapatkan Gejala yang
terapi CHC. ditunjukkan dengan
Pasien hari ini ke gejala yang dialami
RS mengeluhkan yaitu letih, pucat,
perdarahan masih demam, kesadaran
belum berhenti, menurun dan nyeri.
dan masih disertai
nyeri.
Prehipertensi TD 120/80 - Pasien mengalami diberikan terapi
mmHg prehipertensi yaitu nonfarmakologi
dengan TD 120/80
mmHg
Demam, Nyeri Berdasarkan - Pasien mengalami Indikasi tanpa terapi
pemeriksaan fisik demam dan nyeri
pasien mengalami pada
demam dan nyeri pendarahannya
Anemia Lemah, pucat, - Pasien dengan Indikasi tanpa terapi
kesadaran menoragia
menurun. biasanya
mengalami anemia
akibat dari
banyaknya volume
darah menstruasi

13
Terapi Non Farmakologi
 Konsumsi makanan seimbang yang mengandung sayuran, buah-buahan segar
terutama yang banyak mengandung zat besi, kacang-kacangan, produk susu
rendah lemak dan juga ikan.
 Memperbanyak minum air putih.
 Memperbanyak istirahat.
 Mengontrol faktor stress.
 Olahraga dengan teratur agar BMI dapat terkontrol
 Menghindari minuman beralkohol.
 Membatasi makanan yang mengandung banyak gula.
 Membatasi makanan yang mengandung garam.
 Mengurangi konsumsi obat-obatan yang tidak diperlukan/tidak sesuai.

14
DAFTAR PUSTAKA

Corwin, Elizabeth J. 2009. Sistem Reproduksi. Dalam : Buku Patofisiologi. Jakarta : EGC, 784-

Dipiro, J.T., Wells, B.G., Schwinghammer, T.L., Dipiro, C.V. 2020. Pharmacotherapy
Handbook 11th Edition. United States : The McGraw-Hill Companies

Dorland W. 2000. Kamus Kedokteran Dorland. 29th ed. Jakarta: EGC.

Kusmiyati. 2011. Nyeri Haid, Penyebab, dan Penanggulangannya. Jurnal Program Studi
Pendidikan Biologi, Jurusan Pmipa FKIP Universitas Mataram. Mataram

Owen, E. 2005. Panduan Kesehatan Bagi Wanita. Jakarta: Prestasi Pustakarya

Prawirohardjo, dan Sarwono. 2011. Ilmu Kebidanan. Edisi Empat. Jakarta : Yayasan Bina
Pustaka Sarwono Prawirohardjo

Tortora, Gerard J., dan Derrickson, Bryan H. 2012. Principles of Anatomy and Physiology. USA:
Biological Science Textbooks, Inc.

Wantania, J.J.E. 2016. Perdarahan Uterus Abnormal - Menoragia Pada Masa Remaja. Jurnal
Biomedik (JBM). Vol. 8 No. 3, p.135-142.
Wiknjosastro H. 2011. Ilmu Kandungan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka

15

Anda mungkin juga menyukai